Anda di halaman 1dari 15

PENELITIAN KUALITATIF

(KRITERIA DAN TEKNIK PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA)

OLEH :
KELOMPOK VI

FIRDAUS ASWAN
IBNU HAJAR
NURMAGFIRAH
GRISMA FANNI
ARIEF RAHMAT
NURUL FADHILLAH
MEGAWATI ZAINUDDIN
IAN TIRTA WIJAWA
NURUL WAHDANIAH
FAJAR ALAMSYAH

SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2016

PEMBAHASAN

Keabasahan data merupakan konsep penting yang diperbarui dari konsep


kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas) menurut versi positivisme dan
disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, criteria dan paradigmaanya sendiri.
Pendapat dari seorang ahli paradigm alamiah, yakni Egon Guba (Lincoln dan
Guba, 1981:291-294; catatan penulis menemui dan berdiskusi dengan yang
bersangkutan di Indian Universitiy, Bloomington, Februari 1988, sewaktu menulis
naskah buku ini).
Mula-mula hal itu harus dilihat dari segi criteria yang digunakan oleh non
kualitatif. Istilah yang digunakan oleh mereka antara lain ialah validitas
internal, validitas eksternal, dan reliabilitasi.
A. Keabsahan Data
Pertama, validitasi internal yang dinyatakan sebagai variasi yang terjadi
pada variable terikat dapat ditandai sejauh variasi pada variable bebas dapat
dikontrol. Karena banyak factor yang mungkin terpengaruh dalam suatu hubungan
sebab-akibat, maka dibunakan control atau randomisasi sebagai upaya
mengisolasi variable bebasnya. Peroalan yang dihadapi menjadi tidak mudah
karna menurut Campbell dan Stanley (1963) ada delapan bahaya yang
mengancam validitas internal tersebut. Kedelapan ancaman tersebut adalah
riwayat (history), maturasi, testing, instrumentasi, regresi statistic, pembedaan
dalam pemilihan subjek, mortalitas eksperimental, dan intraksi maturasi. Jika
ingin mempeoleh hasil yang tidak terkotori

oleh ancaman bahaya tersebut,

kedelapan segi itu harus dikontrol, dan itu yang amat sukar dilakukan.
Kedua, validitas ekstrernal, menurut Cook dan Campbell (1967:37), ialah
perkiraan validitasi yang diinferensikan berdasarkan hubungan sebab-akibat yang
diduga terjadi, dapat digenerilisasikan pada dan diantara ukuran alternative sebabakibat dan diantara jenis orang, latar, dan waktu. Jika sampel dipilih secara tepat
dari populasi menurut ukuran dan cirri yang tepat, maka criteria tersebut mungkin
dapat dicapai dalam keterbatasn tertentu. Namun, sering kali terjadi latar yang
digunakan itu berupa laboratorium, terutama untuk kepentingan control.
1

Bagaimana caranya menggenerelisasikan suatu latar labotarorium ke dalam latar


masyarakat misalnya, menjelaskan bahwa upaya generelisasi tersebut tidak akan
dapat terpenuhi.
Ketiga, reliabilitas menunjuk pada pada ketaatasasan pengukuran dan
ukuran yang digunakan. Pengetesan reliabilitas biasanya dilakukan melalui
replikasi sebagaimana yang dilakukan terhadap pengukuran butir-butir ganjilgenap, dengan jalan tes-retes, atau dalam korelasi bentuk paralel. Teknik ini harus
betul-betul dilakukan jika mengiginkan alat pengukuran yang benar-benar
reliabel. Persoalan yang dihadapi biasanya tidak mudah karna ancaman-ancaman
seperti tindakan peneliti yang kurang hati-hati dalam proses pengukuran,
instrument penelitian yang tidak sempurna, pengukuran yang berlangsung tidak
terlalu lama, berbagai macam kebingungan dan factor-faktor lainnya.
Kirk dan Miller (1986:21) bahwa tidak ada satu pun eksperimen yang dapat
dikontrol secara tepat dan tidak ada eksperimen pengukuran yang dapat
dikalibrasi secara akurat. Oleh karna itu, ukuran pada suatu tingkatan tertentu
mempunyai kelemahan dan ketepatan penukuran yang sangatlah terbatas.
Lincoln dan Guba (1981:294) yang menyatakan bahwa dasar kepercayaan
yang berbeda mengarah pada tuntutan pengetahuan (knowledge) dan kriteria yang
berbeda. Dengan perkataan sehari-hari dapatlah dinyatakan bahwa kita tidak dapat
mengukur baju dengan liter. Berdasarkan hal-hal tersebut maka paradigm alamiah
menggunakan ktiteria yang tentunya disesuaikan dengan tuntutan inkurinya
sehingga pendefenisian kembali criteria tersebut merupakan tuntutan yang tidak
dapat dielakan. Pendefenisian kembali itu jelas mengarah pada teknik control
atau pengawasan terhadap keabsahan data yang perlu pula direformasikan.
Uraian kriteria dan teknik pengawasan keabsahan data yang dikemukakan
mengacu pada apa yang telah dikemukakan diatas, terutama untuk keperluan
mereformasikannya agar benar-benar sesuai dengan paradigm yang dianutnya
sendiri. Apa yang dikemukakan dalam uraian berikut ini banyak mengikuti hasil
reformasi yang dilakukan oleh Lincoln dan Guba (1981) dan Patton (1987).

