Anda di halaman 1dari 41

PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Dalam pelaksanaan tugas Supervisi Teknis, Konsultan menjabarkannya dalam


bentuk diagram alir, seperti yang terlihat pada Gambar F.I Diagram Umum
Rencana Kerja Konsultan dan Gambar F.2 Bagan Alir Kegiatan Konsultan
Superyisi Teknis di bawah ini.
F.1 UMUM
Dukungan Manajemen

Dukungan Manajemen
Pengawasan mutu
Pengawasan kuantitas
Pengendalian waktu

Persiapan Awal

Pelaksanaan Supervisi
Teknis

Laporan Akhir
Pengendalian Biaya
Sertifikasi & pembayaran
Serah terima pekerjaan

Pelaporan

Gambar F.I
DIAGRAM UMUM RENCANA KERJA KONSULTAN

ALUR KEGIATAN KONSULTAN SUPERVISI TEKNIS

Pre Construction
Stage

Mobilisation
Stage

Mempelajari data dan dokumen kontrak


Review rencana kerja kontraktor
Review penggunaan peralatan kontraktor
Review/ evaluasi pengendalian mutu
Review desaign dari rekayasa lapangan

Supervisi pekerjaan persiapan kontraktor

Construction
Stage

Pengawasan mutu dan pengendalian


volume
Rapat bulanan
Rapat lapangan
Penanganan perintah perubahan

Provisional Hand Over


(PHO)

Tim PHO
Inspeksi PHO
Berita acara PHO

Final Hand Over (FHO)

Masa pemeliharaan
Inspeksi FHO
Berita FHO
Gambar F.2
BAGAN ALIR KEGIATAN KONSULTAN SUPERVISI

Secara garis besar, Lingkup Layanan Jasa Konsultansi meliputi hal-hal sebagai berikut:

Pengawasan Teknis

Sertifikasi perkembangan fisik konstruksi dan pembayaran

Pelaporan dan evalusi proyek

Mempersiapkan serah terima pekerjaan

Rencana Mutu
Pekerjaan

Persiapan kegialan pemeliharaan dan pasca konstruksi

Merekomendasikan tindak lanjut yang diperlukan daerah.

Tugas dan Kewajiban Tim Konsultan Pengawas / Supervisi Konstruksi adalah meliputi hal-hal sebagai
berikut:
1. Membantu PPK BRR Bantuan Perumahan dan Permukiman Wilayah Aceh Timur dan Kota Langsa
dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam mengendalikan pelaksanaan pekerjaan agar
pekerjaan dapat diselesaikan sesuai dengan desain, persyaratan dan ketentuan-ketentuan yang
tercantum serta jadual dalam dokumen kontrak serta jadwal yang telah ditetapkan.
2. Membantu PPK BRR Bantuan Perumahan dan Permukiman Wilayah Aceh Timur dan Kota Langsa
dalam memahami dan melaksanakan ketentuan-ketentuan hukum yang tercantum dalam dokumen
kontrak, terutama sehubungan dengan pemenuhan kewajiban dan tugas kontraktor.
3. Menyiapkan rekomendasi sehubungan dengan "Contract Change Order" dan "Addendum",
sehingga perubahan-perubahan kontrak yang diperlukan dapat dibuat secara optimum dengan
mempertimbangkan seluruh aspek dana yang tersedia.
4. Melaksanakan pengumpulan data lapangan yang diperlukan secara terperinci untuk mendukung
peninjauan desain (Review Desain), menyusun perhitungan desain, Membuat gambar desain dan
menyiapkan perintah-perintah kepada kontraktor sehingga perubahan desain tersebut dapat
dilaksanakan.
5. Melaksanakan pengecekan secara cermat semua pengukuran dan perhitungan volume pekerjaan
yang akan dipakai sebagai dasar pembayaran, sehingga semua pengukuran pekerjaan,
perhitungan volume dan pemhavaran didasarkan kepada kelenluan-ketentuan yang tercanlum
dalam dokumen kontrak.
6. Melaporkan kepada PPK BRR Bantuan Perumahan dan Permukiman Wilayah Aceh Timur dan Kota
Langsa semua masalah sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan termasuk keterlambatan
pencapaian target fisik, serta usaha-usaha penanggulangan dan tindak turun langan yang
diperlukan.
7. Melakukan monitoring dan pengecekan secara terus menerus sehubungan dengan pengendalian
mutu dan volume pekerjaan, serta menandatangani "Monthly Certificate (MC)" apabila mutu dan
pelaksanaan pekerjaan telah memenuhi semua persyaratan dan ketentuan yang berlaku.
8. Melakukan pengecekan dan persetujuan atas gambar-gambar terlaksana ("As-Built Drawing") yang
menggambarkan secara terperinci setiap bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh
Kontraktor.

9. Membantu PPK BRR Bantuan Perumahan dan Permukiman Wilayah Aceh Timur dan Kota Langsa
dalam melaksanakan "Provisional Hand Over" dan "Final Hand Over", terutama dalam menyusun
daftar kerusakan dan penyimpangan yang perlu diperbaiki.

F.2

Pendekatan Masalah
Pendekatan masalah dalam rangka layanan pengawasan teknis dapat didekati dari aspekaspek sebagai berikut:
F.2.1 Pe.ngendalian Teknis
Bertindak untuk dan atas nama Pemberi Tugas, Konsultan Supervisi mengendalikan
pelaksanaan fisik yang dilakukan oleh Kontraktor.
Lingkup pengendalian antara lain meliputi:
1. Aspek mutu hasil pekerjaan
2. Aspek volume pokerjaan
3. Aspek waktu penyelesaian pekerjaan
4. Aspek biaya keseluruhan proyek.
Semua aspek di atas harus merujuk dan mengikuti ketentuan dan syarat-syarat yang
tercentum dalam Dokumen Kontrak.
F.2.2 Pengendalian Atas Koordinasi Terkait
Konsultan Pengawas dalam rangka melaksanakan tugas pengendalian teknis tersebut
di atas berkewajiban mengendalikan proses koordinasi dengan pihak lain yang terkait
dalam proyek tersebut
F.2.3 Pengendalian Administrasi Proyek
Dalam hal ini, Konsultan berkewajiban merancang, memberlakukan serta
mengendalikan pelaksanaan keseluruhan sistem administrasi proyek yang diawasinya,
yaitu mencakup antara lain surat-menyurat, memorandum, risalah rapat laporanlaporan, contoh barang, foto dokumentasi, berita acara, gambar, sketsa, brosur,
kontrak, addendum dan hal-hal lain yang dianggap perlu.
Langkah-langkah dan tindakan yang akan dilakukan Konsultan Pengawas untuk
maksud di atas adalah :
1. Mempelajari, menanggapi, memecahkan dan menyelesaikan sampai tuntas
maksud dari surat masuk maupun keluar.

2. Memperhatikan memorandum dan risalah untuk pedoman dalam pelaksanaan


tugas konsultan.
3. Mempersiapkan

dan

mengecek

contoh

barang/bahan

agar memenuhi

persyaratan yang ditetapkan baik kualitas maupun kuantitas.


4. Membuat foto-foto dokumentasi pada setiap paket pekerjaan.
5. Mempelajari dan mengecek gambar-gambar/sketsa pelaksanaan agar tidak ada
penyimpangan maupun sesudah pekerjaan selesai
6. Membantu/menyiapkan addendum serta lain-lain yang dianggap perlu.
F.2.4 Monitoring dan Manajemen Teknik
1).

Fungsi dan Proses Peiigendalian


Pengendalian/monitoring adalah usaha yang sistematis untuk menentukan
standard yang sesuai dengan sasaran, merancang system informasi,
membandingkan pelaksanaan dengan standard, menganalisis kemungkinan
adanya penyimpangan antara pelaksanaan dan standard, kemudian mengambil
tindakan pembetulan yang diperlukan agar sumber daya digunakan secara efektif
dan efisien dalam rangka mencapai sasaran.
Langkah-langkah Proses Monitoring Proyek dapat diuraikan sebagai berikut::
1.

Menentukan sararan.

2.

Menentukan definisi lingkup kerja.

3.

Menentukan standard and criteria sebagai patokan dalam rangka mencapai


sasaran.

4.

Merancang/ menyusun sistem informasi, pemantauan, dan pelaporan hasil


pelaksanaan pekerjaan.

5.

Mengkaji, investigasi dan menganalisis hasil pekerjaan terhadap standard,


criteria, dan sasaran yang telah ditentukan.

6.
2).

Mengadakan tindakan pembetulan.

Teknik dan Metoda Pengendalian


Suatu sisiem pemantauan dan pengendalian memerlukan perencanaan yang
analisis sebagai tolok ukur pencapaian sasaran dan harus dilengkapi dengan
metode

yang

dapat

segera

penyimpangan (bila terjadi).

mengungkapkan

tanda-tanda

terjadinya

Agar suatu system pengendalian/monitoring dapat bekerja dengan efektif,


diperlukan unsur-unsur sebagai berikut:
1. Tolok ukur yang realistis.
2. Perangkat yang dapat memproses dengan cepat dan tepat.
3. Perkiraan yang akurat.
4. Rencana tindakan (Action Plan).
Salah satu bagian pengelolaan mutu proyek yang penting adalah menyusun serta
menerapkan Program Penjaminan Mutu (Quality Assurance). Tujuan utama
kegiatan penjaminan mutu adalah mengadakan tindakan-tindakan yang
dibutuhkan untuk memberikan

kepercayaan

kepada

semua

pihak yang

berkepentingan bahwa tindakan yang diperlukan untuk mencapai tindakan mutu


produk yang telah dilaksanakan dengan berhasil. Ini semua dapat ditunjukkan
dengan catatan dan dokumen yang berkaitan dengan Quality Assurance/ Quality
Controll (QA/QC).
Audit pada aspek mutu perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana Program
QA/QC yang telah dilaksanakan. Hal-hal yang diaudit meliputi:
1. Program menyeluruh untuk mencapai sasaran mutu.
2. Kriteria fit for uses dan aman.
3. Mengikuti peraturan dan prosedur.
4. Memenuhi spesifikasi dan kriteria.
5. Identifikasi dan koreksi kekurangan yang menyebabkan objek tidak
memenuhi mutu.
6. Dokumen yang mencatat hasil implementasi program QA/OC.
F.2.5

Evaluasi Rencana
Konsultan Pengawas melakukan evaluasi atas rencana proyek yang akan
dilaksanakan serta menyarankan perubahan/penyempurnaan/ penyesuaian rencana
yang perlu dilakukan (bila ada), guna menjamin tercapainya maksud dan tujuan proyek
dengan sebaik-baiknya.

