Atonia Uteri
Atonia Uteri
LANDASAN TEORI
II.1. Tinjauan Pustaka
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menyebutkan
bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2007 sebesar 228 per 100.000
kelahiran hidup. Angka kematian ibu ini turun bila dibandingkan pada tahun 2002
yang mecapai 307 per 100.000 kelahiran hidup (Kusumobroto et al., 2008).
Berikut grafik dari angka kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup dari
tahun 1992 2007 :
Gambar 1. Angka Kematian Ibu per 100.000 Kelahiran Hidup (BPS, 2008).
Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), penyebab kematian ibu
disebabkan oleh perdarahan 28%, eklampsia 24%, infeksi 11%, komplikasi masa
nifas 8%, abortus 5%, partus lama 5%, emboli obstetri 3%, dan lain-lain 11%.
Distribusi persentase penyebab kematian ibu dapat dilihat pada diagram
berikut :
( 50-60% )
2. Sisa plasenta
( 23-24% )
3. Retensio plasenta
( 16-17% )
( 0,5-0,8% )
II.1.1.4. Diagnosis
Diagnosis perdarahan postpartum pada umumnya tidak sukar, yaitu :
1. Terjadi perdarahan segera setelah bayi lahir : sebelum plasenta lahir atau
sesudah plasenta lahir.
2. Keluar pada umumnya mendadak, tanpa disadari.
3. Dapat diikuti dengan menurunnya kesadaran.
4. Dapat diikuti dengan perubahan sistem kardiovaskular.
postpartum :
1. Palpasi uterus : bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri.
2. Memeriksa plasenta dan ketuban : lengkap atau tidak.
3. Eksplorasi kavum uteri : untuk mencari sisa plasenta dan ketuban, robekan
rahim, dan plasenta succenturiata.
4. Inspekulo : melihat robekan pada serviks, vagina, dan varises yang pecah.
5. Pemeriksaan laboratorium : waktu perdarahan, hemoglobin, clot observation
test, dan lain-lain.
Berdasarkan etiologinya, perdarahan postpartum dapat didiagnosis sesuai
dengan tabel 1.
Tabel 1. Diagnosis Perdarahan Postpartum (Saifuddin et al., 2006).
Tanda & gejala
yang kadang ada
Syok
Pucat
Lemah
Menggigil
Diagnosis
kemungkinan
Atonia
uteri
Laserasi
jalan lahir
Retensio
plasenta
Sisa
plasenta
Inversio
uteri
Ruptura
uteri
II.1.1.5. Penatalaksanaan
Penanganan pada perdarahan postpartum terdapat dua bagian sebagai
berikut :
1. Suportif, yaitu perbaikan keadaan umum, penambahan cairan, dan darah serta
komponen - komponennya.
2. Kausatif, yaitu dengan melakukan identifikasi penyebab perdarahan dan usaha
untuk menghentikannya.
Ada beberapa cara untuk menghentikan perdarahan, yaitu :
1. Pemberian uterotonika dengan oksitosin, metil ergometrin atau prostaglandin.
2. Hemostasis secara mekanis dengan manual plasenta, kuret sisa plasenta,
kompresi manual ataupun packing.
3. Pembedahan, yaitu penjahitan laserasi, ligasi pembuluh darah, ataupun
dilakukan histerektomi.
Tujuan utama penanganan perdarahan postpartum adalah :
1. Mengembalikan volume darah dan mempertahankan oksigenasi.
2. Menghentikan perdarahan dengan menangani penyebab perdarahan post
partum.
Idealnya stabilisasi dilakukan terlebih dahulu sebelum tindakan definitif
dikerjakan, tetapi hal ini terkadang tidak mungkin dikerjakan sendiri-sendiri
melainkan seringkali dikerjakan perbaikan keadaan umum ( resusitasi ) sambil
dilakukan tindakan untuk menghentikan perdarahan tersebut.
Pada saat awal resusitasi cairan juga diambil sample darahnya untuk diperiksakan
laboratorium sederhana dahulu, yaitu kadar Hemoglobin, Hematokrit, Lekosit,
Trombosit, Faal Pembeku Darah atau dikerjakan pemeriksaan Waktu Pembekuan
Darah dan Waktu Perdarahan secara langsung.
10
II.1.1.6. Prognosis
Menurut Hakimi (2010), kematian karena perdarahan postpartum akibat
terus-menerus
terjadi
perdarahan
yang
jumlahnya
kadang-kadang
tidak
11
II.1.2.3. Etiologi
1. Disfungsi uterus : atonia uteri primer merupakan disfungsi intrinsik uterus.
2. Penatalaksanaan yang salah pada kala III. Mencoba mempercepat kala III
dengan dorongan dan pemijatan uterus sehingga mengganggu mekanisme
fisiologis pelepasan plasenta dan dapat menyebabkan pemisahan sebagian
plasenta yang mengakibatkan perdarahan.
12
13
darah,
tetapi
masih
terperangkap
dalam
uterus
dan
harus
14
OKSITOSIN
Pemberian IV secara
cepat atau bolus
ERGOMETRIN
MISOPROSTOL
IM atau IV
(lambat) : 0,2mg
Oral atau
rektal 400g
dapat diulang
sampai
1200g
Ulangi 0,2 mg IM
setelah 15 menit
400 mg 2-4
jam setelah
dosis awal
Total 1 mg atau 5
dosis
Total 1200 g
atau 3 dosis
Preeklampsia,
vitium cordis,
hipertensi
Nyeri
kontraksi
Asma
15
pemasangan
kondom
yang
diikatkan
pada
kateter.
Dari
penelitiannya disebutkan angka keberhasilannya 100%, kondom dilepas 2448 jam kemudian dan tidak didapatkan komplikasi yang berat. Cara ini
kemudian disebut dengan Metode Sayeba. Cara pemasangannya adalah
secara aseptik kondom yang telah diikatkan pada kateter dimasukkan
kedalam cavum uteri. Kondom diisi dengan cairan garam fisiologis
sebanyak 250-500 cc sesuai kebutuhan. Dilakukan observasi perdarahan dan
pengisian kondom dihentikan ketika perdarahan sudah berkurang. Untuk
menjaga kondom agar tetap di cavum uteri, dipasang tampon kasa gulung di
vagina. Bila perdarahan berlanjut tampon kassa akan basah dan darah keluar
dari introitus vagina. Kontraktilitas uterus dijaga dengan pemberian drip
oksitosin paling tidak sampai dengan 6 jam kemudian. Diberikan antibiotika
tripel, Amoksisilin, Metronidazol dan Gentamisin. Kondom kateter dilepas
24- 48 jam kemudian, pada kasus dengan perdarahan berat kondom dapat
dipertahankan lebih lama ( Danso D and Reginald PW, 2006 ).
16
17
Bila penanganan dengan non operatif ini tidak berhasil, baru dilakukan
penanganan secara operatif ( laparotomi dengan pilihan bedah konservatif
(mempertahankan uterus) atau melakukan histerektomi ), yaitu :
f. Laparatomi pemakaian metode B-Lynch
g. Ligasi arteri uterina, arteri hipogastrika ( iliaka interna )
Bila dengan cara ini belum berhasil menghentikan perdarahan, dilakukan :
h. Histerektomi supravaginal
i. Histerektomi total abdominal.
18
atonia
uteri
No
Langkah
Keterangan
1. Lakukan masase fundus Masase merangsang kontraksi uterus. Sambil
uteri segera setelah plasenta melakukan masase sekaligus dapat dilakukan
dilahirkan
penilaian kontraksi uterus
2. Bersihkan kavum uteri dari Selaput ketuban atau gumpalan darah dalam kavum
selaput
ketuban
dan uteri akan dapat menghalangi kontraksi uterus secara
gumpalan darah.
baik
3. Mulai KBI. Jika uterus Sebagian besar atonia uteri akan teratasi dengan
berkontraksi keluarkan tangan tindakan ini. Jika kompresi bimanual tidak berhasil
setelah 1-2 menit. Jika tidak setelah 5 menit, diperlukan tindakan lain
teruskan KBI hingga 5 menit
4. Minta keluarga untuk
Bila penolong hanya seorang diri, keluarga dapat
melakukan
KBE
meneruskan proses kompresi bimanual secara
(Kompresi
Bimanual
eksternal selama anda melakukan langkah-langkah
Eksternal )
selanjutnya.
5. Berikan Metil ergometrin 0,2 Metil ergometrin yang diberikan secara intramuskular
mg intramuskular/ intra vena akan mulai bekerja dalam 5-7 menit dan
menyebabkan kontraksi uterus. Pemberian intravena
bila sudah terpasang infus sebelumnya.
6. Berikan infus cairan larutan Anda telah memberikan Oksitosin pada waktu
Ringer laktat dan Oksitosin penatalaksanaan aktif kala tiga dan Metil ergometrin
20 IU/500 cc
intramuskuler. Oksitosin intravena akan bekerja
segera untuk menyebabkan uterus berkontraksi.
Ringer Laktat akan membantu memulihkan volume
cairan yang hilang selama atoni. Jika uterus wanita
belum berkontraksi selama 6 langkah pertama, sangat
mungkin bahwa ia mengalami perdarahan postpartum
dan memerlukan penggantian darah yang hilang
secara cepat.
