Anda di halaman 1dari 7

SYARIAT ISLAM SEBAGAI SOLUSI PERMASALAHAN

PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR KECAMATAN


INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

Disusun Oleh :
Nama

: ANDRIANSYAH (1410104010033)

Mata Kuliah

: Ekologi Pemerintahan

Dosen Pembimbing : Dr. H. Samsul Bahri, M.Si

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH, 2016

1. Pendahuluan
Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri (Q.S. AlIsra:7). Jika kandungan arti ayat Al-Quran diatas dipahami dengan benar dan menjadi darah daging
aparatur/petugas pemerintahan (yang beragama Islam) dalam bekerja, maka kemungkinan besar
permasalahan dalam pelayanan publik di Indonesia terutama di Aceh, akan berkurang drastis. Namun
ironinya, realita lapangan masih banyak mengukir respon negatif. Hal ini karena seringkali istilah
pelayanan, di pahami sebagai suatu hal yang bersifat menguntungkan hanya kepada sebelah pihak.
Akibatnya tidak jarang kita temukan pelayanan yang didapat oleh masyarakat dari petugas pemerintah
yang terkesan tidak ikhlas atau tidak memuaskan.
Permasalahan yang mainstream seperti lambatnya pelayanan dan kurangnya disiplin dalam
pelayanan publik ini juga pernah saya rasakan sendiri. Barangkali jargon seperti kalau bisa besok
kenapa harus hari ini menjadi motivasi dalam menuntaskan pelayanan dari petugas pemerintahan
kepada masyarakat. Sehingga pelayanan yang maksimal kebanyakan hanya sebuah isapan jempol
semata.
Permasalahan lainnya seperti lambatnya kinerja pelayanan aparatur pemerintahan dalam mengurus
e-ktp saya alami di kantor kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar. Bukan hanya itu, kedisiplinan
petugas administrasi juga sangat mengecewakan. Pelayanan yang seperti tidak ikhlas ini sebenarnya
sangat merugikan masyarakat dan tidak sesuai dengan tugas dan kewajiban aparatur pemerintahan.
Menganggap sepele hal seperti ini juga merupakan kekeliruan yang serius. Sebagaimana dikenal kaidah
membiarkan kesalahan yang diketahui sama saja dengan menyetujuinya.
Maka sebagai pihak yang tidak setuju dengan permasalahan seperti ini, dibutuhkan sebuah
pemaparan untuk mencari solusi tentang permasalahan yang seringkali terjadi di kantor kecamatan
daerah terutama kecamatan Ingin Jaya kabupaten Aceh Besar atau bahkan di instansi-instansi
pemerintah lainnya. tidak akan ada asap kalau tidak ada api menjadi pegangan dalam menulis paper
2

ini, sebagaimana masalah yang sudah dijelaskan singkat diatas pastilah memiliki penyebabnya. Oleh
karena itu, dalam penulisan paper ini, penjelasan akan disampaikan secara bertahap dan memfokuskan
Islam sebagai referensi solusi utama agar mampu menyajikan solusi terbaik. Semoga paper ini dapat
bermanfaat dan permasalahan seperti ini dapat teratasi dan tidak pernah terulang lagi.

2. Pengertian Pelayanan Publik


Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 pasal 1 tahun 2009, Pelayanan
publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan
sesuai dengan peraturan perundang undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang,
jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Dijelaskan pula dalam UU No. 25 pasal 2 Tahun 2009 bahwa yang dimaksud penyelenggara pelayanan
publik adalah setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk
berdasarkan undang undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk
semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. Dalam hal ini posisi penyelenggara pelayanan publik
ialah pemerintah dan swasta yang bekerja sama dengan pemerintah, baik pusat maupun daerah.
Menurut Wasistiono (Hardiyansyah 2011 : 11) pelayanan publik adalah pemberian jasa baik oleh
pemerintah, pihak swasta atas nama pemerintah ataupun pihak swasta kepada masyarakat, dengan atau
tanpa pembayaran guna memenuhi kebutuhan dan atau kepentingan masyarakat. Dari berbagai
pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik ialah segala upaya dan tindakan dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat yang dilakukan oleh pemerintah atau lembaga swasta yang bekerja
sama dengan pemerintah yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan umum.

3. Pelayanan Publik ala Jam Karet


Memang ketika mendengar kalimat jam karet yang terbesit adalah waktu yang tidak sesuai
perjanjian, ataupun

sangat lama. Berdasarkan pengalaman saya, julukan jam karet sudah tepat

diberikan untuk pelayanan publik oleh pemerintah, terutama di kantor kecamatan Ingin Jaya. Ada 3
masalah serius yang saya alami dalam proses pelayanan publik sejak awal 2015 sampai dengan
pertengahan tahun 2016, yaitu:
3

1. Lambatnya proses pelayanan, contoh kasus pencetakan fisik e-ktp yang memakan waktu
lebih dari 1 tahun.
2. Kurangnya kedisiplinan yang terlihat pada petugas yang tidak di tempat ketika jam kerja.
3. Pelayanan yang ribet, bertele-tele, dan tidak ramah.
Contoh kasus seperti pelayanan yang terkesan tidak ikhlas, petugas kantor kecamatan sangat tidak
ramah, acuh, dan suka menunda-nunda sehingga terkesan sikap yang sangat arogan. Seringkali
kebiasaan yang sudah mewabah di antara aparatur pemerintahan di Aceh adalah kupi beungoh atau
kopi pagi. Tradisi ini sebenarnya baik, namun bila salah ditempatkan maka akan merugikan. Dimana
seharusnya jam 8 pagi petugas sudah di tempat kerja, namun banyak petugas yang jam 9 pagi baru
masuk kerja.
Walau ketiga masalah diatas, sudah tergolong mainstream di lingkungan pemerintah dan sulit di
hilangkan, tetap dibutuhkan sebuah usaha dan upaya mencari solusinya. Faktanya, yang sangat
dirugikan dari ketiga masalah di atas adalah masyarakat yang seharusnya mendapat pelayanan publik
yang baik sesuai dengan Undang-Undang nomor 25 tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah nomor 96
tahun 2012.

4. Revisi Pemikiran, Aturan & Penerapan Prinsip Islam


Berbagai permasalahan yang timbul dari pelayanan publik bisa berakar dari bagaimana mindset
(pemikiran) aparatur pemerintah yang keliru. Berakar dari cara pandang Sekular yang memisahkan
Agama dan Pemerintahan juga akan menyebabkan masalah serius, apalagi di Indonesia yang
merupakan negara beragama. Pola pikir sekular ini akan mengarah kepada materialisme, dimana
aparatur/petugas pemerintah dalam bekerja melayani masyarakat tidak berorientasi kepada kebaikan
dan niat ibadah melainkan karena uang/materi semata. Hal ini akan mengikis nilai moral kebaikan
terhadap sesama. Karena itulah Islam menjadi solusi dalam permasalahan seperti ini. oleh sebab itu
pola pikir dikotomis (pemisahan) agama dengan pemerintahan sangat bertentangan dengan Islam,
Pancasila dan Indonesia itu sendiri.
Rasyid (1996) menyatakan pendapatnya: Pemerintahan modern, dengan kata lain, pada
hakekatnya adalah pelayanan kepada masyarakat. Pemerintahan tidaklah diadakan untuk melayani
dirinya sendiri, tetapi untuk melayani masyarakat, menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap
anggota masyarakat mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya demi mencapai kemajuan
4

bersama. Seiring dengan permasalahannya, yang harus di perbaiki adalah pemikiran aparatur
pemerintah yang merasa lebih tinggi dari masyarakat sehingga mengakibatkan sikap arogan dalam
pelayanan. Rasyid (1996) mengemukakan fungsi hakiki pemerintahan yaitu pelayanan, pemberdayaan
dan pembangunan. Jelas bahwa pemerintah adalah pelayan bagi masyarakat. Upaya yang dibutuhkan
untuk memperbaiki pemikiran ini adalah diadakannya sosialisasi/pendidikan dan penyusunan
aturan/hukum yang dengan tegas menjadi panduan aparatur pemerintah dalam pelaksaaan pelayanan
publik.
Terutama di Aceh yang punya hak khusus untuk menerapkan syariat Islam. Hal ini merupakan
sebuah kesempatan yang sangat menguntungkan. Sudah pasti bahwa hukum Allah jauh lebih baik dari
hukum manusia. Maka sudah saatnya kita belajar banyak dari Islam sekaligus menerapkan syariat
Islam yang merupakan solusi bagi segala permasalahan, terlebih dalam pelayanan publik. Walaupun
Indonesia memang bukan negara Islam, namun tidak bisa dinafikan bahwa Islam telah merasuk
kedalam sendi-sendi pemerintahan Indonesia dan telah banyak berjasa membangun Indonesia.
Untuk menjaga kestabilan sistem pemerintahan, Islam menetapkan beberapa prinsip, Pradja
(1998:37) membagi prinsip esensial syariat Islam yaitu, prinsip tauhidullah (ketauhidan), insaniyah
(kemanusiaan), tasamuh (toleransi), silaturrahim (silaturahmi), taawun (tolong menolong), al-mizan
(keadilan), dan al-mashalih (kemaslahatan). Supriyadi (2010) menjelaskan, ada juga asas syariat
Islam yang tidak bisa dinafikan, yaitu: asas adamul haraj (meniadakan kesempitan dan kesukaran),
asas taklil al-takalif (biaya murah/terjangkau), dan asas at-tadrij fi attasyri (bertahap dalam membuat
regulasi) (Yusuf Al-Qardhawy Al-Asyi: 2015). Penerapan prinsip dan asas syariat Islam ini perlu
diimbangi dengan 3 kaidah fiqih dalam Islam yang berkaitan langsung dengan pelayanan publik, yaitu:
(1) ad-dhararu yuzalu (kemudaratan harus dihilangkan); (2) jalbul mashalih wa daful mafasid
(meraih kemaslahatan dan menolak kemudaratan); (3) al-mashlahul ammah muqaddamah alal
mashlahatil khasshah (kemaslahatan publik didahulukan daripada kemaslahatan individu) (Dzazuli,
2010:9-11). Dengan menerapkan syariat Islam berdasarkan kaidah di atas, maka dengan tegas dan jelas
pelayanan publik yang mudah, cepat dan ramah harus diutamakan. Serta segala bentuk kesalahan dan
penyelewengan oleh aparatur atau petugas pemerintah dalam pelayanan publik harus di tindak tegas
dengan adanya dasar hukum yang diperkuat berdasarkan syariat Islam.

Hal lain yang perlu di renovasi adalah proses seleksi aparatur/petugas pelayanan publik. Karena
mencegah bibit penyakit lebih baik dari pada mengobati. Maka alangkah baiknya dalam penempatan
tugas ini harus benar-benar diserahkan kepada ahlinya. Contoh kasus, dalam pemerintahan, jangan
sembarangan orang yang latar belakang keilmuannya bertolak belakang yang diberi kepercayaan.
Sebagaiamana Rasulullah bersabda dalam sebuah hadist Jika sebuah urusan telah diserahkan kepada
orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah kiamat. (HR. Bukhari)
Pada hakikatnya Syariat Islam ini telah mengandung Tujuan dari Undang-Undang nomor 25
tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah nomor 96 tahun 2012. Maka realisasi syariat Islam dalam
pelayanan publik ini merupakan solusi yang harus di tanggapi serius. Mulai dari pendidikan,
sosialisasi/penyuluhan sampai penyusunan aturan hukum dalam pelayanan publik yang harus
menjadikan syariat Islam sebagai referensi tertinggi demi kesejahteraan masyarakat.

5. Kesimpulan
Berdasarkan uraian singkat di atas, secara garis besar permasalahan dalam pelayanan publik
memang merupakan suatu aib yang sangat merugikan masyarakat. Solusinya Yang pertama yang harus
dilakukan untuk memperbaiki permasalahan pelayanan publik adalah memperbaiki kekeliruan pola
pikir melalui pendidikan, memperketat seleksi penerimaan pegawai negeri sipil dengan memilih orang
yang benar-benar ahli di bidangnya dan sosialisasi/penyuluhan dan menyusun aturan hukum
berdasarkan prinsip, asas dan kaidah syariat Islam yang sudah terjamin baik kualitasnya.

6. Saran
Dalam menanggapi permasalahan pelayanan publik terutama di kantor kecamatan Ingin Jaya
kabupaten Aceh Besar, pemerintah setempat harus cepat tanggap dan tidak boleh terus-menerus terjerat
kebiasaan menyepelekan masalah. Lantaran sebagai muslim kita akan mempertanggung jawabkan
segala amal perbuatan kita di akhirat kelak. Maka bayangkan bila semua tanggung jawab pekerjaan kita
di dunia banyak merugikan kita. Pemerintah perlu berfokus pada pembenahan pola pikir aparatur
pemerintahan/petugas pelayanan publik dengan mengadakan pendidikan berupa seminar,sosialisasi
ataupun penyuluhan kepada aparatur pemerintahan/petugas pelayanan publik tentang pola pikir yang
benar sebagai pelayan masyarakat. Kemudian di topang oleh aturan hukum yang sudah terbukti
berkualitas baik yakni syariat Islam. Selanjutnya, untuk mencegah masuknya virus-virus baru dalam
6

tubuh pemerintahan, proses seleksi penerimaan harus di perketat, keadilan dan kebijaksanaan dalam
memberi tanggung jawab harus diserahkan kepada yang ahli pada bidangnya.
Mari kita sebagai generasi penerus bangsa ini, bersama memperbaiki dan membuat pemerintahan dan
pelayanan publik di Indonesia menjadi lebih baik dan menjadi negeri yang baldatun thayyibatun

warrabun ghafur!

Barangsiapa diserahi urusan manusia lalu menghindar melayani kamu yang lemah
dan mereka yang memerlukan bantuan, maka kelak di hari kiamat, Allah tidak akan
mengindahkannya. (HR. Imam Ahmad).

Anda mungkin juga menyukai