LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN 7
Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran:
Langkah 1. Pengkondisian
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum
pernah menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan.
Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat
bekerja, materi yang akan disampaikan.
2. Sampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang akan
disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.
Langkah 2. Penyampaian Materi
Langkah pembelajaran:
Fasilitator menyampaikan materi ini dan pokok bahasan yang akan
disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang. Fasilitator
menyampaikan materi dengan metode ceramah Tanya jawab, studi kasus,
role play dan curah pendapat.
Langkah 3. Rangkuman dan kesimpulan
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta
terhadap materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran
2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan
3. Fasilitator membuat kesimpulan
V. URAIAN MATERI7
Pokok Bahasan 1
: PEB dan Eklamsia
Diagnosis :
Preeklamsia ringan
Tekanan darah 140/ 90 mmHg usia kehamilan > 20 minggu
Tes celup urin menunjukkan proteinuria 1+ atau pemeriksaan protein
kuantitatif menunjukkan hasil > 300 mg/ 24 jam
Preeklamsia Berat
Tekanan darah > 160/ 110 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu
Protein uria 2 + atau pemeriksaan protein kuantitatif menunjukkan
hasil > 5 g/24 jam
Atau disertai keterlibatan organ lain:
Sakit kepala, skotoma penglihatan
Pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion
Ederma baru dan/ atau gagal jantung kongestif
Oliguria (< 500 ml/24 jam), kreatinin > 1,2 mg/dl
Superimposed preeklampsia pada hipertensi kronik
Ibu dengan riwayat hipertensi kronik (sudah ada sebelum usia kehamilan
20 minggu)
Proteinuria > + 1
Eklampsia
Kejang umum dan/ atau koma
Ada tanda dan gejala preeclampsia
Tidak ada kemungkinan penyebab lain (misalnya epilepsi, perdarahan
subarachnoid, dan meningitis)
Sebelum pemberian
MgSO4 ulangan, lakukan
pemeriksaan :
Hentikan pemberian
MgSO4, jika:
Siapkan antidotium
Anti hipertensi
Obat pilihan adalah Nifedipin, yang diberikan 5-10 mg oral yang dapat
diulang sampai 8 kali/ 24 jam
Jika respons tidak membaik setelah 10 menit, berikan tambahan 5 mg
Nifedipin sublingual.
Pokok Bahasan 2.
Tata Laksana
PERHATIAN! Tidak boleh melakukan pemeriksaan dalam. Pemeriksaan
inspekulo dilakukan secara berhati-hati, untuk menentukan sumber
perdarahan.
Lakukan penilaian jumlah perdarahan
Stabilisasi
Atasi syok dengan memperbaiki kekurangan carian/ darah dengan infus
cairan intravena (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat)
Meninimalisir kontraksi uterus
Sebelum merujuk pastikan sudah melakukan komunikasi dengan fasilitas
rujukan
Rujuk dalam kondisi stabil
Sub Pokok Bahasan
: b. Solusio Plasenta
Definisi :
Solusio plasenta ialah terlepasnya plasenta dari tempat implantasi yang
normal pada uterus, sebelum fetus dilahirkan. Definisi ini berlaku pada
kehamilan di atas 22 minggu atau berat fetus di atas 500 gram. Proses
solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan dalam desidua
basalis yang menyebabkan hematoma retroplasenter. Hematoma dapat
semakin membesar ke arah pinggir plasenta sehingga jika amniochorion
terlepas, perdarahan akan keluar melalui ostium uteri (perdarahan keluar).
Sebaliknya apabila amniochorion tidak terlepas, perdarahan akan
tertampung dalam uterus (perdarahan tersembunyi).
