Anda di halaman 1dari 16

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii
BAB I........................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN........................................................................................................... 1
A.

Latar Belakang.................................................................................................. 1

B.

Rumusan Masalah............................................................................................. 2

C. Tujuan............................................................................................................... 2
BAB II.......................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN............................................................................................................. 3
A.

Peran Provider................................................................................................... 3

B.

Peran Regulator................................................................................................. 5

C. Peran User......................................................................................................... 8
D. Peran Payer..................................................................................................... 10
BAB III....................................................................................................................... 13
PENUTUP.................................................................................................................. 13
Kesimpulan............................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 14

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah BAGAIMANA
PERAN USER, PROVIDER, PAYER DAN REGULATOR DALAM PELAKSANAAN
SISTEM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI ERA BPJS.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun
penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun,
khususnya bagi kami. Ibu pembimbing guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi saya
untuk lebih baik di masa yang akan datang.

Yogyakarta, Mei,2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan
keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa di
dunia, termasuk Indonesia. Pengakuan itu tercantum dalam Deklarasi Perserikatan
Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi Manusia. Pasal 25 Ayat (1) Deklarasi
menyatakan, setiap orang berhak atas derajat hidup yang memadai untuk kesehatan dan
kesejahteraan dirinya dan keluarganya termasuk hak atas pangan, pakaian, perumahan
dan perawatan kesehatan serta pelayanan sosial yang diperlukan dan berhak atas jaminan
pada saat menganggur, menderita sakit, cacat, menjadi janda/duda, mencapai usia lanjut
atau keadaan lainnya yang mengakibatkan kekurangan nafkah, yang berada di luar
kekuasaannya.
Di Indonesia, falsafah dan dasar negara Pancasila terutama sila ke-5 juga
mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Hak ini juga termaktub dalam UUD 45 pasal
28H dan pasal 34, dan diatur dalam UU No. 23/1992 yang kemudian diganti dengan UU
36/2009 tentang Kesehatan. Dalam UU 36/2009 ditegaskan bahwa setiap orang
mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang
kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.
Sebaliknya, setiap orang juga mempunyai kewajiban turut serta dalam program jaminan
kesehatan sosial.
Untuk mewujudkan komitmen global dan konstitusi di atas, pemerintah
bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) bagi kesehatan perorangan. Dimana didalam pelaksanaan
sistem JKN ini, terdapat beberapa unsur-unsur yang berperan penting yaitu Pengguna /
peserta (user), Pembayar (payer), pemberi pelayanan kesehatan (provider) dan pembuat
kebijakan (regulator).

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu Bagaimana Peran User,
Provider, Payer dan Regulator dalam pelaksanaan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) di era BPJS ini ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu Untuk mengetahui Peranan
User, Provider, Payer dan Regulator dalam pelaksanaan Sistem Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) di era BPJS ini

BAB II
PEMBAHASAN

A. Peran Provider
Peran provider (perawat) dalam membantu proses pelayanan pasien yaitu sebagai
berikut:
1. Mengentry data ke dalam software INA-CBGs dilakukan oleh perawat di ruangan
dan poliklinik, jika software INA-CBGs telah diinstal di server rumah sakit dan
aplikasi sudah bisa diakses. Dimana software INA-CBGs kependekan dari
Indonesia Case Base Groups, yaitu cara pembayaran perawat pasien berdasarkan
diagnosis diagnosis atau kasus kasus yang relatif sama. Aplikasi tersebut
biasanya digunakan sebagai aplikasi pengajuan klaim rumah sakit, puskesmas dan
semua Penyedia Pelayanan Kesehatan (PPK) bagi masyarakat miskin Indonesia.
Adapun manfaat dari INA-CBGs bagi provider, yaitu:
a) Dapat meningkatkan efisiensi dalam pengalokasian anggaran pembiayaan
kesehatan.
b) Dengan anggaran pembiayaan yang efisien, equity terhadap masyarakat luas
akan terjangkau.
c) Secara kualitas pelayanan yang diberikan akan lebih baik sehingga
meningkatkan kepuasan pasien dan provider/pemerintah.
d) Penghitungan tarif pelayanan lebih objektif dan berdasarkan kepada biaya
yang sebenarnya.
2. Perawat ikut membantu dalam melakukan coding dalam penentuan diagnosa dan
prosedur (ICD X dan ICD IX) dengan melakukan diskusi dengan DPJP, sehingga
diharapkan akan menurunkan kesalahan dalam coding yang dilakukan coder.
Dalam hal ini perawat melakukan pemrograman data diagnosis dan prosedur
dalam melayani pasien dan juga melakukan diskusi dengan DPJP (Dokter
Penanggung Jawab Pasien), dimana DPJP adalah seorang dokter yang bertugas
mengelola rangkaian asuhan medis pasien, dengan bertujuan untuk menentukan
dokter yang bertanggung jawab dalam memberikan rangkaian asuhan medis.

