Anda di halaman 1dari 18

BAB VII

UPDATING ASUHAN KEGAWAT-DARURATAN


MATERNAL & NEONATAL
I. DESKRIPSI SINGKAT
Sesi ini membahas tentang updating asuhan kegawat-daruratan maternal
dan neonatal.
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti sesi ini, peserta diharapkan mampu memahami
stabilisasi, proses rujukan, dan kolaborasi yang harus dilakukan pada
kasus kegawat-daruratan maternal dan neonatal.
B. Tujuan pembelajaran khusus
Setelah mengikuti sesi ini, peserta diharapkan mampu memahami
tentang:
1. Pre-eklamsia dan eklamsia
2. HAP (solusio plasenta, plasenta previa, dan rupture uteri)
3. HPP (atonia uteri, retensio plasenta, robekan jalan lahir, gangguan
pembekuan darah)
4. Infeksi nifas (mastitis, sub involusi)
5. Asfiksia
6. BBLR
7. Masalah pemberian minum pada bayi
8. Hipotermi
9. Hipoglikemi
10.Hiperbilirubinemia
III.
POKOK BAHASAN
Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan
sebagai berikut:
Pokok Bahasan 1.
PER/ PEB dan elamsia
Pokok Bahasan 2.
Hemroganik Ante Partum (HAP)
Sub pokok bahasan a. Plasenta previa
b. Solusia plasenta
Pokok Bahasan 3.
Hemoragik Post Partum (HPP)
Sub pokok bahasan
a. Atonia uteri
b. Robekan jalan lahir
c. Retensio plasenta
d Gangguan pembekuan darah
Pokok Bahasan 4.
Infeksi nifas
Sub pokok bahasan
a. Masalah payudara
b. Sub Involutio uteri
Pokok Bahasan 5.
Asfiksia
Pokok Bahasan 6.
BBLR
PMK
Pokok Bahasan 7.
Masalah Pemberian Minum
Pokok Bahasan 8.
Hiperbilirubinemia
Pokok Bahasan 9.
Hipotermi
Pokok Bahasan 10.
Hipoglikemi
IV.

LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN 7
Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran:
Langkah 1. Pengkondisian

Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum
pernah menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan.
Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat
bekerja, materi yang akan disampaikan.
2. Sampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang akan
disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.
Langkah 2. Penyampaian Materi
Langkah pembelajaran:
Fasilitator menyampaikan materi ini dan pokok bahasan yang akan
disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang. Fasilitator
menyampaikan materi dengan metode ceramah Tanya jawab, studi kasus,
role play dan curah pendapat.
Langkah 3. Rangkuman dan kesimpulan
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta
terhadap materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran
2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan
3. Fasilitator membuat kesimpulan
V. URAIAN MATERI7
Pokok Bahasan 1
: PEB dan Eklamsia
Diagnosis :
Preeklamsia ringan
Tekanan darah 140/ 90 mmHg usia kehamilan > 20 minggu
Tes celup urin menunjukkan proteinuria 1+ atau pemeriksaan protein
kuantitatif menunjukkan hasil > 300 mg/ 24 jam
Preeklamsia Berat
Tekanan darah > 160/ 110 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu
Protein uria 2 + atau pemeriksaan protein kuantitatif menunjukkan
hasil > 5 g/24 jam
Atau disertai keterlibatan organ lain:
Sakit kepala, skotoma penglihatan
Pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion
Ederma baru dan/ atau gagal jantung kongestif
Oliguria (< 500 ml/24 jam), kreatinin > 1,2 mg/dl
Superimposed preeklampsia pada hipertensi kronik
Ibu dengan riwayat hipertensi kronik (sudah ada sebelum usia kehamilan
20 minggu)
Proteinuria > + 1
Eklampsia
Kejang umum dan/ atau koma
Ada tanda dan gejala preeclampsia
Tidak ada kemungkinan penyebab lain (misalnya epilepsi, perdarahan
subarachnoid, dan meningitis)