F.2.6 Verifikasi Hasil Pekerjaan Kontraktor


Konsultan Pengawas berwenang dan pada saatnya berkewajiban menyatakan bahwa
hasil pekerjaan Kontraktor telah memenuhi semua persyaratan untuk disetujui atau
disyahkan oleh Pemberi Tugas.
F.2.7 Kontrol Sistematik Terhadap Kegiatan Lapangan
Dalam konteks lebih luas, pekerjaan Konsultan Pengawas mengembani juga fungsi
kontrol Manajemen Proyek Konstruksi. Sebelum memeriksa hasil pekerjaan, perlu
diperiksa dahulu persiapan kerjanya. Persiapan pekerjaan yang dilakukan setengahsetengah atau dengan cara perencanaan yang mendadak, akan mengakibatkan hasil
kerja yang tidak memuaskan. Untuk menanggulangi masalah ini, diperlukan suatu
kontrol yang sistematik. Pengawas Lapangan perlu menerapkan system yang baik di
lapangan.
Kontrol yang sistematik terhadap kegiatan di lapangan memiliki 3: (tiga) tujuan, yaitu :
1.

Meninjau secara periodik hasil dan kemajuan pekerjaan pada beberapa ruas
bidang kegiatan pokok. Bila terdapat kekurangan ang terjadi, maka harus di
kembangkan sasaran jangka pendek

2.

Memaslikan balma pekorjaan pengawasan berjalan secara benar sehingga


peringatan secara dini dapat diberikan apabila terjadi sesuatu kesalahan.

3.

Mengamankan bahwa biava sudah dianggarkan oleh proyek tidak dilampaui bila
terjadi perubahan kontrak.

Bidang-bidang sasaran kegiatan pokok yang perlu dikontrol pada waktu peninjauan di
lapangan, antara lain :
1. Pencapaian target fisik.
2. Pencapaian target keuangan.
3. Pengadaan dan pembelian barang, bahan dan peralatan.
4. Pemakaian tenaga kerja dan peralatan yang menjamin efektifitas dan efisiensi
kerja lapangan.
5. Pemantapan kerjasama antara pekerja proyek dari seluruh bagian/divisi.
6. Hubungan dengan Pihak Pemilik.
Tiap bidang tersebut di atas ditinjau apakah situasinya mantap, kurang memadai atau
menunjukkan tendensi yang tidak menggembirakan. Dengan mengetahui keadaan dan

situasi masalah dengan benar, maka langkah-langkah yang diambil untuk


mengatasinya akan lebih cepat dan efektif.
F.2.8

Pengontrolan Proyek
Merencana dan membangun adalah suatu aktifitas yang dinamis, dan yang
dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor. Karena itu; network/S-Curve Chart yang
telah disetujui sebagai pegangan untuk pelaksanaan harus dicek kembali secara
periodik:
1. Apakah waktu yang telah direncanakan telah ditepati.
2. Akan dipakai dalam jangka panjang atau pendek.
3. Nantinya akan ditepati (jangka panjang).
Bila perlu dapat diadakan perubahan baru untuk mengendalikan jalannya proyek
seperti yang dikehendaki.
1. Jarak Waktu Kontrol
Jarak waktu kontrol dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam rentang waktu, yaitu:
a) I - 2 minggu untuk aktifitas - aktifitas yang kritis atau yang mendekati kritis.
b) 2-4 minggu untuk aktifitas - aktifitas yang tidak kritis.
2. Cara Mengontrol
Dibedakan 3 (tiga) cara mengontrol, yaitu sebagai berikut::
a) Untuk sebuah aktifitas yang akan dimulai : disajikan langkah-langkah cara
mengontrol seperti Flow Chart Gambar 6.4.
b) Untuk menguji pekerjaan yang seharusnya sudah dimulai : disajikan langkah
-langkah cara mengontrol seperti Flow Chart Gambar 6.5.
c) Untuk menguji pekerjaan yang seharusnya sudah selesai : disajikan langkahlangkah cara mengontrol seperti Flow Chart Gambar 6.6.

F.2.9

Fungsi Konsultan Pengawas


Fungsi Konsultan Pengawas pada dasarnya dibagi dalam 2 (dua) fungsi, yaitu Fungsi
Administratif dan Fungsi Pengawasan (Supervisi).
1).

Fungsi Administrasi :
Fungsi Administrasi terdiri ari :

1. Membantu PPK BRR Bantuan Prumahan dan Permukiman Wilayah Aceh


Timur dan Kota Langsa dalam memahami dan melaksanakan ketentuanketentuan hukum yang tercantum dalam Dokumen Kontrak, terutama yang
berhubungan dengan penentuan kewajiban dan tugas Kontraktor.
2. Mengadakan komunikasi surat-menyurat dan membuat memorandum atas
pekerjaan konstruksi.
3. Membuat dokumentasi hasil-hasil test pelaksanaan pekerjaan berupa foto
dokumentasi yang dibuat sebelum proyek dilaksanakan (mulai), sedang
dilaksanakan dan pada saat proyek selesai, serta kejadian lapangan lainnya.
4. Menyiapkan dan menyampaikan laporan pekerjaan secara berkala.
5. Menyiapkan rekomendasi sehubungan dengan "Contract Change Order" dan
"Addendum" sehingga perubahan-perubahan konbrak yang diperlukan dapat
dibuat secara optimal dengan mempertimbangkan semua aspek yang ada.
2).

Fungsi Pengawasan (Supervisi)


Fungsi Pengawasan (Supervisi) meliputi :
1. Membantu PPK BRR Bantuan Perumahan dan Permukiman Wilayah Aceh
Timur dan Kota Langsa dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya
mengendalikan pelaksanaan pekerjaan agar pekerjaan dapat diselesaikan
sesuai dengan desain, persyaratan dan ketentuan-ketentuan yang tercantum
dalam Dokumen Kontrak serta Jadwal Waktu yang telah ditetapkan.
2. Melaksanakan pengumpulan data lapangan yang diperlukan secara terperinci
untuk mendukung Review Design (bila ada), membantu PPK BRR Bantuan
Perumahan dan Permukiman Wilayah Aceh Timur Dan Kota Langsa sehingga
perubahan desain tersebut dapat dilaksanakan.
3. Melaksanakan pengecekan secara cermat semua pengukuran dan
perhitungan volume pekerjaan yang akan dipakai sebagai dasar pembayaran
didasarkan kepada ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Dokumen
Kontrak.
4. Meninjau pengadaan personil dan peralatan Kontraktor apakah sesuai
dengan kebutuhan yang disyaratkan.
5. Memantau dan mengecheck pengendalian mutu dan volume pekerjaan untuk
Sertifikasi Pembayaran Bulanan "(Monthly Certificate (MC)".

6. melakukan pengeceheckan dan persetujuan Gambar Terlaksana ("As Built


Drawing").
7. Mambantu PPK BRR Bantuan Perumahan dan Permukiman Wilayah Aceh
Timur dan Koya Langsa dalam menyiapkan pelaksanaan "Provisional Hand
Over (PHO)" dan pada beberapa kondisi kontrak juga "Final Hand Over
(FHO)".
F.2.10 Tanggung Jawab Konsultan Pengawas
Konsultan Pengawas bertanggung jawab penuh kepada PPK BRR Bantuan
Perumahan dan Permukiman Wilayah Aceh Timur dan Kota Langsa bahwa hasil
pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan oleh Kontraktor adalah benar-benar sesuai
dengan ketentuan dalam Dokumen Kontrak. Konsultan Pengawas harus memberikan
jaminan segala ijin kerja, persetujuan dari setiap jenis / langkah pelaksanaan,
persyaratan konstruksi, mutu hasil pekerjaan, volume pekerjaan dan persyaratan
lainnya, sudah sesuai dengan spesifikasi dan rnetoda pelaksanaan yang telah
disepakati.
Untuk memperjelas uraian tersebut di atas, berikut ini dilengkapi Gambar 6.7 Bagan
Alir Aktivitas Pelaksanaan Pekerjaan sejak pekerjaan dimulai sampai pekerjaan
selesai.
F.2.11 Pengendalian Mutu
Selama

periode

kontruksi,

Konsultan

akan

senantiasa

memberikan

pengawasan/arahan, bimbingan dan instruksi yang diperlukan oleh' Kontraktor guna


menjamin bahwa semua pekerjaan dilaksanakan dengan baik, tepat kualitas.
Aspek-aspek pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
konstruksi antara lain sebagai berikut di bawah ini namun tidak terbatas pada :
1. Peralatan laboratorium dan personil
2. penyimpanan Material / bahan
3. cara pengangkutan material / campuran ke lokasi pekerjaan
4. Pengujian material yang akan digunakan
5. Pengujian rutin laboratorium selama pelaksanaan
6. Tes lapangan
7. Administrasi dan formulir-formulir.

Pengendalian kualitas tersebut di atas dapat diuraikan berikut ini:


1).

Peralatan Laboratorium dan Personil


Peralatan laboratorium yang perlu dipergunakan, seperti disebutkan dalam buku
spesifikasi, dan dimungkinkan dapat menggunakan laboratorium / fasilitas
pengujian yang berbadan hukum resmi atas ijin pemberi tugas. Peralatan
laboralorium tersebut harus dalam kondisi layak pakai dan telah dilakukan
kalibrasi sebelumnya, sehingga hasil pengujian yang didapat dengan
menggunakan alat tersebut dapat mewakili keadaan sebenarnya. Untuk peralatan
yang baru, kalibrasi biasanya telah dilakukan oleh Pabrik yang mengeluarkan alat
tersebut. Sedangkan untuk alat-alat yang lama, kalibrasi dapat dilakukan dengan
instansi-nstansi yang berwenang untuk melakukan kalibrasi.
Personil/tenaga kerja yang terkait untuk melakukan pengujian harus cukup
berpengalaman dan mengenal dengan baik tentang testing laboratorium maupun
lapangan.

2).

