Anda di halaman 1dari 65

LAPORAN PRAKTIK MANAJEMEN KEPERAWATAN

WISMA BALADEWA
DI RSJ PROF DR. SOEROJO MAGELANG

Disusun Oleh :

Ana Purnamasari

(070115B007)

Desy Lini Wagiarti

(070115B020)

Khomsiatun

(070115B039)

Uvia Hayin Humaedah

(070115B087)

Widyawati

(070115B091)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO
Jl. GEDONG SONGO CANDI REJO UNGARAN

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Di dalam manajemen tersebut mencakup
kegiatan POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) terhadap staf, sarana, dan
prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Nursalam, 2007).
Manajemen didefinisikan sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui orang
lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan yang berubah. Manajemen
juga merupakan proses pengumpulan dan mengorganisasi sumber-sumber dalam
mencapai tujuan (melalui kerja orang lain) yang mencerminkan dinamika suatu
organisasi.tujuan ditetapkan berdasarkan misi, filosofi dan tujuan organisasi. Proses
manajemen meliputi kegiatan mencapai tujuan organisasi melalui perencanaan organisasi,
pengarahan dan pengendalian sumber daya manusia, fisik, dan teknologi.semua perawat
yang terlibat dalam manajemen keperawatan dianggap perlu memahami misi, filosofi dan
tujuan pelayanan keperawatan serta kerangka konsep kerjanya (Anonim, 2011).
Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional untuk
merencanakan, mengatur dan menggerakkan karyawan dalam memberikan pelayanan
keperawatan sebaik-baiknya pada pasien melalui manajemen asuhan keperawatan. Agar
dapat memberikan pelayanan keperwatan sebaik-baiknya kepada pasien, diperluikan
suatu standar yang akan digunakan baik sebagai target maupun alat pengontrol pelayanan
tersebut (Anonim, 2011).
Dalam rangka meningkatkan keterampilan manajerial keperawatan selain
mendapatkan materi manajemen keperawatan juga melakukan praktek langsung di
lapangan. Mahasiswa Pendidikan Profesi Ners STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
melakukan praktik stase manajemen keperawatan di Wisma Baladewa RSJ Prof. DR
Soerojo Magelang untuk mengaplikasikan manajemen keperawatan dengan arahan
pembimbing lapangan dan pembimbing akademik.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktik manajemen keperawatan selama satu bulan di Wisma
Baladewa mahasiswa mampu mengelola asuhan keperawatan dengan bimbingan
praktik klinik keperawatan di Wisma Baladewa dengan menggunakan keterampilan

manajemen dan kepemimpinan untuk menghasilkan kualitas pelayanan profesional


yang berkualitas tinggi.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan di Wisma Baladewa mahasiswa
mampu :
a. Mengumpulkan data, menganalisis data dan memahami data masalah dalam
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

i.

pengorganisasian asuhan keperawatan


Mengorganisasaikan pelaksanaan kegiatan keperawatan
Melakukan usaha-usaha koordinasi kegiatan keperawatan
Memilih dan menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai di ruangan
Memperkenalkan perubahan kecil yang bermanfaat untuk ruangan
Mengidentifikasi masalah yang terjadi
Merencanakan beberapa alternatif pemecahan masalah
Mengusulkan dan menerapkan alternatif tersebut kepada manajer keperawatan
Mengevaluasi hasil penerapan alternatif pemecahan masalah

C. Manfaat
1. Institusi Rumah Sakit
Memberi masukan dalam proses pelayanan keperawatan yang terbaik bagi pasien
melalui manajemen keperawatan operasional dan manajemen asuhan keperawatan
profesional khususnya di Wisma Baladewa RSJ PROF. DR Soerojo Magelang
2. Mahasiswa
Mengaplikasikan dan meningkatkan ketrampilan dalam manajemen keperawatan
profesional
3. Perawat
Memberi masukan dalam menjalankan profesionalisme di lahan klinik guna untuk
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan, antara lain ;
a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal
b. Terbinanya hubungan baik antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim
kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga
c. Tercapainya kepuasan klien yang optimal
d. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan pelayanan keperawatan sehingga
dapat memodifikasi metode penugasan yang dilaksanakan
e. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Proses Manajemen
Follet yang dikutip oleh Wijayanti (2008) mengartikan manajemen sebagai seni
dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Menurut Stoner yang dikutip oleh
Wijayanti, (2008) manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber dayasumber daya manusia organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.
Gulick dalam Wijayanti (2008) mendefinisikan manajemen sebagai suatu bidang
ilmu pengetahuan (science) yang berusaha secara sistematis untuk memahami mengapa
dan bagaimana manusia bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan dan membuat
sistem ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan.

Sedangkan menurut G.R Terry (2010) menjelaskan bahwa manajemen merupakan


suatu proses khas yang terdiri atas tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, dan
pengendalian untuk menentukan serta mencapai tujuan melalui pemanfaatan sumber daya
manusia dan sumber daya lain
B. Komponen
1. Perencanaan (Planning)
Planning (perencanaan) adalah penetapan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh
kelompok untuk mencapai tujuan yang digariskan. Planning mencakup kegiatan
pengambilan keputusan, karena termasuk dalam pemilihan alternatif-alternatif
keputusan. Diperlukan kemampuan untuk mengadakan visualisasi dan melihat ke
depan guna merumuskan suatu pola dari himpunan tindakan untuk masa mendatang.
Perencanaan :
a. Menunjuk ketua tim yang akan bertugas diruangan masing-masing
b. Mengikuti serah terima pasien pada sif sebelumnya
c. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien : gawat, transisi, dan persiapan
pulang, bersama ketua tim
d. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan
kebutuhan pasien bersama ketua tim mengatur penugasan/penjadwalan
e. Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
f. Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan medis
yang dilakukan, program pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang
tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
g. Menagtur dan mengendalikan asuhan keperawatan

termasuk

kegiatan

membimbing pe;aksanaan asuhan keperawatan, membimbing penerapan proses


keperawatan dan menilai asuhan keperawatan, mengadakan diskusi untuk
pemecahan masalah serta memberikan informasi kepada pasien atau keluarga
yang baru masuk
h. Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
i. Membantu membimbing peserta didik keperawatan
j. Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit
2. Pengorganisasian (Organizing)
Organizing berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti alat, yaitu
proses pengelompokan kegiatankegiatan untuk mencapai tujuan-tujuan dan
penugasan setiap kelompok kepada seorang manajer (Terry & Rue, 2010: 82).

Pengorganisasian dilakukan untuk menghimpun dan mengatur semua sumber-sumber


yang diperlukan, termasuk manusia, sehingga pekerjaan yang dikehendaki dapat
dilaksanakan dengan berhasil.
Pengorganisasian :
a. Merumuskna metode penugasan yang digunakan
b. Merumuskan tujuan metode penugasan
c. Membuat rincian tugas keua tim dan anggota tim secara jelas
d. Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi 2 ketua tim dan ketua tim
membawahi 2-3 perawat
e. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, membuat proses dinas,
f.
g.
h.
i.
j.
k.

mengatur tenaga yang ada setiap hari, dll


Mengatur dan mengendalikan logistic ruangan
Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik
Mendelegasikan tugas, saat kepala ruang tidak berada di tempat pada ketua tim
Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien
Mengatur penugasan jadwal post dan pakarnya
Identifikasi masalah dan cara penanganannya

3. Pengarahan dan Pengawasan (Actuating)


Proses pengarahan dan implementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh
pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat
menjalankan tanggungjawabnya dengan penuh kesadaran dan produktifitas yang
tinggi.
a. Pengarahan :
1. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
2. Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik
3. Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap
4. Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungnan dengan
5.
6.

askep pasien
Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksankan

tugasnya
7. Meningktakan kolaborasi dengan anggota tim lain
b. Pengawasan :
1. Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua
tim maupun pelaksanaan mengenai asuhan keperawatan yang diberikan
kepada pasien

2. Melalui supervisi :

a) Pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi, mengamati sendiri,


atau melalui laporan langsung secara lisan, dan memperbaiki/mengawasi
kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga
b) Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir ketua tim,
membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat
selama dan esudah proses keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan),
mendengar laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas
c) Evaluasi
d) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim
e) Audit keperawatan
4. Pengendalian (Controlling)
Pengendalian (Controlling) adalah suatu fungsi yang terus menerus dari
manajemen keperawatan yang terjadi selama perencanaan, pengorganisasian, dan
pengerahan aktivitas. Melalui prsoses ini standar dibuat dan kemudian digunakan,
diikuti umpan balikyang menimbulkan perbaikan (Swansburg, 2000).
Huber (2006) menyatakan bahwa fungsi pengendalian adalah fungsi yang
digunakan untuk memantau dan mengatur perencanaan, proses, dan sumber daya
manusia yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
direncanakan sebelumnya.
Robins & Coulter (2007) menyatakan bahwa fungsi ini adalah fungsi yang
terakhir di dalam manajemen dan fungsi memantau dan mengevaluasi setiap kegiatan
yang telah berjalan sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan dan memantau
kinerja stafnya, Kinerja tersebut kemudian dibandingkan dengan sasaran yang telah
ditentukan sebelumnya. Apabila kinerja tersebut menyimpang maka fungsi
manajemen yang lain diperiksa kembali. Proses pengendalian ini meliputi memantau,
memperbandingkan, dan mengoreksi.
Kegiatan dalam fungsi pengendalian :
1. Mengevaluasi keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target sesuai dengan
indikator yang telah ditetapkan.
2. Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang mungkin

ditemukan.

3. Melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai masalah yang terkait dengan

pencapaian tujuan dan target.

BAB III
HASIL PENGKAJIAN
A. Profil Rumah Sakit
Pada tahun

1916,

Scholtens

merencanakan

untuk

membangun

suatu

Krankzinningengesticht ( Rumah Sakit Jiwa ) di Jawa Tengah. Membutuhkan waktu 7

tahun untuk meyakinkan pemerintah Hindia Belanda bahwa ini layak sebagai rumah
sakit, akhirnya pada tahun 1923 diresmikan sebagai Rumah Sakit Jiwa. Rumah Sakit Jiwa
Magelang terletak 4 kilometer dari pusat kota Magelang, ditepi jalan raya yang
menghubungkan kota-kota : Yogyakarta, Semarang dan Purworejo, dikelilingi Gununggunung Merapi, Merbabu, Andong dan Telomoyo disebelah timur, Ungaran disebelah
utara, Sumbing serta Menoreh disebelah barat dan bukit Tidar (Pakunya pulau Jawa)
disebelah selatan.
Semula adalah Krankzinningengesticht Kramat. Setelah beberapa perubahan
sesuai dengan perkembangan waktu, baik sebelum dan sesudah kemerdekaan, namanya
kemudian menjadi Rumah Sakit Jiwa Magelang. Sepanjang berdirinya RSJ Magelang
cukup banyak mengalami masa-masa sulit dan kejadian yang pahit dan memprihatinkan,
diantaranya :
1. Pada tahun 1930, waktu Gunung Merapi meletus dengan hebatnya, maka beberapa
bangsal harus dikosongkan untuk menampung para korban letusan Merapi itu,
namun akibatnya banyak terjadi kerusakan pada bangunan dan peralatan, bahkan
2.

juga yang hilang.


Pada tanggal 22 April 1942, semua tenaga kerja warga negara Belanda, termasuk
direkturnya dr. P.J. Stigter, ditahan oleh tentara Jepang sehingga terjadi kekosongan
yang mengacau pengelolaan Rumah Sakit. Pimpinan Rumah Sakit pada waktu jaman

3.

Jepang dipegang oleh dr. Soeroyo.


Pada waktu jaman setelah Proklamasi Kemerdekaan, tentara pendudukan InggrisGurkha-Nica masuk ke Magelang. Suasana tegang menyelimuti Rumah Sakit Jiwa
Magelang, pegawai dan penduduk berjaga-jaga dengan bambu runcing, Rumah Sakit
Jiwa Magelang digunakan sebagai pos PMI cabang Magelang utara. Rumah direktur
dipergunakan markas TKR pada waktu pertempuran di Secang dan Ambarawa

4.

terjadi, Rumah Sakit Jiwa Magelang mengirimkan obat-obatan dan tenaga kesehatan.
Pada tahun 1946-1950 Rumah Sakit Jiwa Magelang masih diliputi suasana yang tak
menentu fungsi Rumah Sakit Jiwa tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya,
beberapa bangsal terutama bagian depan dalam tahun-tahun tersebut pernah
dipergunakan untuk asrama TKR, ALRI, tempat penampungan keluarga Kereta Api,

5.

tempat pengungsian penduduk sekitar Rumah Sakit.


Disebutkan pula bahwa, kantor Hygiene pernah pula berkedudukan di Rumah Sakit
Jiwa Magelang selama masa tersebut Rumah Sakit Jiwa Magelang kadang-kadang

tidak luput sebagai ajang pertempuran maupun kekacauan. Semua keadaan ini
menyebabkan kerusakan bangunan, hancurnya areal perkebunan (kopi, tebu),
hilangnya pakaian pasien, perlengkapan terapi kerja dan alat hiburan seperti wayang
6.

dan gamelan.
Pada masa Trikora dan Dwikora juga cukup terasa di Rumah Sakit Jiwa Magelang
akibat penghematan Anggaran Belanja. Sampai-sampai halaman disekitar bangsal
perlu ditanami ubi, kacang, dsb. Untuk tambahan bahan makanan juga sebagian
tanah (kebun kopi) diambil alih oleh pihak Hankam, sehingga mulai saat itu luas

7.

areal yang semula 82.975 Ha menjadi 74.138 Ha.