TATA LAKSANA UMUM


ibu hamil dengan preeclampsia harus segera dirujuk ke rumah sakit
Penanganan preeklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali bahwa
persaingan harus berlangsung dalam 6 jam setelah timbulnya kejang pada
eklampsia.
Pengelolaan kejang:
Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, penghisap lendir,
masker oksigen, oksigen)
Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
Aspirasi mulut dan tenggorokan
Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi Trendelenburg untuk mengurangi
risiko aspirasi
Berikan O2 4-6 liter/ menit
Pengelolaan umum
Jika tekanan diastolic > 110 mmHg, beirkan antihipertensi sampai
tekanan darah tekanan diastolic antara 90-100 mmHg
Pasang infuse Ringer Laktat dengan jarum besar no.16 atau lebih
Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload
Kateterisasi urin untuk pengukuran volume dan pemeriksaan proteinuria
Infus cairan dipertahankan 1,5 2 liter/ 24 jam
Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat
mengakibatkan kematian ibu dan janin
Observasi tanda vital, reflex dan denyut jantung janin setiap 1 jam
Auskultasi paru untuk mencari tanda edema baru. Adanya krepitasi
merupakan tanda adanya edema baru. Jika ada edema paru, hentikan
pemberian cairan dan berikan diuretic (mis. Furosemide 40 mg IV)
Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan. Jika pembekuan tidak
terjadi setelah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulopati.
Anti Konvulsan
Magnesium sulfat merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi
kejang pada preeklampsia dan eklampsia. Alternatif lain adalah diasepam,
dengan risiko terjadinya depresi neonatal.
Dosis pemberian mgSO4
MAGNESIUM SULFAT UNTUK PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA
Alternatif I dosis awal
MgSO4 4 g IV sebagai larutan 40%
selama 5 menit
Segera dilanjutkan dengan dengan 15 ml
MgSO4 (40%) 6 g dalam larutan Ringer
Asetat/ Ringer Laktat selama 6 jam
Dosis pemeliharaan

Jika kejang berulang setelah 15 menit,


berikan MgSO4 (40%) 2 g IV selama 5
menit
MgSO4 1 g/ jam melalui Ringer Asetat/

Sebelum pemberian
MgSO4 ulangan, lakukan
pemeriksaan :

Hentikan pemberian
MgSO4, jika:
Siapkan antidotium

Ringer Laktat yang diberikan sampai 24


jam postpartum
Pasien akan merasa agak panas pada
saat pemberian MgSO4
Frekuensi pernafasan minimal 16 kali/
menit
Refleksi patella (+)
Urin minimal 30 ml/ jam dalam 4 jam
terakhir
Frekuensi pernafasan < 16 kali/ menit
Reflex patella (-), bradipnea (`, 16 kali/
menit)
Jika terjadi henti nafas:
Bantu pernafasan dengan ventilitator
Berikan kalsium glukonas 1 g (20 ml
dalam larutan 10%) IV perlahan-lahan
sampai pernafan mulai lagi

Anti hipertensi
Obat pilihan adalah Nifedipin, yang diberikan 5-10 mg oral yang dapat
diulang sampai 8 kali/ 24 jam
Jika respons tidak membaik setelah 10 menit, berikan tambahan 5 mg
Nifedipin sublingual.
Pokok Bahasan 2.

Hemoragik Ante Partum

Sub Pokok bahasan : a. Plasenta Previa


Definisi : plasenta yang berimplantasi di atas atau mendekati ostium serviks
interna.
Terdapat 4 macam plasenta previa berdasakan lokasinya, yaitu:
Palsenta previa totalis ostium internal ditutupi seluruhnya oleh palsenta
Plasenta previa parsialis ostium internal ditutupi sebagian oleh plasenta
Plasenta previa margialis tepi plasenta terletak di tepi ostium plasenta
Plasenta previa letak rendah plasenta berimplantasi di segmen bahwa
uterus sehingga tepi plasenta terletak dekat ostium
Faktor presdiposisi
Kehamilan dengan ibu berusia lanjut
Multiparitas
Riwayat seksio sesarea sebelumnya
Diagnosis
Perdarahan tanpa nyeri, usia kehamilan > 22 minggu
Darah segar yang keluar sesuai dengan beratnya amnesia
Syok
Tidak ada kontraksi uterus
Bagian terendah janin tidak masuk pintu atas panggul
Kondisi janin normal atau terjadi gawat janin

