Ppok
Ppok
Reza Rahardian
Nama Wahana : RS PKU Muhammadiyah Gombong
Topik : Kasus medis ; Penyakit Paru Obstruksi Kronis Eksaserbasi Akut
Tanggal (kasus) : 15 Januari 2015
Presenter : dr. Reza Rahardian
Nama Pasien : Ny. S
No. RM : 266267
Tanggal Presentasi : 30 Januari 2015
Pendamping : dr. Nur Hidayani
Tempat Presentasi : RS PKU Muhammadiyah Gombong
Obyektif Presentasi :
Keilmuan
Ketrampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia Bumil
Deskripsi : lansia, usia 71 th, batuk berdahak kronis disertai dengan sesak nafas
Tujuan :
menegakkan diagnosis dan menetapkan manajemen tatalaksana pasien PPOK
Bahan bahasan Tinjauan Pustaka Riset
Kasus Audit
Cara membahas Diskusi
Presentasi
E-mail
Pos
dan diskusi
Data pasien :
Nama : Ny.S
No CM : 266267
Nama RS : PKU Muhammadiyah Gombong
Telp : (0287) 471639
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis/ Gambaran klinis :
Pasien dewasa lanjut 71 tahun datang diantar keluarga ke IGD dengan keluhan sesak nafas
yang dirasakan semakin memberat sejak 1 hari SMRS. Sesak dirasakan semakin berat saat
melakukan aktivitas. Pasien juga mengeluh batuk disertai dahak yang sudah dirasakan
sejak 3 bulan SMRS. Terkadang hanya merasakan berdahak tanpa disertai batuk. Pasien
tidak merasakan demam, keringat malam hari, batuk darah, nyeri dada. BAK dan BAB
tidak ada keluhan. Setelah dipindah ke ruangan bangsal pasien masih mengeluhkan sesak
nafas. Sejak 3 bulan terakhir pasien rutin memeriksakan diri ke dokter spesialis paru
dengan keluhan yang sama dan sejak 1 hari SMRS dirasakan semakin memberat.
2. Riwayat Pengobatan :
Pasien rutin kontrol pengobatan ppok di dokter spesialis paru.
Riwayat pengobatan TB Paru (-)
3. Riwayat kesehatan/penyakit :
Pasien telah melakukan pengobatan rutin dengan dokter spesialis paru sejak bulan
oktober 2014 dengan keluhan yang sama.
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat Diabetes Melitus (-)
Riwayat Penyakit Jantung (-)
Riwayat asma (-)
Riwayat TB Paru (-)
4. Riwayat keluarga :
Riwayat penyakit serupa (-)
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat Diabetes Melitus (-)
Trombosit
: 150.000/ul
(N)
Foto Ro Thorax AP
Deskripsi :
Tampak opasitas inhomogen diparacardial dextra
Sudut costrofrenicus dextra et sinistra lancip
Trakhea tampak di tengah
Tak tampak pembesaran limfonodi hilus, paratracheal, dan mediastinum
CTR > 0,5
ICS melebar
Kesan : Bronchopneumonia dd PPOK
Cardiomegali
TERAPI
IGD
- 02 4 lpm (nasal canule)
- IVFD RL 15 tetes permenit (makrodrip)
- Inj. Cefotaxim 2x1g
- Observasi keadaan umum, kesadaran dan vital sign
- Konsul dengan dokter spesialis paru
Rawat Inap
Instruksi dokter spesialis paru
Daftar Pustaka :
1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta
2004.
PPOK:
Pedoman
Diagnosis
dan
Pasien dewasa lanjut 71 tahun datang diantar keluarga ke IGD dengan keluhan sesak
nafas yang dirasakan semakin memberat sejak 1 hari SMRS. Sesak dirasakan semakin berat
saat melakukan aktivitas. Pasien juga mengeluh batuk disertai dahak yang sudah dirasakan
sejak 3 bulan SMRS. Terkadang hanya merasakan berdahak tanpa disertai batuk. Pasien tidak
merasakan demam, keringat malam hari, batuk darah, nyeri dada. BAK dan BAB tidak ada
keluhan. Setelah dipindah ke ruangan bangsal pasien masih mengeluhkan sesak nafas. Sejak 3
bulan terakhir pasien rutin memeriksakan diri ke dokter spesialis paru dengan keluhan yang
sama dan sejak 1 hari SMRS dirasakan semakin memberat. Pasien hanya beraktivitas di dalam
rumah, dahulu pasien mempunyai warung makan dan sering beraktivitas di dapur (memasak
dengan kayu bakar) dengan ventilasi yang kurang. Suami dan anak laki-laki pasien merupakan
seorang perokok berat dan sering merokok di dalam rumah.