Penyimpanan Bahan/Material
Bahan-bahan harus disimpan dengan suatu cara yang sedemikian rupa untuk
menjamin perlindungan kualitas. Bahan-bahan yang disimpan harus ditempatkan
sedemikian rupa sehingga mudah diperiksa oleh Konsultan.
Tempat penyimpanan harus bebas dari tumbuh-tumbuhan dan puing, harus
mempunyai drainase yang lancar. Bahan-bahan yang diletakkan langsung di atas
tanah tidak boleh digunakan dalam pekerjaan kecuali tempat kerja tersebut telah
dipersiapkan dan diberi lapisan atas dengan suatu lapisan pasir atau kerikil
setebal 10 cm.

3).

Cara Pengangkutan Material/Campuran


Konsultan dapat melakukan pembatasan bobot pengangkutan untuk perlindungan
terhadap setiap jalan atau struktur yang ada di sekitar proyek.
Bilamana terjadi gangguan diantara operasi berbagai pekerjaan, Konsultan akan
mempunvai wewenang untuk memerintahkan Kontraktor dan untuk menentukan
urutan pekerjaan yang diperlukan guna rnempercepat penyelesaian seluruh
proyek.

4).

Pengujian Material yang Akan Digunakan


Semua material dari setiap bagian pekerjaan akan diperiksa oleh Konsultan. Staf
Konsultan setiap saat akan membuat rencana untuk memeriksa material yang
akan digunakan berdasarkan atas jadwal kerja Kontraktor.
Walaupun bahan-bahan yang disimpan telah disetujui sebelum penyimpanan,
namun dapat diperiksa ulang dan ditest kembali oleh Konsultan.
Material yang akan digunakan harus ditest di laboratorium untuk mendapatkan
persetujuan dari Konsultan, dengan jumlah dan jenis test seperti yang disebutkan
dalam spesifikasi.

5).

Pengujian Rutin Laboratorium


Selama pelaksanaan seperti yang disebutkan dalam spesifikasi, bahan-bahan
atau campuran-campuran perlu dilakukan pengujian rutin harian atau selama
pekerjaan berlangsung, guna menjamin kualitas sesuai persyaratan.
Jenis dan frekuensi / jumlah tes rutin ini seperti yang disebutkan dalam
spesifikasi.

6).

Test Lapangan
Setelah pekerjaan selesai dilaksanakan, produk tersebut perlu diadakan
pengujian / test lapangan seperti apa yang disebutkan dalam persyaratan
pengujian.

7).

Formulir-fornuilir Pengujian
Formulir-formulir pengujian baik untuk testing di laboratorium dan lapangan,
menggunakan form yang sudah baku dan disetujui oleh Pemberi tugas.
Untuk memperjelas uraian lersebut di atas, berikut ini dilengkapi Gambar 6.8
Bagan Alir Pengendalian Mutu.

8).

Pengendalian Kuantitas (Volume)


Pengawasan Kuantitas (Quantity Control) adalah pengawasan terhadap bahanbahan/campuran (atau setiap item pekerjaan) yang dilakukan oleh Kontraktor
pada waktu sebelum pelaksanaan, pada saat pelaksanaan dan setelah
pelaksanaan.

Konsultan akan memproses bahan-bahan/campuran berdasarkan:

Hasil pengukuran yang memenuhi batas toleransi pembayaram

Metoda perhitungan.

Lokasi pekerjaan.

Jenis Pekerjaan.

Tanggal diselesaikannya pekerjaan.

Setelah produk pekerjaan memenuhi syarat baik kualitas maupun elevasi dan
persyaratan lainnya, maka pengukuran kuantitas dapat dilakukan, sehingga
didapat volume pekerjaan yang akurat dan tepat. Dengan demikian volume yang
disetujui oleh Konsultan dan akan disertifikasi adalah benar terukur dan dapat
dipertanggungjawabkan kepada pemberi Tugas.
Untuk memperjelas uraian di atas x proses pengendalian kuantitas dapat dilihat
pada Gambar 6.9 Diagram Pengendalian Volume.
9).

Pengendalian Waktu
Di dalam pelaksanaan proyek, alat berat, tenaga kerja dan jumlah jam kerja per
hari adalah sangat erat sekali hubungannya dengan waktu pelaksanaan
penyelesaian pekerjaan.
Di bawah ini adalah penjelasan bagaimana pengendalian waktu perlu mendapat
perhatian agar tidak terjadi perpanjangan waktu, sehingga tidak terjadi
pemborosan waktu, tenaga dan biaya.

Schedule Kontraktor
Sebelum pekerjaan dimulai Konsultan akan mengecek schedule pelaksanaan
yang telah dibuat Kontraktor. Apakah rencana kerja yang ditargetkan sudah
layak dan realistis. Misalnya dalam musim hujan, target pekerjaan lebih kecil
bila dibandingkan pada musim kemarau. Kemudian apakah metoda
pelaksanaan dan urutan kerja Kontraktor sudah sistematis, konsepsional dan
benar.
Selanjutnya berdasarkan schedule Kontraktor yang sudah disetujui oleh
Konsultan Pengawas, Konsultan Pengawas akan mengendalikan waktu
pelaksanaan tersebut

Dari time schedule tersebut bisa dijabarkan ke dalam target harian, sehingga
setiap hari apakah target volume tersebut bisa tercapai atau tidak, bila target
volume

tersebut

tidak

tercapai

maka

selisih

volume

harus

diprogramkan/dikejar untuk schedule hari berikutnya. Dengan time schedule


yang disebut dan disetujui itu bila dilaksanakan dengan sebagaimana
mestinya dan dikendalikan dengan baik maka diharapkan proyek bisa
diselesaikan "on schedule".
Sehingga volume pekerjaan yang direncanakan bisa diselesaikan dalam
waktu yang ditentukan.

Tenaga Kerja
Untuk melaksanakan suatu pekerjaan diperlukan sejumlah tenaga kerja,
sehingga pekerjaan akan bisa diselesaikan sesuai dengan jadwal/waktu yang
ditentukan. Bila pekerjaan diperkirakan tidak bisa diselesaikan sesuai dengan
waktu semula, maka tenaga kerja perlu di tambah atau tenaga kerja dua shift
atau kerja lembur/ overtime.
Dengan tenaga kerja cukup dan jam kerja yang cukup/efektif maka
diharapkan pelaksanaan pekerjaan bisa tepat waktu.

Jumlah Jam Kerja


Untuk penyelesaian suatu pekerjaan, tergantung pula pada jam kerja per hari.
Jumlah jam kerja yang sedikit akan menghasilkan produk yang lebih kecil
daripada bila jam kerjanya lebih banyak.
Jam kerja perlu disesuaikan dengan kapasitas alat, tenaga kerja, sedemikian
sehingga volume pekerjaan yang ditargetkan bisa diselesaikan. Kalau
pekerjaan tidak bisa diselesaikan pada siang hari, maka perlu untuk kerja
malam/overtime. Untuk administrasi pengendalian waktu, agar pengendalian
dapat dicapai secara optimal maka Konsultan akan memenuhi secara
sungguh-sungguh "Network Planning" yang umumnya dibuat oleh Kontraktor
dengan Metode Lintas Kritis ("Critical Path Method/CPM").
Mengingat sangat pentingnya "Network Planning" ini dalam suatu pekerjaan
pengawasan, maka konsultan akan menganalisa secara rutin "Network

Planning" dari Kontraktor dan akan membantu Kontraktor dalam mereview


dan menyusun kembali "Netwjork Planning" tersebut bila diperlukan.
Pengendalian

schedule

pelaksanaan

lainnya

dapat

menggunakan

"Barchart/S-Curve" yang bisa juga dapat digunakan "Vektor Diagram" yang


baik dan cocok untuk pekerjaan jalan karena dapal mengetahui/menunjukkan
lokasi dan waktu. Schedule ini, pada arah "basis" menunjukkan lokasi,
sedangkan pada arah "ordinat" menggambarkan waktu.
10). Pengendalian Biaya pelaksanaan Proyek
Didalam kontrak pelaksanan pekerjaan tercantum:

Biaya Proyek

Estimate Quantity / volume pekerjaan

Harga Satuan Pekerjaan

Guna pengendalian biaya pelaksanaan proyek, hal-hal pokok yang perlu


diperhatikan antara lain sebagai berikut :

Pengukuran hasil pekerjaan, perlu dilakukan dengan akurat dan benar-benar


sehingga volume yang dibayarkan sesuai dengan gambar rencana atau
terpasang. Dengan demikian volume dalam kontrak tidak dilampaui yang
pada akhirnya biaya yang dikeluarkan sesuai dengan yang dianggarkan.

Pekerjaan yang biasa dibayar adalah pekerjaan yang sudah diterima dari segi
pengukuran kuantitas dan kualitas, sehingga biaya yang dikeluarkan adalah
benar-benar untuk pekerjaan yang sudah memenuhi spesifikasi.

Pekerjaan yang bisa dibayar adalah pekerjaan yang tercantum dalam kontrak
dan harga satuan pekerjaaan yang sudah ada dalam kontrak pelaksanaan,
sehingga biaya proyek dibayarkan sesuai dengan item pekerjaan yang ada
dalam kontrak.

11) Administrasi Proyek dan formulir-formulir


Sebelum Kontraktor memulai aktivitas konstruksi, Kontraktor akan membuat suatii
permohonan secara tertulis kepada Konsultan untuk prosedur konstruksi dan
persetujuan pekerjaan dalam tahap yang logis.
Untuk maksud tersebut, Konsultan akan :

Menginspeksi dan menyetujui bahan-bahan yang akan digunakan.

Menginspeksi dan menyetujui pelaksanaan pekerjaan fisik.

Menginspeksi

dan

menyetujui

metode

dan

ketelitian pekerjaan

konstruksi

Melaksanakan test-test lapangan.

Malaksanakan test laboratorium terhadap sample yang akan diambil dari


lokasi kerja

Melaksanakan test-test yang lain sesuai dengan spesifikasi Bagian tersebut


di atas adalah merupakan sebagian dari administrasi/prosedur proyek yang
perlu didukung dengan suatu kelengkapan administrasi proyek, antara lain
dalam bentuk formulir/form misalnya, seperti yang ditunjukkan pada Gambar
6.10 Kelengkapan Administrasi Proyek.