B. Kriteria Keabsahan Data


Untuk menetapkan keabsahan data (trustworthiness) data diperlukan teknik
pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan data didasarkan atas sejumlah
kriteria tertentu. Ada empat criteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan
(credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (Dependability), dan
kepastian (confirmability).
Penerapan kriterium derajat kepercayaan pada dasarnya mengantikan
konsep validitas internal dari nonkualitatif. Kriterium ini berfungsi : pertama
melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan hasil-hasil
penemuan dapat dicapai; kedua, mempertunjukan derajat kepercayaan hasil-hasil
penemuan dengan jalan pembukian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang
sedang diteliti.
Kriterium keteralihan berbeda dengan validitas eksternal dari nonkualitatif.
Konsep validitas ini menyatakan bahwa generelisasi suatu penemuan dapat
berlaku atau diterapkan pada semua konteks dalam populasi yang sama atas dasar
penemuan yang diperoleh pada sampel yang secara repsentatif mewakili populasi
itu.
Kriterium kebergantungan merupakan substitusi istilah reliabilitas dalam
penelitian yang nonkualitatif. Pada cara nonkualitatif, realibilitas ditunjukkan
dengan jalan mengandakan replikasi studi. Jika dua atau beberapa kali diadakan
pengulangan suatu studi dalam suatu kondisi yang sama dan hasilnya secara
esensial sama, maka dikatakan realibilitasnya tercapai. Persoalan yang aamat sulit
dicapai disini ialah bagaimana mencari kondisi yang benar-benar sama.
Kriterium

kepastian

berasal

dari

konsep

objektivitas

menurut

nonkualitatif. Nonkualitatif menetatapkan obektivitas dari segi kesepakatan antar


subjek. Disini pemastian bahwa sesuatu objektif atau tidak bergantung pada
persetujuan bebrapa orang terhadap pandangan, pendapat, dan penemuan
seseorang. Dapatlah dikatakan bahwa pengalaman seseorang itu subjektif
sedangkan jika disepakati oleh beberapa atau banyak orang, barulah dapat
3

dikatakan objektif. Menurut Scriven (1971), selain itu masih ada unsure kualitas
yang melekat pada konsep objektivitas itu. Hal itu digali dari pengertian bahwa
jika sesuatu itu objektif, berarti dapat dipercaya, factual, dan dapat dipastikan.
Berkaitan dengan persoalan itu, subjektif berarti tidak dapat dipercaya atau
menceng. Penegrtian terakhir inilah yang dijadikan tumpuan pengalihan pngertian
objektivitas-objektivitas menjadi kepastian (confirmability).
Jika nonkualitatif menekankan pada orang, maka penelitian alamiah
menghendaki agar penekanan bukan pada orangnya melainkan pada data. Dengan
demikian kebergantungan itu bukanlah lagi terletak pada orangnya, melainkan
pada datanya itu sendiri. Jadi, isunya disini bukan lagi berkaitan dengan cirri
penyelidik, melainkan berkaitan dengan cirri-ciri data.
C. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Sebelum masing-masing teknik pemeriksaan diuraikan, terlebih dahulu
iktisarnya dikemukakan. Ikhtisar itu terdiri dari criteria yang diperiksa dengan
satu atau beberapa teknik pemeriksaan tertentu.
Table 4. Iktisar Kriteria dan Teknik Pemeriksaan Data
Kriteria
Kredibilitas