Gejala dan tanda solusio plasenta
Perdarahan dengan nyeri intermiten atau menetap
Warna darah kehitaman dan cair, tetapi mungkin ada bekuan jika solusio
relative baru
Syok tidak sesuai dengan jumlah darah kelaur (tersembunyi)
Anemia berat
Gawat janin atau hilangnya denyut janin
Uterus tegang terus-menerus dan nyeri
Faktor presdiposisi
Hipertensi
Versi luar
Trauma abdomen
Hidramnion
Gemelli
Defisiensi besi
Tatalaksana
PERHATIAN! Kasus ini tidak boleh ditatalaksana pada fasilitas kesehatan
dasar, harus segera dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap
a. Atonio Uteri
ya
tidak
-
Evaluasi diri
Pengawasan kala IV
Rujuk
Lanjutkan pemberian infus + 20 IU oksitosin minimal 500 cc/ jam hingga mencapai
tempat rujukan
Faktor predisposisi
Posisi menyusui yang tidak baik
Membatasi menyusui
Membatasi waktu bayi dengan payudara
Memberikan suplemen susu formula untuk bayi
Menggunakan pompa payudara tanpa indikasi sehingga menyebabkan
suplai berlebih
Implant payudara
Tatalaksana
Tatalaksana Umum
o Sangga payudara ibu dengan bebat atau bra yang pas
o Kompres payudara dengan menggunakan kain basah/ hangat selama
5 menit
o Urut payudara dari arah pangkal menuju putting
o Keluarkan ASI dari bagian depan payudara sehingga putting menjadi
lunak
o Susukan bayi 2-3 jam sekali sesuai keinginan bayi (on demand
feeding) dan pastikan bahwa perlekatan bayi dan payudara ibu sudah
benar
o Pada masa-masa awal atau bila bayi yang menyusu tidak mampu
mengosongkan payudara, mungkin diperlukan pompa atau
pengeluaran ASI secara manual dari payudara
o Letakkan kain dingin/ kompres dingin dengan es pada payudara
setelah menyusui atau setelah payudara dipompa
Bila ibu menyusui bayinya:
Susukan sesering mungkin
Kedua payudara disusukan
Kompres hangat payudara sebelum disusukan
Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan menyusui
Sangga payudara
Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui
Bila demam tingggi berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengetahui hasilnya
Bila ibu tidak menyusui
Sangga payudara
Kompres dingin payudara untuk mengurangi pembengkakan dan rasa
sakit
Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara
Pompa dan kosongkan payudara
Mastitis
Definisi : Inflamasi atau infeksi payudara
Diagnosis
o Payudara (biasanya unilateral) keras, memerah, dan nyeri
o Dapat disertai demam > 360 c
o Paling sering terjadi di minggu ke3 dan ke4 postpartum, namun dapat
terjadi kapan saja selama menyusui
Faktor Predisposisi
Menyusui selama beberapa minggu setelah melahirkan
Putting yang lecet
Menyusui hanya pada satu posisi, sehingga drainase payudara tidak
sempurna
Paling sering teradi kapan saja selama menyusui
Tatalaksana umum
Berikan Kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari. Bila diberikan
sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang
Sangga payudara
Kompres dingin
Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada pus
Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan
Sub pokok bahasan b. Subinvolutio uteri
Metritis
Metritis adalah infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu
penyebab terbesar kematian ibu. Bila pengobatan terlambat atau kurang
adekuat dapat menjadi abses perviks, peritonitis, syok septik, thrombosis
vena yang dalam, emboli pulmonal, enfeksi pelvic yang menahun,
dispareunia, penyumbatan tuba dan infertilisasi.
Faktor predisposisi
Kurangnya tindakan aseptik saat melakukan tindakan
Kurangnya higien pasien
Kurangnya nutrisi
Tanda dan gejala
o Demam > 380 c dapat disertai menggigil
o Nyeri perut bawah
o Lokia berbau dan purulen
o Nyeri tekan uterus
o Dapat disertai perdarahan pervaginam dan syok
Prinsip dasar
Infeksi pada dan melalui traktus genitalis setelah persalinan disebut
infeksi nifas. Suhu 380 C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-10
postpartum dan diukur per oral sedikitnya 4 kali sehari disebut sebagai
morbiding puerperalis. Kenaikan suhu tubuh yang terjadi di dalam masa
Pokok Bahasan 5
: Asfiksia
Batasan
Asfiksia pada baru lahir (BBL) adalah kegagalan secara spontan dan teratur
pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir
Penyebab Asfiksia
Asfiksia pada BBL dapat disebabkan oleh karena faktor ibu, faktor bayi dan
faktor tali pusat atau plasenta.
