Blok 2
Blok 2
Tujuan Pembelajaran
1. M4 tentang komposisi darah dan fungsinya
2. M4 tentang gangguan oembekuan darah
3. M4 tentang prinsip hemostatis, homeostatis dan hemodinamika
4. M4 tentang makro dan mikro sirkulasi
5. M4 golongan-golongan darah
F. Kumpulan Informasi
1. Komposisi darah dan fungsinya
Plasma Darah :
Memiliki pH 6,8-7,7
Berisi molekul kecil dari nutrien ( karbohidrat , lemak , protein ) vitamin , mineral ,
faktor pembekuan , dan sisa metabolisme
Plasma darah pada dasarnya adalah larutan air yang mengandung : albumin, bahan
pembeku darah, immunoglobin , horm on, berbagai jenis protein dan garam.
Ada beberapa fungsi dari sel darah merah didalam tubuh kita, anatara lain :
a.
b.
c.
d.
Hemophilia
-
Protein dalam darah rendah bahkan tidak ada sehingga darah tidak bisa
membeku, luka kecil bisa fatal
Turunan dari ibu ke anak laki-laki
Ada 2 tipe, yaitu : tipe A= kekurangan factor VIII
Tipe B = Kekurangan factor IX
Factor V leiden
- Keturunan
- Hypercoagulation disorder disebabkan oleh variasi dari faktor V mutasi
yang tidak bisa di aktifasi
Prinsip Homeostasis
Homeostasis merupakan suatu keadaan tubuh untuk
mempertahankan keseimbangan dalam mempertahankan kondisi yang
dialaminya.
Dalam mempelajari cara tubuh melakukan proses homeostasis ini
dapat melalui empat cara yaitu :
Self regulation
Sistem ini dapat terjadi secara otomatis pada orang yang sehat
seperti dalam pengaturan proses sistem fisiologis tubuh
manusia.
Cara kompensasi
Tubuh akan cenderung bereaksi terhadap ketidaknormalan
dalam tubuh. Sebagai contoh, apabila secara tiba-tiba
lingkungan menjadi dingin, maka pembuluh darah perifer akan
mengalami konstriksi dan merangsang pembuluh darah bagian
dalam untuk meningkatkan kegiatan (misalnya menggigil) yang
dapat menghasilkan panas sehingga suhu tetap stabil, pelebaran
pupil untuk meningkatkan persepsi visual pada saat terjadi
ancaman terhadap tubuh, peningkatan keringat untuk
mengontrol kenaikan suhu badan.
Cara umpan balik negatif
Proses ini merupakan penyimpangan dari keadaan normal.
Dalam keadaan abnormal tubuh secara otomatis akan
melakukan mekanisme umpan balik untuk menyeimbangkan
penyimpangan yang terjadi.
Umpan balik untuk mengoreksi ketidakseimbangan fisiologis.
Sebagai contoh apabila seseorang mengalami hipoksia akan
terjadi proses peningkatan denyut jantung untuk membawa
darah dan oksigen yang cukup ke sel tubuh.
Homeostasis psikologis berfokus pada keseimbangan
emosional dan kesejahteraan mental. Proses ini didapat dari
Reseptor
Reseptor adalah faktor yang menerima dan mengolah setiap rangsang yang
timbul dari setiap perubahan lingkungan sekitar, untuk dijadikan stimulus dan
dikirim (dilaporkan) ke pusat kontrol.
b.
Pusat control
Pusat kontrol adalah faktor yang menerima stimulus dari reseptor untuk
diolah dan diinterpretasi dan dijadikan stimulus balik sebagai reaksi-reaksi untuk
menjawab (mengendalikan) perubahan lingkungan yang dilaporkan reseptor.
c. Efektor
Efektor adalah faktor penerima stimulus balik dari pusat kontrol, yang
mengolah stimulus tersebut menjadi suatu aktifitas gerak untuk menjawab
(mengendalikan) perubahan lingkungan sesuai yang dikehendaki pusat
kontrolnya.
Prinsip Hemodinamika
Hemodinamika merupakan pertukaran energi secara terus-menerus
antara manusia dan lingkungan sekitarnya. Pada proses ini manusia
tidak hanya melakukan penyesuaian diri, tetapi terus berinteraksi
dengan lingkungan agar mampu mempertahankan hidupnya.
Adapun beberapa prinsip hemodinamik adalah sebagai berikut :
Prinsip integralitas
Prinsip utama dalam hubungan antara manusia dengan
lingkungan yang tidak dapat dipisahkan. Perubahan proses
kehidupan ini terjadi secara terus-menerus karena adanya
interaksi
manusia
dengan
lingkungan
yang
saling
mempengaruhi.
Prinsip resonansi
Prinsip bahwa proses kehidupan manusia selalu berirama dan
frekuensinya
bervariasi,
mengingat
manusia
memiliki
Apabila mikrosirkulasi rusak, maka gejalanya seperti penuaan, sakitsakitan, stroke, dan jantung koroner. Dan apabila mikrosirkulasi tidak berjalan
lancer maka akan terjadi jantung koroner, kanker paru-paru, serviks, dan
payudara.
5. Golongan-golongan darah
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya
perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah.
Dengan kata lain, golongan darah ditentukan oleh jumlah zat (kemudian disebut antigen)
yang terkandung di dalam sel darah merah.
Sistem OAB
Karl Landsteiner, seorang ilmuwan asal Austria yang menemukan 3 dari 4 golongan darah
dalam sistem OAB pada tahun 1900 dengan cara memeriksa golongan darah beberapa teman
sekerjanya. Percobaan sederhana ini pun dilakukan dengan mereaksikan sel darah merah dengan
serum dari para donor.