3. Terlibat secara aktif dalam monitoring berkas terutama berkas pemeriksaan,


kelengkapan data penunjang untuk menentukan grouper, kelengkapan diagnosa
primer dan sekunder, kelengkapan assesmen medis dan lain lain.
4. Terlibat secara aktif dalam verifikasi data sebelum proses assembling. Perawat
mampu mem-verifikasi data sebelum proses perakitan dokumen rekam medis
dengan menganalisis kelengkapan berkas rekam medis ataupun pengorganisasian
formulir yang menggambarkan siapa, apa, kapan, dan bagiamana dalam hal
pelayanan kesehatan pasien yang merupakan bukti tertulis tentang dokumen resmi
rumah sakit secara kronologis. Adapun tujuan dari assembling berkas rekam
medis, yaitu memberikan gambaran fakta terkait keadaan pasien, riwayat penyakit
dan pengobatan masa lalu serta saat ini yang ditulis oleh profesi kesehatan dalam
pelayanan kepada pasien.
Manfaat dari assembling berkas rekam medis adalah user memperoleh data
keadaan kesehatan individu yang mendapat pelayanan kesehatan, meliputi data
sosial pasien, catatan imunisasi, hasil pemeriksaan fisik sesuai dengan penyakit
dan pengobatan yang diperoleh selama mendapat pelayanan.
5. Melakukan monitoring coding setelah verifikasi sebagai bahan evaluasi dalam
penentuan grouper yang lebih tepat.
6. Terlibat aktif dalam pelayanan One Day Service JKN, terutama untuk pasien yang
naik kelas tidak menunggu 1 bulan baru dibayar, karena proses verifikasi oleh
BPJS dapat dilakukan sebelum pasien pulang.
Selain itu peran provider dalam industri pelayanan kesehatan di era JKN,
yaitu:
1. Suatu pelayanan kesehatan harus/mampu memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat yang bermutu (pelayanan kesehatan terakreditasi).
2. Suatu pelayanan kesehatan dapat melakukan kemitraan dengan BPJS agar
dapat menjalankan peran bisnis dan sosial.
3. Peran suatu organisasi profesi sangat penting dalam sistem pembiayaan
pelayanan kesehatan, seperti halnya dalam penentuan pembiayaan, standar
pelayanan dan panduan dalam penetapan jasa medik.

B. Peran Regulator
1. Peran regulator dalam Dinas Kesehatan, yaitu:
a) Kepala Dinas : bertanggung jawab dalam pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Nasional di wilayah Kabupaten.
b) Ketua TIM :
1) Mengorganisasi masing masing tugas dan wewenang masing masing
bidang.
2) Memantau jalannya kegiatan, monitoring evaluasi, peleporan, keluhan
dan advokasi kegiatan.
c) Sekretaris :
1) Mengarsipkan setiap kegiatan, pelaporan dan dokumentasi kegiatan.
2) Sebagai penghubung antar program sehubungan dengan pelaksanaan
setiap kegiatan.
3) Sebagai penghubung antar sektor sehubungan dengan pelaksanaan setiap
kegiatan.
d) Ketua Bidang :
1) Merencanakna kegiatan monitoring dan evaluasi.
2) Bertanggung jawab dengan tugas bidang masing masing.
3) Memantau (monitoring) dan mengevaluasi di semua fasilitas kesehatan,
maupun pemberi pelayanan kesehatan, bekerja sama dengan BPJS
maupun melalui supervisi kegiatan.
4) Melakukan pendampingan kepada FKTP pemberi pelayanan kesehatan
maupun fasilitas kesehatan untuk pelaksanaan BLUD yang berkaitan
dengan kegiatan bidang masing masing.

2. Tarif Premi
Tarif premi yang berlaku dalam JKN bagi peserta perorangan akan membayar
iuran sebesar kemampuan dan kebutuhannya. Ketetapan yang telah dibuat yaitu,
sebagai berikut:
a) Untuk mendapat fasilitas kelas I dikenai iuran Rp 59.500 per orang per bulan.
b) Untuk mendapat fasilitas kelas II dikenai iuran Rp 42.500 per orang per bulan.
c) Untuk mendapat fasilitas kelas III dikenai iuran Rp 25.500 per orang per bulan.
Pembayaran iuran ini dilakukan paling lambat tanggal 10 setiap bulan dan
apabila ada keterlambatan dikenakan denda administratif sebesar 2% dari total iuran
5