Penegakkan diagnosis dibantu dengan pemeriksaan USG

Tata Laksana
PERHATIAN! Tidak boleh melakukan pemeriksaan dalam. Pemeriksaan
inspekulo dilakukan secara berhati-hati, untuk menentukan sumber
perdarahan.
Lakukan penilaian jumlah perdarahan
Stabilisasi
Atasi syok dengan memperbaiki kekurangan carian/ darah dengan infus
cairan intravena (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat)
Meninimalisir kontraksi uterus
Sebelum merujuk pastikan sudah melakukan komunikasi dengan fasilitas
rujukan
Rujuk dalam kondisi stabil
Sub Pokok Bahasan
: b. Solusio Plasenta
Definisi :
Solusio plasenta ialah terlepasnya plasenta dari tempat implantasi yang
normal pada uterus, sebelum fetus dilahirkan. Definisi ini berlaku pada
kehamilan di atas 22 minggu atau berat fetus di atas 500 gram. Proses
solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan dalam desidua
basalis yang menyebabkan hematoma retroplasenter. Hematoma dapat
semakin membesar ke arah pinggir plasenta sehingga jika amniochorion
terlepas, perdarahan akan keluar melalui ostium uteri (perdarahan keluar).
Sebaliknya apabila amniochorion tidak terlepas, perdarahan akan
tertampung dalam uterus (perdarahan tersembunyi).
Gejala dan tanda solusio plasenta
Perdarahan dengan nyeri intermiten atau menetap
Warna darah kehitaman dan cair, tetapi mungkin ada bekuan jika solusio
relative baru
Syok tidak sesuai dengan jumlah darah kelaur (tersembunyi)
Anemia berat
Gawat janin atau hilangnya denyut janin
Uterus tegang terus-menerus dan nyeri
Faktor presdiposisi
Hipertensi
Versi luar
Trauma abdomen
Hidramnion
Gemelli
Defisiensi besi
Tatalaksana
PERHATIAN! Kasus ini tidak boleh ditatalaksana pada fasilitas kesehatan
dasar, harus segera dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap

Atasi syok dengan memperbaiki kekurangan cairan/ darah dengan infuse


cairan intervena (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat)
Sebelum merujuk pastikan sudah melakukan komunikasi dengan fasilitas
rujukan
Pastikan kondisi ibu dan bayi

Pokok Bahasan 3. : Perdarahan Post Partum


Definisi:
Perdarahan pascasalin primer terjadi dalam 24 jam pertama setelah
persalinan, sementara perdarahan pascasalin sekunder terjadi antara 24 jam
hingga 12 malam setelah persalinan.
Diagnosis : perdarahan pascasalin adalah perdarahan pervaginam yang lebih
dari 500 cc setelah bayi lahir atau berpotensi mempengaruhi hemodinamik
ibu.
Faktor-faktor penyebab perdarahan post partum
PENYEBAB
GEJALA DAN TANDA
Atonia uteri
Perdarahan segera setelah anak lahir
Uterus tidak berkontraksi atau lembek
Retensio plasenta
Plasenta belum dilahirkan dalam 30
menit setelah kelahiran bayi
Sisa plasenta
Plasenta atau sebagian selaput
(mengandung pembuluh darah) tidak
lengkap
Perdarahan dapat muncul 6-10 hari
pascasalin disertai subinvolusi uterus
7Robekan jalan lahir
Perdarahan segerasa
Darah segar yang mengalir segera
setelah bayi lahir
Perdarahan segera (perdarahan
intraabdominal dan atau pervaginam)
Rupture uteri
Nyeri perut yang hebat
Kontraksi yang hilang
Inversio uteri
Fundus uteri tidak teraba pada palpasi
abdomen
Lumen vagina terisi massa
Nyeri ringan atau berat
Gangguan pembekuan
Perdarahan tidak berhenti, encer ,
tidak terlihat darah gumpalan darah
Kegagalan terbentuknya gumpalan
darah sederhana
Terdapat faktor predisposisi:
Solusio plasenta
Kematian janin dalam uterus
Eklampsia
Emboli air ketuban

Sub pokok bahasan

a. Atonio Uteri

Definisi Atonia Uteri


Atonia uteri adalah suatu kondisi miometrium tidak dapat berkontraksi
segera setelah kelahiran plasenta sehingga darah yang keluar dari bekas
tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali.

Penatalaksanaan Atonia Uteri


Massase fundus uteri segera
setelah plasenta lahir
(maksimal 15 detik)
Uterus kontraksi?

ya

evaluasi/ bersihkan bekuan


darah/ selaput ketuban
Pastikan kandung kemih
kosong
KBI maksimal 5 menit
ya
Uterus kontraksi?

tidak
-

Evaluasi diri

Pertahankan KBI selama 1-2


menit
Keluarkan tangan secara hatihati

Ajarkan keluarga melakukan


KBE
Keluarkan tangan secara hatihati
Suntik ergometrin 0,2 mg
Pasang infus RL + 20 IU
oksitosin, guyur
ya
Uterus kontraksi?