Keterangan
Kebergantungan
Kepastian

Teknik Pemeriksaan
1. Perpanjangan keikut sertaan
2. Ketekunan pengamatan
3. Triangulasi
4. Pengecekan sejawat
5. Kecukupan referensial
6. Kajian kasus negative
7. Pengecekan anggota
8. Utaian rinci
9. Audit kebergantungan
10. Audit kepastian

1. Perpanjangan Keikutsertaan
Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data.
Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi
memerlukan perpanjangan keikutsetaan peneliti pada latar penelitian.
Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan memungkinkan peningkatan
derajat kepercayaan daya yang dikumpulkan, karena pertama, peneliti dengan
4

perpanjangan keikutsertaannya akan banyak mempelajari kebudayaan, dapat


menguji ketidakbenaran informasi yang diperkenakan oleh distorsi, baik yang
berasal dari diri sendiri maupun dari responden, dan membangun kepercayaan
subjek. Dengan demikian, penting sekali arti perpanjangan keikutsertaan peneliti
itu guna berorientasi dengan situasi, juga memastikan apakah konteks itu
dipahami dan dihayati.
Perpanjangan keikutsertaan juga menuntut peneliti agar terjun ke dalam
lokasi dan dalam waktu yang cukup panjang guna mendeketeksi dan
memperhitungkan distori yang mungkin mengotori daya. Pertama-tama dan yang
terpenting ialah distori pribadi. Menjadi asing ditanah asing hendaknya
mendapat perhatian khusus peneliti tidak diterima pada latar penelitian.
Distorsi dapat berasal dari responden seperti yang telah disinggung, banyak
diantaranya terjadi tanpa sengaja. Ketidaksengajaan tersebut mungkin terjadi
karna beberapa hal seperti distorsi retrospektif dan cara pemilihan; salah
mengajukan pertanyaan dan tentunya juga jawaban yang diperolehnya; motivasi
setempat, misalnya keinginan untuk menyenangkan peneliti, atau sebaliknya tidak
termotivasi untuk memulaskan secara penuh kepedulian peneliti.
Distorsi tersebut mungkin tidak disengaja, dan dipihak lain ada pula distorsi
yang bersumber dari kesengajaan, misalnya berdusta, menipu, berpura-pura dari
pihak informan atau responden. Dalam menghadapi hal ini peneliti hendaknya
menentukan apakah benar-benar ada distorsi; apakah dostorsi itu tidak disengaja
atau

tidak,

darimana

atau

dari

siapa

sumbernya;

bagaimana

strategi

menghadapinya, kesemuanya dimungkinkan dapat diatasi dengan adanya


perpanjangan keikutsertaan.
Dipihak lain perpanjangan keikutsertaan juga dimaksudkan untuk
membangun kepercayaan para subjek terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri
penliti sendiri. Jadi, bukan sekedar menerapkan teknik yang menjamin untuk
mengatasinya. Selain itu, kepercayaan subjek dan kepercayaan diri pada peneliti
merupakan proses pengembangan yang berlangsung setiap hari dan merupakan
alat untuk mencegah usaha coba-coba dari pihak subjek.
2. Ketekunan Pengamatan
5

Seperti yang telah diuraikan, maksud perpanjangan keikutsertaan ialah


untuk memungkinkan peneliti terbuka terhadap pengaruh ganda, yaitu factorfaktor kontekstual dan pengaruh bersama pada peneliti dan subjek yang akhirnya
mempengaruhi fenomena yang diteliti. Berbeda dengan hal itu, ketekunan
pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situsi yang
sangat relevan dengan dengan persoalan atau isu yang sedangg dicari dan
kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dengan kata lain,
jika perpanjangan keikutsertaan menyediakan lingkup, maka ketekunan
pengamatan menyediakan kedalaman.
Peneliti hendaknya mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara
berkesinambungan

terhadap

factor-faktor

yang

menonjol.