Contoh beberapa form yang diperlukan proyek antara lain dan tidak terbatas pada
sebagai berikut di bawah ini:

Buku direksi

Time Schedule

Request & Shop Drawing

Record Cuaca

Foto Dokumentasi

Change Order

Addendum

Monthly Sertificate (MC)

Pemeriksaan Mutu

Pemeriksaan Lapangan Defects & Deficiencies (Kerusakan & ketidak


sempurnaan)

Form-form tersebut dapat dimodifikasi/ disesuaikan dengan kondisi/ kebutuhan


proyek.
12) Pemeriksaan dan Pembayaran
Kontraktor harus menyerahkan suatu nilai estimasi dari pekerjaan yang
dilaksanakan kepada Konsultan Pengawas pada setiap akhir bulan yang berjalan
atau sesuai aturan pembayaran^ yang selanjutnya disebut sebagai "Sertifikat

Bulanan (MQ atau Termijn". Format sertifikat bulanan harus sesuai dengan
standar atau diusulkan oleh Konsultan Pengawas dan disetujui oleh Pemberi
Tugas.
Konsultan Pengawas akan memeriksa kemajuan pekerjaan yang diajukan pada
sertifikat bulanan dan apabila telah dianggap sesuai dengan sebenarnya yang
telah terjadi dilapangan, selanjutnya dapat disetujui untuk ditandatangani
bersama oleh Wakil Kontraktor, Konsultan dan Pemimpin Proyek.
Sertifikat Pembayaran harus didukung / dilengkapi dengan back-up data yang
terdiri dari back-up Quantity Sheet dan backup Quality Control.
13) Pemeriksaan Pembayaran Akhir
Tim pengawasan teknis akan memeriksa kembali seluruh pembayaran yang telah
lalu. Pembayaran terdahulu yang sudah disetujui apabila terdapat kesalahan
akan dikoreksi pada pembayaran berikutnya/akhir.
14) Prosedur Perubahan (Contract Change Order)
Perubahan terhadap pekerjaan dapat dimulai oleh Direksi/Konsultan Pengawas
atau Kontraktor dan harus disetujui dengan suatu perintah perubahan yang di
tanda tangani oleh kedua belah pihak. Jika dasar pembayaran yang diterapkan
dalam suatu perintah perubahan tersebut menyajikan suatu perubahan dalam
struktur harga satuan jenis pembayaran atau suatu perubahan yang diperkirakan
dalam jumlah kontrak cukup besar, maka perintah perubahan harus dirundingkan
dan dirumuskan dalam suatu Addendum.
15) Sertifikat Penyelesaian Akhir
Bila Kontraktor menganggap pekerjaan akan selesai, termasuk semua kewajiban
dalam masa pelaksanaan, maka Kontraktor harus membuat permohonan untuk
Serah Terima Pertama, umumnya pada tingkat penyelesaian fisik mencapai 97 %
(Provisional Hand Over / PHO). Setelah penyelesaian dari setiap pekerjaan yang
diminta oleh Panitia Serah Terima, dan dilanjutkan dengan pemeriksaan akhir
terhadap pekerjaan tersebut, maka Konsultan membantu mempersiapkan
sertifikat akhir.
16) Pernyataan Perhitungan Akhir

Kontraktor harus membuat permohonan untuk pembayaran perhitungan

akhir,

bersama-sama dengan semua rincian pendukung sebagaimana diperlukan oleh


Konsultan Pengawas Setelah peninjauan kembali oleh Konsultan Pengawas dan
jika diperlukan, amademen oleh Kontrator,

Konsultan Pengawas akan

mengeluarkan suatu pernyataan perhitungan akhir yang

disetujui untuk

pembayaran oleh Pemberi Tugas.


17) Addendum Penutup
Berdasarkan pada rincian pernyataan Konsultan Pengawas mengenai
perhitungan akhir. selelah memperoleh tanda tangan Kontraktor, Konsullan
Pengawas akan menyampaikan addendum penutup tersebut kepada Pemberi
Tugas untuk ditandatangani bersama-sama dengan pernyataan perhitungan akhir
yang disetujui.
18) Dokumen Catatan Proyek
Kontraktor harus memelihara suatu catatan yang cermat tentang semua
perubahan dalam dokumen kontrak dan dokumen catataan proyek selama
pelaksanaan pekerjaan.
19) Serah Terima Pekerjaan
Konsultan memberikan pengarahan, petunjuk dan saran untuk membantu Direksi
menyusun rencana serah terima pekerjaan (PHO) dari Kontraktor kepada Direksi,
serta serah terima pekerjaan dari Direksi kepada Pemerintah Daerah dan dari
Pemerintah Daerah kepada masyarakat.
Bila Kontraktor menganggap pekerjaan akan selesai, termasuk semua kewajiban
dalam periode / masa jaminan, maka kontraktor harus membuat permohonan
untuk serah terima pertama.
Setelah penyelesaian dari setiap pekerjaan yang diminta oleh Panitia Serah
Terima, dan dilanjutkan dengan pemeriksaan akhir terhadap pekerjaan tersebut,
maka konsultan membantu mempersiapkan sertifikat penyelesaian akhir atau
berita acara serah terima pekerjaan.

F.3

Pengetahuan Tentang Pekerjaan Fisik Proyek

Berdasarkan telaahan konsultan terhadap desain yang ada, dokumen pelelangan pekerjaan
pelaksanaan fisik, konsultasi dengan staf proyek dan hasil peninjauan lapangan, pekerjaan
utama (major work) pelaksanaan fisik rehabilitasi dan rekonstruksi pada pembangunan
Perumahan dan Permukiman Kabupaten Aceh Timur dan Kota Langsa

urnum dapat

dikelompokkan kedalam 3 (tiga) kelompok, yaitu :


1. Pekerjaan Persiapan dan Pekerjaan Sementara.
2. Pekerjaan Sipil
3. Pekerjaan Metal
Uraian singkat dari 3 (tiga) kelompok kegiatan tersebut disajikan pada butir-butir berikut:
F.3.1

Pekerjaan Persiapan dan Pekerjaan Sementara


Pekerjaan Persiapan terdiri dari, penyediaan semua material, tenaga, peralatan,
peralatan konstruksi dan barang-barang lain yang dibutuhkan untuk pelaksanaan,
penyelesaian dan pemeliharaan / Pekerjaan Sementara dan Pekerjaan Permanen.
Pekerjaan

Sementara

pembangunan,

terdiri

pengaturan,

dari,

operasi,

pembentukan,

pendirian, pemasangan,

perbaikan, pemeliharan dan pekerjaan lain

dari bangunan sementara, peralatan konstruksi, jalan angkut dan jalan masuk,
pemindahan fasilitas umum seperti pipa air, kabel telepon, kabel listrik dan sebagainya.
Pekerjaan Sementara juga terdiri dari penghancuran, pembongkaran, penggantian
Pekerjaan Sementara setelah penyelesaian dan/atau penghentian Pekerjaan.
F.3.2

Pekerjaan Bangunan Gedung


Beberapa bangunan gedung diantaranya adalah bangunan pemerintahan dan
bangunan swasta. Bangunan pemerintahan misalnya kantor-kantor pemerintahan,
sekolah dan fasilitas umum yang dikelola oleh pemerintah, sedangkan bagunan
gedung swasta misalnya banguna pabrik, tempat usaha dan lain sebagainya. Adapun
halnya dengan bangunan perumahan ada yang dibuat oleh pihak swasta dan adapula
yang dibuat oleh pihak pemerintah, dalam hal ini perumahan dan PSD yang dibangun
oleh pihak PPK BRR Bantuan Perumahan dan Permukiman Wilayah Aceh Timur dan
Lota Langsa , yang tidak lain adalah sebuah bidang yang menangani pembangunan
perumaha dibawah suatu badan yang dibentuk oleh pemerintah yaitu BBR NAD Nias.
Bangunan Perumahan

Adalah suatu bangunan yang dibangun dalam satu kawasan untuk ditempati oleh
beberapa keluarga yang lengkap dengan fasilitsa penunjangnya. Konstruksi bangunan
rumah ini dapat dibedakan menurut jenisnya berdasarkan luas rumah tersebut atau
yang lebih sering disebut dengan type rumah, adapun beberapa type rumah
diantaranya adalah type 36, 40, 50, 60, 70 dll, sesuai dengan ukuran yang
direncanakan. Biasanya bagunan rumah type sederhana konstruksinya juga sederhana
yang terdiri dari bagunan atas dan bagunan bawah. Bangunan atas terdiri dari sloof,
kolom, ringbalk, atap, dinding lantai dll, sedangkan bagunan bawah teriri dari pondasi.
Mengenai material yang digunakan sangat tergantung pada perencanaa dan letak
suatu bangunan tersebut . Ada yang memakai beton bertulang, baja, kayu dll.
F.3.3 Pekerjaan Tanah
Yang termasuk dalam Pekerjaan Tanah adalah pekerjaan galian, pekerjaan
pengurukan dan pekerjaan timbunan.
1.

Pekerjaan Galian
Istilah "Galian" dalam suatu pelaksanaan pekerjaan bangunan umumnya terdiri
dari : (i) pembersihan, pengupasan/ pendongkelan dan pengupasan; (ii) galian
struktur; (iii) galian saluran, kecuali yang dilaksanakan dengan kapal keruk
(dredger); dan (iv) pembuangan dan/atau penumpukan tanah hasil galian.
a. Pembersihan, pengupasan, pendongkelan dan pembongkaran.
Pekerjaan ini pada umumnya terdiri dari pembersihan semua pohon,
tumbuhan, tonggak, akar, semak-semak, sampah dan barang lain dari
kawasan tapak pekerjaan seperti ditentukan. Barang yang diperoleh dari
operasi pembersihan tersebut dibakar atau dibuang pada lokasi yang
disetujui.
Pengupasan pada umumnya dilakukan pada kawasan yang direncanakan
untuk bagunan konstruksi dan bangunan lainya, sesuai dengan gambar
konstruksi, yaitu pembuangan lapisan atas tanah, batu dan benda lain
sampai kedalaman 30 cm. Material hasil pengupasan dibuang atau ditimbun
pada lokasi yang ditentukan. Setelah pembersihan, bila tedapat akar pohon,
perlu dilakukan pendongkelan kemudian dibakar atau dibuang pada lokasi
yang ditentukan.

b.