Pengawasan kala IV

Ajarkan keluarga melakukan


KBE
Keluarkan tangan secara hatihati
Suntik ergometrin 0,2 mg
Pasang infus RL + 20 IU
oksitosin, guyur
Uterus kontraksi?
tidak

Rujuk
Lanjutkan pemberian infus + 20 IU oksitosin minimal 500 cc/ jam hingga mencapai
tempat rujukan

Selama rujukan dapat dilakukan kompresi aorta abdominalisis atau KBE

Sub pokok bahasan


Penatalaksanaan

b. Robekan Jalan Lahir

Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi sumber perdarahan dan


besarnya robekan
Lakukan penjahitan dengan menggunakan antesi lidokain

Sub pokok Bahasan


c. Retensio Plasenta
Berikan 20-40 unitoksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% / Ringer
Laktat dengan kecepatan 60 tetes / menit dan 10 UNIT IM. Lanjutkan
infuse oksigen 20 UNIT dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% Ringer Laktat
dengan kecepatan 40 tetes/ menit hingga perdarahan berhenti.
Lakukan penegangan tali pusat terkendali
Bila penegangan tali pusat terkendali tidak berhasil, lakukan plasenta
manual secara hati-hati (bila terjadi perdarahan). Segera atasi atau rujuk
ke fasilitas yang lebih lengkap bila terjadi komplikasi perdarahan hebat
atau infeksi.
Jangan lakukan manual plasenta jika tidak terjadi perdarahan! Segera
RUJUK
Sisa Plasenta
Tatalaksana
- Jika plasenta masih dalam uterus dan perdarahan minimal, berikan
oksitosin 10 unit IM, pasang infus menggunakan jarum 16 atau 18 dan
berikan RL/ NS
- Segera rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap
- Damping ibu ke tempat rujukan
Sub pokok bahasan
d. Gangguang pembekuan darah
Rujuk ibu untuk mendapatkan penganan transfusi darah
Pada banyak kasus kehilangan darah yang akut, koagulopati dapat
dicegah jika volume darah dipulihkan segera
Tangani kemungkinan penyebab (solusio plasenta, eklampsia)
Berikan darah lengkap segar, jika tersedia, untuk menggantikan faktor
pembekuan dan sel darah merah
Jika darah lengkap segar tidak tersedia, pilih salah satu di bawah ini:
o Plasma beku segar untuk menggantikan faktor pembekuan (15 ml/
kg berat badan) jika APTT dan PT melebihi 1,5 kali control pada
perdarahan lanjut atau pada keadaan perdarahan berat walaupun
hasil dari pembekuan darah tidak ada.
o Sel darah merah (packed red cells) untuk penggantian sel darah
merah
Pokok Bahasan 4
: Infeksi Nifas
sub pokok bahasan
a. Masalah Payudara
Bendungan Payudara
Bendungan payudara adalah bendungan yang terjadi pada kelenjar payudara
oleh karena ekpansi dan tekanan dari produksi dan penampungan ASI.
Diagnosis:
Payudara bengkak dan keras
Nyeri pada payudara

Terjadi 3-5 hari setelah persalinan


Kedua payudara terkena

Faktor predisposisi
Posisi menyusui yang tidak baik
Membatasi menyusui
Membatasi waktu bayi dengan payudara
Memberikan suplemen susu formula untuk bayi
Menggunakan pompa payudara tanpa indikasi sehingga menyebabkan
suplai berlebih
Implant payudara
Tatalaksana
Tatalaksana Umum
o Sangga payudara ibu dengan bebat atau bra yang pas
o Kompres payudara dengan menggunakan kain basah/ hangat selama
5 menit
o Urut payudara dari arah pangkal menuju putting
o Keluarkan ASI dari bagian depan payudara sehingga putting menjadi
lunak
o Susukan bayi 2-3 jam sekali sesuai keinginan bayi (on demand
feeding) dan pastikan bahwa perlekatan bayi dan payudara ibu sudah
benar
o Pada masa-masa awal atau bila bayi yang menyusu tidak mampu
mengosongkan payudara, mungkin diperlukan pompa atau
pengeluaran ASI secara manual dari payudara
o Letakkan kain dingin/ kompres dingin dengan es pada payudara
setelah menyusui atau setelah payudara dipompa
Bila ibu menyusui bayinya:
Susukan sesering mungkin
Kedua payudara disusukan
Kompres hangat payudara sebelum disusukan
Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan menyusui
Sangga payudara
Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui
Bila demam tingggi berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengetahui hasilnya
Bila ibu tidak menyusui
Sangga payudara
Kompres dingin payudara untuk mengurangi pembengkakan dan rasa
sakit
Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara
Pompa dan kosongkan payudara
Mastitis
Definisi : Inflamasi atau infeksi payudara

Diagnosis
o Payudara (biasanya unilateral) keras, memerah, dan nyeri
o Dapat disertai demam > 360 c
o Paling sering terjadi di minggu ke3 dan ke4 postpartum, namun dapat
terjadi kapan saja selama menyusui
Faktor Predisposisi
Menyusui selama beberapa minggu setelah melahirkan
Putting yang lecet
Menyusui hanya pada satu posisi, sehingga drainase payudara tidak
sempurna
Paling sering teradi kapan saja selama menyusui
Tatalaksana umum
Berikan Kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari. Bila diberikan
sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang
Sangga payudara
Kompres dingin
Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada pus
Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan
Sub pokok bahasan b. Subinvolutio uteri
Metritis
Metritis adalah infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu
penyebab terbesar kematian ibu. Bila pengobatan terlambat atau kurang
adekuat dapat menjadi abses perviks, peritonitis, syok septik, thrombosis
vena yang dalam, emboli pulmonal, enfeksi pelvic yang menahun,
dispareunia, penyumbatan tuba dan infertilisasi.
Faktor predisposisi
Kurangnya tindakan aseptik saat melakukan tindakan
Kurangnya higien pasien
Kurangnya nutrisi
Tanda dan gejala
o Demam > 380 c dapat disertai menggigil
o Nyeri perut bawah
o Lokia berbau dan purulen
o Nyeri tekan uterus
o Dapat disertai perdarahan pervaginam dan syok
Prinsip dasar
Infeksi pada dan melalui traktus genitalis setelah persalinan disebut
infeksi nifas. Suhu 380 C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-10
postpartum dan diukur per oral sedikitnya 4 kali sehari disebut sebagai
morbiding puerperalis. Kenaikan suhu tubuh yang terjadi di dalam masa

nifas, dianggap sebagai infeksi nifas jika tidak ditemukan sebab-sebab


ekstragenital.
Beberapa faktor predisposisi:
- Kurang gizi atau malnutrisi
- Anemia
- Hygiene
- Kelelahan
- Proses persalinan bermasalah:
Partus lama/ macet
Korioamniotis
Persalinan traumatic
Kurang baiknya proses pencehagan infeksi
Periksa dalam yang berlebihan
Penatalaksanaan
Segera Rujuk Ibu ke Fasilitas Rujukan

Pokok Bahasan 5
: Asfiksia
Batasan
Asfiksia pada baru lahir (BBL) adalah kegagalan secara spontan dan teratur
pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir
Penyebab Asfiksia
Asfiksia pada BBL dapat disebabkan oleh karena faktor ibu, faktor bayi dan
faktor tali pusat atau plasenta.
Faktor ibu:
Preeclampsia dan eklampsia
Perdarahan antepartum abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
Partus lama atau partus macet
Demam sebelum dan selama persalinan
Infeksi berat (malaria, sifilid, TBC, HIV)
Kehamilan lebih bulan (lebih 42 minggu kehamilan)
Faktor Plasenta dan Talipusat
Infark palsenta
Hematom plasenta
Lilitan talipusat
Talipusat pendek
Simpul talipusat
Prolapsus talipusat
Faktor bayi
Bayi kurang bulan/ premature (kurang dari 37 minggu kehamilan)
Air ketuban bercampur mekonium
Kelainan kongenital yang memberi dampak pada pernafasan bayi
Pemeriksaan fisis:
Bayi tidak bernafas atau nafas megap-megap

Denyut jantung < 100x/ menit


Kulit sianosis, pucat
Tonus usus menurun
Untuk diagnosis asfiksia tidak perlu menunggu nilai skor Apgar

Manajemen Resusitasi (Tahapan Resusitasi)


langkah awal (30 detik) yang terdiri dari:
Hangatkan bayi di bawah pemancar panas dari lampu
Posisikan kepala bayi sedikit ekstensi
Isap lendir dari mulut kemudian hidung
Keringkan bayi sambil merangsang taktik dengan menggosokkan
punggung atau menyentil ujung jari kaki dan mengganti kain yang basah
dengan yang kering
Reposisi kepala bayi
Nilai bayi: usaha nafas, warna kulit, dan denyut jantung
VTP
Bila bayi tidak bernafas lakukan ventilasi tekanan positif (VTP) dengan
memakai balon dan sungkup selama 30 detik dengan kecepatan 20-30
kali
Nilai bayi: usaha nafas, warna kulit dan denyut jantung
Bila belum bernafas dan denyut jantung 60x/ menit lanjutkan VTP dengan
kompresi dada secara terkoordinasi selama 30 detik
Nilai bayi: usaha nafas, warna kulit, dan denyut jantung
Bila denyut jantung < 60 menit, beri epinefrin dan lanjutkan VTP dan
kompresi dada (dilakukan dalam tim)
Bila denyut jantung > 60 x/ menit kompresi dada dihentikan, VTP
dilanjutkan.
JANGAN MEMBERUJAB O2 NASAL JIKA BAYI BELUM BERNAFAS
Pokok Bahasan 6
:BBLR
Batasan
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat kurang
dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi (berat lahir adalah berat
bayi yang ditimbang dalam 2 jam setelah lahir)
Untuk menghangatkan bayi, perawatan metode kanguru dapat dilakukan bila
syarat-syarat di bawah ini dipenuhi:
Bayi tidak mengalami kesulitan bernafas
Bayi tidak mengalami kesulitan minum
Bayi tidak kejang
Bayi tidak diare
Ibu atau keluarga bersedia dan tidak sedang sakit
Bayi telanjang dada (hanya memakai popok, topi, kaus tangan, kaus kaki)
Letakkan telungkup di dada dengan posisi tegak atau diagonal. Tubuh
bayi menempel/ kontak langsung dengan ibu

Atur posisi kepala, leher, dan badan dengan baik untuk menghindari
terhalangnya jalan nafas. Kepala menoleh ke samping di bawah dagu ibu
(ekstensi ringan). Tangan dan kaki bayi dalam keadaan fleksi seperti
posisi katak)
Kemudian fiksasi dengan selendang. Ibu mengenakan pakaian/ blus
longgar sehingga bayi berada dalam 1 pakaian dengan ibu. Jika perlu,
gunakan selimut.
Selain ibu, ayah, dan anggota keluarga lain bias melakukan metode
kanguru.

Pokok bahasan 7
: Masalah Pemberian Minum
Prinsip Dasar
Masalah minum sering terjadi pada bayi baru lahir, bayi berat lahir
rendah, atau pada bayi sakit berat
Masalah pemberian minum perlu mendapat perhatian khusus selain untuk
mengurangi risiko terjadinya penyakit juga untuk memenuhi tumbuh
kembang bayi
Memberi minum bayi kecil
Terangkan bahwa ASI adalah minuman bayi yang paling baik
Beri penjelasan bahwa bayi kecil mungkin tidak dapat minum pada harihari pertama dan hal ini normal karena:
o Mudah capai dan menghisap masih lemas
o Menghisap dengan singkat kemudian berhenti
o Tertidur saat sedang minum
o Ada waktu jeda yang cukup panjang hisapan
o Ingin minum lebih sering dibanding yang lebih besar
Yakinkan ibu bahwa proses menyusui akan lebih mudah bila bayi sudah
lebih besar
Hendaklah ibu mengikuti prinsip umum menyusui bayi:
o Yakin bahwa bayinya disusui minimal 8 kali 24 jam sampai berat 2500
gram. Bila bayi tidak dapat bangun sendiri sewaktu minum,
hendaknya ibu membangunkannya untuk menyusu
o Bala bayi melepaskan hisapannya dari satu payudara berikan
payudara lainnya
o Selalu mengutamakan menyusui langsung sebelum memerah ASI. Bila
perlu ibu dapat meningkatkan aliran ASI dengan sedikit memeras
sedikit ASI nya sebelum menempelkan bayi ke payudaranya.
Biarkan bayi menyusu untuk waktu yang lebih lama. Ibu harus
membiarkan waktu jeda yang cukup panjang antara hisapan atau hisapan
yang pelan dan lama. Jangan menghentikan bayi menyusu selama bayi
masih berusaha atau ingin tetap menyusu. Jangan anjurkan agar ibu
hanya memberi ASI untuk 4-6 bulan pertama
Bila bayi tidak menghisap dengan baik sehingga diperkirakan tidak
menerima sejumlah ASI yang cukup, anjurkan ibu untuk memberikan ASI

peras dengan menggunakan alternatif cara pemberian minum dengan


cangkir, sendok, atau pipa lambung.
Bila suplai ASI cukup (dlihat bayi minum 6 kali atau lebih dalam 24 jam)
tetepai berat bayi tidak naik dengan adekuat (kurang dari 60 gr selama 3
hari), ibu hendaknya memeras ASI dalam dua cangkir yang berbeda.
Hendaknya ibu memberikan pertama kali kepada bayinya pertama kali
ASI peras dalam cangkir kedua yang mengandung lebih kaya lemak
kemudian baru ASI yang ada di dalam cangkir bila bayi masih
memerlukan.