Kemudian

ia

menelaahnya secara rinci sampai pada suatu titik sehingga pada pemeriksaan
tahap awal tampak salah satu atau seluruh factor yang ditelaah sudah dipahami
dengan cara yang biasa.
Kekurangtekunan pengamatan terletak pada pengamatan terhadap pokok
persoalan yang dilakukan secara terlalu awal. Hal itu mungkin dapat disebabkan
oleh tekanan subjek atau sponsor atau barangkali juga karna ketidaktoleransian
subjek, atau sebaliknya peneliti terlalu cepat mengarahkan focus penelitiannya
walaupun tampaknya belum patut dilakukan demikian. Bpersoalan bisa terjadi
pada situasi ketika subjek berdusta, menipu,atau berpura-pura, sedangkan peneliti
sudah sejak awal mengarahkan fokusnya, padahal barangkali belum waktunya
berbuat demikian.
3. Triangulasi
Triangulasi adalah tekinik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang banyak digunakanialah
pemeriksaan melalui sumber lainnya. Denzin (1978) membedakan empat mcam
triangulasi sebagai teknik pemeriiksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber,
metode, penyelidik dan teori.
Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
6

berbeda dalam metode kualitatif (Patoon 1987:331). Hal itu dapat dicapai dengan
jalan : 1. Membandingkan data hasil pengamatan 2. Membandingkan apa yang
dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi. 3.
Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi peneliti dengan
apa yang dikatakanya sepanjang waktu. 4. Membandingkan keadaan dan
perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti
rakyat biasa, orang berpendidikan menegah atau tinggi, orang berada, orang
pemerintahan. 5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen
yang berkaitan.
Pada triangulasi dengan metode, menurut Patton (1987:329), terdapat dua
strategi, yaitu : 1.pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian
beberapa teknik pengeumpulan data dan 2. Pengecekan derajat kepercayaan
beberapa sumber data dengan metode yang sama.
Teknik triangulasi jenis ketiga ialah dengan jalan memanfaatkan peneliti
atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan
data. Pemanfaatan pengamat lainnya membantu mengurangi kemencengan dalam
pengumpulan data. Pada dasarnya pengunaan suatu tim penelitian dapat
direalisasikan dilihat dari segi teknik ini. Cara lain ialah membandingkan hasil
pekerjaan seorang analisis dengan analisis lainya.
Triangulasi dengan teori, menurut Lincoln dan Guba (1981:307),
berdasarkan anggapan bahwa fakta tertentu tidak dapat diperiksa derajat
kepercayaannya dengan satu atau lebih teori. Patton (1987:327) berpendapat lain,
yaitu bahwa hal itu dapat dilaksanakan dan hal itu dinamakannya penejalasan
banding (rival eksplantions).
4. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi
Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil
akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat.
Teknik ini mengandung beberapa maksud sebagai salah satu teknik pemeriksaan
keabsahan data.

Pertama, untuk membuat agar peneliti tetap memoertahankan sikap


terbuka dan kejujuran. Dalam diskusi analitik tersebut kemencengan peneliti
disingkap dan pengertian mendalam ditelaah yang nantinya menjadi dasar bagi
klarifikasi penafsiran. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan agar disusun
sehingga dapat diklasifikasikan menurut persoalan-persoalan yang berkaitan
dengan teori substansi, metodologi, hokum dan peraturan,etika atau lain-lain yang
relevan.
Kedua, diskusi yang sejawat ini memberikan suatu kesempatan awal yang
baik untuk mulai menjajaki dan menguji hipotesis yang muncul dari pemikiran
peneliti. Ada kemungkinan hipotesis yang muncul dalam benak peneliti sudah
dapat dikonfirmasikan, tetapi dalam diskusi analitik ini mungkin sekali dapat
terungkap segi-segi lainnya yang justru membongkar pemikiran peneliti.
Ssekiranya peneliti tidak dapat mempertahankan kembali arah hipotesisnya itu.
Diskusi analitik ini pun dapat memberikan kesempatan kepada peneliti
untuk ikut merasakan keterharuan para peserta diskusi sehingga memungkinkanya
membersihkan emosi dan perasaannya guna pakai untuk sesuatu yang tepat.
5. Analisis kasus negatif
Teknik analisis negative dilakukan dengan jalan mengumpulkan contoh
dan kasus yang tidak sesuai dengan pola den kecenderungan informasi yang telah
dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan pembanding. Dalam suatu latihan
kepemim[inan perusaahan, sebagian peserta berhasil dengan baik dan telah
menduduki kedudukan yang baik. Peserta yang tidak menyelesaikan program dan
mengalkan latihan sebelum waktunya diambil sebagai kasus untuk meneliti
kekurangan program latihan tersebut. Kasus negatif demikian digunakan sebagai
upaya meningkatkan argumentasi penemuan.
6. Kecukupan referensi
Konsep kecukupan referensial ini mula-mula diusulkan oleh Eisner (1975,
dalam Lincoln dan Guba, 1981 : 313 ) sebagai alat untuk menampung dan
menyesuaikan dengan kritik tertulis untuk keprluan evaluasi. Film atau video-tape
misalnya, dapat digunakan sebagai alat perekama yang pada saat senggang dapat
8