Galian saluran dan galian struktur


Galian saluran adalah galian yang dilakukan untuk pembentukan penampang
saluran sesuai dengan gambar konstruksi, sedangkan galian struklur adalah
galian yang diperlukan untuk pekerjaan bangunan/ bangunan bawah (sub
structure) seperti pondasi. Metode dan peralatan yang digunakan dalam
pelaksanaan galian mengikuti ketentuan didalam spesifikasi teknis, supaya
pekerjaan bisa berlangsung dengan efektif dan aman.
Berdasarkan material yang digali, pekerjaan galian dapat dibedakan sebagai
berikut:
-

Galian Biasa, adalah galian terbuka dan segala material termasuk tanah,
tanah liat, lanau dan lain-lain yang tidak termasuk batu atau karang.

Galian Pasir dan Kerikil, adalah galian terbuka dari pasir, kerikil dan
campuran keduanya yang umumnya terjadi akibat sedimentasi, yang
memerlukan penguraian secara manual atau menggunakan perkakas.

Galian Padas, adalah galian terbuka dari material padas yang


disebabkan

pelapukan

yang

membutuhkan penguraian dengan

membongkar atau menggunakan peralatan berat tanpa pengeboran dan


peledakan agar berdaya guna sesuai rencana.
2.

Timbunan
Pekerjaan ini

terdiri

dari penggangkutan,

pengendalian kelembaban,

penempatan, penghamparan dan pemadatan tanah atau bahan butiran lainnya


yang diperlukan untuk timbunan dibawah lantai bangunan, pembentukan
konstruksi menurul garis kelandaian dan ketinggian dan penampang melintang
yang diperlukan dalam pekerjaan timbunan tanggul, tanggul bangunan, timbunan
jalan dan oprit serta urugan kembali galian strukur.
Ada 2 (dua) jenis tanah untuk bahan timbunan, yaitu timbunan biasa (Common
Embankment) dan tanah timbunan pilihan (Selected Material).
Sifat masing-masing material Common Embankment dan Selected Material
adalah :
COMMON EMBANKMENT
Material yang digunakan sebaiknya
dipiJih tidak termasuk tanah yang
mempunyai platisitas tinggi, yang
dilklasiftkasi sebagai A-7-6 dari
persyaratan AASHTO M 145 atau CH
dalarn klasifikasi tanah "Unified"

SELECTED MATERIAL
Apabila
harus
dilaksanakan
pemadatan pada konsdisi jenuh atau
banjir, maka material yang digunakan
haruslah pasir atau kerikil atau bahan
berbutir bersih dengan indeks
plastisitas maksimum 6 %

Tanah yang pengembangannya tinggi


(retakan) yang mempunyai nilai aktif >
1,25 drajat pengembangan yang
diklasifikasikan oleh AASHTO T 258
sebagai "sangat tinggi" atau "luar
biasa tinggi", tidak biasa tinggi", tidak
boleh digunakan sebagai bahan
urugan. Material timbunan yang
digunakan pada lapisan 30 cm
dibavvah tanah dasar perkerasan atau
bahu hatus mempunyai CBR minimum
6 % setelah peredaman 4 hari bila
didapatkan 100 % dari kepadatan.
kering maksimum (MDD), seperti yang
ditetapkan oleh AASHTO T 99.

Semua material harus mempunyai


CBR minimum 10 % setelah 4 hari
perendamart bila dipadatkan sampai
100% kepadatan kering meksimum
sesuai dengan AASHTO T 99

Kepadatan telah harus dites (AASHTO T 191) dengan jarak tidak boleh lebih dari
200 meter sepanjang lokasi timbunan atau pada jarak kurang dari 200 apabla
diinginkan oleh konsultan. Contoh tanah pondasi harus diambil jarak 200 meter
atau di lokasi-lokasi yang mempunyai jenis tanah yang berbeda dan dilakukan
pengetesan sesuai dengan AASHTO T 99 untuk mendapatkan maximum dry
Density tanah.
Timbunan tidak boleh dilakukan untuk ketebalan tiap lapis lebih dari 20 cm padat
atau kurang dari 10 cm padat. Pemadatan hanya dapat dilaksanakan apabila
kandungan air berkisar antara 3 % dibawah kadar air optimum (dapat dicari
dengan menggunaan AASHTO T 99) sampai 1 % diatas kadar air optimum.
Standar pemadatan yang harus dicapai untuk timbunan tanah adalah:
LOKASI TIMBUNAN
STANDAR PEMADATAN MINIMUM
Lapisan lebih dari 30 cm dibawah 95 % kepadatan kering maksimum
permukaan tanah dasar rencana

(maximum Dry Density) yang ditentukan


berdasarkan AASHTO T 99 mengontrol

material yang oversize


Lapisan samapai dengan 30 cm di 100 % kepadatan kering maksimum
bawah permukaan tanah dasar

(maximum Dry Density) yang ditentukan

rencana

berdasarkan

AASHTO

99

mengontrol material yang oversize

dan

Pengendalian mutu yang efektif harus dilakukan untuk memastikan bahwa


prosedur

pelaksanaan yang baik telah dilaksanakan oleh kontraktor dan

kombinasi dengan pengetesan acak terhadap bagian dan pokerjaan yang mewakili
untuk dievaluasi agar dipastikan bahwa persyaratan standar telah dicapai dan
membuktikan bahwa persyaratan spesifikasi telah dipenuhi.
Program Pengambilan Contoh dan Pengetesan dapat dilihat pada tebel di bawah
ini:
URAIAN PEKERJAAN
Penyiapan Tanah Dasar

PROGRAM KONTROL MUTU YANG DIBUTUHKAN

Periksa kepadatan dari kelebihan dari 30 cm


pada interval < 200 ni dengan inenggunakan
AASHTOT191

Tentukan kepadatan kering maksimum


(MOD) dari setiap jenis material tanah dasar
dengan menggunakan AASHTO T99

Periksa elevasi dan keratin dari permukaan


tanah dasar akhir setiap interval 25 meter
Mutu Material Timbunan
Untuk material yang telah disetujui dipaki
sebagai timbunan biasa atau timbunan pilihan
sedikit 3 contoh yang rnewakili dilakukan
pengetesan untuk mendapatkan:
Plasticity index (AASHTO T 90)
Clay content (AASHTO T 88)
Activity value :
CBR setelah 4 hari direndam pada
kepadatan kering maksimum (AASHTO T 99
dan T 193)

Pengetesan koritrol mutu rutin yang meliputi


PI dan Clay Content sedikitnya 1 contoh dari
setiap 100 M3 tanah timbunan.
Standar
Pemadatan
Periksa kepadatan setiap lapis timbunan
Tanah Timbunan
untuk interval < 200 m atau setiap dengan
menggunakkan AASHTO T191
Pondasi
di
bawah
Periksa kepadtan pada 15 cm di atas tanah
timbunan
dengan
pondasi setiap interval < 200 meter dengan
ketinggian < 1 meter
menggunakan AASHTO T 91 P

Tentukan kepadatan kering maksimum untuk


setiap jenis
material
pondasi dengan
mengguankan AASHTO T 99

F. 3.4

Pekerjaan Beton

Pada umumnva pekerjaan beton, diperlukan pada pembangunan bendung, gedung


baik untuk sub structure mapupun bangunan atas, pembualan taanggul, pembualan
jembatan dan bangunan-bangunan lainnya.
1. Material
a. Semen dan bahan Tambahan
Semen yang dipergunakan dalam pekerjaan harus berkualitas Portland
Cement jenis biasa seperti ketentuan pada NI-8 atau SII0013 dan atau sesuai
dengan Spesifikasi yang ditentukan.
Penanganan dan penyimpanan yang sesuai harus diperhatikan. Semen di
gudang harus memiliki tinggi lantai minimal 30 cm di atas permukaan tanah,
dan diatur sedemikian rupa agar tercapai system "fifo" (First in Should be fiest
out), tidak lebih dari 13 zak ditumpuk.
Tidak ada semen yang disimpan lebih dari 90 hari digunakan untuk pekerjaan
pokok kecuali pengujian membuktikan bahwa semen tersebut masih dalam
keadaan layak pakai.
Bila diperbolehkan di dalam spesifikasi, bisa digunakan campuran untuk
peningkatan beton dan kemudahan pengerjaan.
Bahan tambahan gelembung udara (air entraining admixture) harus
dipergunakan disemua beton, yang memenuhi syarat ASTM C 260 atau yang
setara.
b. Agregat
b.1

Agregat Halus.
Agregat halus adalah agregat dengan ukuran butiran maksimum 5
(lima) mm, dan butiran ini berisi pecahan-pecahan batu. Angregat halus
harus bersih, kuat, keras, padat tahan lama tidak tertutup lapisan dan
harus bebas dari sejumlah bahan yang tidak diinginkan. Agregat halus
harus diuji dengan natrium sulfat sesuai dengan SI1 0088 lima kali dan
kehilangan maksimun tidak boleh lebih dari 10 %. Agregat halus harus
bergradasi uniform dan bila diuji sesuai dengan FBI 1971, NI-2 akan
menghasilkan data sebagai berikut:

Agregat halus yang tinggal di atas saringan 4 mm, kurang dari 2 %


berat

Agregat halus yang tinggal di atas saringan 1 mm, kurang dari 10 %


berat.

Agregat halus yang tinggal di atas saringan 0,25 mm, diantara 85 %


- 95 % berat.

b.2

Agregat Kasar.
Agregat Kasar adalah agregat dengan ukuran butiran minimum 5 (lima)
mm dan dengan gradasi teratur dari 5 (lima) mm sampai ukuran
terbesar yang dibutuhkan pekerjaan beton, yang terdiri dari batu, kerikil
dan material dari batu, kerikil dan material lemban lain yang pecah atau
bulat. Agregat kasar harus memiliki gradasi seragam dengan ukuran
maksimum sesuai kebutuhan untuk berbagai kelas beton yang sesuai
dengan FBI 1971, NI-2. Penanganan dan penyimpanan agregat kasar
harus dilakukan sedemikian rupa untuk mencegah segregasi atau
masuknya material asing.

c. Air
Air yang digunakan untuk mencampur beton dan adukan harus disediakan
sesuai dengan spesifikasi, yaitu harus bebas dari bahan yang merugikan
seperti minyak, asam, garam, basa, organic dan bahan merusak lainnya.
d. Campuran Beton
Beton disusun dari Portland cement, air, aggregat halus dan kasar
bahan

dari

tambahan yang diaduk rata sampai kekentalan tertentu. jenis

beton ditentukan dalam 4 (empat) kelas dan beton tumbuk, setiap jenis beton
digunakan sesuai dengan spesifikasi dan tempat yang diperlihatkan pada
gambar konstruksi, secara umum diuraikan di bawah ini:
Beton K-500, dipergunakan untuk beton struktur, gorong-gorong, jalan
kereta api dan jalan tol.
Beton Kelas B, dipergunakan dimana saja untuk struktus beton bertulang dan
tak bertulang.
Beton Kelas C, dipergunakan untuk struktur massif.