Namun kemudian, dengan adanya Repelita, keadaan Rumah Sakit Jiwa Magelang
pun berangsur-angsur membaik praktis disegala bidang. Akan tetapi, masih ada yang
belum dapat dikembalikan seperti keadaan semula, misalnya : Perikanan belum dapat
dilaksanakan lagi karena areal Rumah Sakit Jiwa Magelang tidak lagi dapat
mencapai aliran irigasi yang memadai. Dalam rangka Repelita RSJ Magelang
mendapat areal tanah untuk penyediaan air bersih 0,945 Ha. Sebelumnya air bersih

8.

didapatkan dari PAM Magelang tetapi sejak jaman Jepang tidak berjalan lagi.
Areal Rumah Sakit Jiwa Magelang pada tahun 1993 berkurang lagi dari 74.138 Ha
sekarang tinggal kurang lebih 40 Ha, hal ini disebabkan adanya kebijakan pemerintah
(dalam hal ini Departeman Kesehatan) untuk memberikan kesejahteraan kepada
pegawai. Areal tersebut dibangun dibangun perumahan yang diperuntukan bagi

9.

pegawai Departeman Kesehatan.


Pada tahun 1978 RSJ Magelang ditetapkan oleh Pemerintah sebagai RSJ Pusat kelas
A dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.135/Menkes/SK/IV/1978.
Sebagai Unit Pelaksana Teknis dari departeman Kesehatan RSJ Magelang
mempunyai tugas menyelenggarakan dan melaksanakan pelayanan kesehatan,

pencegahan gangguan jiwa, pemulihan dan rehabilitasi dibidang kesehatan jiwa.


10. Pada tanggal 6 April 2001 secara resmi nama Rumah Sakit Jiwa Magelang telah
berubah menjadi Rumah akit Prof. dr. Soeroyo Magelang berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan No.1684/MENKES-KESSOS/SK/XI/2000.
11. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No.278/KMK.05/2007 tanggal 21 Juni
2007 dan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.756/Men.Kes/SK/VI/2007 tgl 26 Juni
2007, RSJ. Prof. dr. Soeroyo Magelang menjadi Instansi Pemerintah dibawah

Dep.Kes. RI dengan menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum


(PPK BLU).
12. Tahun 2009 adanya tuntutan dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan yang komprehensif direspon oleh RSJ Prof dr Soeroyo Magelang dengan
membuka pelayanan kesehatan non jiwa. Hal ini diperkuat oleh Surat Keputusan
Direktur

Jenderal

Bina

pelayanan

Medik

Departemen

Kesehatan

RI,

No.HK.03.05/I/441/09 tentang ijin melaksanakan pelayanan kesehatan umum di


Rumah Sakit Jiwa Prof.dr. Soeroyo Magelang. Surat Keputusan ini mengatur RSJ
Prof dr Soeroyo Magelang untuk membuka pelayanan kesehatan umum sejumlah
15% dari Tempat Tidur yang tersedia. Pelayanan ini telah dilengkapi dengan tenaga
medik spesialistik meliputi: dokter spesialis bedah, dokter spesialis penyakit dalam,
spesialis anak, spesialis kebidanan dan kandungan, spesialis saraf, spesialis Radiologi
dan spesialis anestesi. Pelayanan ini didukung juga dengan telah di operasikannya
dua (2) ruang untuk rawat inap, kamar operasi, kamar bersalin dan fasilitas
pendukung yang lain. Namun demikian RSJ Prof.dr. Soeroyo Magelang tetap
menjalankan kegiatan utama dalam bidang pelayanan kesehatan jiwa.
Kondisi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang saat ini, Luas tanah : 409.450 m2 Luas
bangunan : 27.724 m2 Kapasitas : 800 tempat tidur pelayanan unggulan kesehatan
jiwa anak dan remaja sebagai Rumah Sakit jaringan pendidikan sebagai situs Cagar
Budaya.
B. Pengkajian Aspek Manajerial
1. Pengkajian Perencanaan (Planning)
a. Visi dan Misi Organisasi
1) Visi dan Misi Rumah Sakit
Visi :
Menjadi pusat Unggulan Pelayanan dan Pendidikan Kesehatan Jiwa Secara
Holistik di tingkat Nasional 2015 dan ASEAN 2018 (UN5A8)
Misi :
a) Melaksanakan pelayanan prima kesehatan jiwa terpadu dan komprehensif;
b) Melaksanakan pendidikan dan penelitian kesehatan jiwa terpadu dan
komprehensif;
c) Mengembangkan pelayanan berdasarkan mutu dan profesionalisme;
d) Mengembangkan model pelayanan, pendidikan, dan penilitian di bidang
kesehatan jiwa yang terpadu dan komprehensif melalui pendekatan seni
budaya;

e) Melaksanakan tata kelola rumah sakit yang baik (Good Corporate


Governance).
Moto
Bersama Menjadi Bintang
2)

Visi dan Misi Wisma Baladewa


Visi :
Menjadi Bangsal pelayanan dan pendidikan jiwa yang bermutu dengan
pendekatan manusiawi dan mengoptimalkan kemampuan klien.
Misi :
a) Melaksanakan asuhan keperawatan jiwa yang komprehensip
b) Melaksanakan terapi modilitas berkesinambungan
c) Melaksanakan kolaborasidengan tim kesehatan lain secaa berkesinambungan
dan continue
d) Memfasilitasi sumberdaya manusia untuk meningkatkan mutu pelayanan
melalui pelatihan dan seminar
Dari hasil wawancara dengan kepala ruang di dapatkan hasil bahwa, Kepala
ruang mengatakan visi dan misi Wisma Baladewa dibuat oleh kepala ruang
dengan berpatokan kepada pelayanan didalam ruang baladewa, dan saat
pembuatan visi misi tersebut tidak melibatkan perawat lainnya. Dan setelah itu
visi misi di sosialisasikan kepada perawat yang lainnya pada saat rapat bulanan
agar perawat yang lain mengetahui visi misi wisma baladewa. Selain itu tidak ada
kendala dalam pembuatan visi misi wisma baladewa tetapi visi misi wisma tidak
di tempelkan di ruangan tetapi terdapat dokumentasi secara tertulis.

3)

Visi dan Misi Keperawatan


Visi :
Menjadi Unggulan Pelayanan dan Pendidikan Keperawatan Jiwa tingkat
Nasional tahun 2015
Misi :
1) Melaksanakan pelayanan prima keperawatan jiwa secara koprehensif.
2) Mengembangkan pelayanan keperawatan jiwa sub spesialistik.
3) Meningkatkan mutu sumber daya manusia perawatan melalui pendidikan
4)
5)

formal dan informal.


Menjalin kerjasama yang efektif dan efisien dengan semua unit.
Memfasilitasi paktek mahasiswa keperawatan yang berbasis kompetensi.

6)

Memfasilitasi penelitian keperawatan yang berbasis evidence base practice.


Dari hasil wawancara dengan kepala ruang bahwa, visi misi keperawatan

ada, tetapi tidak ditempelkan diruangan dan diletakkan ditempat yang tidak
strategis karena pernah jatuh.
Dari hasil wawancara dengan 2 perawat di ruang baladewa mengatakan
bahwa mereka tidak mengetahui visi misi untuk keperawatan karena diruangan
tidak ada visi misi yang ditempel jadi perawat tidak pernah membaca visi misi
keperawatan.
Dari hasil Observasi di dapatkan hasil bahwa di wisma baladewa tidak ada
visi misi keperawatan yang tertempel di dinding ruangan yang dapat dibaca
dengan mudah oleh semua orang yang melewatinya.
4)

Keterkaitan visi dan misi keperawatan dengan rumah sakit


Dari hasil wawancara dengan kepala ruang di dapatkan hasil bahwa, visi dan
misi keperawatan dengan rumah sakit saling terkait satu sama lain, sama-sama
dalam memberikan dan melaksanakan pelayanan kesehatan jiwa guna membina
kehidupan berkomunikasi, interaksi teraupeutik dan social.

b. Filosofi Organisasi
1) Filosofi Keperawatan
Berkomitmen untuk bekerja secara cerdas, kompeten, bekerjasama dalam
tim dan mengutamakan kepentingan bersama dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan untuk memberikan pelayanan keperawatan yang memuaskan
pelanggan.
2) Filosofi wisam baladewa
Manusia mempunyai kemampuan yang bisa dikembangkan
Dari hasil wawancara dengan kepala ruang mengatakan bahwa makna dari
filosofi Manusia mempunyai kemampuan yang bisa dikembangkan yaitu bahwa
semua manusia memiliki kemampuan yang mampu dikembangkan dan bermanfaat
bagi orang lain dan dirinya sendiri. Begitun pasien jiwa yang di rawat di ruang
baladewa, semua pasien memiliki kemampuan baik kognitif, afektif dan

psikomotor yang mampu dikembangkan dan dalam filosofi tersebut berfokus pada
pasien.

c. Kebijakan dan prosedur organisasi


1) Kebijakan dan prosedur rumah sakit
Dari hasil wawancara dengan kepala ruang didapatkan hasil bahwa, kepala
ruang mengatakan rumah sakit selalu mengeluarkan kebijakan-kebijakan berupa
Surat Keputusan pada setiap ruangan seperti asuhan keperawatan harus sesuai SOP
dan PPK,Serta kebijakan berkaitan dengan surat edaran dan seragam serta atribut
untuk dinas. Untuk kebijakan ruangan yang tidak tertulis sesuai dengan
kesepakatan bersama perawat yang lainnya di tulis dalam buku rapat ruangan
seperti penitipan uang pasien dan rencana libuan bersama itu adalah kebijakan
internal ruangan, Untuk kebijakan lainnya yaitu cuti, setiap perawat diberikan
kesempatan cuti 8 hari setiap tahunnya. Selain itu kebijakan dalam pemilihan
kepala ruang dilakukan oleh bidang keperawatan, sedangkan pemilihan kepala tim
bisa dari rekomendasi atau dipilih langsung dari bidang keperawatan serta harus
melalui tes tertulis. Perawat pelaksana yang diajukan sebagai kandidat minimal
pendidikan D3.
Dari hasil observasi bahwa semua kebijakan-kebijakan sudah dibukakan dan
diruangan sudah ada, Untuk kebijakan ruangan tercatat di buku rapat setiap
bulannya.
2) Kebijakan dan prosedur terkait dengan keperawatan
Dari hasil wawancara dengan kepala ruang di dapatkan hasil bahwa, kepala
ruang mengatakan rumah sakit mengeluarkan kebijakan untuk asuhan keperawatan
pada pasien di wisma baladewa harus sesuai dengan SOP dan PPK yang ada dan
harus dijalankan sesuai SOP dan PPK yang ada.
Dari hasil observasi didapatkan bahwa terdapat buku SOP dan PPK secara
tertulis telah tersedia di ruangan dan perawat sudah menerapkan sesuai SOP dan
PPK. Dan hasil observasi salah satu tindakan menurut SOP yaitu pelaksanaan TAK
yang sudah sesuai dengan langkah-langkah SOP yang ada.

d. Peraturan Organisasi
1) Peraturan rumah sakit
Dari hasil wawancara dengan kepala ruang didapatka hasil bahwa, Kepala
ruang mengatakan peraturan rumah sakit seperti peraturan untuk pengunjung dan
staff sudah ada tetapi tidak dipasang diruangan. Untuk peraturan ruangan sama
dengan peraturan rumah sakit. Untuk peraturan bertukar jam dinas diruangan
diizinkan asalkan untuk pertukarannya kedua belah pihak saling sepakat dan setuju
untuk bertukar jam dinas. Untuk peraturan berseragam biasanya dari rumah sakit
mengedarkan surat edaran tentang penjadwalan seragam. Untuk peraturan hak dan
kewajiban pasien sudah terpasang didinding ruangan.
Dari hasil observasi di dapatkan bahwa peraturan rumah sakit dan peraturan
untuk pengunjung sudah ada. Untuk peraturan seperti jadwal jam dinas pagi yaitu
jam 07.00-14.00 WIB, dinas siang dari jam 14.00-21.00 WIB, dan untuk yang
dinas malam dari jam 21.00-07.00 WIB. Sedangkan untuk jam dinas kepala ruang
yaitu dari jam 07.00-16.00 WIB dan hari dinas kepala ruang dari hari senin sampai
jumat, sedangkan untuk kepala tim yaitu hari senin sampai sabtu. Untuk peraturan
penukaran jam dinas sesama perawat boleh dilakukan dengan catatan kedua belah
pihak setuju dan sepakat untuk bertukar jam dinas. Untuk peraturan pemakaian
seragam tidak ada masalah, dan semua perawat selalu memakai seragam sesuai
dengan yang dijadwalkan oleh rumah sakit dan tidak ada perawat yang salah untuk
pemakaian seragam. Selain itu untuk pelaksanaan peraturan tidak ada kendala
tetapi terkadang perawat lupa membawa ID card, namun sekarang ID cardnya di
tinggal di ruangan sehingga setiap hari pasti perawat selalu memakai ID card.
2) Peraturan yang terkait dengan keperawatan
Dari hasil wawancara dengan kepala ruang didapatkan hasil bahwa peraturan
yang terkait dengan keperawatan seperti untuk asuhan keperawatan pada pasien
harus sesuai dengan SOP dan PPK yang ada dan harus dijalankan sesuai dengan
SOP dan PPK tersebut.
Dari hasil observasi didapatkan bahwa terdapat buku SOP dan PPK secara
tertulis telah tersedia di ruangan dan perawat melakukan asuhan keperawatan
sesuai dengan SOP dan PPK. Salah satu tindakan menurut SOP yaitu pelaksanaan
TAK yang sudah sesuai dengan langkah-langkah yang tertera di SOP yang ada.
e. Perencanaan strategi organisasi