dimanfaatkan untuk membandingkan hasil yang diperoleh dengan kritik yang


telah terkumpul. Jadi bahan-bahan yang tercatat

atau terekam dapat

digunakansebagai patokan untuk menguji sewaktu diadakan analisis dan


penafsiran data. Jika alat elektronik itu tidak tersedia, cara lain sebagai
pembanding kritik masih dapat digunakan. Misalnya ada informs yang tidak
derencanakan,

kemudian

disimpan;

sewaktu

mengadakan

pengujian,

informasidemikian lalu dimanfaatkan untuk keperluan itu.


7. Pengecekan anggota
Pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam proses pengumpulan data
sangat penting dalam pemeriksaan derajat kepercayaan. Hal yang dicek pada
anggota yang terlibat meliputi data, ketegorianalitik, penafsiran dan kesimpulan.
Pengecekan anggota dapat dilakukan baik secara formal maupun secara tidak
formal. Pengecekan secara informal demikian dapat bermanfaat dal hal-hal
sebagai berikut :
-

Menyediakan kesempatan untuk mempelajari secara sengaja apa yang


dimaksudkan oleh responden dengan jalan bertindak dan berlaku secara

tertentu atau memberikan informasi tertentu.


Memberi kesempatan kepada responden untuk segera memperbaiki

kesalahan dari data dan menantang suatu penafsiran yang barangkali salah.
Memberi kesempatan bagi respoden agar dapat memberikan data
tambahan karena dengan memberikan konsep tulisan peneliti,
responden barang kali akan mengingat lagi hal-hal yang belum terpikirkan

pada waktu yang lalu.


Memberi kesempatan bagi peneliti untuk mencatat persetujuan atau
keberatan responden sehingga , jika terjadi persoalan , misalnya keberatan
dari pihak responden , dikemudian hari dijadikan bukti tulis yang dapat

diandalkan.
Memberi kesempatan bagi peneliti untuk mengikhtisarkan hasil perolehan

sementaranya yang memudahkanya untuk melangkah kepada analisis data.


Memberi kesempatan bagi responden untuk mengadakan penilaian
terhadap keseluruhan kecukupan data secara menyeluruh dan mengecek
nya dengan data pihak dirinya sendiri.

Di pihak lain , pengecekan secara formal tentu saja diperlukan pula.