OBJEKTIF:
Dari hasil pemeriksaaan fisik didapatkan pasien datang dengan kondisi tampak sesak
napas. Frekuensi napas meningkat yaitu 28 x/menit (takipneu), nadi normal yaitu 88x/menit,
suhu tubuh normal (37,2 C). Selain takipneu terdapat usaha pernapasan yang meningkat yaitu
purse lips breathing, retraksi intercostal. Pemeriksaan thoraks selain retraksi dinding dada,
didapatkan sela iga melebar, saat palpasi sterm fremitus kedua lapang paru melemah. Saat
perkusi dilakukan terdengar hipersonor, eksperium lebih diperpanjang dan didapatkan suara
wheezing saat auskultasi. Dari pemeriksaan darah rutin didapatkan leukosit yang meningkat
(13.170/ul) dan dari foto Ro Thorax didapatkan kesan Bronchopneumonia DD PPOK dan
cardiomegali.
ASSESSMENT :
Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) merupakan penyakit kronik yang ditandai
dengan keterbatasan aliran udara di dalam saluran nafas yang tidak sepenuhnya reversible.
Gangguan yang bersifat progresif ini disebabkan karena terjadinya inflamasi kronik akibat
pajanan partikel atau gas beracun yang terjadi dalam kurun waktu yang lama dengan gejala
utama sesak nafas, batuk, dan produksi sputum.
Salah satu karakteristik PPOK adalah kencenderngannya untuk eksaserbasi. Definisi
eksaserbasi PPOK adalah kondisi perburukan yang bersifat akut dari kondisi sebelumnya yang
stabil dan dengan variasi harian normal dan mengharuskan perubahan dalam pengobatan yang
biasa diberikan pada pasien PPOK . Eksaserbasi dapat disebabkan infeksi atau faktor lainnya
seperti polusi udara, kelelahan atau timbulnya komplikasi. Kriteria PPOK eksaserbasi akut
ditandai oleh meningkatnya jumlah konsistensi sputum dan bertambahnya gejala sesak nafas.
Eksaserbasi dapat menurunkan fungsi paru dan kualitas hidup pasien, oleh sebab itu harus
ditangani dan di cegah kekambuhannya secara maksimal. Gejala eksaserbasi sering diikuti
batuk dan demam. Semakin sering terjadi eksaserbasi akut akan semakin berat kerusakan paru
dan semakin memperburuk fungsinya.
Diagnosis PPOK klinis ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang, yang akan diuraikan sebagai berikut :
a. Anamnesis.
Ada faktor risiko :
usia pertengahan
riwayat pajanan asap rokok, polusi udara, polusi tempat kerja
Gejala PPOK terutama berkaitan dengan respirasi. Keluhan respirasi ini harus
diperiksa dengan teliti karena seringkali dianggap sebagai gejala yang biasa terjadi
pada proses penuaan.
Batuk kronik
Batuk kronik adalah batuk yang hilang timbul selama3 bulan yang tidak
hilang dengan pengobatan yang diberikan.
Berdahak kronik
Kadang kadang pasien menyatakan hanya berdahak terusmenerus tanpa
disertai batuk.
Sesak napas, terutama pada saat melakukan aktivitas
Seringkali pasien sudah mengalami adaptasi dengan sesak napas yang
bersifat progresif lambat sehingga sesak ini tidak dikeluhkan.
b. Pemeriksaan Fisik.
Pada pemeriksaan fisik seringkali tidak ditemukan kelainan yang jelas terutama
auskultasi pada PPOK ringan, karena sudah mulai terdapat hiperinflasi alveoli. Sedangkan
pada PPOK sedang dan berat seringkali terlihat perubahan cara bernapas atau perubahan
bentuk anatomi toraks.
Secara umum pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan hal-hal sebagai berikut :
Inspeksi
Bentuk dada : barrel chest (dada seperti tong)
Terdapat cara bernapas purse lips breathing (seperti orang meniup).
Takipnea.
Terlihat penggunaan dan hipertrofi (pembesaran) otot bantu napas.
Pelebaran sela iga
Tampilan fisik pink puffer atau blue bloater.
Palpasi
Fremitus melemah
Perkusi
Hipersonor
Auskultasi
Suara napas vesikuler melemah atau normal
Ekspirasi memanjang.
Mengi (biasanya timbul pada eksaserbasi)
Ronki kering.
Bunyi jantung jauh.
c. Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada diagnosis PPOK antara lain :
Radiologi (foto toraks)
PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru yang lain.
Spirometri
Laboratorium darah rutin (timbulnya polisitemia menunjukkan terjadi hipoksia
kronik)
Analisa gas darah
Terutama untuk menilai :
- gagal nafas kronik stabil
- Gagal nafas akut pada gagal nafas kronik
Mikrobiologi sputum (diperlukan untuk pemilihan antibiotik bila terjadi eksaserbasi)
pemeriksaan mikrobiologi sputum pewarnaan gram dan kultur resistensi diperlukan
untuk mengetahui pola kuman dan untuk memilih antibiotik yang tepat.