1) Rencana strategi rumah sakit (jangka panjang)


Dari hasil wawancara dengan kepala ruang didapatkan hasil bahwa rencana
jangka panjang Rumah Sakit telah ada dan pembuatan rencana jangka panjang
dilakukan oleh kepala bidang keperawatan dibantu oleh kasi,kapala bagian dan
kasubang bidang keperawatan. Untuk kendala dalam pembuatannya tidak ada
karena pembuatan rencana jangka panjang Rumah Sakit dilakukan secara
musyawarah.
Isi dari rencana strategis RS jangka panjang tahun 2014-2019 salah satunya
adalah peningkatan pendidikan formal pada SDM perawat.Peningkatan pendidikan
formal perawat yaitu melanjutkan sekolah kejenjang yang lebih tinggi seperti D3
ke S1 atau S1 ke profesi dan S1 ke S2 bisa meningkatkan golongan dan
penghasilan akan tetapi dalam peningkatan pendidikan formal SDM perawat ini
yang masih memiliki hambatan yaitu kurangnya motivasi perawat seperti
kurangnya keinginan perawat melanjutkan pendidikan karena usia yang sudah tua
dan sudah berkeluarga sehingga untuk melanjutkan pendidikan harus membagi
waktu yang ekstra.
Untuk target pencapaian maupun yang belum tercapai penilaiannya hanya
bisa dinilai dari direktur RS akan tetapi untuk rencana strategi jangka panjang RS
tahun 2014-2019 dalam tahun 2014 sesuai dengan uraian rencananya sudah
berjalan dengan baik dan sesuai rencana. Rencana strategi RS 2014-2019 telah
disosialisasikan pada seluruh bangsal dan setiap wisma sudah memiliki buku
rencana strategi jangka panjang RS tahun 2014-2019.
Hasil observasi bahwa sudah ada buku rencana strategi jangka panjang Rumah
Sakit tahun 2014-2019 dan telah disalurkan dari kepala bidang keperawatan
keseluruh bangsal-bangsal sehingga bangsal memiikinya.
2) Rencana operasional
a) Rencana jangka pendek (tahunan,bulanan,mingguan,harian)
Rencana Tahunan
o Kepala Ruang
Dari hasil wawancara dengan kepala ruang wisma Baladewa
mengatakan bahwa untuk rencama tahunan sudah dibuat dan sudah ada
pendokumentasiannya. Pembuatan rencana tahunan kepala ruang
disesuaikan dengan uraian tugas kepala ruang dan dibuat oleh kepala

ruang. Selama pembuatan rencana tahunan kepala ruang tidak ada


kendala, Tetapi untuk pelaksanaannya kurang optimal, salah satunya
yaitu rapat bersama tim kesehatan, karena rapat ini melibatkan seluruh
instansi kesehatan jadi untuk menyamakan waktunya sangat sulit dan
jika rapat diadakan pasti ada yang tidak hadir karena ada kepentingan
pribadi.
Dari

hasil

observasi

di

dapatkan

hasil

bahwa

untuk

pendokumentasian rencana tahunan pada tahun 2016 sudah ada.


Rencana Bulanan
o Kepala Ruang
Dari hasil wawancara dengan kepala ruang wisma Baladewa
mengatakan bahwa untuk rencana bulanan sudah dibuat setiap awal
bulan dan sudah ada pendokumentasiannya. Pembuatan rencana
bulanan kepala ruang disesuaikan dengan uraian tugas kepala ruang dan
dibuat oleh kepala ruang. Selama pembuatan rencana bulanan kepala
ruang tidak ada kendala, dan untuk pelaksanaannya belum optimal.
Salah satu perencanaan bulanan yaitu supervisi kepada perawat
pelaksana, rencana tersebut pelaksanaannya kurang optimal karena
kendalanya yaitu perawat pelaksana terkadang siftnya bergantian
dengan perawat lainnya jadi tidak dilaksanakan supervisi pada perawat
yang sudah ditentukan sebelumnya.
Dari hasil observasi terdapat

hasil

bahwa

terdapat

pendokumentasian rencana bulanan sampai bulan juli 2016 dan sudah


ada tools untuk rencana bulanan
o Kepala Tim
Dari hasil wawancara dengan kepala tim di ruang wisma baladewa
mengatakan kepala tim selalu membuat rencana bulanan setiap awal
bulan dan sudah ada pendokumentasian rencana bulanan. Pembuatan
rencana bulanan kepala tim disesuaikan dengan uraian tugas kepala tim
dan dibuat oleh kepala tim. Selama pembuatan rencana bulanan kepala
tim tidak ada kendala atau masalah yang menghambat pembuatan
rencana bulanan.
Dari hasil observasi didapatkan bahwa terdapat rencana bulanan
pendokumentasiannya pada kepala tim hingga bulan Juli 2016.

Rencana Harian
o Kepala Ruang
Dari hasil wawancara dengan kepala ruang wisma Baladewa
didapatkan bahwa ada rencana harian dan selalu dibuat setiap hari.
Pembuatan rencana harian kepala ruang di sesuaikan dengan uraian
tugas dan tanggung jawab sebagai kepala ruang. Selama pembuatan
rencana

harian

kepala

ruang

tidak

memiliki

kendala.Untuk

pendokumentasian rencana harian untuk kapela ruang sudah ada.


Dari hasil observasi didapatkan bahwa terdapat pendokumentasian
perencanaan harian pada tanggal 30 juni 2016. Dan terdapat tools
pembuatan rencana harian.
o Kepala Tim
Dari hasil wawancara dengan kepala tim didapatkan bahwa untuk
rencana harian sudah dibuat oleh ketim, Cara pembuatan rencana
harian katim melihat dari uraian tugas katim setiap harinya. Dalam
pembuatan rencana harian katim tidak ada kendala dan masalah karena
sudah menjadi tanggung jawab katim. Untuk pendokumentasiannya
sudah ada.
Dari hasil observasi didapatkan bahwa kepala tim sudah ada
pendokmentasiannya. Tetapi saat mengisi rencana harian salah satu
Katim pada tanggal 12 Juli 2016 membuat rencana pada akhir sift
sekitar jam 13.00. dan sudah ada tools untuk pembuatan rencana
harian.
o Perawat Pelaksana
Dari hasil wawancara dengan beberapa perawat pelaksana di
wisma Baladewa di dapatkan hasil bahwa selalu membuat rencana
harian setiap harinya. Cara pembuatan rencana harian perawat
pelaksana melihat dari uraian tugas perawat pelaksana setiap harinya.
Saat pembuatan rencana harian perawat pelaksana di dapatkan kendala
bahwa dalam membuat rencana harian terkadang ada yang malas
membuatnya, beberapa perawat pelaksana mengatakan sibuk operan
saat awal sift sehingga tidak sempat membuat rencana harian sehingga
ada yang merapel membuat rencana hariannya hingga 1 minggu lebih.
Untuk pengontrolan pembuatan rencana harian dari kepala ruang atau

katim

tidak

ada,

sehingga

perawat

pelaksana

tidak

terlalu

mengutamakan membuatan rencana harian,kepala ruang hanya


mengontrol saat akhir bulan saja dan itu hanya menghitung berapa
rencana harian yang dibuat perawat pelaksana tetapi tidak melihat
buku dokumentasi rencana harian perawat pelaksana. Dan Sebagian
perawat untuk pendokumentasian rencana harian sudah ada.
Dari hasil observasi didapatkan hasil dari 12 perawat di ruang
baladewa terdapat 4 perawat yang tidak membuat rencana harian lebih
dari 1 minggu, ada juga yang 1 bulan yaitu terakhir membuat rencana
harian pada tanggal 22 April 2016. Penyebabnya yaitu perawat lebih
sibuk saat operan saat awal sift.
a) Manajemen waktu bekerja
Dari hasil wawancara dengan kepala ruang untuk manajemen waktu
bekerja perawat di ruang baladewa yaitu terdapat 3 sift, yaitu pagi, siang dan
malam. Untuk sift pagi jam dinasnya dari jam 07.00-14.00 WIB, Sedangkan
sift siang dari jam 14.00-21.00 WIB, dan sift malam yaitu dari jam 21.0007.00 WIB.
Dalam satu shift dinas pagi dari mulai jam 07.00-14.00 WIB perawat
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab dan uraian tugas
masing-masing seperti pre dan post coference, interaksi, mendapingi pasien
makan, memberikan obat, membersihkan ruangan, mendampingi senam dan
jalan-jalan, mendapingi visite dokter, mencatat asuhan keperawatan begitu
selanjutnya untuk shift siang maupun malam.
Dari hasil observasi terdapat papan sift kerja, dan terdapat jadwal sift
dinas setiap hari dan dibuat selama satu bulan, dan jadwal dinas perawat
terdapat dimeja perawat diruang baladewa.
b) Perencanaan keuangan
Berdasarakan hasil wawancara dengan kepala ruang didapatkan hasil
bahwa semua rencana keuangan dikelola oleh rumah sakit. Untuk sumber
dana pengembangan dan barang yang dibutuhkan oleh wisma baladewa
diperoleh dari rumah sakit dengan alur yaitu ruangan merencanakan barangbarang yang dibutuhkan pasien dan wisma lalu rencana tersebut diajukan ke
bagian bidang dan setiap 1 bulan pada tanggal 25 barang-barang akan

disediakan dari rumah sakit sesuai kebutuhan ruangan yang telah diajukan.
Selain itu kendalanya barang-barang yang di berikan ke ruangan tidak sesuai
yang di ajukan ke rumah sakit. Contohnya, ruangan menganggarkan sabun
untuk pasien 5 tetapi yang diberikan hanya 3 saja.
Berdasarkan hasil observasi untuk kebutuhan barang sudah ada
pendokumentasiannya di buku inventaris ruangan Baladewa.
3) Keterlibatan perawat dalam rencana kegiatan ruangan
Dari hasil wawancara dengan kepala ruang, ketua tim dan perawat
pelaksana didapatkan hasil bahwa untuk masing-masing perawat sudah
melakukan kegiatan seperti operan. Setiap perawat dalam 1 sift sudah melakukan
interaksi pada pasien dan mendampingi visite dokter. Untuk kegiatan TAK sudah
terjadwal setiap harinya dan sudah ada penjadwalan juga untuk perawat yang
memimpin TAK. Untuk kegiatan TAK didapatkan data bahwa dalam pelaksanaan
TAK sudah sesuai dengan prosedur SOP yang ada. Dan setelah TAK perawat
selalu mendokumentasikan hasil TAK.
Dari hasil observasi bahwa pelaksanaan operan selalu dilakukan setiap
pergantian sift, dan untuk penjadwalan TAK dan yang memimpin TAK sudah
terjadwal dan terpapar di ruangan.

2. Fungsi Pengorganisasian (Organizing)


a. Struktur Organisasi
1) Struktur Organisasi Rumah Sakit
Dari hasil pengkajian dengan metode wawancara pada Kepala Ruang didapatkan hasil bahwa sudah ada struktur
organisasi rumah sakit dan sudah terpasang di dinding ruangan.
Dari hasil pengkajian secara observasi di Wisma Baladewa didapatkan hasil bahwa sudah tertempel struktur
organisasi di dinding ruangan, bagan organisasi rumah sakit serta struktur organisasi ruangan.

DIREKTUR
UTAMA
Direktorat Medik
dan Keperawatan
Bidang Medik
Seksi Pelayanan
Medik

Bidang
Keperawatan

Direktorat Sumber
Daya Manusia dan
Pendidikan
Bagian Sumber
Daya Manusia

Bagian
Pendidikan dan
Penelitian

Direktorat
Keuangan dan
Administrasi
Umum
Bagian
Keuangan

Bagian
Administrasi
Umum

Seksi Pelayanan
Penunjang Medik

Seksi Pelayanan
Keperawatan Rawat
Jalan
Seksi Pelayanan
Keperawatan Rawat
Inap

Sub Bagian
Administrasi
Kepegawaian
Sub Bagian
Pengembangan
SDM

Sub Bagian
Diklit Tenaga
Medis

Sub Bagian
Program dan
Anggaran

Sub Bagian
Diklit Tenaga
Keperawatan
dan Non Medis

Sub Bagian
Perbendaharaan
dan Akutansi
Sub Bagian
Mobilissi
Dana

Sub Bagian Data


Usaha dan
Pelaporan
Sub Bagian
Hukum,
Organisasi, dan
Humas

2) Struktur Organisasi keperawatan


Dari hasil wawancara kepala ruang Baladewa, kepala ruang mengatakan
bahwa struktur oranisasi keperawatan ruangan. Hanya saja terdapat kendala
dalam pemasangannya karena masih dalam proses pembuatan struktur
oreganisasi yang baru sehingga struktur organisasi yang tertempel di ruangan
adalah struktur organisasi yang lama.
Dari hasil observasi didapatkan hasil bahwa tertempel struktur organisasi
keperawatan yang lama.