Pengecekan anggota demikian dilakukan dalam bentuk diskusi dengan anggota
yang terlibat yang cukup berpengetahuan dan ber penggalaman yang diambil dari
mereka yang mewakili kelompok kelompok tertentu.
Teknik ini, bagaimana pun , ada kelemahan nya. Misalnya, anggota yang
terlibat itu berasal dari satu kubu yang sengaja mau mengghacurkan hasil
penemuan , atau sengaja membelokkan penemuan karena tidak sesuai dengan
kebijaksanaan yang selama ini berlangsung. Hal demikian harus disadari oleh
peneliti. Jika memang ada gelagat yang demikian peneliti secepat nya mencari dan
menemukan strategi untuk mengatasinya.
Terakhir perlu dikemukakan bahwa tampak nya teknik pengecekan
anggota ini sama dengan triangulasi dengan sumber. tampaknya bukan berarti
sama, dan memang keduanya berbeda. Triangulasi mempersoalkan data ,
sedangkan pengecekan anggota mempersoalkan Sesuatu yang telah dibangun
dalam bangunan setengah jadi yang berupa kategori, hipotesis atau laporan
penelitian. Cara melaksanakan pun berbeda. Pengecekan anggota dilakukan pada
mereka yang terlibat,sedangkan triangulasi kepada mereka yang bukan anggota
yang terlibat.
8. Uraian rinci
Teknik ini menurut peneliti agar melaporkan hasil penelitian nya sehingga
uraian nya itu dilakukan seteliti dan secermat mungkin yang menggambarkan
konteks tempat penelitian diselenggarakan. Jelas laporan itu harus mengacu pada
focus pelitian. Uraianya harus mengungkapkan secara khusus sekali segala
sesuatu yang dibutuhkan oleh pembaca agar ia dapat memahami penemuanpenemuan yang diperoleh. Penemuan itu sendiri tentunya bukan bagian dari
uraian rinci, melainkan penefsiran yang dilakukan dalam bentuk uraian rinci
dengan segala macam petanggungjawaban berdasarkan kejadian-kejadian nyata.
Jadi, jelas disini bahwa untuk mencapai kriterium keteralihan sutu
penemuan hendaknya pihak peneliti debekali dengan konteks pengirim dan
penerima. Dengan kata lain, peneliti tidak dapat membahas keteralihan jika ia
hanya mempunyai sekeing data dari penelitian nya saja.
10

9. Auditing
Auditing adalah konsep bisnis, khususnya dibidang fiscal yang
dimanfaatkan untuk memeriksa kebergantungandan kepastian data. Hal itu
dilakukan baik terhadap proses maupun terhadap hasil atau keluaran.
Penelusuran audit ( audit trail ) tidak dapat dilaksanakan apabila tidak
dilengkapi dengan catatan-catatan pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil studi.
Pencatatan pelaksanaan itu perlu diklasifikasikan terlebih dahulu sebelum auditing
itu dilakukan sebagaimana yang dilakukan pada auditing fiscal.
Proses auditing dapat mengikuti langkah-langkah seperti yang disarankan oleh
harpen (1993, dalam Lincholn dan Guba, 1985:319-320) sebagai berikut :
1. Data mentah, termasuk bahan yang direkam secara elaktronik, catatan
lapangan tertulis, dokumen, foto, dan semacam nya, serta hasil survai ;
2. Data yang direduksi dan hasil kajian, termasuk didalam nya penulisan
secara lengkap catatan lapangan, ikhtisar catatan, informasi yang dibuat
satu per satu seperti kartu,ikhtisar data kuantittatif, dan catatan teori seperti
hipotesis kerja, konsep, dan semacam nya;
3. Rekontruksi data dan hasil sintesis termasuk didalam nya struktur
kategori: tema, definisi dan hubungan-hubungan nya ; penemuan dan
kesimpulan ; dan laporan akhir dan hubungan nya dengan kepustakaan
mutakhir, integrasi konsep, hubungan dan penafsiran ;
4. Catatan tentang proses penyelenggaraan, termasuk di dalam nya catatan
metodologi: prosedur, desain, strategi, rasional ; catatan tentang keabsahan
data : berkaitan derajat kepercayaan, kebergantungan dan kepastian ; dan
penelusuran audit ;
5. Bahan yang berkaitan dengan maksud dank e inginan, termasuk usulan
penelitian, catatan pribadi : catatan reflektif dan motivasi ; dan harapan ;
harapan dan peramalan ;
6. Informasi tentang penggembangan instrument, termasuk berbagai formulir
yang di gunakan untuk penjajakan, jadwal pendahuluan, format pengamat,
dan survai.