Beton Tumbuk, dipergunakan sebagai lapisan tipis dibawah pondasi telapak,


pelat dan tempat lain sesuai dengan gambar konstruksi.
Jenis beton berdasarkan kuat tekan pada umur 28 hari dan ukuran maksimum
agregat seperti di bawah ini:

Kelas
Kelas - 500
A
B
C
D
Beton Tumbuk

Ukuran Max Dari


agregat (mm)

Kuat tekaii 28 hari


(kg/cm2)

Perbandingan
Air / semen

25
25
31,5
31,5
31,5

500
350
225
175
125
100

37,50
40
45
50
60
60

e. Mencampur Beton (Concrete Mixing)


Ada tiga cara pencampuran beton yaitu :

f.

Mencampur beton dengan Pengaduk Mekanis

Mencampur beton dalam truck dan

Mencampur beton secara manual.

Beton Siap pakai (Ready Mix Concrete)


Dalam pekerjaan pembangunan siap pakai yang dicampur di mesin pengaduk
pusat milik pabrikan, dengan persetujuan tertulis dari Direksi, yang akan
diberikan bila Kontraktor dapat menjamin bahwa material yang dipergunakan
sesuai dengan Spesifikasi.

2. Peralatan untuk Pengangkutan dan Pengecoran Beton


Selama pengangkutan harus diatas sedemikian rupa supaya tidak menyebabkan
pemisahan besar dari agregat kasar, kehilangan Slump lebih 2,5 mm, atau
kehilangan kandungan udara sebelum pengerasan lebih dari 1 (satu) persen dalam
beton pada waktu dituangkan dalam pekerjaan. Pengangkut dan penuangan beton
adalah sebagai berikut:

a. Truk Pengaduk
Kecepatan aduk teromol = 2 -4 putaran /menit <l
Volume Campuran beton dalam teromol tidak boleh lebih dari ketentuan
pabrikan dan tidak boleh lebih 70 % volume total teromol.
Bila keadaan buruk akibat pengerasan beton terlalu cepat atau suhu udara >
30C batas akhir penuangan beton < 1 jam.
b. Truk Bukaan Pengaduk

Bagian dalam harus halus dan kedap air.

Harus disediakan tutup terpal untuk perlindungan pada waktu hujan.

Harus

mengirim beton ke lapangan

pekerjaan

dalam adonan yang

tercampur rata dan seragam.


c. Talang
Pengangkutan beton dengan cara ini secara umum tidak diijinkan,
kecuali dalam kondisi khusus dengan persetujuan direksi.
d. Pompa atau Peluang Beton

Pipa penghantar dipasang sedemikian rupa supaya mudah dibongkar


kembali.

Pipa diatur selurus mungkin.

Pendorong udara tidak boleh dipergunakan kecuali Ujung terbenam paling


tidak 2 meter dalam beton segar.

3. Pengecoran Beton
Pengecoran beton bisa dilaksanakan setelah semua cetakan beton, pemasangan
bagian yang tertanam dan persiapan permukaan yang berhubungan dengan
pengecoran diselesaikan yang berhubungan dengan pengecoran diselesaikan oleh
kontraktor, diperiksa dan disetujui oleh Direksi.
Secara umum pengecoran beton tidak boleh dilakukan dalam hujan atau di dalam
genangan air, terutama di dalam air yang mengalir.

Fasilitas komunikasi antara mesin pencampur dan lapangan pengecoran


harus disiapkan dan dipelihara.
Secara ringkas yang harus diperhatikan dalam pengecoran beton adalah.

Persiapan pengecoran

Suhu beton selama pengecoran maksimum 32 C

Menghindari pengecoran di dalam air.

Pemeliharaan proses pcngocoran.

Pemadatan beton dengan pemadatan yang sesuai, seperti penggetar


(Vibrator)

4. Perawatan dan Perlindungan Boton


Beton yang di Cor harus sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan untuk
mencegah kehilangan kelembaban beton. Beton harus dilindungi dari hujan selama
12 jam, aliran air selama 14 hari dan sinar matahari langsung selama 3 hari setelah
pengecoran. Semua beton juga harus dilindungi secara memadai dari lalu lintas,
kebakaran atau panas yang berlebihan termasuk panas yang ditimbulan pekerjaan
pengelasan baja.
Secara umum metode perawatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:

Metode Pembasahan

Metode Perawatan dengan senyawa kimia

Metode Penundaan Pembongkaran Cetakan

Metode Perawatan dengan Penguapan.

5. Pengujian dan Pencatatan Beton


Pengujian beton yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

Uji Kuat Tekan, dilakukan sesuai dengan ketentuan dalam AASHTO T23

Uji Slump, dilakukan sesuai dengan ketentuan AASHTO T119

Uji Material Beton

Catatan yang teliti dan mutahir yang memperlihatkan tanggal/ waktu, keadaan
cuaca dan suhu harus disimpan dengan baik. Demikian pula hasil semua
pengujian beton harus dicatat dan harus menunjukkan hasil ini dengan bagian
pekerjaan yang diwakili oleh material contoh

F.3.5

Cetakan Beton
Secara umum pekerjaan ini terdiri dari penyediaan, pemasangan dan pembongkaran
cetakan beton yang mempunyai kekuatan cukup dengan semua penyokong,
pengikat dan lain-lain yang diperlukan dan sesuai dengan ketentuan dalam spesifiaksi.
1. Kebutuhan Material.
Semua

material

yang

dipergunakan

dalam

cetakan

harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut :

Kayu harus kuat dan lurus, lebar dan bengkokan, kerusakan dan mata kayu
lepas dan diserut halus dan seragam.

Cetakan yang digunakan untuk permukaan yang dilewati air dan untuk beton
yang paling terlihat harus berdinding plywood yang bebas dari cacat

Plywood yang digunakan harus lurus, tidak mengerut dan diproduksi dengan
lem tahan air khusus.

Lapisan kayu atau lining harus dari jenis dan kualitas sedemikian rupa atau
harus dilindungi atau dilapisi agar tidqak ada kerusakan kimawi atau
perubahan warna pada permukaan beton yang tercetak.

Lapisan dan lining cetakan harus memenuhi ketentuan berikut:

Perapihan yang
dibutuhkan dari
permukaan tercetak
FT
F2
F3
F4

LAPISAN ATAU LINING KAYU


Tiap Jenis dan mutu yang
sisetujui Direksi
Tiap Jenis yang disetujui
Direksi, Lapisan dan lining
Plywood
Lapisan
Atau
Lining
Plywood
Lapisan
dan
Lining
Plywood dengan Plastik
atau epoksi

Lapisan Baja diijinkan


Lining baja diijinkan
Lapisan baja diijinkan
Lining baja diijinkan bila
disetujui Direksi
Lapisan Baja dan Lining
baja tidak diijinkan

2. Pemasangan Cetakan Beton


Celakan Beton harus kedap adukan, dengan ukuran, garis dan kemiringan struktur
yang benar dengan kekuatan, bentuk dan kehalusan permukaan yang cukup untuk
mendapatkan hasil akhir yang benar.

Penambat Cetakan terdiri dari baut, klem atau alat lain harus digunakan
seperlunya untuk mencegah cetakan berantakan sewaktu pengecoran
3. Pembongkaran Cetakan Beton dan Perancah
Penghalang dan perkuatan harus dibongkar pada saat cetakan dibongkar dan tidak
boleh ada bagian cetakan kayu yang tinggal dalam beton pembongkaran perancah
pada struktur menerus menggantung harus sesuai dengan spesifikasi
F.3.6

Penulangan Baja
Pekerjaan ini akan terdiri dari pengadaan, fabrikasi dan pemasangan tulangan baja
dengan jenis ukuran dan kualitas sesuai dengan spesifikasi.
1. Persyaratan Material
Semua material harus memenuhi ketentuan, dibuktikan dengan Laporan Sertifikat
Pengujian. Bagi semua tulangan baja yang digunakan, pengujian meliputi uji
kimiawi dan fisik. Batang tulangan beton terdiri dari dua jenis :

Ukuran batang kurang dari / sama dengan YL mm menggunakan batang baja


lunak polos dengan tegangan leleh 2AQOkg/cm2-V-24.YL

Batang lebih dari 12 mm menggunakan batang baja ulir dengan tegangan leleh
3.900 kg/cm2 - U 39

2. Pabrikasi dan Pemasangan

Pabrikasi
Pembengkokan dilaksanakan secara pabrikasi dengan bentuk yang ditentukan
dalam gambar konstruksi.

Pemasangan
Pemasangan Tulangan dilakukan setelah pabrikasi dilakukan dan disediakan
perletakan yang memadai.

Pemasangan tulangan hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:


o Perletakan tulangan hendaknya memperhatikan tebal selimut beton minimum
yang diijinkan.
o Sambungan harus berselang sejauh mungkin dan dengan pemisahan
minimum tidak kurang dari 40 kali diameter batang.