Pokok Bahasan 8
: hiperbilirubinema
Batasan
ikterus adalah pewarnaan kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa yang
terjadi karena meningkatnya kadar bilirubin dalam darah. Klinis ikterus
tampak bila kadar bilirubin dalam serum adalah 5 mg/dl (85 umol/L).
Disebut Hiperbilirubin adalah keadaan kadar bilirubin serum > 13 mg/Dl
PRINSIP DASAR:
Bayi sering mengalami ikterus pada minggu pertama kehidupan terutama
bayi kurang bulan.
Dapat terjadi secara normal atau fisiologis dan patologis awal penyakit
utama yang berat pada neonatus.
Peningkatan bilirubin dalam darah disebabkan oleh pembentukan yang
berlebihan dan atau pengeluaran yang kurang sempurna.
Ikterus perlu ditangani secara seksama, karana bilirubin akan masuk ke
dalam syaraf dan merusak sehingga otak terganggu dan mengakibatkan
kecacatan sepanjang hidup atau kematian(ensepalopati biliaris) .
Langkah Promotif Preventif
Menghindari penggunaan obat pada ibu hamil yang dapat mengakibatkan
ikterus (sulfa, anti, malaria, nitro furontoin, ,aspirin).
Penanganan keadaan yang dapat mengakibatkan BBLR.
Penanganan infeksi maternal, ketuban, pacah dini.
Penanganan asfiksi ,trauma persalinan.
Pemenuhan kebutuhan nutrisi rumatan dengan minum asi dini dan
eksklusif
Pembagian ikterus menurut metode kremer
Derajat iterus
Daerah ikterus

Perkiraan bilirubin

Daerah kepala dan


leher
Sampai badan atas
Sampai badan bawah
hingga tungkai

5,0 mg%

Sampai daerah
lengan, kaki bawah,
lutut.

12,4 mg%

ll
lll
lV

Manajemen

9,0 mg%
11,4 mg%

Ikterus fisiologis tidak memerlukan penanganan khusus dan dapat rawat


jalan dengan nasehat untuk kembali jika ikterus berlangsung
jika bayi dapat menghisap, anjurkan ibu untuk untuk menyusui secara
dini dan ASI eksklusif lebih sering minimal setiap 2 jam
jika bayi tidak dapat menyusui, ASI dapat diberikan melalui pipa
nasogatrik atau dengan gelas dan sendok
letakkan bayi di tempat yang cukup mendapat sinar matahari pagi
selama 30 menit selama 3-4 hari. jaga bayi agar tetap hangat.
kelola faktor risiko (asfiksia dan infeksi) karena dapat menimbulkan
ensefalopati biliaris
setiap ikterus yang timbul sebelum 24 jam pasca kelahiran adalah
patologis dan membutuhkan pemeriksaan laboratorium lanjut, minimal
kadar bilirubin serum total, pemeriksaan kearah adanya penyakit
hemolisis
pada bayi dengan ikterus kremer III atau lebih perlu dirujuk ke fasilitas
yang lebih lengkap setelah keadaan bayi stabil.

Pokok Bahasan 9
: Hipotermi
Batasan
Hipotermi adalah suhu tubuh kurang dari 36.5 0 C pada pengukuran suhu
melalui ketiak.
Prinsip dasar
Hipotermi sering terjadi pada neonatus terutama pada BBLR karena
pusat pengaturan suhu tubuh bayi belum sempurna, permukaan tubuh
bayi relatif luas, kemampuan produksi dan menyimpan panas terbatas
Suhu tubuh rendah dapat disebabkan oleh karena terpapar dengan
lingkungan yang dingin (suhu lingkungan rendah, permukaan yang
dingin atau basah) atau bayi dalam keadaan basah atau tidak
berpakaian
Hipotemia merupakan suatu tanda bahaya karena dapat menyebabkan
terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang akan berakhir dengan
kegagalan fungsi jantung paru dan kematian.
Mekanisme kehilangan panas
1. Radiasi : dari bayi ke lingkungan dingin terdekat
2. Konduksi : langsung dari bayi ke suatu yang kontak dengan bayi
3. konveksi : kehilangan panas dari bayi ke udara sekitar
4. Evaporasi : penguapan air dari kulit bayi
Langkah Promotif/ Preventif
Rawat bayi kecil di ruangan yang hangat (tidak kurang 25 0 C dan bebas
dari aliran angin)
Jangan meletakkan bayi dekat dengan benda yang dingin (misal dinding
dingin atau jendela) walaupun bayi dalam inkubator atau di bawah
pemancara panas