KEPALA RUANG
Suyono S.Kep.,Ns
(NIP. 197111111992031002)
KATIM I
Winardi, S.ST
(197510121994031001)

KATIM II
Lilik Assasul, AMK
(196504131986022002)

PP TIM I
Muhammad Djunaedi AMK
(196808301990031002)
Dedy Hartanto AMK
(200705100511985)
Ryan Bima SP AMK
(NIK. 20100212161986)
Puji Harjo AMK
(NIK. 20120513081985)

PP TIM II
Edhi Prasetyo, S.ST
(NIP. 19820118200701104)
Ahmad Munawi, AMK
(200705100031982)
Ardhian Guslitama, AMK
(20110812581989)
Risza Agung P, AMK
(NIK. 20110812631987)
Tajudin Nursidik, AMK
(20110812661988)

b. Pengorganisasian Perawatan Pasien


Dari hasil pengkajian dengan metode wawancara kepada Kepala Ruang
didapatkan hasil bahwa di Wisma Baladewa metode pemberian asuhan
keperawatan yang digunakan adalah Metode Tim. Metode Tim di ruangan ini
dibagi menjadi dua tim yaitu Tim I dan Tim II. Anggota Tim I ada 4 perawat
pelaksana dan Tim II ada 5 perawat pelaksana. Metode ini berjalan dengan baik
dan tidak ada kendala hanya saja untuk pembagian jadwal dinas tidak seimbang,
untuk tim I dinas malam lebih banyak dan untuk tim II lebih banyak untuk dinas
pagi.

c. Uraian Tugas
Dari hasil pengkajian menggunakan metode wawancara dengan Kepala
Ruang didapatkan hasil bahwa ada beberapa tugas dari masing masing tetapi
tidak terpasang di ruangan, hanya didalam map disimpan di meja buku
perawat.
Dari hasil observasi didapatkan hasil bahwa uraian tugas kepala ruang,
ketua tim dan perawat pelaksana suddah ada.
1) Uraian Tugas Kepala ruang
(1) Mengembangkan dan menetapkan visi, misi, dan filosofi yang mengacu
pada visi dan misi rumah sakit dan melakukan evaluasi pencapaiannya
setiap tahun dan mendokumentasikan.
(2) Membuat struktur organisasi di ruangan

yang

di

kelola

dan

mendokumentasikannya
(3) Membuat rencana tahunan sesuai kondisi ruangan yang dikelola dan
mendokumentasikannya
(4) Membuat jadwal dinas bulanan dan mendokumentasikannya
(5) Membuat jadwal harian dan bulanan dan mendokumentasikannya
(6) Membuat jadwal terapi aktivitas kelompok dalam satu bulan dan
mendokumentasikannya
(7) Memimpin operan pagi dan siang dan mendokumentasikannya
(8) Mendampingi pelaksanaan pre dan post conferen yang dilakukan oleh
ketua timdan perawat pelaksana dan mendokumentasikannya
(9) Menciptakan iklim motivasi yang mendukung pemberian asuhan
keperawatan secara optimal dan mendokumentasikannya.
(10) Melakukan kegiatan pendelegasian tugas jika berhalangan melaksanakan
tugas pokok dan mendokumentasikannya
(11) Melakukan supervise keperawatan pada ketua tim dan perawat pelaksana
dan mendokumentasikannya
(12) Melakukan evaluasi indicator

mutu

umum

setiap

akhir

bulan,

mendokumentasikan dan mempublikasikannya


(13) Melakukan audit dokumentasi keperawatan setiap pasien pulang
berdasarkan perawat pengelola dan mendokumentasikannya
(14) Melakukan
survey
masalah
kesehatan
kesehatan/keperawatan,
mendokumentasikan dan mempublikasikannya
(15) Melakukan penilaian kinerja pada semua ketua tim dan perawat pelaksana
setiap tahun sekali dan menuliskan pada rapotr masing masing perawat

(16) Melakukan survey kepuasan perawat, pasien, keluarga, dan tim


kesehatanlain, kemudian mendokumentasikan dan mempublikasikannya
(17) Merencanakan dan melaksanakan pengembangan staf baik pendidikan
lanjutan, pelatihan maupun seminar keperawatan
(18) Menyelenggarakan dan memimpin rapat ruangan dan mendokumentasikan
(19) Menyelenggarakan dan membuat jadwal diskusi refleksi kasus (DRK) dan
case conferen
(20) Melakukan rapat tim kesehatan sesuai kondisi dan masalah yang dihadapi
ruangan selama penyelenggaraan pelayanan kesehatan
(21) Merencanakan, mensosialisasikan, melaksanakan keselamatan kerja dan
mendokumentasikannya
(22) Memfasilitasi ketua tim dalam menyelenggarakan visit dokter dan
mendokuentasikannya
(23) Merencanakan, memfasilitasi pengadaan, memantau serta mengevaluasi
kesesuaian antara inventaris barang dan alat kesehatan sesuai kondisi dan
kebutuhan ruangan dan mendokumentasikannya
(24) Membuat daftar usulan kebutuhan unit ruangan yng dikelolanya (alat
kesehatan

alat

tulis

kantor

dan

sarana

prasarana)

dan

mendokumentasikannya
(25) Melakukan pemantauan kondisi sarana prasarana yang ada diruangan dan
mendokumentasikannya
(26) Mengikiti rapat koordinasi bidang keperawatan, membuat notulen dan
menyampaikan informasi yang perlu disampaiakan
(27) Melakukan survey kepatuhan staff perawat terhadap pelaksanaan pedoman
praktik klinik dan mendokumentasikannya.
(28) Mengikuti seminar/pelatihan atau in house training yang diselenggarakan
rumah sakit/ bidang keperawatan dan mendokumentasikannya
(29) Melakukan survey perilaku caring perawat terhadap klien dan keluarga dan
mendokumentasikannya
(30) Melakukan pemantauan

dan

evaluasi

keselamatan

pasien

dan

mendokumentasikannya
(31) Melakukan terapi aktivitas kelompok dan pendidikan kesehatan keluarga
sesuai jadwal yang telah dibuat dan mendokumentasikannya
(32) Memberikan asuhan keperawatan (pengkajian, perumusan diagnosis,
rencana,implementasi dan evaluasi) dan mendokumentasikannya dalam
catatan prkembangan terintgrasi
(33) Membuat laporan tahunan

Dari hasil pengkajian menggunakan metode wawancara dengan Kepala


Ruang didapatkan hasil bahwa uraian tugas diatas sudah dilaksanakan. Dari
beberapa uraian tugas diatas yang ada beberapa tugas yang sudah berjalan
tetapi tidak optimal yaitu pelaksanaan Diskusi Refleksi Kasus (DRK),
pelaksanaan pre dan post conferen, dan melalukan supervise keperawatan.
Diskusi Refleksi Kasus (DRK) di ruangan tidak berjalan secara optimal.
Di

ruang

Baladewa

Kepala

ruang

belum

menjadwalkan

dan

mendokumentasikan Diskusi Refleksi Kasus (DRK). Di ruang Baladewa


Diskusi Refleksi Kasus (DRK) dilaksanakan bersama dengan rapat rutin
bulanan, dikarenakan apabila memisah waktu antara DRK dan rapat rutin
bulanan ruangan akan susah memilih atau menentukan waktu dan
mengumpulkan staf. Dalam rapat tersebut tidak rutin ada DRK hanya saja
kalau ada masalah dalam pengelolaan pasien maka profesional asuhan
(perawat) akan memunculkan DRK atau perawat pelaksana maupun KATIM
yang menemukan masalah saat memberi asuhan akan memulai DRK. Jadi
kendala yang muncul adalah tidak ada penjadwalan dan pendokumentasian
untuk DRK di ruangan Baladewa.
Dari hasil observasi di form DRK di Ruangan Baladewa didapatkan hasil
bahwa tidak ada dokumentasi DRK. Didalam dokumentasi laporan hasil rapat 3
bulan terakhir tidak tertulis dokumentasi DRK yang sudah dilakukan. Belum
memisahkan dokumentasi antara laporan hasil rapat bulanan dan laporan DRK.
Menurut Standar prosedur Operasional (SPO) Rapat Diskusi Refleksi
Kasus (DRK) adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh case manager secara
periodik sebagai media komunikasi profesional pemberi asuhann untuk
meningkatkan pelayanan berfokus pada pasien. Tujuan dari DRK salah satunya
untuk menyampaikan informasi permasalahan yang ditemukan pada pasien,
evaluasi hasil kerja secara keseluruhan selama pelayanan diberikan. Diskusi
Refleksi Kasus (DRK) idealnya dilakukan minimal 3 bulan sekali dan diikuti
oleh semua professional pemberi asuhan (perawat) yang satu level yaitu ketua
tim, case manager dan perawat pelaksana.
2) Uraian Tugas Ketua Tim
1) Membuat rencana bulanan dan mendokumentasikannya

2) Membuat tencana harian dan mendokumentasikannya


3) Menyusun jadwa dinasperawat pelaksana yang ada di tim nya bersama
kepala ruang pada pertengahan bulan dan mendokumentasikannya
4) Membagi alokasi pasien kepada perawat pelaksana menjelang operan
siang, dan mencatat daftar alokasi paien sebelumnya pada buku alokasi
5)
6)
7)
8)

pasien
Memimpin pre confren dan mendokumentasikannya
Memimpin post conferen dan mendokumentasikannya
Menciptakan iklim motivasi di timnya dan mendokumentasikannya
Melaksanakan terapi aktivitas kelompok dan pendidikan kesehatan kepada

keluarga sesuai jadwal yang telah dibuat dan mendokumentasikannya


9) Membuat pendelegasian tugas ditimnya dan mendokumentasikannya.
10) Melakukan supervisi keperawatan pada perawat pelaksana di timnya men
mendokumentasikannya
11) Melakukan penilaian kinerja pada perawat pelaksana dan mencatat
hasiknya pada raport perawat pelaksana
12) Melaksanakan diskusi reflektif kasus (DRK) dan case conferen
13) Mendampingi visit dokter dan mendokumentasikannya
14) Mengikiti rapat keperawatan yang diselenggarakan oleh kepala ruang
15) Mengikuti seminar/ pelatihan in house training pengembangan pelayanan
keperawatan yang diselenggarakan oleh RS/bidang keperawatan
16) Mengikuti rapat tim kesehatan yang diselenggarakan oleh kepala ruang
17) Mengikuti operan yang diselenggarakan oleh kepala ruang
18) Memberikan asuhan keperawatan (pengkajian, perumusan diagnosis,
rencana

keperawatan,

implementasi,

dan

evaluasi)

dan

mendokumentasikannya dalam catatan perkembangan.


Dari hasil pengkajian melalui wawancara pada Ketua Tim didapatkan hasil
bahwa dari beberapa uraian tugas tersebut sudah dilaksanakan dengan baik dan
tidak ada kendala dalam pelaksanaannya. Tugas ketua tim yang belum
dilaksanakan yaitu memimpin pre dan post conferen karena untuk melakukan pre
dan post conferen harus ada 2 ketua tim dan masing masing anggotanya,
sedangkan yang dinas pagi hanyalan kepala ruang dan 2 KATIM atau kelapa
ruang dan perawat pelaksana. Ketua tim ikut mengelola pasien mulai dari
pengkajian sampai evaluasi keperawatan, menerima laporan dari anggota timnya
sesuai dengan pasien kelolaan.
3) Uraian Tugas Perawat Pelaksana
1) Membuat rencana harian dan mendokumentasikannya

2) Mengikuti operan yang diselenggarakan oleh kepala ruang dan perawat sift
jaga
3) Mengikuti pre dan post conferen yang diselenggarakan ketua timnya
4) Mengikuti rapat keperawatan yang diselenggarakan kepala ruang
5) Mengikuti diskusi reflektif kasus (DRK) yang diselenggarakan oleh kepala
ruang dan ketua tim
6) Membuat pendelegasian dengan perawat pelaksana yang ada di timnya jika
berhalangan hadir dan mendokumentasikannya
7) Melaksanakan terapi aktivitas kelompok dan pendidikan kesehatan
keluarga sesuai jadwal yang telah di buat dan mendokumentasikannya
8) Memberikan asuhan keperarawatan (pengkajian, perumusan diagnosis,
rencana

keperawatan,

implementasi,

dan

evaluasi)

dan

mendokumentasikannyadalam catatan perkembangan


Dari hasil pengkajian menggunakan metode wawancara dari beberapa
perawat pelaksana di ruangan, didapatkan hasil bahwa perawat pelaksana sudah
melakukan tugas pokonya dengan baik dan tidak ada kendala dalam
pelaksanaannya. Tugas yang belum dilaksanakan adalan mengikuti pre dan post
conferen yang diselenggarakan oleh ketua tim, karena dari ketua tim tidak
melaksanakan pre dan post conferen.
d. Klasifikasi Pasien
1. Tingkat klasifikasi/kategori pasien
Dari hasil pengkajian menggunakan metode observasi di Wisma Baladewa
didapatkan hasil bahwa karakteristik pasien adalah pasien dewasa laki-laki
yang mengalami gangguan jiwa dan wisma ini menerima semua kategori
pasien. Kategori kondisi psikis pasien yang sudah mulai tenang. Jumlah total
pasien di wisma baladewa ada 6 pasien.
Cara Gillies (1989) mengemukakan rumus kebutuhan tenaga perawatan
disatu unit perawatan adalah sebagai berikut :
Prinsip-prinsip penghitungan rumus gillies :
Dalam memberikan pelayanan keperawtan ada 3 jenis bentuk pelayanan
yaitu :
Perawatan langsung, adalah perawatan yang diberikan oleh perawat yang
ada hubungan secara khusus dengan kebutuhan khusus dengan kebutuhan
fisik, psikologis, dan spiritual. Berdasarkan tingkat ketergamntungan pasien