F.3.7

Diagram Alir (Flow Chart) Pekerjaan


Untuk memperjelas dan melengkapi suatu gambaran dari tugas dan kewajiban
supervisi sehubungan dangan aktivitas dari proyek ini, maka dibuat suatu Bagan /
diagram alir pelaksanaan pengawasan beberapa pekerjaan, sebegai berikut;

Bagan alir pengendalian pekerjaan tanah

Bagan alir pelaksanaan perkerjaan struktur

Bagan alir pelaksanaan pekerjaan saluran samping

Bagan Alir tersebutdisajikan dalam Gambar 6.11 s/dGambar 6.13

F.4

Metodologi
Didalam pelaksanaan pekerjaan layanan konsultansi, perlu adanya suatu metodologi

atau

rencana kerja yang konsepsional, efektif dan efisien sedemikian sehingga setiap aktivitas
kerja terprogram dengan baik dalam rangka mencapai target sukses pekerjaan. Metodologi
yang akan dilaksanakan disesuaikan dengan ketentuan dalam kerangka acuan kerja atau term
of reference (TOR).
Dalam penyususnan rencana kerja antara lain dan tidak terbatas berdasarkan pada :
1. Ruang lingkup pekerjaan
2. Volume pekerjaan
3. Batas waktu
4. Keahlian personil
5. Perslatan yang dipakai
6. Schedule mobilisasi
7. Arahan pemberi tugas
8. Aspek-aspek teknis dan non teknis lainnya
Untuk melaksanakan pekerjaan secara tepat dan hasil dengan mutu yang tinggi akan
dilakanakan sesuai dengan jadwal kerja yang direncanakan. Rencana kerja disusun dan
dilaksanakan berdasarkan urutan pekerjaan, efisiensi dan waktu pelaksanaannya. Rencana
kerja disusun secara sistematis dengan tujuan agar tercapai sasaran dan tujuan pekerjaan ini.

Untuk mendapatkan efektifitas tinggi atas input konsultan dan untuk menggunakan sumber
daya yang tersedia secara efisien, kita perlu mengikuti suatu perencanan dan pelaksanaan
sistem kerja yang baik. Hanya dengan cara ini baik kualitas maupun kuantitas pekerjaan dapat
dikontrol sambil menghindari beban pekerjaan puncak yang besar.
Beban puncak dalam pekerjaan memerlukan mobilisasi staf tambahan dan pengendalian
terhadap proyek dan pada umumnya mengakibatkan berkurangnya kualitas pekerjaan, hal ini
diupayakan dihindari.
Tugas/aktivitas pokok konsultan supervise teknis meliputi tahapan utama sebagai berikut :
1.4.1

Tugas -1 : Pendahuluan
Kegiatan ini merupakan tahap awal yang akan dilaksanakaan oleh konsultan. Pada lahap ini,
ada 4 (empat) kegiatan dan keluaran yang penting, yaitu Mobilisasi, Persiapan Awal,
Pengumpulan Data dan Studi serta Analisa Data. Kegiatan ini sesungguhnya merupakan
penyempurnaan dan pemantapan metodologi / rencana kerja maupun isu /masalah yang ada
dalam dokumen usulan teknis berdasarkan hasil konsultasi dan masukkan tambahan dari
direksi serta instansi terkait lainya baik di lingkungan pemerintah daerah kabupaten/kota, dan
propinsi.
Berdasarkan pengarahan dan masukkan tersebut akan dipertajam lagi pemahaman tentang isu
dan permasalahan pokok yang ada untuk menjadi awal dan asumsi dalam menyusun dan
mengembangkan konsep, metoda, proses serta teknik analisis yang akan digunakan.
a).

Kegiatan 1-1

: Mobilisasi

Mobilisasi pada permulaan pekerjaan akan dilakukan pad minggu pertama penugasan.
Selama masa mobilisasi, Team Leader akan berkonsultasi dengan pihak Direksi
berkenaan dengan kebijaksanaan dan prioritas pekerjaan. Selain itu, Konsultan akan
membuka kantor utama proyek di lokasi pekerjaan dengan segala perangkatnya,
termasuk peralatan sebuah kantor.
b).

Kegiatan 1-2

: Persiapan Awal

Segera setelah konsultan mengadakan mobilisasi, dimana Team Leader yang pertama
telah dimobilisasi yang kemudian disusul segera personil yang lain sesuai Manning
Schedule dan atau kebutuhan aktivitas pekerjaan team segera mengadakan persiapan
awal, antara lain dan tidak terbatas pada :

Menata/Penyiapan kantor, furniture, perelengkapan kantor (memo lapangan)

Mengadakan rapat koordinasi awal seluruh team konsultan

Mengadakan kunjungan/koordinasi awal dengan instansi-instansi dan pihak-pihak


terkait

Penyiapan format/ form-form standar yang akan diperlukan/dipergunakan selama


periode pekerjaan, antara lain :

c).

Form instruksi kepada kontraktor (memo lapangan)

Form inspection list (inspeksi harian)

Form laporan harian dan mingguan

Form quality sheet

Form quality control (tes-tes penggendalian mutu)

Form monthly certificate dan lain-lain

Pengumpulan data yang tersedia

Studi / analisa data yang tersedia

Field reconnaissance / site visit

Membangun sistem kerja computer.

Mempelajari kembali design dan scope pekerjaan fisik

Kegiatan 1-3

: Pengumpulan Data

Semua data yang akan dijadikan dasar/pegangan pelaksanaan pengawasan konstruksi


baik teknis maupun umum yang akan dikumpulkan oleh Konsultan untuk dipelajari dan
kemudian dilaksanakan. Dokumen yang harus dipunyai oleh Konsultan Pengawas
antara lain:

Kontrak Konsultan terutama yang berisi Kerangka Acuan Kerja (KAK), tugas-tugas
masing-masing personil dan kewajiban yang harus diiakukan konsultan.

Kontrak fisik, tcrutama yang memuat Surat Perjanjian Kontrak, Jangka Waktu
Pelaksanaan, Jenis Pekerjaan, Nilai Kontrak, dan lain-lain.

Spesifikasi teknik.

Gambar rencana.

Addendum (bila ada).

Buku peraturan dan petunjuk yang diperlukan konsultan dalam menjalankan


tugasnya.

d).

Kegiatan 1-4

: Studi dan Analisa Data

Dari semua data yang diperoleh/Konsultan kemudian melakukan studi dan analisa data
agar pada saat ke lapangan tidak terdapat kesalahan pengertian atas pekerjaan yang
akan diawasi.
Studi dan analisa yang dilakukan antara lain :

Meneliti kontraktor yang akan melaksanakan pekerjaan dan kualifikasi kontraktor


dalam melaksanakan pekerjaan sebelumnya.

Mempelajari batas awal dan akhir serta proyek yang akan diawasi.

Mempelajari kontrak fisik yang memuat nilai kontrak dan jangka waktu
pelaksanaan, dan lain-lain.

Meneliti jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan.

Meneliti jenis kontrak, lump sum atau unit price.

Memeriksa "time schedule" apakah sesuai dengan waktu kontrak dan tahap
pekerjaan.

F.4.2

Memeriksa metode pelaksanaan (bila sudah disiapkan oleh kontraktor).

Dan data lain yang diperlukan.

Tugas - 2 : Melakukan Koordinasi


Tugas konsultan selanjutnya adalah melakukan koordinasi, yaitu Koordinasi dengan PPK BRR
Bantuan Perumahan dan Permukiman Wilayah Aceh Timur dan Kota Langsa, Koordinasi
dengan Unsur Proyek, dan Koordinasi dengan Team Konsultan. Tugas koordinasi ini dilakukan
oleh Konsultan selama masa pelaksanaan konsultasi, sejak awal mobilisasi sampai
demobilisasi.
a).

Kegiatan 2-1

: Koordinasi dengan Pemimpin Proyek

Representative pemberi tugas konsultan adalah PPK BRR Bantuan Perumahan dan
permukiman Wilayah Aceh Timur dan Kota Langsa Tahun Anggaran 2007.
Untuk itu, koordinasi dengan PPK BRR Bantuan Perumahan dan Permukiman Wilayah
Aceh Timur dan Kota Langsa perlu diakukan secara rutin dan dengan frekuensi yang
cukup.
b).

Kegiatan 2-2

: Koordinasi dengan Unsur Proyek

Segera setelah mobilisasi, Konsultan segera melapor dan melakukan koordinasi


dengan Direksi Fisik. Sesuai dengan ketentuan spesifikasi, sebelum pelaksanaan
dimulai, maka Proyek perlu melakukan Rapat Pra Konstruksi (Pre Construction

Meeting = PCM) antara Direksi, Konsultan, Kontraktor, PPK BRR Bantuan Perumahan
dan Permukiman Wilayah Aceh Timur dan Kota Langsa dan unsur-unsur lain.
Dalam Pre Construction Meeting tersebut antara lain dibahas :

Pekerjaan yang akan dilaksanakan harus sesuai dengan spesifikasi, agar tidak ada
kesalahan penafsiran atau keragu-raguan

Rencana Kerja dan Metode Pelaksanaan, Sumber Daya Manusia Kontraktor/


Jadwal Mobilisasi Orang dan Jenis Peralatan yang akan dimobilisasi, termasuk di
dalamnya pengamanan lalu lintas.

Isi dokumen kontrak atau spesifikasi, agar didapat keseragaman persepsi atas isi
dokumen kontrak/spesifikasi yang mempunyai pengertian luas.

Kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi oleh Kontraktor, seperti pembayaran


pajak, askes, dan sebagainya.

Selama masa pelaksanaan, akan diadakan "Monthly Projec Meeting" antara Konsultan,
Kontraktor dan Direksi, untuk mengevaluasi, monitor dan membahas hal-hal antara
lain:

Kemajuan pekerjaan.

Informasi-informasi

yang

perlu

disampaikan

kepada kontraktor dan atau

sebagainya.

Masalah-masalah yang terjadi di lapangan dan pemecahannya.

Laporan pelaksanaan pekerjaan yang telah selesai, terutama dari segi mutunya.

Rencana kerja kontraktor untuk bulan berikutnya.

Dan lain-lain.

Antara Konsultan, Kontraktor dan Staf Direksi di lapangan perlu juga mengadakan
Rapat Mingguan, untuk merencanakan program kerja mingguan berikutnya dan
mengevaluasi program lain yang dianggap perlu.
Bila terjadi hal-hal khusus, misalnya keterlambatan pekerjaan yang cukup signifikasi,
maka perlu upaya untuk melaksanakan pekerjaan tersebut dengan "Crash Program"
dan lain-lain, untuk itu, pihak Proyek, Konsultan dan Kontraktor perlu melakukan
Meeting Khusus, untuk membahas permasalahan yang ada dan mencari solusi yang
terbaik.

c).

