PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Latihan Kerja Industri (UPTD BLKI)
adalah bagian dari 3 (tiga) UPTD yang terdiri dari, Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai
Pengembangan Produktivitas Kerja, Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Latihan Kerja
dan Permukiman. UPTD BLKI adalah sebagai pelaksana kegiatan dari Dinas Tenaga
Kerjadan Kependudukan Provinsi Papua yang mempunyai peranan penting untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pelatihan keterampilan bagi
pencari kerja dan keberadaannya dibutuhkan oleh masyarakat.
Sejalan dengan peningkatan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia
diperlukan adanya pembinaan secaramenyeluruh bagi penyelenggara pelatihan kerja
baik Lembaga Pelatihan Kerja Pemerintah (LKP), dan Lembaga Pelatihan Kerja Swasta
(LPKS) agar dapat melaksanakan pelatihan sebagaimana amanat Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dan Peraturan Pemerintah Nomor 31
Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional (Sislatkernas) yaitu menyiapkan
sumber daya manusia yang kompoten berdasarkan stadar yang sesuai kebutuhan pasar
kerja.
Visi Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Latihan Kerja Industri adalah
mewujudkan Balai Latihan Kerja Industri Provinsi Papua sebagai lembaga yang
profesional dengan menyiapkan tenaga kerja yang terampil dalam rangka mendukung
kebijakan pemerintah daerah dan program ketenagakerjaan. Untuk melaksa akan tugas
pendidikan dan pelatihan tersebut, Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Latihan Kerja
Industri Provinsi Papua berpedoman pada keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor 7 Tahun 2012 Tentang pedoman pelaksanaan pendidikan dan
pelatihan ketenagakerjaan, Perda Nomor 10 tahun 2012 tentang perubahan nama Balai
Latihan Kerja dari tipe A ke Unit Pelaksana Teknik Daerah Balai Latihan Kerja
Industri, PERDA Nomor 5 tahun 2010 tentang melaksanakan dan menyusun Program
Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan bagi Sumber Daya Manusia yang mau
membangun dirinya.
Sarana dan prasarana dalam menunjang pelaksanaan pendidikan dan latihan
yaitu sarana utama dan sarana penunjang. Sarana utama terdiri dari enam gedung
bengkel kerja dan ruang kelas yaitu, bangunan bengkel kejuruan teknologi mekanik,
bangunan bengkel kejuruan bangunan, bangunan bengkel kejuruan listrik industri,
bangunan bengkel kejuruan teknologi informatika, bangunan bengkel kejuruan otomotif
dan aneka kejuruan. Untuk sarana penunjang yaitu, bangunan kantor, dan bangunan
asrama dengan kapasitas 75 kamar dan daya tampung kurang lebih 300 orang, bangunan
hotel, bangunan informasi dan satu unit angkutan (Bus).
Proyek pembangunan sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan dimulai
sejak tanggal 1 April 1969, dengan demikian umur bangunan tersebut rata-rata diatas
empat puluh tahun, sehingga dari kondisi fisik sudah tidak layak. Dari sisi efisiensi
anggaran membebani APBD karena setiap tahun membutuhkan anggaran yang begitu
besar guna pemeliharaan bangunan tersebut, sehingga sampai saat ini Pemerintah
Provinsi Papua hanya menganggarkan pemeliharaan pada tingkat kerusakan sedang dan
ringan.Untuk kerusakan berat pada beberapa bangunan tidak dapat dilakukan dengan
alasan keterbatasan dana. Dalam kenyataannya hingga kini beberapa bangunan tersebut
tetap digunakan untuk kegiatan pelatihan mengingat animo masyarakat pencari kerja
sangat tinggi.
Untuk mempertahankan fungsi dan kegunaan bangunan secara utuh, maka upaya
yang harus dilakukan adalah melaksanakan kegiatan optimalisasi aset bangunan dan
dikelola secara baik. Optimalisasi yang dikelola secara baik dan teratur baik pula bagi
pengelola dan juga para peserta latihan atau yang menggunakannya.Tanpa adanya
kegiatan optimalisasi aset bangunan, maka fungsi suatu bangunan akan mengalami
degradasi seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan uraian diatas, perlu dilakukan
suatu kajian yang mendalam tentang optimalisasi aset dari bangunan asrama, dengan
pemanfaatan gedung secara maksimal agar tetap digunakan dengan memperhatihakan
aspek aturan, legal, teknis, finansial dan nilai tertinggi yang merupakan alternatif
pengembangan bangunan asrama tersebut. Untuk itu, perlu dilakukan analisis SWOT
pada gedung asrama agar dapat diketahui, pengembangannya supaya dapat memberikan
nilai tertinggi pada bangunan tersebut.
1.1.1 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah
adalah strategi optimalisasi dan pemanfaatan aset gedung asrama yang dimiliki oleh
Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Latihan Kerja Industri Provinsi Papua yang belum
sempurna.
Pian (2006) mengenai optimalisasi aset tetap Pemda Kabupaten Kupang dan
penelitian ini menggunakan analisis highest and best use dimana hasil analisis
penelitian adalah sebagai berikut: didefinisikan sebagai penggunaan yang paling
mungkin dan optimal dari suatu properti, secara fisik dimungkinkan, telah
dipertimbangkan secara memadai, secara hukum diizinkan, secara finansial layak,
dan menghasilkan nilai tertinggi dari properti tersebut (KPSPI,2007).
2.
Pakiding (2006) mengenai pengaruh manajemen aset dalam optimalisasi aset tetap
(tanah dan bangunan) Pemerintah Daerah (Studi Kasus di Kabupaten Bantul dengan
menggunakan analisis deskriptif kuantitatif, analisis penilaian adalah sebagai
berikut: inventarisasi, identifikasi, legalitas audit dan penilaian.
3.
Pengaran
/Tahun
Pian
(2006)
Metode Penelitian
Kesimpulan/analisis
Pakiding
(2006)
Pendekatan
kuantitatif
deskriptif
Siswanto
(2013)