pada perawat maka dapat diklasifikasikan delam 4 kelompok yaitu : self care,
partial care, total care, dan intensive care. Menurut Minetti Huchinson (1994)
kebutuhan perawatan langsung setiap pasien adalah 4 jam perhari sedangkan
untuk :
a. Self care dibutuhkan x 4jam = 2 jam
b. Partial care dibutuhkan x 4 jam = 3 jam
c. Total care dibutuhkan 1-1 x 4 jam = 4-6 jam
d. Intensive care dibutuhkan 2 x 4 jam = 8 jam
Cara penghitungan
Menentukan terlebuh dahulu jam keperawatan yang dibutuhkan klien
perhari, yaitu :
1. Keperawatan mandiri 6 orang klien : 6 x 2jam = 12 jam
2. Keperawatan parsial 0 orang klien : 0 x 3 jam = 0 jam
3. Keperawatan parsial 0 orang
0 x 6 jam = 0 jam
Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang dibutuhkan
perhari yaitu :
Rata-rata klien/hari x rata-rata jam perawatan /hari
Jumlah jam kerja/hari
6 orang x 4,5 jam = 3,8 (4 orang)
7jam
2. Uraian setiap kategori
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi didapatkan data bahwa
kategori pasien di wisma Baladewa adalah 100% pasien dengan criteria self
care, yang dimana pasien itu tidak ketergantungan melakukan kegiatan sesuatu
terhadap orang lain.
e. Kuantitas Dan Kualitas Pendokumentasian Proses Keperawatan
Dari hasil pengkajian dengan menggunakan metode wawancara kepada
Kepala Ruang didapatkan hasil bahwa di ruangan ini sudah ada format
pendokumentasian proses keperawatan mulai dari format pengkajian, format
perumusan diagnose keperawatan, format perencanaan, format implementasi
keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
Dari hasil observasi dari 6 status pasien terdapat format pendokumentasian
proses keperawatan mulai dari format pengkajian, format perumusan diagnose

keperawatan, format perencanaan, format implementasi keperawatan, dan


evaluasi keperawatan.
f. Sistem Penghitungan Tenaga Keperawatan
Dari hasil pengkajian menggunakan metode wawancara dengan Kepala
Ruang didapatkan hasil bahwa untuk penghitungan tenaga perawat di ruangan ini
adalah dari bidang keperawatan, ruangan hanya mengusulkan kekurangan tenaga
ke bidang keperawatan.
Dalam penghitungan tenaga kerja, wisma baladewa menggunakan perumusan
cara Gillies (1989) yang mengemukakan rumus kebutuhan tenaga perawatan
disatu unit perawatan adalah sebagai berikut :
Prinsip-prinsip penghitungan rumus Gillies :
Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada 3 jenis bentuk pelayanan
yaitu :
Perawatan langsung, adalah perawatan yang diberikan oleh perawat yang
ada hubungan secara khusus dengan kebutuhan khusus dengan kebutuhan fisik,
psikologis, dan spiritual. Berdasarkan tingkat ketergamntungan pasien pada
perawat maka dapat diklasifikasikan delam 4 kelompok yaitu : self care, partial
care, total care, dan intensive care. Menurut Minetti Huchinson (1994)
kebutuhan perawatan langsung setiap pasien adalah 4 jam perhari sedangkan
untuk :
a. Self care dibutuhkan x 4jam = 2 jam
b. Partial care dibutuhkan x 4 jam = 3 jam
c. Total care dibutuhkan 1-1 x 4 jam = 4-6 jam
d. Intensive care dibutuhkan 2 x 4 jam = 8 jam
1. Karakteristik pasien minimal care
Kebersihan diri, mandi ganti pakaian dilakukan sendiri
Makan dan minum dilakukan sendiri
Ambulasi dengan pengawasan
Observasi ttp setiap sift
Pengobatan minimal, status psikologis
2. Karakteristik partial care
Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu
Observasi ttv setiap dua jam sekali
3. Karakteristik dengan total care
Segala diberikan bantuan.
g. Jadwal Dinas/Shift

Dari hasil wawancara dengan kepala ruang dalam pembuatan jadwal dinas
tidak hanya ada pembagian sari pershif melainkan juga mempunya prosedur
tersendiri yaitu :
Tahap persiapan :
1) Menyiapkan blangko daftar dinas perawat yang masih kosong sebanyak 2
buah
2) Menyiapkan buku permintaan dinas/libur
3) Menyiapkan alat tulis spidol warna merah dan bulpoint
Tahap pelaksanaan :
1) Bersama ketua tim membuat mulai membuat daftar dinas perawat selama satu
bulan berdasarkan permintaan libur cuti dan dinas perawat
2) Menyesuaikan dengan jumlah pasien yang dirawat serta karakteristik pasien
3) Membuat daftar dinas perawat dengan perbandingan pagi>sore>malam, jika
tidak memungkinkan dilakukan seperti diatas, maka dapat dimodifikasi sesuai
dengan jumlah perawat yang ada diruangan.
4) Sebelum menuliskan draf daftar dinas perawat memberikan blok warna merah
pada tanggal dimana bertepatan pada hari minggu atau hari besar.
5) Menyalin draf daftar dinas pada blangko daftar dinas tersebut diatas
6) Memeriksa sekali lagi daftar perawat yang jaga setiap hari dan memastikan
perawat yang jaga sore tidak berasal dari tim yang sama
7) Menandatangani daftar dinas perawat kemudian kepala ruangan meminta
tanda tangan ke seksi keperawatan dan bidang keperawatan.
8) Memfotokopi daftar dinas dan dijadikan arsip bangsal
9) Menyimpan daftar dinas perawat yang asli dkitempatrkan di daerah yang
strategis sehingga mudah dibaca.
a) Penanggung jawab penugasan
Dari hasil pengkajian menggunakan metode wawancara dengan Kepala
Ruang didapatkan hasil bahwa penanggung jawab untuk pembuatan jadwal
dinas diruangan ini adalah kepala ruang. Kepala ruang bekerja sama dengan
ketua tim saat membuat jadwal Tidak ada kendalanya dalam pembuatan
jadwal dinas karena sudah direncanakan dipertengahan bulan sebelumnya.
Untuk penanggung jawab sift ditentikan oleh ketua tim dan dipilih yang
dianggap berkompeten serta yang memiliki latar belakang pendidikan lebih
tinggi dibandingkan perawat lainnya.
b) Mempertimbangkan distribusi tenaga berdasarkan pengalaman dan latar
belakang pendidikan.

Dari hasil pengkajian menggunakan metode wawancara dengan Kepala


Ruang didapatkan hasil bahwa kepala ruang akan mempertimbangkan
distribusi tenaga berdasarkan pengalaman kerja, lamanya kerja dan latar
belakang pendidikan. Kendalanya yaitu untuk mempertimbangkan tenaga ini
cenderung lebih ke pengalaman dan lama bekerja, karena untuk mengambil
berdasarkan latar belakang pendidikan akan lebih sulit karena latar belakang
perawat diruangan ini masih dengan pendidikan Diploma 3 (D III).
h. Ketenagaan
1) Rencana kebutuhan tenaga
Jumlah tenaga kesehatan khususnya di Wisma Baladewa

Sarjana keperawatan 3 orang

Ahli madya 9 orang


Dari hasil pengkajian menggunakan metode wawancara dengan Kepala
Ruang didapatkan hasil bahwa tidak ada rencana penambahan tenaga kerja.
Apabila ada kebutuhan tenaga atau kekurangan tenaga maka kepala ruang
akan mengusulkan ke bidang keperawatan untuk penambahan tenaga.
2) Orientasi
Dari hasil pengkajian menggunakan metode wawancara dengan Kepala
Ruang didapatkan hasil bahwa setiap ada pegawai baru yang masuk di
ruangan baladewa

maka kepala ruang khususnya akan mengorientasikan

mulai dari dari peraturan rumah sakit, tugas pokok, lingkungan, pegawai
ruangan, pendokumentasian (pengkajian sampai evaluasi), komunikasi
terapeutik, dan manageman organisasi (asuhan dan pelayanan). Orientasi
diruangan kurang lenih satu minggu per ruangan. Dalam orientasi ruangan
tidak ada kendala dan berjalan dengan baik, ada pendokumentasian untuk
orientasi ruangan.
3) Program pengembangan staf
Dari hasil pengkajian menggunakan metode wawancara dengan Kepala
Ruang didapatkan hasil bahwa setiap tahunnya ada kurang lebih 2 perawat
yang mengikuti pelatihan di dalam rumah sakit maupun diluar rumah sakit.
4) Pengembangan karir
Dari hasil pengkajian menggunakan metode wawancara dengan Kepala
Ruang didapatkan hasil bahwa kalau ada perawat di ruangan yang akan
mengembangkan karir atau ijin belajar di institusi harus mengajukan ijin ke

bidang keperawatan. Perijinan belajar ini akan menimbulkan kendala bagi


ruangan terutama pada jadwal dinas.

3. Fungsi Pengarahan dan Pengawasan (Directing&Actuating)


a. Motivasi
1) Strategi memotivasi individu dan kelompok
Hasil pengkajian dengan metode wawancara kepada kepala ruang dan
KATIM dijelaskan bahwa didalam Wisma Baladewa sering menggunakan
strategi iklim motivasi, yaitu kegiatan pengarahan yang dilakukkan oleh Case
Manager dan ketua tim dengan cara mengatur dan menciptakan lingkungan
kerja yang kondusif sehingga meningkatkan motivasi perawat dalam
memberikan pelayanan pasien yang berkelanjutan dan terintegritas. Tujuan
dari meberikan iklim motivasi sendiri adalah untuk mencegah stress perawat
selama bekerja, dapat membantu menghilangkan stress yang dialami oleh
perawat, serta mampu meningkatkan motivasi kerja perawat.
Berdasarkan dari hasil observasi di Wisma Baladewa didapatkan hasil
bahwa semua perawat yang berada di Wisma Baladewa menggunakan iklim
motivasi sebagai strategi komunikasi. Contoh dari iklim motivasi yang
dilakukan di Wisma Baladewa adalah mengucapkan salam setiap kali bertemu
diawal dan akhir pemberian playanan, menyampaikan informasiyang didapat
dari rapat koordinasi kepada semua staf perawat, mengkomunikasikan
harapan dan target yang jelas pada semua perawat dalam satu tuhan, bersikap
fair dan konsisten terhadap semua perawat dalam menjalankan kebijakan
rumah sakit dan pemberian reinforcement terhadap semua staff, melibatkan
semua staff perawat dalam mengambil keputusan dalam perbaikan pelayanan
keperawatan, menciptakan hubungan saling percaya dan tolong menolong
antar staff, menjadi role model bagi semua staff (misalnya patuh SPO, patuh
berseragam, dan menjalankan uraian tugas), memimpin doa bersama sebelum
dan setelah mengakhiri kegiatan, memberikan hak libur dan cuti sesuai aturan
RS, dll.
2) Sistem reward/punishment

Hasil pengkajian dengan metode wawancara kepada kepala ruang


didapatkan hasil bahwa sistem reward di Wisma Baladewa berlaku bagi
perawat dan pasien, bentuk reward yang diberikan berupa ungkapan verbal,
pujian kepada perawat dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi, diikut sertakan dalam pelatihan-pelatihan, seminar, dan promosi
jabatan. Untuk punishment di Wisma Baladewa didapatkan hasil bahwa tidak
ada punishment untuk perawat dan pasien karena selama ini belum ada yang
pernah melakukan kesalah fatal, hanya saja jika ada perawat yang melakukan
kesalahan diingatkan dan ditegur secara lisan.
Berdasarkan hasil observasi di Wisma Baladewa, kepala ruang
memberikan reward pada KATIM dan perawat pelaksana serta pasien berupa
kata-kata pujian. Selama tanggal 27 Juni sampai tanggal 16 Juli 2016 belum
pernah ada pemberian punishment di Wisma Baladewa.
b. Komunikasi
1) Strategi komunikasi
Berdasarkan hasil wawancara dengan KATIM didapatkan hasil bahwa
strategi komunikasi yang digunakan adalah komunikasi secara langsung antar
pasien dan perawat. Penyampaian pendapat antara kepala ruang dan staf
dibawahnya menggunakan komunikasi terbuka dua arah sehingga terbina
hubungan yang harmonis.
2) Model komunikasi
Berdasarkan hasil wawancara dengan KATIM didapatkan hasil bahwa
model komunikasi yang digunakan adalah model komunikasi terapeutik.
Komunikasi yang langsung (verbal) dan tidak langsung (non verbal). Selama
ini tidak ada permasalahan yang terkait dengan strategi komunikasi. KATIM
mengatakan bahwa komunikasi yang digunakan sangatlah efektif.
3) Ronde keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian melalui wawancara kepada kepala ruang
didapatkan hasil bahwa ronde keperawatan dilakukan setelah operan dan
perawat langsung berkeliling untuk melihat kondisi pasien secara langsung
dan menghitung jumlah pasien di ruangan.
Berdasarkan hasil observasi didapatkan hasil bahwa saat ronde
keperawatan dilakukan perawat yang jaga sebelumnya tidak memperkenalkan
diri pada pasien untuk perawat yang jaga shift berikutnya.

