Anda di halaman 1dari 23

SISTEM RESPIRASI II

ASUHAN KEPERAWATAN ISPA


(INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT)

Sukarni, M.Kep
Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.

Khairun Nisa
Audina Safitri
Teguh Ayatullah
Riki Sulindra
Yolanda Yuniarti

I1032141003
I1032141009
I1032141024
I1032141027
I103214100

6. Siti Anisa Nuril H


7. Eka Putri Fajriani
8. Zakiah
9. Hendrianus
10. Zeta Yozvaria

I1032141041
I1032141042
I32112027
I32112033
I32112032

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK
2016

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Makalah tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem
Respirasi II

kelompok mahasiswa keperawatan UNTAN untuk mata kuliah

Sistem Respirasi II.


Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Sukarni, Ns., M.Kep. selaku dosen mata kuliah sistem respirasi II yang
telah memberikan bimbingan dan pengarahan demi terselesaikannya
makalah ini.
2. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini.
Namun, kami menyadari bahwa kekurangan dalam penyusunan makalah
ini pasti ada. Oleh karena itu, masukan berupa kritik dan saran yang bersifat
membangun senantiasa kami harapkan demi perbaikan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca baik itu mahasiswa
maupun masyarakat dan dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan yang berguna
untuk kita semua. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Pontianak, 4 April 2016

Kelompok 1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................................2
1.4 Metode Penelitian.......................................................................................................2
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................................3
2.1 Pengkajian..................................................................................................................3
2.2 Analisa Data...............................................................................................................5
2.3 Diagnosa ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)......................................................7
2.4 Intervensi ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut).....................................................7
2.5 Implementasi............................................................................................................13
2.6 Evaluasi....................................................................................................................13
2.7 Pembahasan evidence based salah satu intervensi yang diberikan............................15
BAB III PENUTUP............................................................................................................18
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................18
3.2 Saran.........................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................19
LAMPIRAN.......................................................................................................................20

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Kesehatan adalah hak setiap orang. Masalah kesehatan sama pentingnya

dengan masalah pendidikan, perekonomian dan lain sebagainya. Salah satu


penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA (Infeksi Saluran
Pernapasan Akut).
ISPA merupakan kondisi umum yang mengenai kebanyakan orang pada
waktu tertentu. Beberapa dari kondisi tersebut adalah akut, dengan gejala yang
berlangsung lama atau terjadi secara berulang. Jarang pasien dengan kondisi ini
membutuhkan perawatan di Rumah Sakit. Namun demikian, perawat yang
bekerja di pusat ambulatory atau fasilitas perawatan jangka panjang dapat saja
menghadapi pasien dengan infeksi ini dan memberikan asuhan keperawatan
untuk kondisi tersebut (Suzanne, 2013).
ISPA masih

merupakan

masalah

kesehatan

yang

penting

karena

menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari
4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA
setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan di puskesmas adalah oleh penyakit
ISPA (Anonim, 2009)
Banyak strategi/upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah peningkatan
masalah kesehatan khususnya ISPA misalnya saja dengan cara promosi
kesehatan mengenai nutrisi yang baik dan seimbang, istirahat yang cukup dan
kebersihan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan infeksi
saluran pernapasan akut (ISPA)?
2. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien dengan gangguan sistem saluran
pernapasan akut (ISPA)?

3. Bagaimana pemeriksaan fisik dengan gangguan sistem pernapasan akut


(ISPA)?
1.3

Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan infeksi
saluran pernapasan akut (ISPA).
2. Mengetahui penatalaksanaan pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan
Akut (ISPA).
3. Mengetahui

pemeriksaan

fisik

pasien

dengan

Gangguan

Sistem

Pernapasan Akut (ISPA).


1.4 Metode Penelitian
Penulisan makalah ini dengan menggunajan metode studi kepustakaan yaitu
cara mencari dan membaca literature yang ada di perpustakaan, jurnal, serta
media internet.

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian
A. Identitas Klien
B. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama : Klien mengeluh sakit kepala, sakit tenggorokan, nyeri
sekitar mata daripada kedua sisi hidung, kesulitan menelan, batuk, suara
serak, demam, hidung tersumbat, dan rasa tidak nyaman umum dan

keletihan.
Riwayat penyakit sekarang : Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung
keluhan utama.
- Kapan gejala mulai timbul?
- Apa yang menjadi pencetusnya?
- Apakah ada yang dapat menghilangkan atau meringankan gejala

tersebut?
- Apa yang memperburuk gejala tersebut?
- Apakah ada riwayat alergi?
- Apakah ada penyakit yang timbul bersamaan?
Riwayat penyakit dahulu : Pengkajian di arahkan pada waktu
sebelumnya, apakah klien pernah terpapar virus (influenza, pra-influenza,
campak), bakteri (streptokokus hemolitikus, stafilokokus, pneumokokus,
hemofils influenza, bordetella pertussis dan karinebakterium diffteria),

riketsia, dan jamur.


Riwayat penyakit keluarga : Mengkaji ada/ tidaknya anggota keluarga

yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien.


Riwayat sosial : Lingkungan tempat tinggal klien. Misalnya kondisi
tempat tinggal di lingkugan dengan sanitasi buruk.

C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Keadaan umum klien dengan ISPA dapat dilakukan secara dengan
menilai keadaan fisik tiap bagian tubuh. Selain itu, perlu dinilai secara

umum tentang kesadaran klien yang terdiri atas kompos mentis, apatis,
somnolen, sopor, soporokoma, atau koma.
Seorang perawat perlu mempunyai pengalaman dan pengetahuan tentang
konsep anatomi dan fisiologi umum sehingga dengan cepat dapat menilai
keadaan umum, kesadaran, dan pengukuran GCS bila kesadaran klien
menurun yang memerlukan kecepatan dan ketetapan penilaian.
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien dengan ISPA biasanya
didapatkan peningkatan suhu tubuh, frekuensi napas meningkat dari
frekuensi normal, denyut nadi biasanya meningkat dan frekuensi
pernapasan.
Pemeriksaan fisik difokuskan pada pengkajian sistem pernafasan :
a.
Inspeksi
- Menunjukkan pembengkakan, lesi, atau asimetris hidung,
-

perdarahan
Mukosa hidung : warna kemerahan, pembengkan atau eksudat dan

polip hidung, yang mungkin terjadi dalam rhinitis kronis


Tenggorokan : warna kemerahan, lesi (pasien diminta membuka

mulutnya lebar-lebar dan napas dalam)


Tonsil dan faring : warna kemerahan, asimetri, adanya drainase,
ulserasi atau pembesaran.

b. Palpasi
-

Sinus frontalis dan maksilaris : terhadap nyeri tekan yang

menunjukkan inflamasi
Trakea : apakah posisi pada garis tengah leher, apakah ada massa,

deformitas
Nodus limfe leher : apakah terjadi pembesaran, nyeri tekan yang
berkaitan

c. Perkusi
-

Suara paru normal resonance/sonor pada seluruh lapang paru.


Batas jantung tidak mengalami pergeseran.

d. Auskultasi
-

Suara nafas melemah dan terdapat bunyi napas tambahan (mengi


dan ronchi basah) pada sisi yang sakit. Penting bagi perawat untuk

mendokumentasikan hasil auskultasi di daerah mana didapatkan


-

adanya ronchi.
Tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung tambahan biasanya
tidak didapatkan.

2.2 Analisa Data


Analisa Data
DS : hidung tersumbat, sakit

Etiologi
Peningkatan

kepala, nyeri sekitar mata

MK

MK
Tidak efektifnya

produksi mukus bersihan jalan nafas

(kedua sisi hidung), sakit


kepala

Nyeri sekitar

Hidung

DO : -

mata (kedua

tersumbat

sisi hidung)
Kesulitan
Sakit

bernapas

Kepala
DS : nyeri

Inflamasi

MK : Gg. Rasa nyaman

DO : Radang
Iritasi
DS : sakit tenggorokan, Anoreksia

MK

kesulitan menelan

verbal

DO : suara serak, batuk,

Kesulitan

kesulitan berkomunikasi

menelan
Disfagia
Menyumbat
makan
Limfadenopati

Gg. Komunikasi

regional (tonsil)
Respon perta-

Batuk

hanan sel
Iritasi
Edema plika
vokalis

Sakit tenggorokan

Suara serak
Kesulitan
berkomunikasi
Radang

DS : -

MK : Defisit volume cairan

DO : demam, keletihan
Peningkatan
suhu tubuh
Demam
Dehidrasi
Keletihan

DS : Klien menanyakan

Kurang terpapar informasi

MK : Kurang pengetahuan

tentang suatu penyakit yang


dialaminya selama ini.

Koping individu tidak efektif

DO : 2.3 Diagnosa ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)


1. Tidak efektifnya bersihan jalan napas b/d sekresi berlebihan akibat proses
inflamasi

2. Gangguan rasa nyaman: nyeri b/d iritasi jalan napas atas akibat infeksi
3. Gangguan komunikasi verbal b/d peningkatan kehilangan cairan sekunder
akibat diaforesis yang berkaitan dengan demam
4. Defisit volume cairan b/d peningkatan kehilangan cairan akibat
diaphoresis (berkeringat banyak)
5. Kurang pengetahuan mengenai perawatan penyakitnya (Smeltzer, 2013).

2.4 Intervensi ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)


No
1.

Diagnosa
Tidak

Tujuan
Bersihan

Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
jalan - Frekuensi napas Mandiri:
1. Kaji perubahan 1. Pola
napas
efektifnya
napas efektif
normal
16-20
pola napas
dapat berubah
bersihan jalan
x/menit
- Bunyi
napas
karena
ada
napas
b/d
bersih
sumbatan jalan
sekresi
- Kongesti hilang
napas.
berlebihan
- Jalan napas bersih
2. Hidrasi
dapat
2. Tingkatkkan
sekunder akibat
membantu
masukan cairan
proses inflamasi
mengencerkan
2-3 liter/hari
lendir
3. Lakukan inhalasi 3. Dengan
dua kali/hari

menghirup uap
dapat
mengencerkan
sekresi

dan

mengurangi
inflamsi
membrane
4. Anjurkan
memilih

klien
posisi

semi
fowler/tegak

mukosa
4. Untuk
meningkatkan
drainase

dari

sisi sinus yang


akan tergantung

pada
5. Lakukan
fisioterapi dada
(perkusi dan

letak

infeksi
5. Mempermudah
drainase sekresi

vibrasi), batuk
efektif, dan
drainase postural
Kolaborasi :
1. Pemberian

1. Untuk
membantu

pengobatan
(medikasi) secara
sistem

atau

menghilangkan
kongesti

nasal

atau

topikal

tenggorokan.
2.

Gangguan rasa - Meningkatkan

Klien

nyaman : nyeri

tindakan

b/d iritasi jalan


napas

atas

akibat infeksi

kenyamanan
- Nyeri teratasi

mengikuti Mandiri:
yang 1. Kaji

dianjurkan, nyeri
berkurang

atau

hilang

nyeri

tingkat
: durasi,

1. Untuk
mengetahui

perubahan nyeri
skala
2. Untuk
2. Berikan kompres
menghilangkan
hangat
pada
kongesti sinus
bagian
yang
dan
nyeri
meningkatkan
3. Kumur

air

hangat/irigasi

drainase
3. Untuk
menghilangkan
nyeri

4. Anjurkan

sakit

klien

tenggorokan
untuk istirahat 6- 4. Istirahat dapat
8 jam/hari

membantu
menghilangkan
rasa nyeri, rasa
tidak

nyaman

atau
5. Anjurkan

klien

untuk melakukan
tekhik

hygiene

umum

pada

mulut

dan

hidung

demam

yang menyertai
banyak
ganggaun jalan
napas atas
5. Untuk
membantu
menghilangkan
rasa

tidak

nyaman
setempat

dan

mencegah
Kolaborasi :

penyebaran

1. Pemberian

infeksi

analgesik seperti
asetaminofen
(Tylenol) dengan
kodeinsesuai
program

1. Untuk
menghilangkan
nyeri dan rasa
tidak nyaman

pengobatan/yang
3.

Gangguan

Gangguan

diresepkan
dapat Mandiri :

Klien

komunikasi b/d komunikasi

melakukan

1. Jelaskan

pada

iritasi

komunikasi

klien

untuk

secara non verbal

mengurangi

jalan teratasi

napas

atas

akibat

infeksi

berbicara selama

atau

serangan akut
2. Anjurkan

pembengkakan

mempercepat
penyembuhan
penyakit
2. Untuk

berkomunikasi

mempercepat

nonverbal

penyembuhan

dengan

isyarat

(dengan menulis)
3. Anjurkan

1. Untuk

penyakit

komunikasi
melalui

tulisan

3. Karena
regangan

pita

bila

suara

lebih

memungkinkan

lanjut

dapat

menghambat
pulihnya

suara

dengan
sempurna

4.

Defisit volume Kebutuhan

- Intake

cairan Mandiri:
1. Anjurkan klien 1. Untuk
cairan
b/d cairan terpenuhi
adekuat
2-3
minum 2-3 liter
memenuhi
peningkatan
liter sehari
- Tidak
terdapat
cairan
perhari
kebutuhan
kehilangan
tabda-tanda
selama
infeksi
cairan
dalam
cairan
akibat
dehidrasi
jalan napas fase
tubuh,
diaphoresis
- Suhu normal 38akut kecuali ada
mengencerkan
(berkeringat
37 C
kontraindikasi
sekresi,
dan
banyak)
meningkatkan
berakibat
2. Observasi tandadrainase
dengan demam
2. Dapat
tanda dehidrasi
mengetahui
kekurangan
3. Obsevasi tandatanda vital

cairan

sedini

mungkin
3. Kekurangan
cairan

dapat

meningkatkan
Kolaborasi :
1. Pemberiaan

suhu tubuh

cairan intravena
1. Pemenuhan

10

kebutuhan
cairan

secara

cepat, jika per


oral

tidak

memungkinkan

5.

Kurangnya

Pemahaman

pengetahuan

klien

mengenai

penyakitnya

tentang perawatan

perawatan

meningkat

penyakitnya;

penyakit

Menunjukkan

Mandiri :
1. Jelaskan

tentang pemahaman

1. Untuk

pentingnya

mencegah

mencuci tangan

terjadinya
penyebaran

pencegahan
infeksi,

diet,

istirahat

dan

pengobatan.

2. Jelaskan tentang

resistensi

pentingnya
minum

infeksi
2. Mencegah

obat

obat

dan
mempercepat

secara teratur

penyembuhan
3. Jelaskan tentang 3. Untuk
pentingnya
yang

diet

bergizi,

olahraga

yang

sesuai
4. Jelaskan

daya

tahan

tubuh
4. Untuk
mendukung

pentingnya
istirahat

meningkatkan

dan

tidur yang cukup


6-8 jam sehari

daya

tahan

tubuh

dan

mengurangi
kerentanan
terhadap infeksi
pernapasan.

11

5. Jelaskan kepada 5. Untuk


klien
menutup

agar
mulut

mencegah
infeksi

saat batuk dan

silang/penularan

bersin

penyakit

dengan

tissue basah

orang lain

2.5 Implementasi
Menurut Doengoes (2000), Implementasi adalah tindakan pemberian
keperawatan yang dilaksanakan untuk membantu mencapai tujuan pada
rencana tindakan yang telah disusun. Setiap tindakan keperawatan yang
dilaksanakan dicatat dengan keperawatan yaitu, cara pendekatan pada
klien efektif, teknik komunikasi serta penjelasan untuk setiap tindakan
yang diberikan kepada klien.
Dalam melakukan tindakan keperawatan melakukan 3 tahap
pendekatan yaitu, independen, dependen, dan interpenden. Tindakan
keperawatan secara independen adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau tenaga kesehatan
lainya. Dependen adalah tindakan yang berhubungan dengan pelaksanaan
rencana tindakan medis, sedangkan interdependen adalah tindakan
keperawatan yang menjelaskan suatu kegiatan dan memerlukan kerja sama
dengan tenaga kesehatan lainnya.
2.6 Evaluasi
Menurut Doeges, 2000. Evaluasi adalah tingkatan intelektual untuk
melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnose
keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan nya sudah berhasil
dicapai. Kemungkinan yang dapat terjadi ditahap evaluasi adalah masalah
dapat diatasi, masalah teratasi sebagian, masalah belum teratasi atau
timbul masalah baru.
Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi proses dan hasil. Evaluasi
proses adalah evaluasi yang harus

12

dilaksanakan segera setelah

pada

perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk membantu ke efektivan


terhadap tindakan. Sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi yang
dilaksanakan pada akhir tindakan keperawatan secara keseluruhan, sesuai
dengan waktu yang ada pada tujuan.