11

Proses auditing dapat mengikuti langkah-langkah seperti yang disarankan


oleh halpern, yaitu praentri, penetapan yang dapat di audit, kesepakatan formal,
dan terakhir penentuan keabsahan data.
Pada tahap praentri , sejumlah pertemuan diadakan oleh auditor dengan dengan
auditi (dalam hal ini peneliti) dan berakhir pada meneruskan, mengubah
seperlunya, atau mengehentikan pelaksanaan usulan auditing .
Pada tahap penetapan dapat nya diaudit, tugas auditi ialah menyediakan segala
macam pencatatan yang diperlukan dan bahan-bahan penelitian yang tersedia
seperti yang sudah dikemukakan klasifikan. Selain itu ia hendak nya menyediakan
waktu secukupnya untuk keperluan menggadakan konsultasi jika hal itu
diperlukan.
Di pihak lain, tugas pertama auditor ialah mempelajari seluruh bahan yang
tersedia. Sesudah itu ia meminta penjelasan-penjelasan seperlunya tentang apa
yang belum dipahami nya sebelum mantap. Auditor perlu memahami bahan-bahan
yang tersedia dengan keadaan yang sebenarnya. Ia harus mengetahui benar
bagaimana hubungan antara penelusuran audit dengan kejadian yang sebenarnya
atau dengan hasil yanh di temukan. Ia harus bisa menelusuri apa yang terdapat
dalam apa yang terdapat dalam penelusuran auditing dengan data yang dilaporkan
melalui pengamatan, wawancara, rekaman kaset atau video.
Pada tahap ini auditor harus pula membuat ketetapan tentang studi yang
sedang atau telah selesai dilaksanakan. Jika studi sedang berjalan, saran keputusan
nya hendaknya menegaskan agar dapat diteruskan, di berhentikan sementara, atau
diberhentikan sama sekali. Keputusan itu dapat didasar kan atas beberapa patokan
seperti lengkap-tidaknya, yaitu seluruh bahan penelitian yang disediakan dan telah
digunakan ; tuntas-tidaknya, bahwa bahan itu dapat benar-benar dipahami dan
diikuti

bemanfaat-tidaknya,

telah

disusun

sehingga

memunggkinkan

penggecekan silang, pengorganisasian, pembuatan indeks, dan semacam nya;


bahan itu berkaitan secara sistematis dengan pendekatan dan metodologi yang
digunakan, baik pada waktu penggunaan mula-mula ataupun kemudian dalam
pengguna sebenarnya .

12

Tahap berikutnya dinamakan persetujuan resmi antara auditor dengan


auditi. Pada tahap ini auditor dengan mengandakan persetujuan tertulis tentang
apa yang telah dicapai oleh auditor.
Tahap berikutnya ialah penentuan keabsahan. Tahap ini merupakan tahap
terpenting. Penelusuran auditing meliputi pemeriksaan terhadap kepastian maupun
terhadap kebergantungan. Pemeriksaan terhadap kriteria kepastian terdiri atas
beberapa langkah kecil. pertama-tama auditor perlu memastikan, apakah hasil
penemuan itu benar-benar berasal dari data. Hal ini tidak sukar melaksanakan nya
sepanjang jejak audit itu telah ditetapkan dengan baik.
Tahap terkhir rentetan auditing ini ialah mengakhiri auditing itu
sendiri(closure). Pada tahap ini ada dua hal yang harus perlu dikerjakan oleh
auditor, yaitu memberikan umpan balik dan Berunding dengan auditi, yaitu si
peneliti sendiri, dan menuliskan laporan hasil pemeriksaan nya. Sebelum seluruh
penyusunan laporan diakhiri, sesuai dengan haknya, audit berhak mempelajari isi
laporan tersebut terlebih dahulu. Hasil penelaah auditi dibacarakan dan dibahas
bersama-sama. Maksudnya ialah agar auditing auditi dapat mengetahui bahwa
langkah-langkah yang ada dalam perjanjian telah dilakukan seluruh nya. Jika dari
sisi auditi terlihat adanya kekeliruan, hal itu dapat dibicarakan untuk kemudian
diperbaiki. Dalam hal keduanya tidak terdapat kesesuaian pendapat, auditor tetap
berhak untuk menyajikan laporan nya, sedangkan auditi dapat memberikan
catatan khusus mengenai hal itu. Jika prose situ telah dilaksanakan, maka
perundingan tentang penemuan auditing dibicarakan, apa saja kekurangan dan
bagaimana cara mengatasinya.

13

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.Semoga makalah
ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman
yang kami miliki sangat kurang.Oleh kerena itu kami harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Penyusun

14

Anda mungkin juga menyukai