4) Case Konferen
Berdasarkan hasil dari pengkajian melalui wawancara dengan kepala
ruang didapatkan hasil bahwa Case Konferen dilakukan 1 bulan sekali dan
jika terjadi KLB pada pasien. Proses pelaksanaan case conferen yaitu adanya
temuan kasus oleh perawat pelaksana, selanjutnya saat pre dan post konferen
dan dibicarakan bersama katim, dkemudian dilakukan rapat bangsal. Rapat
bangsal dilakukan 1 bulan terakhir. Dan dokumentasi hasil case conferen
digabung dengan rapat bangsal.
5) Pre & post conferent
Berdasarkan wawancara dengan perawat pelaksana didapatkan hasil
bahwa pre&post konferen tiga bulan terakhir tidak dilaksanakan, pre&post
konferen di ruang baladewa hanya membagi pasien untuk setiap tim dan di
bagi oleh ketua tim. Dari hasil wawancara dengan KATIM didapatkan hasil
bahwa tidak dilakukannya pre&post konferen karena kurangnya jumlah
perawat pelaksana didalam tim masing-masing karena perubahan jadwal sift
yang disebabkan adanya perawat yang ijin karena sakit. KATIM mengatakan
memahami cara pelaksanaan pre&post konferen. Di ruang baladewa terdapat
form pendokumentasian untuk pre post konferen, pendokumentasien tersebut
berupa alokasi pasien.
KATIM mengatakan bahwa sudah dilakukan evaluasi oleh KARU terkait
dengan pelaksanaan pre&post konferen, evaluasi dilakukan satu minggu
sekali.
Dari hasil observasi didapatkan hasil bahwa pada tgl 27 Juni-2 Juli
didapatkan hasil bahwa setelah operan sift tidak dilakukan pre&post konferen
karena kurangnya jumlah perawat pelaksana didalam tim masing-masing
yaitu perawat yang dinas hanya 3 orang yaitu KARU, 1 KATIM dan 1 PP
serta tidak ada dokumentasi pre&post konferent. Predokumentasian pre&post
konferen oleh KATIM terakhir dilakukan pada bulan Mei 2016.
6) Operan
Berdasarkan hasil wawancara dengan KATIM didapatkan hasil bahwa
setiap harinya dilakukan operan oleh semua perawat baik itu KARU, KATIM,
dan perawat pelaksana. Operan pagi dilakukan pada jam 07.30 dan siang pada
jam 14.00 serta malam pada jam 21.00.

Berdasarkan hasil dari observasi didapatkan hasil bahwa operan


dilakukan sesuai dengan standar SOP ruangan yang ada.
c. Sistem Supervisi Terhadap Asuhan Keperawatan
Hasil pengkajian dengan metode wawancara kepada KARU didapatkan hasil
bahwa di Wisma Baladewa ada supervisi ruangan dan terdapat jadwal supervisi.
Jadwal supervisi dibuat pada rencana bulanan kepala ruang, kepala ruang
melakukan supervisi kepada kedua KATIM baik KATIM 1 dan KATIM 2 serta
semua perawat pelaksana yang ada di ruangan. Selain kepala ruang, KATIM juga
sering melakukan supervisi setiap satu bulan sekali terhadap perawat pelaksana
masing-masing untuk melihat kinerja masing-masing perawat. Dengan adanya
supervisi secara rutin maka kinerja perawat menjadi lebih baik. Supervisi yang
dilakukan oleh kepala ruang adalah supervisi TAK, interaksi pasien, penkes,
pendokumentasian asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat pelaksana.
Berdasarkan hasil observasi di Wisma Baladewa didapatkan hasil bahwa
supervisi yang dilakukan hanya supervisi TAK dan interaksi pasien.
Pendokumentasian hasil dari supervisi ada beberapa pengisian dokumentasi yang
kurang lengkap dalam pengisian hasil dokumentasi dan belum dilakukan
dokumentasi hasil supervisi untuk bulan Juni 2016. Untuk form supervisi yang
diisi oleh kepala ruang, baik itu form supervisi TAK atau interaksi pasien. Kepala
ruang juga melakukan pendokumentasian hasil supervisi setiap melakukan
supervisi kepada KATIM maupun semua perawat pelaksana di ruangan. Namun
kepala ruang tidak setiap saat melakukan supervisi sesuai dengan jadwal yang
telah dibuat karena harus menyesuaikan supervisi dengan perawat yang sedang
sift pada saat hari itu.
Berdasarkan standar SOP keperawatan mengenai supervisi ruangan, ini
dilakukan untuk memonitor dan evaluasi terhadap mutu pelayanan keperawatan
yang diberikan pada pasien dan keluarga. Jadwal supervisi case manager
sebaiknya dilakukan seminggu 3 kali dan untuk KATIM 4 kali dalam seminggu.
d. Pendelegasian
1) Jenis pendelegasian
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruang Baladewa menggunakan
jenis pendelegasian struktural secara langsung dengan alur struktur
pendelegasian dari KARU ke KATIM, kemudian KATIM ke perawat

pelaksana, dan perawat pelaksana kepada sesama perawat pelaksananya.


Namun sebelum KATIM menugaskan perawat pelaksananya untuk di berikan
delegasi, KATIM melakukan pemilihan terlebih dahulu, pemilihan dilakukan
berdasarkan pengalaman, pendidikan, dan kepercayaannya.
2) Mekanisme pendelegasian
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruang di wisma Baladewa,
mekanisme pendelegasian tergantung kepada tugas yang akan dilakukan
pendelegasian dan harus ada kejelasan pelimpahan tugas dan wewenang yang
diberikan pendelegasian. Lamanya waktu pendelegasian ditentukan oleh
kebutuhan sesuai tugas yang didelegasikan. Anggota yang mendapatkan
delegasi tugas dapat melaporkan hasil dari tugasnya setelah selesai
melaksanakan tugas yang di berikan padanya, kemudian kepala ruang
bertugas untuk mengevaluasi tindakan yang sudah dilakukan. Kemudian
dilakukan penandatanganan oleh kepala ruang.
3) Prinsip pendelegasian
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang di wisma Baladewa
pendelegasian menggunakan prinsip KARU memberikan pendelegasian
tugasnya pada KATIM, kemudian KATIM memberikan pendelegasian
tugasnya pada perawat pelaksana dan perawat pelaksana memberikan
pendelegasian tugasnya pada sesama perawat pelaksana. Pendelegasian
diberikan pada perawat yang memiliki kemampuan untuk menjalankan tugas
tersebut, atau berdasarkan pengalaman, skill, dan lama bekerja. Setelah di
sepakati dua belah pihak kemudian ditandatangani oleh kedua belah pihak
sebagai bukti pendelegasian.
4) Penetapan tugas yang akan didelegasikan
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruang di wisma Baladewa tentang
penetapan tugas pendelegasian berdasarkan kebutuhan yang ada atau
berdasarkan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh si pemberi delegasi,
sebagai contoh KARU memberikan tugas delegasi kepada KATIM 1 untuk
memimpin operan pada hari sabtu 16 juli 2016 . Serta tugas tersebut akan di
berikan sesuai dengan kompetensi anggotanya. Pendelegasian yang dilakukan

sesuai dengan alurnya sehingga yang di berikan tugas pendelegasian sesuai


dengan kemampuan dari tugas yang diberikan.
5) Tugas terurai dengan jelas
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang dan observer yang
dilakukan di wisma Baladewa didapatkan hasil bahwa tugas pendelegasian
dilakukan secara terurai atau menjelaskan tugas apa saja yang harus di
selesaikan oleh orang yang di berikan tugas delegasi, Kepala ruangan juga
mengatakan sebelum dilakukan pendelegasian, pemberi delegasi melakukan
orientasi terhadap tugas-tugas yang di berikan oleh pendelegasi dan tugas
tersebut di dokumentasikan pada format pendelegasian yang sudah di tetapkan
oleh pihak Rumah Sakit. Sehingga perawat hanya mengisi nama dan jabatan
pemberi pendelegasi serta tugas yang didelegasikan secara terurai. Nama dan
jabatan yang di berikan delegasi serta tanda tangan kedua belah pihak yang
diketahui oleh Kepala ruang.
e. Manajemen Konflik
1) Konflik yang sering terjadi
Hasil pengkajian dengan metode wawancara kepada kepala ruang dan
KATIM didapatkan hasil bahwa di Wisma Baladewa belum pernah terjadi
konflik yang besar baik itu konflik internal maupun eksternal. Konflik yang
terjadi di Wisma Baladewa hanya konflik intra personal dan bukan suatu
konflik yang besar. Konflik yang sering terjadi adalah permasalahan
perubahan jadwal dinas yang dibuat jika ada anggota yang sakit atau tidak
masuk.
2) Cara penyelesaian konflik
Berdasarkan hasil dari wawancara kepada kepala ruang didapatkan hasil
bahwa dalam menyelesaikan konflik yang terjadi dilakukan musyawarah antar
perwat secara bersama yaitu diskusi antara kepala ruang dengan KATIM dan
perawat pelaksana dalam pengambilan keputusan agar mendapat hasil diskusi
yang adil.
4. Fungsi Pengendalian (Controlling)
a. Program Pengendalian Mutu
1) Indikator mutu pelayanan
a) Angka kejadian infeksi nosokomial

Berdasarkan dari hasil pengkajian melalui wawancara dengan KARU


didapatkan hasil bahwa tidak ada kejadian infeksi nosocomial dalam 3
bulan terakhir di ruang baladewa. Setiap kejadian inos dilakukan
dokumentasi. Serta pencegahan yang dilakukan ruangan agar tidak terjadi
inos yaitu cuci tangan pakai sabun, kolaborasi, dan pemisahan alat tenun.
Namun di Wisma Baladewa terdapat pasien yang menderita scabies,
scabies dibawa/didapat dari rumah dan pondok pesantren. Berikut adalah
data pasien scabies 2016 :

Bulan

Pasien skabies

April

Mei

Juni

2) Indikator mutu umum


a. Perhitungan BOR (Bed Occupancy Rate)
pasien dirawat dalam sehari x hari dalam satuan
bulan
BOR =

X 100 %
Jumlah TT hari per satuan waktu

BOR di Wisma Baladewa 2016


No

Jumlah
pasien

Bulan

Jumlah
tempat tidur

Persentase

April

12

12

53,3%

Mei

10

12

131,7%

Juni

12

103%

b. Perhitungan ALOS (Average Length Of Stay)


hari perawatan pasien keluar
ALOS =
pasien keluar (hidup/mati)
ALOS di Wisma Baladewa 2016
No

Bulan

Persentase

April

5,5%

Mei

27,4%

Juni

18,5%

c. Perhitungan TOI (Trun Over Interval)


( TT x hari) - perawatan pasien keluar
TOI =
pasien keluar (hidup/mati)
TOI di Wisma Baladewa 2016
No

Bulan

Persentase

April

84,5%

Mei

24,8%

Juni

7,14%

Tabel Standar Nasional Indikator Mutu Pelayanan


Standar Nasional
BOR
ALOS
TOI (Turn Over Interval)
BTO (Bed Turn Over)

Nilai
75-80%
1-10 hari
1-3 hari
5.45ari

3) Kegiatan mutu
a. Survey Kepuasan
Dari hasil wawancara dengan kepala ruang wisma baladewa sudah
ada intrument tentang survey kepuasan pasien terhadap perawat, Survey

kepuasan keluarga pasien terhadap perawat, Survey kepuasan perawat.


Instrument sudah pernah di dilakukan survey kepada pasien, namun kepala
ruang mengatakan tidak semua pasien dilakukan survey kepuasan. Kepala
ruang juga mengatakan alasan mengapa tidak dilakukan survey kepada
semua pasien akibat kurangnya instrument yang di sediakan. Kepala ruang
juga mengatakan dari unit tidak dilakukan supervisi untuk survey kepuasan
diruangan sehingga kurangnya motivasi untuk melakukan survey kepuasan
kepada setiap pasien yang akan pulang.
Dari hasil wawancara dengan kepala ruang wisma baladewa untuk
survey kepuasan tenaga kesehatan lain terhadap perawat belum ada,
sedangkan di SPO sudah ada tentang survey kepuasan tenaga kesehatan
lain terhadap perawat. Kepala ruang mengatakan instrument belum ada di
rungan. Sehingga survey kepuasan tenaga kesehatan lain terhadap perawat
belum pernah dilakukan. Pendokumentasian

dilakukan oleh unit

Keperawatan, ruangan tidak melakukan dokumentasi sendiri, ruangan


hanya menunggu hasil dari Unit keperawatan.
Kepala ruang mengatakan ruangan hanya melakukan survey
kepuasan baik itu kepuasan kepada pasien, perawat, dan keluarga pasien,
setelah terkumpulnya hasil survey kepuasan tersebut ruangan menyerahkan
hasil tersebut kepada Unit Keperawatan, kemudian Unit Keperawatan yang
melakukan pengolahan hasil, barulah Unit Keperawatan mengumumkan
hasil survey kepuasan kepada kepala ruangan. Survey dikumpulkan setiap
3 bulan sekali, dan dilakukan dengan sampel.
b. Keselamatan pasien
Pasien jatuh

Salah obat

Pasien lari

Lama fiksasi

2 jam

Trauma fisik akibat


fiksasi

Untuk menjaga keselamatan pasien ruangan menyediakan APAR,


pegangan pada kamar mandi, tempat cuci tangan, pemilahan sampah.
c. Discharge planning
Berdasarkan hasil wawancara dengan KARU dan KATIM, discharge
planning dilakukan saat pasien pulang. Discharge planning diberikan
kepada pasien dan keluarga. Discharge planning yang diberikan berupa
kegiatan yang harus dilakukan pada saat pasien berada di rumah,
sosialisasi lingkungan, dan control untuk pengobatan di rumah sakit.