Kegiatan 2-3

: Koordinasi dengan Team Konsultan

Dalam melaksanakan tugas pengawasan teknik pekerjaan jalan, team konsultan selain
akan melaksanakan tugasnya dengan job description pada term of reference, juga
perlu ada koordinasi Team Leader dengan stafnya, seperti antara lain dan tidak
terbatas pada:

Rapat rutin mingguan, membahas laporan mingguan dan bulanan, semula check
list yang telah diisi dan memo-memo, lapangan yang telah dikeluarkan.

Mengidentifikasi permasalahan, seperti hasil mutu dan pelaksanaan untuk setiap


jenis pekerjaan, peralatan dan personil kontraktor.

Penjelasan teknis untuk menunjang kelancaran pengawasan pekerjaan

Melakukan perubahan bentuk/ form/ isi dari setiap check list pekerjaan dan jika
diperlukan menambah atau membuat baru sesuai dengan kondisi lapangan.

Rencana kerja konsultan dan pembagian tugas secra detail.

F.4.3 Tugas - 3 : Melakukan Dukungan Manajemen Proyek dan Supervisi Teknis


Tugas konsultan selanjutnya adalah melakukan Dukungan Manajemen Proyek dan Supervisi
Teknis selama masa pelaksanaan konstruksi fisik.
a).

Kegiatan 3-1 : Melakukan Dukungan Manajemen Proyek


Dalam melakukan dukungan manajemen proyek selama masa pelaksanaan, konsultan
akan melaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:, antara lain :

Memberikan pengarahan, petunjuk, dan sasaran kepada kontraktor agar pekerjaan


dapat dilaksanakan sesuai dengan persyaratan, juga membatu menyelesaikan
masalah teknis di lapangan.

Dukungan bantuan manajemen proyek dalam perbaikan rencana kerja, metode


pelaksanaan dan sebagainya.

Dukungan/ bantuan manajemen proyek dalam pengendalian pelaksanan


pekerjaan.

Dukungan/bantuan manajemen proyek dalam kegiatan pencapaian sasaran


proyek antara lain aspek mutu, waktu, biaya.

Dukungan/bantuan manjemen proyek dalam membuat dan menyusun administrasi


proyek.

Dan bantuan teknis lain sehubungan dengan pelaksanaan proyek.

b).

Kegiatan 3-2

: Melakukan Supervisi Teknis

Sesuai dengan kerangka acuan kerja, secara garis besar konsultan dalam melakukan
Supervisi Teknis adalah sebagai berikut :

Pengawasan teknis mengendalikan volume dan pengendalian mutu, sertifikasi


perkembangan fisik konstruksi dan pembayaran.

Menyusun Berita Acara Serah Terima pekerjaan.

Monitoring dan evaluasi

untuk setiap tahapan pelaksanaan kegiatan, dan

kunjungan langsung ke lapangan.


Konsultan selama periode konstruksi, akan senantiasa memberi arahan, bimbingan
dan instruksi yang diperlukan kepada kontraktor guna menjamin bahwa semua
pekerjaan dilaksanakan dengan baik, tepat kuantitas, tepat kualitas, tepat biaya dan
secara administrasi sudah benar dengan berdasarkan dokumen kontrak dan petunjuk
teknis lainnya.
Secara rinci pekerjaan yang dilakukan pada Tahap Supervisi / Masa Konstruksi adalah
sebagai berukut:

1).

Tahap Mobilisasi dan Persiapan Lapangan


Pada tahap mobilisasi dan persiapan lapangan, hal-hal yang akan
dikoordinasikan oleh konsultan antara lain:
Memeriksa mobilisasi peralatan apkah sesui kebutuhan
Memeriksa semua kualitas bahan-bahan yang akan dipergunakan untuk
konstruksi
Memeriksa dan memberikan saran atas manajemen alat berat, termasuk saran
akan kapasitas alat minimum yang bisa digunakan, jumlah alat, jenis alat dan
penempatan alat
Memeriksa dan memberikan hasil saran atas detail rencana kerja
yang diajukan oleh kontraktor, yang meliputi antara lain :

metode konstruksi yang akan digunakan.

gambar rencana (shop drawing).

penentuan / perhilungan volume pekerjaan utama (critical work time).

personil kontraktor di lapangan.

time schedule bar chart, "S" curve, dan sebagainya.

Bersama-sama kontraktor membuat dan memeriksa formula campuran


pekerjaan (job mix formula) untuk pekerjaan timbunan tanah (bila ada),
beton, dan pekerjaan lainya.

Detail rencana kerja ini kemudian dibahas bersama antara Kontraktor, Konsultan dan
Direksi, yang selanjutnya digunakan sebagai pedoman pelaksanaan :
2).

Tahap Field Engineering


Field Engineering atau Rekayasa Lapangan adalah kegiatan yang dilakukan di
lapangan untuk mendapatkan data yang lebih teliti terhadap jenis dan volume
pekerjaan yang akan dilaksanakan Field Engineering ini sangat perlu dilakukan/
sebab umumnya perencanaan bangunan dilakukan dengan simplified design
(perencanaan yang disederhanakan) atau dilakukan beberapa tahun sebelumnya.
Pada saat pelaksanaan kemudian ada beberapa kondisi yang mungkin berubah,
tidak sesuai lagi dengan kondisi pada saat perencanan dilakukan. Kondisi
tersebut misalnya kondisi tanah dasar, kondisi arus lalu lintas, kondisi lingkungan
dan sebagainya. Semua perubahan kondisi ini berpengaruh terhadap hasil
perencanaan. Untuk itu, dilakukan field engineering agar perubahan-perubahan
yang terjadi dapat diantisipasi.
Bila terdapat perbedaan antara hasil perencanaan lama yang telah dituangkan ke
dalam gambar rencana dengan hasil field engineering, maka perlu dilakukan
perubahan desain (review design). Perubahan desain ini dapat berupa perubahan
segmentasi pelaksanaan, atau bisa juga muncul item pekerjaan baru disesuaikan
dengan kebutuhan di lapangan saat itu.
Hasil field engineering ini dituangkan dalam satu laporan tersendiri untuk
selanjutnya diterbitkan addendum kontrak, dan dijadikan pegangan untuk
pekerjan selanjutnya.

3. Tahap Pelaksanaan Pekerjaan


Hal

hal

yang

dilakukan

oleh

konsultan

pekerjaan secara detail adalah sebagai berikut:

pada

tahap pelaksanaan

Mengecek data titik survey dilapangan.


Melakukan pengawasan terus menerus di lapangan untuk mendapatkan
kepastian semua pekerjaan dilakukan sesuai dengan persyaratan di dalam
dokumen kontrak.
Memeriksa tes laboratorium dan tes lapangan untuk pekerjaan fisik, juga
material yang akan digunakan dan metode kerja untuk mendapatkan
kepastian sudah sesuai dengan persyaratan.
Menjaga, mengendalikan, mengontrol, memonitoring, mengevaluasi rencana
kemajuan pekerjaan yang terbaru berupa bar-chart dan atau metode lain
yang digunakan sesuai dengan rencana kerja yang sudah disetujui.
Memeriksa dan menyetujui semua gamabar kerja dan detailnya yang diajukan
oleh kontraktor, penyesuaian desain bila diperlukan, agar sesuai dengan
kebutuhan teknis/ lapangan.
Memberikan laporan secara berkala semua pengukuran kuantitas pekerjaan
yang sudah dites termasuk material, dengan menggunakan bentuk laporan
yang sudah disetujui oleh pemberi tugas.
Memberikan laporan khusus jika ada masalah yang timbul, dan memberikan
rekomendasi pemecahan permasalahan.
Membantu

mempersiapakan semua perubahan (change order) dan

membantu pemberi tugas pada saat negosiasi harga dan biaya konstruksi
terhadap perubahan kontrak tersebut (bila ada).
Mengevaluasi dan membantu menyiapkan rekomendasi bagi pemberi tugas
dalam bertindak atas klaim terhadap kontrak, perselisihan, penambahan
lingkup pekerjaan kontrak dan perubahan-perubahan lain diluar lingkup
pekerjaan yang tercantum dalam dokumen kontrak. Memeriksa rancangan
sertifikast pembayaran bulanan yang akan disertifikasikan oleh Konsultan
Pengawas untuk mendapatkan persetujuan Direksi. Menyediakan bantuan
dan arahan pada saat yang tepat bagi Kontraktor didalam semua masalah
yang ada hubungannya dengan dokumen kontrak, pengecekan terhadap
survey tanah dasar, tes pengawasan mutu dan masalah lain yang
dihubungkan dengan dipenuhinya kontrak dan kemajuan pekerjaan.
Menjamin penerimaan dan menjaga sebagai laporan tetap/ semua jaminan
yang diperlukan dibawah syarat-syarat yang tercantum di dalam dokumen

kontrak, untuk material dan peralatan yang digunakakan di proyek semua


material yang digunakan di proyek termasuk sumbernya juga harus disetujui
terlebih dahulu.
Menyediakan informasi yang diperlukan oleh pemberi tugas, menghadiri dan
mencatat semua rapat/pertemuan dengan Kontraktor, Direksi dan Instansi
Pemerintah lain serta menyediakan bantuan teknis bila dan kapan diperlukan
dalam kaitannya dengan pelaksanaan proyek dan masalah-masaiah kontrak.
Mendokumentasikan kondisi cuaca harian, kondisi diluar normal lapangan
serta peristiwa/ kejadian yang bisa mengakibatkan keterlambatan, dan
langkah-langkah yang diambil untuk mencegah keterlambatan tersebut..
Memberikan bantuan saran kepada Direksi dalam menyusun kebijakan dan
langkah untuk mencegah dan mengurangi klaim.
Membuat laporan bulanan, laporan teknis/ khusus dan laporan akhir proyek
seperti yang dikehendaki oleh pemberi tugas.
Pemeriksaan serah terima sementara termasuk penyiapan laporan dan berita
acara serah terima sementara yang diperlukan dan menyiapkan sertifikat
penerimaan sementara (certificate of provisional Acceptance).

F.4.4 Tugas - 4 : Membuat Laporan


Selama pelaksanaan pekerjaan, Konsultan akan membuat laporan-laporan. Jenis laporan yang
harus disiapkan oleh konsultan dapat dilihat secara detai pada bab selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai