Anda di halaman 1dari 14

KERUSAKAN PADA JALAN TEUKU UMAR

PERENCANAAN PERKERASAN JALAN

Disusun oleh
Devi Prima Oktaviani

1409025001

Putri Ramadhani

1409025002

Sofia Annisa Minarti

1409025007

Isna Kairatun Janah

1409025008

Nabilla Zahera

1409025013

Panji Dharma Rizky B.

1409025015

Okta Shena Lingga

1409025018

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2015
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kerusakan jalan yang terjadi di berbagai daerah saat ini merupakan permasalah yang
sangat kompleks dan kerugian yang diderita sungguh besar terutama bagi pengguna jalan,
seperti terjadinya waktu tempuh yang lama, kemacetan, kecelakaan lalu-lintas, dan lainlain.
Kerugian secara individu tersebut akan menjadi akumulasi kerugian ekonomi global bagi
daerah tersebut. Banyak kritik yang telah dikirimkan kepada institusi pemerintahan dalam
upaya penanganan dan pengelolaan jalan, agar berbagai kerusakan yang terjadi segera diatasi.
Secara umum penyebab kerusakan jalan ada berbagai sebab yakni umur rencana jalan
yang telah dilewati, genangan air pada permukaan jalan yang tidak dapat mengalir akibat
drainase yang kurang baik, beban lalu lintas berulang yang berebihan (Overloaded)yang
menyebabkan umur pakai jalan lebih pendekdari perencanaan. Perencanaan yang tidak tepat,
pengawasaan yang kurang baik dan pelaksanaan yang tidak sesuai dengan rencana yang ada.
Selain itu minimnya biaya pemeliharaan, keterlambatan pengeluaran anggaran serta
prioritas penanganan yang kurang tepatjuga menjadi penyebab.Panas dan suhu udara, air dan
hujan, serta mutu awal produk jalan yang jelek juga sangat mempengaruhi.Oleh sebab itu
disamping direncanakan secara tepat jalan harus dipelihara dengan baik agar dapat melayani
pertumbuhan lalulintas selama umur rencana.Survey kondisi jalan perlu dilakukan secara
periodik baik struktural maupun non-struktural.
Untuk mengetahui tingkat pelayanan jalan yang ada. Pemeriksaan non-struktural
(Fungsional) antara lain bertujuan untuk memeriksa kerataan (Roughness), kekasaran
(Texture), dan kekesatan (Skid Resitance). Pengukuran sifat kerataan lapis permukaan jalan
akan bermanfaat dalam usaha menentukan program rehabilitasi dan pemeliharaan jalan. Di
Indonesia pengukuran dan evaluasi tingkat kerataan jalan belum banyak dilakukan salah
satunya dikarenakan keterbatasan peralatan.Karena kertaan jalan berpengaruh pada keamanan
dan kenyamanan pengguna jalan maka perlu dilakukan pemeriksaan kertaan secara rutin
sehingga dapat diketahui kerusakan yang harus diperbaiki.
Tingkat kerataan jalan merupakan salah satu faktor/fungsi pelayanan (Functional
Performance) dari suatu perkerasan jalan yang sangat berpengaruh pada kenyamanan
pengemudi (Riding Quality). Kualitas jalan yang ada maupun yang akan dibangun harus
sesuai dengan standar dan ketentuan yang berlaku.
2

Syarat utama jalan yang baik adalah kuat, rata, kedap air, tahan lama dan ekonomis
sepanjang umur yang direncanakan.Untuk memenuhi syarat-syarat tersebut perlu dilakukan
monitoring dan evaluation secara periodik atau berkala sehingga dapat ditentukan metode
perbaikan konstruksi yang tepatdan sesuai.berdasarkan pengamatan kondisi jalan meliputi
kerusakan-kerusakan seperti retak-retak, alur, lubang, lendutan pada lajur roda, kekasaran
permukaan dan sebagainya yang terjadi selama umur pelayanan.Pengukuran tingkat kerataan
permukaan jalan belum banyak dilakukan di Indonesia mengingat kendala terbatasnya
peralatan sehingga persyaratan kerataan dalam monitoring dan evaluation terhadap konstruksi
jalan yang ada tidak dapat dilakukan secara baik menurut standar nasional bidang
jalan.Banyak alat yang dapat melakukan pengukuran kerataan jalan, alat-alat tersebut pastinya
meiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Untuk mengetahui tingkat kerataan permukaan jalan dapat dilakukan pengukuran
dengan menggunakan berbagai cara/metode, salah satu yang sederhana dapat dilakukan
pengukuran cepat kerataan jalan dengan menggunakan sensor MEMS (Micro-ElectroMechanical Systems) Accelerometer sebagai kajian awal pengembangan accelerometer
sebagai sensor kerataan jalan raya.Sebagai sebuah sensor MEMS Accelerometeradalah sensor
yang digunakan untuk mengukur percepatan, mendeteksi dan mengukur getaran suatu obyek,
ataupun untuk mengukur percepatan akibat gravitasi bumi.Accelerometer juga dapat
digunakan untuk mengukur getaran yang terjadi pada kendaraan, bangunan dan mesin.
Adapun MEMS Accelerometernantinya akan dihubungkan ke DAQ NI USB 6009 sebagai
pembaca tegangan keluaran yang dihasilkan accelerometer dan mengirimnya ke personal
computer(PC) untuk kemudian disimpan datanya melalui Visual Basic 6.0.Penelitian
pengukuran kerataan jalan ini didasarkan pada perubahan tegangan yang dihasilkan oleh
accelerometer pada tiga sumbunya. Yang kemudian dapat dianalisa dalam pengukuran
kerataan jalan.
1.2 Rumusan Masalah
- Kerusakan apakah yang terjadi pada jalan teuku umar?
- Apa saja solusi permasalahan terhadap kerusakan jalan tersebut?
- Bahan-bahan apa saja yang digunakan dalam pembuatan jalan tersebut?
- Apa saja kendala yang dihadapi pada saat pembuatan jalan?

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Kerusakan jalan yang terjadi padaJalan Teuku Umar
Teuku Umar merupakan salah satu jalan yang terdapat di Samarinda yang memiliki
lalu lintas jalan yang padat.Seperti yang diketahui, jalan teuku umar merupakan jalan yang
sering dilalui oleh berbagai kendaraan terutama kendaraan berat.Sehingga jalan tersebut
memiliki kerusakan yang berbeda-beda.Kerusakan jalan yang terjadi pada jalan tersebut
lebih cenderung mengalami retak dan amblas.
a. Retak
Retak adalah suatu gejala kerusakan permukaan perkerasan sehingga akan
menyebabkan air pada permukaan perkerasan masuk ke lapisan di bawahnya dan hal
ini merupakan salah satu faktor yang akan membuat luas / parah suatu (Departemen
Perkejaan Umum, 2007). Didalam pendekatan mekanika retak diasumsikan ada bagian
yang lemah pada setiap material.Ketika pembebanan terjadi, ada konsentrasi tegangan
yang lebih tinggi disekitar bagian tersebut, sehingga material tersebut tidak lagi
memiliki distribusi tegangan yang seragam dan terjadilah kerusakan/retak pada bagian
tersebut

dan

berkembang

ke

bagian

yang

lainnya.Mekanika

retak

juga

menggambarkan perkembangan retak tergantung pada sifat material tersebut (Roque,


2010). Retak/craking yang umum dikenal dapat dibedakan atas:
Retak halus (Hair Cracking) memiliki lebar celah 3 mm, penyebabnya adalah bahan
perkerasan yang kurang baik, tanah dasar atau bagian perkerasan dibawah lapis
permukaan kurang stabil. Retak halus ini dapat meresapkan air ke dalam lapisan
permukaan sehingga mempercepat kerusakan dan menimbulkan ketidak-nyamanan
berkendara.Sifat penyebarannya dapat setempat atau luas pada permukaan jalan yang akan
berkembang menjadi retak kulit buaya.
Retak kulit buaya (alligator cracks) memiliki lebar celah retak 3 mm dan saling
berangkai membentuk serangkaian kotak-kotak kecil yang menyerupai kulit buaya atau
kawat untuk kandang ayam.Umumnya daerah dimana terjadi retak kulit buaya tidak luas
jika repitisi beban lalu lintas tidak melampaui beban yang dapat dipikul permukaan
jalan.Selain itu pelapukan pada permukaan dan munculnya airtanah pada badan

perkerasan jalan.Akibatnya berkembang menjadi lubang dari pelepasan butir-butir


permukaan jalan.

Retak pinggir (edge Crack) retak ini disebut juga dengan retak garis(lane cracks)
dimana terjadi pada sisi tepi perkerasan/ dekat bahu dan berbentuk retak memanjang
(longitudinal cracks) dengan atau tanpa cabang yang mengarah ke bahu. Retak ini dapat
terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar.Penyebabnya adalah bahan dibawah retak
pinggir kurang baik/ perubahan volume akibat jenis ekspansif clay pada tanah dasar,
sokongan bahu samping kurang baik, dan akar tanaman yang tumbuh di tepi perkerasan.
Retak akan berkembang menjadi besar yang diikuti oleh pelebasan butir pada tepi retak.

Retak sambungan bahu perkerasan (edge joint cracks) sesuai dengan namanya retak
ini umumnya terjadi pada daerah sambungan perkerasan dengan bahu yang beraspal.Retak
ini berbentuk retak memanjang (longitudinal craks) dan biasanya terbentuk pada
permukaan bahu yang beraspal.Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang saling
sejajar.Penyebabnya adalah perbedaan ketinggian antara bahu beraspal dengan perkerasan
akibat penurunan bahu, dan roda kendaraan berat yang menginjak bahu beraspal.Retak
akan berkembang menjadi besar yang diikuti oleh pelepasan butir pada tepi retak.
Retak sambungan jalan (lane joint crack) sesuai dengan namanya retak ini terjadi pada
sambungan dua jalur lalulintas dan berbentuk retak memanjang (longitudinal crack).Retak
ini dapat terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar.Penyebabnya adalah ikatan

sambungan kedua jalur yang kurang baik.Retak akan berkembang menjadi besar yang
diikuti oleh pelepasan butir pada tepi retak.
Retak sambungan pelebaran jalan (widening crack) bentuk retak ini adalah retak
memanjang (longitudinal cracks) yang akan terjadi pada sambungan antara perkerasan
lama dengan perkerasan pelebaran. Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang saling
sejajar dan akan meresapkan air pada lapisan perkerasan. Penyebabnya adalah ikatan
sambungan yang kurang baik, perbedaan kekuatan/daya dukung perkerasan pada jalan
pelebaran dengan jalan lama.Retak akan berkembang menjadi besar yang diikuti oleh
pelepasan butir pada tepi retak.
Retak refleksi (reflection crack) kerusakan ini terjadi pada lapisan tambahan (overlay),
dapat berbentuk memanjang (longitudinal cracks), diagonal (diagonal cracks), melintang
(transverse cracks), ataupun kotak (blocks cracks) yang menggambarkan pola retakan
perkerasan dibawahnya. Retak ini dapat terjadi bila retak pada perkerasan lama tidak
diperbaiki secara benar sebelum pekerjaan lapisan ulang (overlay) dilakukan. Penyebanya
adalah pergerakan vertikal/horizontal dibawah lapis tambahan (lapisan overlay) sebagai
akibat perubahan kadar air pada tanah dasar yang ekspansif, perbedaan penurunan
(settlement) dari timbunan atau pemotongan badan jalan dengan struktur perkerasan.
Retak akan berkembang menjadi besar yang diikuti oleh pelepasan butir pada tepi retak.
Retak susut (shrinkage crack) retak yang terjadi tersebut saling bersambungan
membentuk kotak besar dengan sudut tajam/ dapat dikatakan suatu interconnected cracks
yang membentuk suatu seri blocks cracks. Umumnya penyebaran retak ini menyeluruh
pada perkerasan jalan.Penyebabnya adalah perubahan volume perkerasan yang
mengandung terlalu banyak aspal dengan penetrasi rendah, perubahan volume pada
lapisan pondasi dan tanah dasar.Retak akan berkembang menjadi besar yang diikuti oleh
pelepasan butir pada tepi retak.

Retak selip (slippage crack) kerusakan ini sering disebut dengan parabolic cracks,
shear cracks, atau crescent shaped cracks. Bentuk retak lengkung menyerupai bulan sabit/
berbentuk seperti jejak mobil disertai dengan beberapa retak.Kadang-kadang terjadi
bersama dengan terbentuknya sungkur (shoving).Penyebabnya adalah ikatan antar lapisan
aspal dengan lapisan bawahnya tidak baik yang disebabkan kurangnya aspal/ permukaan
berdebu, penggunaan agregat halus terlalu banyak, lapis permukaan kurang padat/ kurang
tebal dan penghamparan pada temperatur aspal rendah atau tertarik roda penggerak oleh
mesin penghampar aspal atau mesin lainnya.Akibatnya lepasnya beberapa butir agregat
pada tepi retak sehingga timbul lubang (potholes).
b. Distorsi
Jenis kerusakan lentur atau flexible berupa distorsi dapat terjadi atas lemahnya tanah
dasar, pemadatan yang kurang pada lapis pondasi sehingga terjadi tambahan pemadatan
akibat beban lalu lintas.
o Alur terjadi pada lintasan roda sejajar dengan aspal jalan, dapat merupakan
tempat menggenangnya air hujan yang jatuh di atas permukaan jalan,
mengurangi

tingkat

kenyamanan

dan

akhirnya

timbul

retak-

retak.Kemungkinan disebabkan oleh lapis perkerasan yang kurang padat,


dengan demikian terjadi penambahan pemadatan akibat repetisi beban lalu
lintas pada lintasan roda.Campuran aspal stabilitas rendah dapat pula
menimbulkan deformasi plastis.Perbaikan dapat dilakukan dengan memberi
lapisan tambahan yang sesuai.
o Keriting / corrugation kemungkinan disebabkan oleh rendahnya stabilitas
campuran yang dapat berasal dari terlalu tingginya kadar aspal, banyak
menggunakan agregat halus, agregat bulat dan licin, aspal yang dipakai
mempunyai penetrasi yang tinggi, lalu lintas dibuka sebelum`perkerasan
mantap. Keriting dapat diperbaiki dengan cara jika lapisan memiliki pondasi
agregat, digaruk kembali, dicampur dengan lapis pondasi, dipadatkan dan
diberi lapis perkerasan baru, bahan pengikat mempunyai ketebalan >5cm, lapis
tersebut diangkat dan diberi lapisan baru.
o Sungkur / shoving, deformasi plastis yang terjadi setempat di tempat
kendaraan sering berhenti, kelandaian curam, dan tikungan tajam.Kerusakan
dapat terjadi dengan atau tanpa retak. Penyebab kerusakan sama dengan
7

keriting. Perbaikan dilakukan dengan dibongkar dan dilakukan pelapisan


kembali.
o Amblas terjadi setempat, dengan atau tanpa retak.Amblas dapat terdeteksi
dengan adanya air yang tergenang.Air tergenang ini dapat meresap ke dalam
lapisan perkerasan yang akhirnya menimbulkan lubang. Penyebab amblas
adalah beban kendaraan yang melebihi apa yang direncanakan, pelaksanaan
yang kurang baik atau penurunan bagian perkerasan dikarenakan tanah dasar
mengalami settlement.

Penyebab kerusakan secara umum dapat terjadi akibat sistem drainase yang tidak baik,
kondisi muka air tanah yang tinggi, iklim, padatnya lalu lintas, proses pelaksanaan
pekerjaan yang kurang sesuai dengan ketentuan spesifikasi. Dalam masalah ini penyebab
kerusakan jalan teuku umarlebih disebabkan oleh beban roda kendaraan berat yang lalulalang (berulang-ulang). Dengan berbagai penyebab kerusakan ini tentu masyarakat akan
semakin tahu bahwa kerusakan ini disebabkan oleh beban roda kendaraan yang berat yang
sering berlalu-lalang.
Pada umumnya perkerasan dapat digunakan untuk memikul beban jalan pada lalu
lintas. Tapi jika beban ini berlebih (Over Loading)maka yang terjadi adalah perkerasan
jalan raya akan rusak sebelum waktunya. Terutama pada jalur lalu lintas kendaraan alat
berat seperti jalan Teuku Umar, maka dibutuhkan struktur jalan yang lebih kuat.Dan
kerusakan ini akan menimbulkan kerugian besar untuk memperbaikinya.Sehingga perlu
beberapa solusi yang diadakan untuk pemeliharaan jalan agar lalu lintas tidak terganggu.

2.2 Solusi permasalahan terhadap kerusakan jalan tersebut

Solusi pada amblas :


Untuk amblas yang kurang lebih atau sama dengan 5 cm, bagian yang rendah diisi
dengan bahan sesuai seperti lapen, lataston, laston
8

Untuk amblas yang lebih besar atau sama dengan 5 cm, bagian yang amblas dibongkar
dan lapis kembali dengan lapis yang sesuai

Solusi perbaikan jalan secara umum:


Dalam perbaikan jalan, kita tidak boleh hanya memikirkan proses perbaikan jalan dan

hasil yang capai dalam perbaikan jalan ini. Namun, disamping itu kita juga harus memikirkan
dampak yang ditimbulkan selama proses pembuatan jalan ini.
Pertama, dalam perbaikan jalan, otomatis sebagian atau seluruh dari jalan tersebut
sedang tidak dapat digunakan karena sedang dalam perbaikan. Oleh karena itu, ada baiknya
dipikirkan penutupan jalan, pengalihan jalan, dan juga pengarahan jalan alternative bagi
warga setempat yang tinggal disekitar jalan yang sedang dalam perbaikan tersebut.
Selain pengalihan jalan, dipikirkan juga penempatan bahan-bahan kontruksi yang akan
digunakan dalam perbaikan jalan, penempatan dan pengarahan jalan tertentu pada alat berat
yang akan digunakan, serta waktu pengerjaan yang tepat dalam mengerjakannya untuk
menghindari kemacetan, udara yang panas berlebih, atau cuaca yang tidak menentu.
Setelah semua perencanaan dan lain sebagai hal telah matang difikirkan, dan segala
kebutuhan alat serta bahan telah memenuhi target proyek, maka pengerjaaan perbaikan jalan
dapat dilakukan dengan harapan perbaikan jalan dapat berjalan dengan lancar dan dengan
hasil jalan yang kuat.
2.3 Bahan yang digunakan pada perbaikanjalan :
Bahan yang digunakan untuk perbaikan jalan secara umumnya adalah :
a. Agregat Halus
Agregat halus ialah campuran agregat dominan pasir yang mengisi beton palapis
pada jalan, dan juga merupakan bahan baku dalam pembuatan beton
b. Agregat Kasar
Agregat kasar berupa kerikil yang digunakan untuk mengisi beton sebagai pelapis
jalan juga
c. Baja Tulangan
Dalam pembuatan jalan, baja tulangan digunakan sebagai penahan pelebaran
beton, agar beton pelapis jalan memiliki kekuatan penahan didalamnya
(prategang).

2.4Kendala pada saat perbaikan jalan


Pada saat perencanaanperbaikanjalan sering terjadi beberapa kendala dalam
pengerjaannya.

Lalu lintas padat


Pada pengerjaan perbaikan di jalan teuku umar mengalami kendala berupa
aktivitas lalu lintas yang padat.Sebagian besar lalu lintas berupa kendaraan
berat.Sehingga aktivitas perbaikan menjadi tidak maksimal karena terganggu lalu
lintas yang padat.

Cuaca atau suhu


Umumnya pengerjaan perbaikan jalan dilakukan pada malam hari karena lalu
lintas yang tidak padat.Sehingga memudahkan dalam distribusi bahan dan alat
untuk perbaikan jalan.

K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)


Kurangnya perlengkapan keselematan untuk pekerja dalam pelaksanaan kegiatan
perbaikan jalan.

Contoh
gambar
diatas
Pada gambar tersebut
parapada
pekerja
tidak
menggunakan helm keselamatan dan
sarung tangan.

10

Contoh perhitungan pada kerusakan jalan


Untuk menganalisa kerusakan tiap-tiap segmen dengan metode PCI, maka akan
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut. Untuk contoh perhitungan metode
PCL hanya diambil satu unit sampel saja, yaitu pada unit sampel satu. Adapun
langkah-langkah perhitungan :
a. Menghitung kadar kerusakan (density) = Ad/Asx 100% atau Ld/As x 100%.
Retak pinggir dengan derajat kerusakan ringan :
1. Kerusakan titik 1 : L = 0,238 m2 ( p= 1,7 m, l = 0,014 m)
2. Kerusakan titik 2 : L = 0,0847 m2 (p= 6,5 m, l = 0,013 m)
3. Kerusakan titik 3 : L = 0,0195 m2 ( p= 1,5 m, l = 0,013 m)
4. Ad = 0,238+ 0,0847 + 0,0195 = 0,1280 m2
5. As = 300 m2 ( panjang unit sampel = 50 m dan lebar jalan = 6 m)
6. % density = (0,1280/300) x 100 % = 0,042 %
Retak Pinggir dengan derajat kerusakan sedang :
1.
2.
3.
4.

Kerusakan titik 1 : L = 0,264 m2 (p = 22 m, l = 0,012 m)


Ad = 0,264 m2
As = 300 m2 (panjang unit sampel = 50 m dan lebar jalan = 6 m )
% density = (0,264/300)x100% = 0,088%

Lubang dengan derajat kerusakan sedang :


1.
2.
3.
4.

Kerusakan titik 1 : L = 2,08 m2 ( p = 1,6 m, l = 1,3 m)


Ad = 2,08 m2
As = 300 m2 (panjang unit sampel = 50 m dan lebar jalan = 6 m)
% density = (0,156/300) x 100% = 0,052 %
Pelapukan dan Butiran Lepas dengan derajat kerusakan sedang :
1. Kerusakan titik 1 : L = 0,156 m2 ( p = 1,2 m l= 0,13 m)
2. Ad = 0,156 m2
3. As = 300 m2 (panjang unit sampel = 50 m dan lebar jalan = 6 m)

11

12

13

BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada survey yang dilakukan di jalan Teuku Umar diketahui bahwa:
Penambalan aspal pada jalur lalu lintas padat akan menimbulkan kerusakan yang
semakin parah. Karena pada jalan tersebut sering terjadi banjir sehingga jalanan
mudah tergenang dan mempercepat kerusakan aspal.
Kerusakan yang dialami oleh jalan Teuku Umar adalah berupa retak kulit buaya, retak
halus, retak pinggir, amblas dan alur.
Perlunya perawatan ekstra pada jalan yang sering dilintasi kendaraan berat.
Bahan yang cocok digunakan untuk perbaikan jalan pada lalu lintas yang padat adalah
beton dua lapis yaitu beton lapisan dasar dan beton lapisan yang menggunakan rangka
baja.
3.2 Saran
Perawatan jalan berupa pengecoran dan membuat jalan beton adalah solusi terbaik
bagi jalan yang di lewati kendaraan besar. Dari segi kekuatan dan keawetan,
pengecoran lebih mengurangi segi biaya dalam perawatan jalan.
Sebaiknya pengecoran dilakukan cepat dan tuntas atau tidak bertahap karena jalur
lintasan yang cukup padat. Sehingga pengguna jalan tidak terganggu dengan aktivitas
perbaikan jalan.

14

Anda mungkin juga menyukai