Evaluasi Keperawatan ISPA:


a. Bersihan jalan nafas efektif
1) Frekuensi nafas normal
2) Bunyi nafas bersih
3) Jalan nafas klien bersih
b. Kenyamanan klien meningkat
1) Nyeri berkurang/hilang
2) Skala nyeri 0-3
c. Komunikasi lancar klien dapat melakukan komunikasi nonverbal
1) Klien mampu melakukan komunikasi melalui tulisan
d. Intake cairan adekuat
1) Intake cairan 2-3 liter perhari
2) Tidak terdapat tanda-tanda dehidrasi
3) Suhu tubuh normal
e. Pemahaman klien tentang penyakit meningkat, yaitu dalam hal :
1) Pencegahan infeksi
2) Diet

13

3) Istirahat
4) Pengobatan
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
12)
13)
14)
2.7 Pembahasan evidence based salah satu intervensi yang diberikan
15)
16)

Pengaruh Fisioterapi Dada terhadap Bersihan Jalan Nafas

pada Anak Usia 1-5 Tahun yang Mengalami Gangguan Bersihan


Jalan Nafas di Puskesmas Moch. Ramdhan Bandung
17)

Oleh Maidartati

18)
19)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rerata frekuensi napas

responden sebelm dan setelah dilakukan fisioterapi dada di puskesmas


Moch. Ramdhan menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna pvalue 0.000 < 0.05. Di dapatkan bahwa rerata frekuensi nafas pada 17
responden sebelum dan setelah dilakukan fisioterapi dada mengalami
perubahan, dimana terjadi penurunan frekuensi nafas sebanyak 11 orang
responden (67%) anak termasuk kedalam kategori bersih (RR<40x/mnnt,
PCH -, RIC -). Dan 6 orang responden anak masih dalam kategori tidak
bersih (RR>40x/mnt, PCH +, RIC +).
20)

Sedangkan uji beda proporsi didapatkan hasil uji statistik dengan

p-value 0.225, > 0.05. hasil penelitian ini menunjukkan proporsi bersihan
jalan napas sebelum dan sesudah fisioterapi dada tidak ada perbedaan.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil beberapa penelitian yang
pernah dilakukan sebelumnya.

21)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat diambil

kesimpulan bahwa terdapat perbedaan frekuensi nafas sebelum dan


sesudah dilakukan fisioterapi dada pada anak yang mengalami bersihan
jalan nafas, dimana dapat diketehui dari hasil penelitian dengan
perhitungan p = 0.00 (p=<0.05), hai ini berarti bahwa fisioterapi dada
dapat membantu perbaikan frekuensi nafas pada anak yang mengalami
gangguan bersihan jalan nafas.
22)

Sedangkan, untuk uji beda proporsi (pernafasan cuping hidung, dan

retraksi interkostal) tidak terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah


fisioterapi dada dengan hasil perhitungan p=0.225, artinya fisioterapi dada
tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap pernafasan cuping hidung
dan retraksi interkostal.
23)
24)

Kajian Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Infeksi

Saluran Pernafasan Akut (Study of Nursing Care in Children with


Acute Respiratory Infection)
25)

Oleh Linda Purnamasari, Dewi Wulandari, Poltekes Bhakti


Mulia

26)

Penelitian ini dilakukan dengam menggunakan pendekatan proses

keperawatan. Sampel yang diambil adalah An. A yang menderita penyakit


ISPA di RSUD Sukoharjo. Teknik pengambilan data yang digunakan
adalah wawancara, pemeriksaan fisik, observasi, dan studi dokumentasi.
27)

Berdasarkan dari hasil pengkajian pada An. A, didapatkan data

subjektif : ibu mengatakan anak sesak nafas dan batuk, sedangkan data
objektif : pernafasan cepat, suara nafas ronchi, irama naafas tidak teratur.
RR: 38x/menit. Dapat disimpulkan bahwa masalah keperawatan pada An.
A dengan diagnosa pertama yaitu ketidakbersihan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan obstruksi (adanya penumpukan secret). Implementasi

pada An. A dilakukan selama 3x24jam. Salah satu intervensi yang


dilakukan adalah fisioterapi dada yang bertujuan agar jalan nafas kembali
efektif karena dahak dapat keluar.
28)
29)
30)
31)
32)
33)