Jangan meletakkan bayi langsung di permukaan yang dingin (misal alasi


tempat tidur atau meja periksa dengan kain atau selimut hangat
sebelum diletakkan)
Pada waktu dipindahkan ke tempat lain, jaga bayi tetap hangat dan
gunakan pemancar panas atau kontak kulit dengan perawat
Berikan tambahan kehangatan pada waktu dilakukan tindakan (misal
menggunakan pemancar panas)
Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
Bayi harus tetap berpakaian atau diselimuti setiap saat, agar tetap
hangat walau dalam keadaan dilakukan tindakan. Misal bila dipasang
jalur infus intravena atau selama resusitasi dengan cara :
o Memakai pakaian dan mengenakan topi
o Bungkus bayi dengan pakaian yang kering dan lembut dan
selimut
o buka bagian tubuh yang diperlukan untuk pemantauan atau
tindakan
o ganti popok setiap kali basah
o Ukur suhu tubuh sesuai dengan tabel:
Keadaan bayi
Frekuensi Pengukuran
Bayi sakit
Tiap jam
Bayi kecil
Tiap 12 jam
Bayi keadaan baik
Sekali sehari
Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu
tubuh bayi, seperti kontak bayi ke kulit, kangooro mother care, pemancar
panas, inkubator atau ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas
kesehatan setempat sesuai petunjuk (lihat tabel cara menghangatkan
bayi).
CARA
Kontak kulit

Kengooro
mother Care
(KMC)

Pemancar
panas

PETUNJUK
Untuk semua bayi
Untuk menghangatkan bayi dalam waktu
singkat, atau menghangatkan bayi hipotermi (32
36,40 C) apabila cara lain tidak mungkin
dilakukan
Untuk menstabilkan bayi dengan berat badan <
2500 g, terutama direkomendasikan untuk
perawatan berkelanjutan bayi dengan berat
badan < 1800 g
Tidak untuk bayi yang sakit berat (sepsis,
gangguan nafas berat)
Tidak untuk ibu yang menderita penyakit berat
yang tidak dapat merawat bayinya
Pada ibu yang sedang sakit, dapat dilakukan
oleh keluarga (pengganti ibu)
Untuk bayi sakit atau bayi dengan berat 1500 g
atau lebih
Untuk pemeriksaan awal bayi, selama dilakukan

Lampu
penghangat

Inkubator

Boks
penghangat

Ruangan
hangat

tindakan, atau menghangatkan kembali bayi


hipotermi
Bila tidak tersedia pemancar panas, dapat
digunakan lampu pijar maksimal 60 watt
dengan jarak 60 cm
Penghangat berkelanjutan bayi dengan berat <
1500 g yang tidak dapat dilakukan KMC
Untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan nafas
berat)
Bila tidak tersedia inkubator, dapat digunakan
boks penghangat dengan menggunakan lampu
pijar maksimal 60 watt sebagai sumber panas
Untuk merawat bayi dengan berat < 2500 g
yang tidak memerlukan tindakan diagnostik
atau prosedur pengobatan
Tidak untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan
nafas berat)

Pokok bahasan 10
: Hipoglikemi
Batasan
Hipoglikemi adalah keadaan hasil pengukuran kadar glukosa darah
kurang dari 45mg/dL (2.6 mmol/L)
Prinsip Dasar
Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa
rendah
Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena
dapat menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya hipoksi otak.
Bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan kerusakan pada
susunan saraf pusat bahkan sampai kematian
Kejadian hipoglikemi lebih sering didapat pada bayi dari ibu dengan
diabetes melitus

Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan


hidup selama proses persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir
Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada

REFERENSI
1. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar
(PONED) JNPKR, 2008
2. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Komprehensif
(PONEK) JNPKKR, 2008
3. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Dasar dan Rujukan
Kementerian Kesehatan RI, 2013

Anda mungkin juga menyukai