Faktor ibu:
Preeclampsia dan eklampsia
Perdarahan antepartum abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
Partus lama atau partus macet
Demam sebelum dan selama persalinan
Infeksi berat (malaria, sifilid, TBC, HIV)
Kehamilan lebih bulan (lebih 42 minggu kehamilan)
Faktor Plasenta dan Talipusat
Infark palsenta
Hematom plasenta
Lilitan talipusat
Talipusat pendek
Simpul talipusat
Prolapsus talipusat
Faktor bayi
Bayi kurang bulan/ premature (kurang dari 37 minggu kehamilan)
Air ketuban bercampur mekonium
Kelainan kongenital yang memberi dampak pada pernafasan bayi
Pemeriksaan fisis:
Bayi tidak bernafas atau nafas megap-megap
Atur posisi kepala, leher, dan badan dengan baik untuk menghindari
terhalangnya jalan nafas. Kepala menoleh ke samping di bawah dagu ibu
(ekstensi ringan). Tangan dan kaki bayi dalam keadaan fleksi seperti
posisi katak)
Kemudian fiksasi dengan selendang. Ibu mengenakan pakaian/ blus
longgar sehingga bayi berada dalam 1 pakaian dengan ibu. Jika perlu,
gunakan selimut.
Selain ibu, ayah, dan anggota keluarga lain bias melakukan metode
kanguru.
Pokok bahasan 7
: Masalah Pemberian Minum
Prinsip Dasar
Masalah minum sering terjadi pada bayi baru lahir, bayi berat lahir
rendah, atau pada bayi sakit berat
Masalah pemberian minum perlu mendapat perhatian khusus selain untuk
mengurangi risiko terjadinya penyakit juga untuk memenuhi tumbuh
kembang bayi
Memberi minum bayi kecil
Terangkan bahwa ASI adalah minuman bayi yang paling baik
Beri penjelasan bahwa bayi kecil mungkin tidak dapat minum pada harihari pertama dan hal ini normal karena:
o Mudah capai dan menghisap masih lemas
o Menghisap dengan singkat kemudian berhenti
o Tertidur saat sedang minum
o Ada waktu jeda yang cukup panjang hisapan
o Ingin minum lebih sering dibanding yang lebih besar
Yakinkan ibu bahwa proses menyusui akan lebih mudah bila bayi sudah
lebih besar
Hendaklah ibu mengikuti prinsip umum menyusui bayi:
o Yakin bahwa bayinya disusui minimal 8 kali 24 jam sampai berat 2500
gram. Bila bayi tidak dapat bangun sendiri sewaktu minum,
hendaknya ibu membangunkannya untuk menyusu
o Bala bayi melepaskan hisapannya dari satu payudara berikan
payudara lainnya
o Selalu mengutamakan menyusui langsung sebelum memerah ASI. Bila
perlu ibu dapat meningkatkan aliran ASI dengan sedikit memeras
sedikit ASI nya sebelum menempelkan bayi ke payudaranya.
Biarkan bayi menyusu untuk waktu yang lebih lama. Ibu harus
membiarkan waktu jeda yang cukup panjang antara hisapan atau hisapan
yang pelan dan lama. Jangan menghentikan bayi menyusu selama bayi
masih berusaha atau ingin tetap menyusu. Jangan anjurkan agar ibu
hanya memberi ASI untuk 4-6 bulan pertama
Bila bayi tidak menghisap dengan baik sehingga diperkirakan tidak
menerima sejumlah ASI yang cukup, anjurkan ibu untuk memberikan ASI
Pokok Bahasan 8
: hiperbilirubinema
Batasan
ikterus adalah pewarnaan kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa yang
terjadi karena meningkatnya kadar bilirubin dalam darah. Klinis ikterus
tampak bila kadar bilirubin dalam serum adalah 5 mg/dl (85 umol/L).
Disebut Hiperbilirubin adalah keadaan kadar bilirubin serum > 13 mg/Dl
PRINSIP DASAR:
Bayi sering mengalami ikterus pada minggu pertama kehidupan terutama
bayi kurang bulan.
Dapat terjadi secara normal atau fisiologis dan patologis awal penyakit
utama yang berat pada neonatus.
Peningkatan bilirubin dalam darah disebabkan oleh pembentukan yang
berlebihan dan atau pengeluaran yang kurang sempurna.