d. Audit keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian melalui wawancara dengan KARU
didapatkan hasil bahwa audit keperawatan dilakukan saat pasien pulang
dan yang melakukan audit keperawatan adalah KARU sendiri. Hasil dari
audit keperawatan yaitu untuk dokumentasi dan pelaporan sebagai
pencapaian bangsal untuk mengetahui apakah sudah lengkap atau belum.
Kendala dalam melakukan audit keperawatan yaitu ada yang tidak komplit
seperti resum keperawatan belum diisi dan resum medik belum ada.
Resum medik tidak ada akibat seringnya dokter tidak mengisi tentang
resum medic pasien dan seringnya perawat penanggung jawab pasien
tidak melengkapi resum keperawatan pasien sehingga membuat waktu
audit semakin lama, seharusnya audit harus dikumpulkan maksimal 24jam
setelah pasien pulang. Audit yang dilakukan oleh KARU lebih ke Audit
dokumentasi Keperawatan. Kepala ruang mengaudit tentang kelengkapan
identitas, riwayat masuk, keluhan sampai dengan kelengpakan tentang
perkembangan pasien.
b. Pelaksanaan Standar dan Ketersediaan (SAK/SOP)
Hasil dari wawancara dengan kepala ruang dan katim di dapatkan hasil
asuhan keperawatan di wisma Baladewa sesuai dengan SPO yang telah di
tetapkan oleh RS, dan setiap tindakan keperawatan, TAK, dll sesuai dengan SPO
yang telah ada di ruangan. Di ruangan tidak tersedia SAK namun diganti dengan
PPK. Di ruangan di dapatkan SPO tentang:
1) SPO Assesmen pasien
2) SPO pendidikan pasien dan keluarga (PKK)

3) SPO Pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)


4) Kebijakan pelayanan RSJS Magelang
5) Panduan penggunaan singkatan kata dan simbol Dokumen Rekam Medis
6) SPO case manager
7) SPO keperawatan jiwa (PK I & PK II)
8) SPO pada area keperawatan umum
9) SPO TAK dan pendidikan kesehatan
10) Assesment pasien (AP)
11) SPO sasaran keselamatan pasien
12) SPO pada area keperawatanjiwa
13) Pedoman pelayanan pasien
14) Kebijakan pelayanan pasien
15) SPO pendidikan pasien dan keluarga
16) SPO managemen dan penggunaan obat
17) SPO tindakan keperawatan kegawat daruratan psikiatri
18) Kebijakan managemen fasilitas dan keselamatan (MFK)
19) Pedoman jenjang karir perawat dan bidan
20) SPO MDGS HIV
Pendokumentasian proses keperawatan
1. Format pengkajian
Hasil wawancara dengan kepala ruang dan katim wisama Baladewa di
dapatkan hasil pengkajian dilakukan tidak berpanduan berdasarkan SAK
namun PPK, namun di ruang hanya dilakukan pengkajian tindak lanjutan dari
ruang sebelumnya (IGD, UPI) yaitu pengkajian catatan perkembangan pasien
terintegrasi (CPPT) yang meliputi data objektif dan data subjektif.
2. Format Diagnosa keperawatan
Berdasarkan hasil wawancara dengan karu dan katim di wisma Baladewa
didapatkan hasil pada aspek diagnosa sudah ada dan sesuai dengan kondisi
pasien, namun diagnosa keperawatan hanya ada diagnosa aktual, diagnosa
resiko akan di munculkan ketika diagnosa aktual sudah tidak ada. Berdasarkan
observasi di dapatkan dalam penulisan diagnosa ada yang menuliskan langsung
diagnosa keperawatannya, ada juga yang menggunakan kode keperawatan.
3. Format perencanaan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan katim dan perawat pelaksana,
perencanaan perawatan jiwa tidak memiliki panduan sendiri, namun di RM
pasien sudah ada tindakan-tindakan yang disediakan, sehingga perawat tinggal
memilih tindakan apa yang sesuai dengan diagnosa keperawatan yang

ditetapkan. Dari observasi pada CPPT pasien di dapatkan perencanaan sesuai


dengan SP yang telah ditetapkan.
4. Format implementasi tindakan
Berdasarkan hasil wawancara dengan KARU di wisama Baladewa, di dapatkan
bahwa hasil pada aspek implementasi sudah sesuai dengan SP yang
direncanakan, serta pelaksannan implementasinya sudah dilakukan secara
maksimal.
5. Format evaluasi
Dari hasil wawancara dengan kepala ruang dan perawat pelaksana,
dokumentasi asuhan keperawatan didapatkan hasil bahwa evaluasi tindakan
keperawatan yang telah dilakukan didapatkan bahwa format evaluasi sudah
sesuai.
c. Penilaian Penampilan Kerja
1) Cara penilaian penampilan kerja
Berdasarkan hasil wawancara dengan KARU didapatkan hasil bahwa cara
menilai penampilan kinerja perawat dilakukan oleh kepala ruang secara
langsung, untuk penilaian kinerja perawat dengan menggunakan form yang
telah disediakan oleh ruangan.
2) Alat penilaian penampilan kerja
Berdasarkan hasil wawancara dengan KARU didapatkan hasil terdapat
alat penilaian kinerja perawat yaitu dengan cara mengisi form evaluasi
penilaian kinerja peawat. Setelah dilakukan penilaian kinerja dilakukan
dokumentasi.
3) Waktu penilaian kinerja
Berdasarkan hasil pengkajian melalui wawancara dengan KARU
didapatkan hasil bahwa penilaian kinerja dilakukan setiap satu tahun sekali
yaitu pada akhir tahun padamasing-masing perawat dan pendokumentasiannya
satu tahun sekali. Manfaat dari penilaian kinerja perawat yaitu bisa melakukan
supervisi, pegawai tahu tentang kinerjanya, pengajuan peningkatan pangkat.
Berdasarkan hasil dari observasi di dapatkan hasil bahwa penilaian kinerja
perawat yang dilakukan oleh KARU sudah sesuai dengan SOP yang terdapat
diruang Wisma Baladewa.

BAB IV
SIKLUS PEMECAHAN MASALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN
A. Analisa SWOT
Aspek yang dikaji
1. Pembuatan rencana harian

di Wisma Baladewa

Strength
(Kekuatan)
a. Sudah

ada

rencana harian
b. Terdapat
pembuatan

Weakness
(Kelemahan)
form a. Kemauan perawat
dalam
SOP

rencana

harian

rencana

membuat
harian

Opportunity

Threat (Ancaman)

(Peluang)
Perawat
memiliki Kurang terstrukturnya
panduan

rencana kinerja perawat

harian

kurang
b. Tidak ada motivasi
dalam

membuat

rencana harian
c. Tidak ada supevisi
dalam
2. Pelaksanaan

Diskusi Sudah

Refleksi Kasus (DRK)

membuat

rencana harian
dilaksanakannya a. Belum
ada Diskusi refleksi kasus Mengurangi motivasi

Diskusi Refleksi Kasus

pembuatan jadwal (DRK) akan lebih baik belajar perawat dalam

(DRK)

diskusi

Baladewa

di

Ruang

refleksi dijadwalkan

dan pemberian

kasus (DRK).
dilaksanakan
agar keperawatan.
b. Diskusi
refleksi
mengembangkan
kasus
(DRK)
profesionalitas
dilaksanakan
perawat
dalam

asuhan

bersamaan dengan memberikan


rapat
ruangan.
c. Belum

asuhan

bulanan keperawatan.
ada

pendokumentasian
diskusi
3. Sistem supervisi ruangan Di
di Wisma Baladewa.

Wisma

sudah

Baladewa

dibuat

jadwal

kasus (DRK).
c. Pelaksanaan sistem
supervisi

supervisi secara teratur

sesuai

oleh kepala ruangan dan


KATIM.

refleksi
a. Supervisi

belum

sangat

dengan

apabila

akan
efektif

jadwal yang telah

sesuai dengan SOP

ketidaksesuaian

dibuat.
d. Tidak adanya form

yaitu seminggu 3x

standar SOP dalam

pelaksanaan

pelaksanaan

untuk

supervisi

untuk

case manger dan


KATIM 4x dalam
seminggu.
b. Supervisi penkes

Daladewa.

dapatkan

sudah

di a. Belum

instrument

akan

mengakibatkan

supervisi penkes.

Diruang

supervisi

dilakukan

supervisi

4. Survey kepuasan di wisma

a. Tidak adanya form

instrument

supervisi.
b. Jadwal supervisi
yang tidak sesuai
akan
mengakibatkan

akan lebih sesuai

ketidakefektifan

jika terdapat form

waktu

supervisi

pelaksanaan

untuk

supervisi penkes.
supervisi.
ada Sikap terbuka dari Perawat
survey karu,

katim

dan mengetahui

dalam

tidak
kualitas

survey kepuasan pasien

kepuasan

tenaga perawata

terhadap perawat, survey

kesehatan

lain untuk

kepuasan keluarga pasien

terhadap perawat di manajement

terhadap

ruang

perawat,

dan

pelaksana pelayanan
ruangan

wisma Baladewa untuk lebih

baladewa sehingga baek kedepannya.

Dan

pernah

belum

dilakukan

dilakukan ke beberapa

survey

kepuasan

pasien.

di

perubahan berikan di ruangan.

survey kepuasan perawat.


sudah

yang

tersebut.
b. Tidak
dilakukan
pendokumentasian
hasil

survey

kepuasan

di

ruangan.
c. Belum dilakukan
survey

kepuasan

sesuai SPO.
5. Pre & post konferen

a. Ada

motivasi

untuk Pre & post konferen Tindakan-tindakan


tidak dilakukan oleh
melakukan Pre & post
keperawatan
akan
perawat
konferen oleh KATIM.
lebih
efektif
jika
b. Terdapat
instrument
dilaporkan/
untuk
didokumentasikan
pendokumentasian

Kurangnya
pemahaman

perawat

tentang pentingnya pre


dan pos konferen

pre&post konferen
B. Identifikasi Masalah dan Analisa Data
No
1. Pembuatan rencana harian di

Wisma Baladewa

Data Fokus
Masalah
Wawancara :
Kurang optimalnya
a. Dari hasil wawancara dengan perawat pelaksana
rencana harian
bahwa perawat pelaksana selalu membuat
rencana harian, tetapi ada juga yang tidak
membuat rencana harian karena ada pekerjaan
lain sehingga saat awal sift seperti operan,
sehingga perawat merapel rencana hariannya
b.

hingga 1 minggu lebih.


Dan dari hasil wawancara dengan perawat
pelaksana

bahwa

Untuk

pengontrolan

pembuatan rencana harian dari kepala ruang atau


katim tidak ada, sehingga perawat pelaksana
tidak terlalu mengutamakan membuatan rencana
harian,kepala ruang hanya mengontrol saat akhir
bulan saja dan itu hanya menghitung berapa
rencana harian yang dibuat perawat pelaksana
tetapi tidak melihat buku dokumentasi rencana
harian perawat pelaksana
Observasi :
a.

Dari hasil observasi di dapatkan hasil bahwa

pembuatan

salah satu perawat didapatkan bahwa terkadang


membuat rencana harian setiap mau akhir sift
karena setiap awal sift masih sibuk operan saat
awal sift.
b.

Dari hasil observasi di dapatkan hasil bahwa


dari buku rencana harian dari 12 perawat
terdapat 4 perawat yang belum membuat
rencana harian selama 1 minggu dan ada juga
yang 1 bulan, terakhir membuat rencana harian
pada tanggal 22 april 2016.

2. Pelaksanaan Diskusi Refleksi


Kasus (DRK)

Wawancara :
a. Dari hasil pengkajian menggunakan metode
wawancara kepada Kepala Ruang didapatkan
hasil bahwa Kepala ruang belum menjadwalkan
Diskusi Refleksi Kasus (DRK) di Wisma
b.

Baladewa.
DRK biasanya dilaksanakan ikut didalam rapat
rutin bulanan di Wisma Baladewa, dikarenakan
apabila memisah waktu antara DRK dan rapat
rutin bulanan ruangan akan susah memilih atau

c.

menentukan waktu dan mengumpulkan staf.


Dalam rapat tersebut tidak rutin ada DRK hanya
saja kalau ada masalah dalam pengelolaan

Kurang optimalnya pelaksanaan


Diskusi Refleksi Kasus (DRK) di
Wisma Baladewa.

pasien maka profesional asuhan (perawat) akan


memunculkan DRK atau perawat pelaksana
maupun KATIM yang menemukan masalah saat
memberi asuhan akan memulai DRK.
Observasi :
a. Dari hasil di form DRK di Ruangan Baladewa
didapatkan hasil bahwa tidak ada dokumentasi
DRK.
b. Tidak ada jadwal DRK di Ruangan Baladewa
3. Sistem supervisi ruangan di Wawancara :
Kurang optimalnya pelaksanaan
a. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala
Wisma Baladewa.
supervisi
ruang, pelaksanaan supervisi insidentil tidak
sesuai dengan jadwal yang telah dibuat.
b. Instrument supervisi sudah ada seperti instrument
TAK, interaksi pasien, dokumentasian askep
kecuali untuk instrument supervisi penkes belum
ada.
c. Pada bulan Juni 2016 belum sempat dilakukan
supervisi ruangan.
Observasi :
a. Berdasarkan hasil observasi di Wisma Baladewa
supervisi ruangan yang dilakukan belum sesuai
dengan jadwal yang telah dibuat.
b. Tidak adanya form supervisi untuk penkes.

c. Kurang lengkapnya pendokumentasian hasil dari


4. survey

kepuasan

tenaga

kesehatan lain terhadap perawat


di wisma Baladewa.

supervisi yang telah dilakukan.