7. Mulai
lagi
kompresi Jika atoni tidak teratasi setelah 7 langkah pertama,
bimanual interna atau Pasang mungkin ibu mengalami masalah serius lainnya.
tampon uterovagina
Tampon uterovagina dapat dilakukan apabila
penolong telah terlatih. Rujuk segera ke rumah sakit
8. Buat
persiapan
untuk Atoni bukan merupakan hal yang sederhana dan
merujuk segera
memerlukan perawatan gawat darurat di fasilitas
dimana dapat dilaksanakan bedah dan pemberian
tranfusi darah
9. Teruskan cairan intravena Berikan infus 500 cc cairan pertama dalam waktu 10
hingga ibu mencapai tempat menit. Kemudian 500 cc/jam pada jam pertama, dan
rujukan
500 cc/4 jam pada jam-jam berikutnya. Jika tidak
mempunyai cukup persediaan cairan intravena,
berikan cairan 500 cc yang ketiga secara perlahan
hingga cukup sampai di tempat rujukan. Berikan
minum untuk tambahan rehidrasi.
10. Laparotomi : pertahankan Pertimbangan antara lain paritas, kondisi ibu,
uterus (ligasi a. uterina/ jumlah perdarahan
hipogastrika) /histerektomi.
19
umur adalah usia ibu yang dihitung sejak tanggal lahir sampai pada saat ulang
tahun terakhir dalam satuan tahun.
Menurut Depkes (2003), masa reproduksi sehat yaitu pada umur 20-35
tahun. Pada umur < 20 tahun masih belum matangnya alat reproduksi untuk
hamil, sedangkan bila umur ibu > 35 tahun fungsi alat reproduksi dan fisik
menurun (Kay, 2007). Dalam hal ini dapat mempengaruhi fungsi plasenta dan
dapat mengakibatkan iritabilitas pada uterus serta terjadi perubahan pada serviks.
Kematian maternal pada ibu yang berusia muda ( 20 tahun) 2-5 kali lebih
tinggi daripada usia 20-29 tahun dan kematian tersebut akan meningkat kembali
sesudah usia 35 tahun (Karkata, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Pardosi
(2005), menemukan bahwa dengan umur < 20 tahun atau > 35 tahun memiliki
risiko mengalami perdarahan postpartum 3,3 kali lebih besar dibanding dengan
ibu dengan umur 20-30 tahun.
Perdarahan postpartum meningkat sesuai dengan umur ibu. Hal ini dapat
diketahui dengan melihat bahwa semakin tua umur ibu, makin tinggi frekwensi
penyakit hipertensi menahun yang menyertai.
II.1.3.2. Paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang
wanita (BKKBN, 2006), sedangkan menurut JHP IEGO (2008) adalah kehamilan
yang menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim (28 minggu), serta
menurut Manuaba (2008) adalah wanita yang pernah melahirkan bayi aterm
(Surparyanto, 2010).
Pada wanita yang paritasnya lebih dari 3 cenderung mempunyai komplikasi
pada kehamilan maupun persalinan. Karena uterus yang terlalu sering meregang
dan terjadinya gangguan pada plasenta yang akan mengakibatkan gangguan
sirkulasi pada janin sehingga pertumbuhan terhambat (Karkata,2009). Berdasarkan
Manuaba kejadian perdarahan postpartum sering terjadi pada ibu dengan
grandemultipara.
20
21
Kadar hemoglobin normal dan anemia pada ibu hamil dapat dilihat pada
tabel 4.
Tabel 4. Kadar Hemoglobin pada Perempuan Dewasa dan Ibu
Hamil (Karkata 2009; Tarwoto & Wanidar, 2007).
Status
Kehamilan
Tidak hamil
Hamil :
Trimester I
Trimester II
Trimester III
Hb Normal
(gr/dl)
12,0 15,0
11,0 14,0
10,5 14,0
11,0 14,0
22
No
Judul
Penelitian
1 Hubungan
anemia dalam
kehamian
dengan
perdarahan
postpartum
karena atonia
uteri di RSUD
Wonogiri.
Tempat
Nama & Tahun
Peneliti Penelitia
n
Ayu
RSUD
Wuryanti Wonogiri
Tahun
2010
Rancangan
Variabel
Penelitia Penelitian
n
CrossAnemia
sectional pada
kehamilan,
perdarahan
postpartum
karena
atonia uteri
Hasil
Penelitian
Terdapat
hubungan
antara
anemia
dalam
kehamilan
dengan
perdarahan
postpartum
karena
atonia uteri.