Pengaruh Pemberian Fisioterapi Dada terhadap Kebersihan

Jalan Nafas pada Pasien ISPA di Desa Pucung Eromoko Wonogiri


34)
35)

Oleh Dinar Ariasti, Sri Aminingsih, Endrawati

Penelitian yang digunakan yaitu eksperimen semu atau quasi

eksperimen dengan rancangan eksperimental untuk mengetahui pengaruh


pemberian fisioterapi dada terhadap kebersihan jalan napas pada pasien
ISPA, dengan cara membandingkan kebersihan jalan napas sebelum dan
sesudah diberi tindakan fisioterapi dada.
36)

Populasi atau sampel yang diambil yaitu seluruh anak anak berusia

di bawah sepuluh tahun di desa pucung, eromoko, wonogiri yaitu


sebanyak 150 orang. Alat penelitian menggunakan stetoskop dan lembar
observasi tentang bersihan jalan nafas.
37)

Pengumpulan data yaitu berupa kuesioner, observasi, wawancara,

atau gabungan ketiganya. Jumlah responden dalam penelitian sebanyak 26


orang karena hanya ditemukan 26 orang yang menderita ISPA.
38)

Berdasarkan hasil penelitian sebelum dilakukan fisioterapi dada,

responden jalan nafas tidak bersih (88,47%) sebanyak 23 responden,


sedangkan yang jalan nafas bersih (11,53%) sebanyak 3 responden.
Sedangkan sesudah dilakukan fisioterapi dada pada pasien ISPA
ditemukan 18 responden (69,23%) untuk kategori jalan nafas bersih,

sedangkan sebanyak 8 responden (30,70%) untuk kategori jalan napas


tidak bersih.
39)

Dari hasil penelitian didapatkan hasil t hitung sebesar 5.839

sehingga P value 0,000 < 0,05

dapat ditarik kesimpulan bahwa ada

pengaruh pemberian fisioterapi dada terhadap kebersihan jalan nafas pada


pasien ISPA.
40)

41) BAB III


42) PENUTUP
43)
3.1 Kesimpulan
44)

Seperti yang diuraikan diatas bahwa ISPA mempunyai variasi klinis yang
bermacam-macam, maka timbul persoalan pada pengenalan (diagnostik) dan
pengelolaannya. Sampai saat ini belum ada obat yang khusus antivirus.
Idealnya pengobatan bagi ISPA bakterial adalah pengobatan secara rasional.
Pengobatan yang rasional adalah apabila pasien mendapatkan antimikroba
yang tepat sesuai dengan kuman penyebab. Untuk dapat melakukan hal ini ,
kuman penyebab ISPA dideteksi terlebih dahulu dengan mengambil material
pemeriksaan yang tepat, kemudian dilakukan pemeriksaan mikrobiologik ,
baru setelah itu diberikan antimikroba yang sesuai.
45)
3.2 Saran
46)

Semoga makalah sederhana ini dapat menjadi ilmu yang

bermanfaat bagi pembaca serta diharapkan dapat menjadi acuan bagi


pembaca terutama perawat dalam membuat asuhan keperawatan ISPA.
47)
48)
49)
50)
51)
52)

53)
54)
55)
56)
57) DAFTAR PUSTAKA
58)
59)
60) Debora, Oda. 2011. Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta:
Salemba Medika.
61)

Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.

62)

Jakarta: EGC.
Manurung, Santa., et all. 2009. Asuhan Keperawatam
Gangguan Sistem Pernafasan Akibat Infeksi. Jakarta: CV. Trans
Info Media.
Rasmaliah. 2004. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Dan

63)

Penanggulangannya.
[http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3775/1/fkmrasmaliah9.pdf]. Diakses tanggal 5 April 2016.
Smeltzer, Suzzane C & Brenda G. Bare. 2013. Buku Ajar

64)

Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8


Volume 1. Jakarta : EGC.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik

65)

Edisi 4. Jakarta: EGC.


66)
67)
68)
69)
70)
71)
72)

73)
74)
75) LAMPIRAN
76)

77)
78)

Anda mungkin juga menyukai