Wawancara:
Belum dilakukan survey kepuasan
a. Dari hasil wawancara di dapatkan bahwa belum
tenaga kesehatan lain terhadap
ada instrument survey kepuasan tenaga
perawat di ruang wisma Baladewa.
kesehatan lain terhadap perawat di ruang wisma
baladewa sehingga belum pernah dilakukan
survey kepuasan tenaga kesehatan lain terhadap
perawat.
Observasi:
a. Tidak ada kuesioner survey kepuasan tenaga
kesehatan lain terhadap perawat.

5. Pre & post konferen

c. Dari hasil wawancara dengan perawat pelaksana Kurang optimalnya pelaksanaan pre
pre&post konferen 3 bulan terakhir tidak dan post conference
dilaksanakan.
d. Dari hasil wawancara

dengan

KATIM

didapatkan hasil bahwa tidak dilakukannya


pre&post konferen karena jumlah perawat yang
sedikit dan jumlah kelolaan pasien yang hanya
dipegang oleh 1 perawat.
e. Dari hasil observasi pada tgl 27 juni 2 juni
didapatkan hasil bahwa setelah operan sift tidak
dilakukan pre & post konferen.
f. Tidak ada dokumentasi pre & post konferen
untuk KATIM karena tidak dilakukan pre & post

konferen, tidak terlaksananya pre & post oleh


KATIM karena jumlah perawat yang sedikit.
C. Prioritas Masalah
No

Masalah
P

1.
2.

Jumlah
T

Pc

Kurang optimalnya pembuatan rencana


harian.
Kurang optimalnya pelaksanaan Diskusi
Refleksi

Kasus

(DRK)

di

84

14x3x3

126

18x3x3

162

11x2x3

66

14x2x2

56

Baladewa.
Kurang optimalnya pelaksanaan sistem 3

4.

supervisi di Wisma Baladewa.


Tidak tersedianya survey kepuasan
ruang wisma Baladewa.
Kurang optimalnya pelaksanaan pre dan

lxTxR
14x2x3

Wisma 2

tenaga kesehatan lain terhadap perawat di

Prioritas

3.

5.

Prioritas Masalah
Importancy
S
RI PC DU

post conference
Keterangan :
1. Importancy (I) atau pentingnya masalah
Prevalency (P)
: Masalah lebih banyak serius
Severity (S)
: Akibat yang ditimbulkan apabila tidak ditangani
Rate of increase (RI)
: Angka kenaikan
Public concern (PC)
: Perhatian masyarakat
Degree of unmeetneeds (DU)
: Tingkat keinginan yang tidak terpenuhi
Politic climate (Pc)
: Political climate

2. Technology (T)
3. Resource (R)

: Teknologi yang tersedia


: Sumber daya yang tersedia (manusia, dana, alat, dll)

Catatan :
1. Tulis masalah yang akan diprioritaskan
2. Nilai yang diberikan 1 s/d 4 (1 nilai terkecil dan 4 nilai yang terbesar)
3. Jumlah nilai tertinggi adalah yang prioritas untuk diintervensikan
Kriteria linkert
1 : Sangat tidak penting
2 : Tidak penting
3 : Penting
4 : Sangat penting

D. Alternatif penyelesaian masalah


No
Penyebab Masalah
Rencana Penyelesaian Masalah
1. Kurang optimalnya pembuatan a. Kurangnya pemahaman perawat dalam a. Sharing konsep teori tentang rencana
rencana
Baladewa.

harian

di

Wisma

pentingnya pembuatan rencana harian


harian
b. Kurangnya
motivasi
perawat b. Sosialisasikan
pelaksanaan dalam membuat rencana
harian.
c. Kurangnya

pentingnya

kembali
pelaksanaan

pendokumentasian
monitoring

evaluasi

perawat.

rencana

tentang
dan
harian

pembuatan

rencana

harian

pelaksana

perawat c. Simulasi pembuatan rencana harian


d. Melaksanakan rencana harian dan
mendokumentasikan rencana
e. Bersama Karu / katim melakukan
monitoring kepada perawat pelaksana
tentang pembuatan rencana harian

2. Kurang optimalnya pelaksanaan


Diskusi Refleksi Kasus (DRK) di
Wisma Baladewa.

a. Kurangnya

pemahaman

perawat

tentang Diskusi Refleksi Kasus (DRK)


b. Belum adanya penjadwalan Diskusi
Refleksi Kasus (DRK) di Ruang
Baladewa.
c. Belum adanya

pendokumentasian

Diskusi Refleksi Kasus (DRK) di


Ruang Baladewa.

pada perawat pelaksana


a. Sosialisasi
mengenai
Refleksi

Kasus

(DRK)

Diskusi
kepada

kepala ruang, ketua tim dan perawat


pelaksana.
b. Bersama kepala ruang membuat
jadwal

Diskusi

Refleksi

Kasus

(DRK)
c. Memotivasi agar mengisi lembar
dokumentasi setelah melaksanakan

3. Kurang optimalnya pelaksanaan a. Belum adanya form supervisi untuk


sistem

supervisi

Baladewa.

di

Wisma

supervisi penkes.
b. Supervisi idential tidak sesuai dengan

Diskusi Refleksi Kasus (DRK)


a. Bersama kepala ruang DAN KATIM
membuat

jadwal

supervisi

yang

sesuai dengan sift perawat.


jadwal yang telah dibuat
b. Bersama kepala ruang dan KATIM
c. Kurang lengkapnya pendokumentasian
membuat form supervisi untuk
dari hasil supervisi.
penkes.
c. Sharing tentang pendokumentasian
supervisi sesuai standar SOP kepada

4. Belum

dilakukan

survey

a.

Belum

ada

instrument

tenaga

kesehatan

survey

kepala ruang dan KATIM


a. Mendiskusikan dengan kepala ruang

lain

dalam penyusunan instrumrn survey

kepuasan tenaga kesehatan lain

kepuasan

terhadap perawat di ruang wisma

terhadap perawat di wisma Baladewa.

Baladewa.

kepuasan

tenaga

kesehatan

lain

terhadap perawat sesuai SPO.


b. Melakukan pengadaan kuesioner
survey kepuasan tenaga kesehatan
lain terhadap perawat di wisma
Baladewa.
c. Melakukan

sosialisasi

tentang

instrument survey kepuasan tenaga


kesehatan

lain

terhadap

perawat

kepada semua perawat di wisma


5. Kurang optimalnya pelaksanaan
pre dan post conference.

a. Kurangnya

jumlah

perawat

Baladewa.
karena a. Bersama karu membuat jadwal sift

perubahan jadwal sift yang disebabkan

yang sesuai dengan jumlah perawat

adanya perawat yang ijin karena sakit.


yang ada.
b. Tidak adanya pendokumentasian pre & b. Sosialisasi
post konferen.

kembali

tentang

pentingnya pelaksanaan pre dan post


konferen

Diagram Fishbond
Penyebab :
1. Kurang optimalnya pembuatan rencana harian di Wisma Baladewa
Man :
a. Kurangnya motivasi perawat pelaksanaan
dalam membuat rencana harian.
b. Kurangnya pemahaman perawat dalam
pentingnya pembuatan rencana harian
Kurang optimalnya
pembuatan rencana
harian di Wisma
Baladewa.

Metode :
Kurangnya monitoring evaluasi
pembuatan
perawat

rencana

harian

2.

Kurang optimalnya pelaksanaan Diskusi Refleksi Kasus (DRK) di Wisma Baladewa.

Man
Kurangnya pemahaman
perawat tentang Diskusi
Refleksi Kasus (DRK)

Metode
Belum adanya penjadwalan
Diskusi Refleksi Kasus
(DRK)
di
Ruang
Baladewa.

Kurang optimalnya
pelaksanaan
Diskusi Refleksi
Kasus (DRK) di
Wisma Baladewa.
Material
Belum
adanya
pendokumentasian
Diskusi Refleksi Kasus
(DRK)
di
Ruang
Baladewa.

3.

Kurang optimalnya pelaksanaan sistem supervisi di Wisma Baladewa.

Man :
Perawat jaga yang
tidak sesuai dengan
jadwal supervisi.

Material :
Tidak adanya form
supervisi
untuk
penkes.

Kurang optimalnya
pelaksanaan sistem
supervisi di Wisma
Baladewa.
Metode :
Pelaksanaan supervisi
yang kurang sesuai
dengan
jadwal
supervisi.

4.

Tidak tersedianya survey kepuasan tenaga kesehatan lain terhadap perawat di ruang wisma Baladewa.
Material:
Instrumen survey kepuasan
tenaga kes lain terhadap
perawat belum ada

Tidak tersedianya
survey kepuasan
tenaga kesehatan
lain terhadap
perawat di ruang
wisma Baladewa.

5.

Kurang optimalnya pelaksanaan pre dan post conference


Man :
Kurangnya jumlah perawat
karena perubahan jadwal sift
yang
disebabkan
adanya
perawat yang ijin karena
sakit
Material:
Belum
adanya
pendokumentasian
pre&post konferen

Kurang optimalnya
pelaksanaan pre &
post konferen

Rencana Pelaksanaan Pemecahan Masalah (POA)


No
1. Kurang

optimalnya
pembuatan

Rencana Tindakan

Metode

Sasaran

Bahan dan Alat

a. Sharing konsep Diskusi,


Karu, katim Panduan dan alat tulis
teori
tentang Tanya jawab dan PA
dan

Waktu

Tempat

Kamis , Wisma
21 Juli Baladewa

Pelaksana
Khomsiatun

rencana
harian
Wisma
Baladewa

di

rencana harian
b. Sosialisasikan
kembali tentang
pentingnya
pelaksanaan dan
pendokumentasi
an

rencana

harian perawat.
c. Simulasi
pembuatan
rencana harian
d. Melaksanakan
rencana

harian

dan
mendokumentasi
kan rencana
e. Bersama Karu /
katim
melakukan
monitoring
kepada perawat
pelaksana
tentang
pembuatan

demonstrasi

2016
Dan
Jumat,
22 Juli
2016

rencana
pada
2. Kurang
optimalnya
pelaksanaan
Diskusi Refleksi
Kasus (DRK) di
Wisma
Baladewa.

harian
perawat

pelaksana
a. Sharing konsep Diskusi dan Perawat
tentang Diskusi Tanya jawab
Refleksi Kasus
(DRK)

Materi dan Alat tulis

21-25
Wisma
Juli 2016 Baladewa

Uvia
H

Hayin

b. Kolaborasi
dengan
kepala
ruang
dalam
penyusunan
jadwal Diskusi
Refleksi Kasus
(DRK)
c. Kolaborasi
dengan
kepala
ruang
tentang
pengisian
dokumentasi
Diskusi Refleksi
Kasus (DRK)

3. Kurang

optimalnya
pelaksanaan
sistem
supervisi
di
Wisma

a. Membuat

Sharing dan Kepala


ruang
&
jadwal supervisi diskusi
KATIM
yang
sesuai
dengan
perawat.

sift

1. Instrument
supervisi

21 Juli Wisma
Baladewa
untuk 2016

penkes
2. Panduan
pembuatan jadwal

Widyawati

Baladewa.

b. Membuat form

yang sesuai
3. SOP pelaksanaan

supervisi untuk

kegiatan supervisi
4. Alat tulis
5. Daftar hadir

penkes.
c. Sharing tentang
pendokumentasi
an

supervisi

sesuai

standar

SOP.
a. Mendiskusikan

4. Belum

dilakukan

dengan

kepala

survey

ruang

dalam

kepuasan

penyusunan

tenaga

instrumrn

kesehatan lain

survey kepuasan

terhadap

tenaga

perawat
ruang

di
wisma

Baladewa.

kesehatan

Diskusi

Kepala
ruang

a. Standar prosedur Rabu 20 Wisma


oprasional (SPO) juli 2016 baladewa

Desy
Lini
Wagiarti

b. Materi
c. Alat tulis / laptop

lain

terhadap
perawat

sesuai

SPO.
b. Melakukan
pengadaan
kuesioner
survey kepuasan

Diskusi

Kepala
ruang

a. Dana
b. Laptop

Kamis
Wisma
21 juli baladewa
2016

Desy
Lini
Wagiarti

tenaga
kesehatan

lain

terhadap
perawat

di

wisma
Baladewa.
c. Melakukan

Demonstrasi

sosialisasi

Katim dan
perawat
pelaksana

tentang
instrument

Wisma
baladewa

Desy
Lini
Wagiarti

20 juli Wisma
2016
baladewa

Ana purnama
sari

a. Instrumentsurvey Jumat
kepuasan tenaga 22 juli
kesehatan
lain 2016
terhadap perawat.

survey kepuasan
tenaga
kesehatan

lain

terhadap
perawat kepada
semua perawat
di
d. Kurang
optimalnya
pelaksanaan
pre dan post
conference.

wisma

Baladewa.
a. Bersama karu Sharing dan Kepala
ruang
membuat jadwal diskusi
sift yang sesuai
dengan

jumlah

perawat

yang

1. Panduan
pembuatan
jadwal
2. Alat tulis

ada.
b. Sosialisasi
kembali tentang
pentingnya
pelaksanaan pre
dan
konferen

post

Anda mungkin juga menyukai