Ikterus perlu ditangani secara seksama, karana bilirubin akan masuk ke
dalam syaraf dan merusak sehingga otak terganggu dan mengakibatkan
kecacatan sepanjang hidup atau kematian(ensepalopati biliaris) .
Langkah Promotif Preventif
Menghindari penggunaan obat pada ibu hamil yang dapat mengakibatkan
ikterus (sulfa, anti, malaria, nitro furontoin, ,aspirin).
Penanganan keadaan yang dapat mengakibatkan BBLR.
Penanganan infeksi maternal, ketuban, pacah dini.
Penanganan asfiksi ,trauma persalinan.
Pemenuhan kebutuhan nutrisi rumatan dengan minum asi dini dan
eksklusif
Pembagian ikterus menurut metode kremer
Derajat iterus
Daerah ikterus
Perkiraan bilirubin
5,0 mg%
Sampai daerah
lengan, kaki bawah,
lutut.
12,4 mg%
ll
lll
lV
Manajemen
9,0 mg%
11,4 mg%
Pokok Bahasan 9
: Hipotermi
Batasan
Hipotermi adalah suhu tubuh kurang dari 36.5 0 C pada pengukuran suhu
melalui ketiak.
Prinsip dasar
Hipotermi sering terjadi pada neonatus terutama pada BBLR karena
pusat pengaturan suhu tubuh bayi belum sempurna, permukaan tubuh
bayi relatif luas, kemampuan produksi dan menyimpan panas terbatas
Suhu tubuh rendah dapat disebabkan oleh karena terpapar dengan
lingkungan yang dingin (suhu lingkungan rendah, permukaan yang
dingin atau basah) atau bayi dalam keadaan basah atau tidak
berpakaian
Hipotemia merupakan suatu tanda bahaya karena dapat menyebabkan
terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang akan berakhir dengan
kegagalan fungsi jantung paru dan kematian.
Mekanisme kehilangan panas
1. Radiasi : dari bayi ke lingkungan dingin terdekat
2. Konduksi : langsung dari bayi ke suatu yang kontak dengan bayi
3. konveksi : kehilangan panas dari bayi ke udara sekitar
4. Evaporasi : penguapan air dari kulit bayi
Langkah Promotif/ Preventif
Rawat bayi kecil di ruangan yang hangat (tidak kurang 25 0 C dan bebas
dari aliran angin)
Jangan meletakkan bayi dekat dengan benda yang dingin (misal dinding
dingin atau jendela) walaupun bayi dalam inkubator atau di bawah
pemancara panas
Kengooro
mother Care
(KMC)
Pemancar
panas
PETUNJUK
Untuk semua bayi
Untuk menghangatkan bayi dalam waktu
singkat, atau menghangatkan bayi hipotermi (32
36,40 C) apabila cara lain tidak mungkin
dilakukan
Untuk menstabilkan bayi dengan berat badan <
2500 g, terutama direkomendasikan untuk
perawatan berkelanjutan bayi dengan berat
badan < 1800 g
Tidak untuk bayi yang sakit berat (sepsis,
gangguan nafas berat)
Tidak untuk ibu yang menderita penyakit berat
yang tidak dapat merawat bayinya
Pada ibu yang sedang sakit, dapat dilakukan
oleh keluarga (pengganti ibu)
Untuk bayi sakit atau bayi dengan berat 1500 g
atau lebih
Untuk pemeriksaan awal bayi, selama dilakukan
Lampu
penghangat
Inkubator
Boks
penghangat
Ruangan
hangat
Pokok bahasan 10
: Hipoglikemi
Batasan
Hipoglikemi adalah keadaan hasil pengukuran kadar glukosa darah
kurang dari 45mg/dL (2.6 mmol/L)
Prinsip Dasar
Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa
rendah
Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena
dapat menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya hipoksi otak.
Bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan kerusakan pada
susunan saraf pusat bahkan sampai kematian
Kejadian hipoglikemi lebih sering didapat pada bayi dari ibu dengan
diabetes melitus
REFERENSI
1. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar
(PONED) JNPKR, 2008
2. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Komprehensif
(PONEK) JNPKKR, 2008
3. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Dasar dan Rujukan
Kementerian Kesehatan RI, 2013