Meskipun kadang kadang hasil pemeriksaan radiologis masih normal pada
PPOK ringan tetapi pemeriksaan radiologis ini berfungsi juga untuk menyingkirkan
diagnosis banding dari keluhan pasien.1 Hasil pemeriksaan radiologis dapat berupa
kelainan :
Paru hiperinflasi atau hiperlusen
Diafragma mendatar
Corakan bronkovaskuler meningkat
Bulla
Jantung pendulum
Diagnosis PPOK (secara klinis) apabila sekurang-kurangnya pada anamnesis ditemukan
adanya riwayat pajanan faktor risiko disertai batuk kronik dan berdahak dengan sesak napas
terutama pada saat melakukan aktivitas pada seseorang yang berusia pertengahan atau yang
lebih tua.
Dari hasil pemeriksaaan fisik didapatkan pasien datang dengan kondisi tampak sesak
napas. Frekuensi napas meningkat yaitu 28 x/menit (takipneu), nadi normal yaitu 88x/menit,
suhu tubuh normal (37,2 C). Selain takipneu terdapat usaha pernapasan yang meningkat yaitu
purse lips breathing, retraksi intercostal. Pemeriksaan thoraks selain retraksi dinding dada,
didapatkan sela iga melebar, saat palpasi sterm fremitus kedua lapang paru melemah. Saat
perkusi dilakukan terdengar hipersonor, eksperium lebih diperpanjang dan didapatkan suara
wheezing saat auskultasi .
Faal paru, yang dapat dinilai melalui Volume Ekspirasi Paksa detik pertama atau Force
Expiratory Volume in one second (VEP1=FEV1), Kapasitas Vital Paru atau Force Vital
Capacity (KVP=FVC), dan rasio VEP1/KVP.1,2
Klasifikasi berdasarkan spirometri:
Tidak mengancam
jiwa
Ruang
Rawat
Terapi
IGD
- 02 4 lpm (nasal canule) untuk memenuhi suplai oksigen akibat hipoksia yg dapat
ditimbulkan akibat penyempitan saluran napas
- IVFD RL 15 tetes permenit (makrodrip) untuk memenuhi kebutuhan cairan dan sarana
untuk memberikan secara intravena.
- Inj. Cefotaxim 2x1g sebagai antibiotik broadspectrum golongan sefalosporinIII
- Observasi keadaan umum, kesadaran dan vital sign
- Konsul dengan dokter spesialis paru
Rawat Inap
Instruksi dokter spesialis paru
- 02 4 lpm (nasal kanul) untuk memenuhi suplai oksigen akibat hipoksia yg dapat
ditimbulkan akibat penyempitan saluran napas
- IVFD RL 15 tpm (makrodrip) untuk memenuhi kebutuhan cairan dan sarana untuk
memberikan secara intravena.
- Nebulizer combivent + flexotide 1:1 (3xsehari) sebagai bronkodilator/ pelega saat
serangan yang bekerja langsung di saluran napas.
Combivent : ipratroprium bromida 0.5 mg + salbutamol sulphat2,5 mg
Flexotide : flutikasone proprionat
- Inj. Metyl Prednisolon 125 mg; lanjut - -0 (3 hari) untuk meningkatkan fungsi paru
FEV1 dan menurunkan resiko kekambuhan awal, kegagalan terapi dan lama dirumah
sakit
- Ambroxol tab 3x1 sebagai mukolitik untuk membantu mengencerkan dahak
- Observasi keadaan umum, kesadaran dan vital sign
PENDIDIKAN
Edukasi di berikan dengan bahasa yang sederhana, dan mudah diterima, langsung ke
pokok permasalahan yang ditemukan pada pemeriksaan saat itu
1. Berhenti merokok
Disampaikan pertama kali saat seseorang di diagnosis PPOK
2. Penggunaan obat-obatan
o Macam obat dan jenisnya
o Cara penggunaan yang tepat
o Waktu penggunaan yang tepat
o Dosis obat yang tepat dan efek sampingnya
3. Penggunaan oksigen
o Kapan oksigen harus digunakan
o Berapa dosisnya
o Mengetahui efek samping kelebihan dosis oksigen
KASUS MEDIS
PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS EKSASERBASI AKUT
Disusun oleh :
dr. Reza Rahardian
Dokter Internship RS PKU Muhammadiyah Gombong
Pendamping :
Dr. Nur Hidayani
Pada hari Jumat, 30 Januari 2015 telah dipresentasikan kasus portofolio oleh :
Nama
Judul/topik
Nama Pendamping
Nama wahana
Keterangan
Tanda tangan
1.
Presentan
2.
Dokter internship
3.
Dokter internship
4.
dr. Muaziroh
Dokter internship
5.
Dokter internship
Dokter Pendamping
Presentan