Hasilnya adalah dua macam reaksi (menjadi dasar antigen tipe A dan B, dikenal dengan
golongan darah A dan B) dan satu macam tanpa reaksi (tidak memiliki antigen, dikenal dengan
golonga darah O). Kesimpulannya ada dua macam antigen A dan B di sel darah merah yang
disebut golongan A dan B, atau sama sekali tidak ada reaksi yang disebut golongan O.
Kemudian Alfred Von Decastello dan Adriano Sturli yang masih kolega dari Landsteiner
menemukan golongan darah AB pada tahun 1901. Pada golongan darah AB, kedua antigen A dan
B ditemukan secara bersamaan pada sel darah merah sedangkan pada serum tidak ditemukan
antibodi.
Dalam sistem OAB, golongan darah dibagi menjadi 4 golongan:
Golongan Darah
Antigen/Aglutinogen
Antibodi/Aglutinin
A
A
Anti B
B
B
Anti A
AB
A dan B
O
Anti A dan B
Bila seseorang tidak mempunyai aglutinogen tipe A didalam darahnya, maka dalam
plasmanya akan terbentuk antibodi yang dikenal sebagai aglutinin anti-A.
Pada bayi yang baru lahir, tidak ada aglutinin pada plasma. Setelah dua sampai delapan bulan
baru terbentuk aglutinin di plasma. Aglutinin merupakan gama globulin dan dihasilkan oleh selsel yang sama di sumsum tulang dan kelenjae limfe yang menghasilkan antibodi terhadap
antigen yang lain.
Sistem Rhesus (Rh)
Rh atau Rhesus (juga biasa disebut Rhesus Faktor) pertama sekali ditemukan pada
tahun 1940 oleh Landsteiner dan Weiner. Dinamakan rhesus karena dalam riset
digunakan darah kera rhesus (Macaca mulatta), salah satu spesies kera yang paling
banyak dijumpai di India dan Cina.
Perbedaan sistem OAB dengan sistem rhesus yaitu pada sistem OAB aglutinin
plasma bertanggung jawab atas timbulnya reaksi transfusi yang terjadi secara spontan,
sedangkan pada sistem Rh, reaksi aglutinin spontan hampir tidak pernah terjadi.
Pada sistem ABO, yang menentukan golongan darah adalah antigen A dan B, sedangkan
pada Rh faktor, golongan darah ditentukan adalah antigen Rh (dikenal juga sebagai
antigen D). Terdapat enam tipe antigen Rh yang umum, setiap tipe disebut faktor Rh.
Tipe-tipe ini ditandai dengan C, D, E, c, d, dan e. Setiap orang hanya mempunyai satu
dari ketiga pasangan anti gen tersebut.
Jika hasil tes darah di laboratorium seseorang dinyatakan tidak memiliki antigen Rh
atau antigen D, maka ia memiliki darah dengan Rh negatif (Rh-), sebaliknya bila
ditemukan antigen Rh atau antigen D pada pemeriksaan, maka ia memiliki darah dengan
Rh positif (Rh+).
Pada umumnya orang berkulit putih memiliki darah Rh negatif (Rh-), sedangkan
pada orang yang mempunyai kulit hitam pada umumnya memiliki darah Rh positif
(Rh+).
Penyakit yang berhubungan dengan sistem rhesus yaitu :
Eritroblastosis Fetalis (Penyakit Hemolitik pada Bayi Baru Lahir)
Eritroblastosis Fetalis adalah penyakit pada janin dan bayi baru lahir yang ditandai oleh
aglutinasi dan fagositosis pada sel darah merah janin. Ibu mempunyai darah Rh negatif
dan ayah darah Rh positif. Bayi mempunyai antigen Rh positif yang diturunkan dari
ayahnya, dan ibu membentuk aglutinin anti-Rh akibat terpajan dengan antigen Rh janin.
Kemudian, aglutinin ibu berdifusi ke dalam tubuh janin melalui plasenta dan
menimbulkan aglutinasi sel darah merah.
Sel darah merah yang teraglutinasi akan mengalami hemolisis sesudahnya, dan
melepaskan hemoglobin dalam darah. Makrofag janin kemudian mengubah hemoglobin
menjadi bilirubin, yang menyebabkan kulit bayi kekuningan (ikterik). Jaringan
hematopoitik bayi mencoba untuk mengganti sel-sel darah merah yang mengalami
hemolisis. Karena cepatnya produksi sel darah merah, banyak bentuk sel darah merah
yang muda, meliputi banyak bentuk blastik yang berinti, dilepas dari sumsum tulang bayi
ke dalam sirkulasi, dan karena adanya sel darah merah dalam bentuk blas berinti ini,
penyakit tersebut dinamakan eritroblastosis fetalis.
Pada kehamilan permata, antirhesus mungkin hanya akan menyebabkan si bayi lahir
kuning (karena proses pemecahan sel darah merah menghasilkan bilirubin yang
menyebabkan warna kuning pada kulit).
Tapi pada kehamilan kedua, problemnya bisa menjadi fatal jika anak kedua juga
memiliki rhesus positif. Saat itu, kadar antirhesus ibu sedemikian tinggi, sehingga daya
rusaknya terhadap sel darah merah bayi juga hebat. Ini bisa menyebabkan janin
mengalami keguguran.
G. Sintesa dan Uji informasi yang telah diperoleh
Untuk mendapatkan langkah ini, masing-masing anggota kelompok menyatukan informasi
pada proses tutorial hari kedua yang dibantu oleh tutor.