yang tertunggak paling banyak untuk waktu 3 (tiga) bulan. Dan besaran iuran
Jaminan Kesehatan ditinjau paling lama dua tahun sekali yang ditetapkan dengan
Peraturan Presiden.
Peserta JKN terdiri dari Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan Peserta
Non Penerima Bantuan Iuran (Non PBI).
1. Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI)
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima
Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan, diantaranya disebutkan bahwa:
a) Kriteria fakir miskin dan orang tidak mampu ditetapkan oleh Menteri Sosial
setelah berkoordinasi dengan Menteri dan/atau pimpinan lembaga terkait.
b) Hasil pendataan fakir miskin dan orang tidak mampu yang dilakukan oleh
lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang statistik
(BPS) diverifikasi dan divalidasi oleh Menteri Sosial untuk dijadikan data
terpadu.
c) Data terpadu yang ditetapkan oleh Menteri Sosial dirinci menurut provinsi
dan kabupaten/kota dan menjadi dasar bagi penentuan jumlah nasional PBI
Jaminan Kesehatan.
d) Menteri Kesehatan mendaftarkan jumlah nasional PBI Jaminan Kesehatan
sebagai peserta program Jaminan Kesehatan kepada BPJS Kesehatan.
2. Peserta Non Penerima Bantuan Iuran (Non PBI)
Yang dimaksud dengan Peserta Non PBI dalam JKN adalah setiap orang
yang tidak tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu, yang membayar
iurannya secara sendiri ataupun kolektif ke BPJS Kesehatan. Peserta Non PBI
JKN terdiri dari :
a) Peserta penerima upah dan anggota keluarganya, yaitu Setiap orang yang
bekerja pada pemberi kerja dengan menerima gaji atau upah, antara lain
Pegawai Negeri Sipil, Anggota TNI, Anggota Polri, Pejabat Negara,
Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Swasta, dan
Pekerja lain yang memenuhi kriteria pekerja penerima upah.
6

b) Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya, yaitu setiap orang
yang bekerja atau berusaha atas risiko sendiri, antara lain pekerja di luar
hubungan kerja atau pekerja mandiri, dan lain sebagainya.
c) Bukan pekerja penerima dan anggota keluarganya, setiap orang yang tidak
bekerja tapi mampu membayar iuran Jaminan Kesehatan, antara lain
Investor, Pemberi kerja, Penerima pensiun, Veteran, Perintis kemerdekaan,
dan bukan pekerja lainnya yang memenuhi kriteria bukan pekerja penerima
upah.
3. Denda Telat Membayar (Peraturan Presiden)
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan tidak lagi
melonggarkan sanksi bagi peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang nakal
atau berulah. Mereka yang enggan mengiur pasca memanfaatkan program asuransi
sosial akan didenda 2,5% dari biaya pelayanan kesehatan. Denda akan dikenakan
setelah kembali aktif. Aturan tersebut tercantum dalam pasal 17 Ayat 1 Peraturan
Presiden (Perpres) Nomor 19 Tahun 2016. Perpres tersebut mengatur tentang
Perubahan Kedua atas Perpres Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.
Pada Perpres tersebut telah dijelaskan, jika terlambat membayar iuran jaminan
kesehatan lebih dari sebulan, penjaminan peserta diberhentikan sementara. Dengan
kata lain, biaya pengobatan peserta saat sakit tidak lagi ditanggung BPJS Kesehatan.
Peraturan itu menggantikan ketentuan sebelumnya yang memberikan kelonggaran
batas waktu hingga enam bulan tunggakan iuran sebelum akhirnya pelayanan
diberhentikan sementara.

C. Peran User
Peran user (pengguna pelayanan kesehatan) dalam industri pelayanan kesehatan
di era JKN, yaitu:
1. Pengguna atau pasien yang telah mengikuti program JKN (BPJS) diwajibkan untuk
membayar iuran sesuai dengan iuran yang telah disepakati bersama, pembayaran
dilakukan pada waktu yang telah ditetapkan.

2. Pengguna atau pasien dapat memilih pelayanan kesehatan terdekat yang bermitra
atau bekerjasama dengan BPJS agar mendapatkan keringanan pada saat melakukan
proses

registrasi/pembayaran

dan

mendapatkan

pelayanan

kesehatan

yang

dibutuhkan.
3. Pengguna atau pasien yang telah mengikuti program BPJS wajib mendapatkan
fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan kelas/iuran yang telah ditetapkan pada
program JKN (BPJS).
4. Pengguna atau pasien juga memiliki hak apabila provider (pelayanan kesehatan,
dokter dan tenaga kesehatan yang lain) tidak melayani pihak pasien dengan baik atau
melakukan tindakan yang tidak benar dan pasien tersebut dapat melaporkan hal
tersebut kepada regulator (pembuat kebijakan).
5. Apabila pengguna atau pasien yang telah mengikuti program JKN (BPJS) sakit dan
harus dirawat di pelayanan kesehatan akan mendapat keringanan dalam hal
pembiayaan untuk perawatan di suatu pelayanan kesehatan tersebut.

Cara mendaftar Jaminan Kesehatan Nasional


1) Perwakilan dari perusahaan mendaftar ke BPJS Kesehatan
Jika perusahaan sebelumnya telah terdaftar di jaminan kesehatan sebelumnya, bisa
melakukan registrasi ulang dengan mengunjungi salah satu kantor perwakilan BPJS
kesehatan terdekat.
2) Isi formulir
Perusahaan mengisi secara lengkap formulir registrasi serta dibubuhi tanda tangan
petinggi perusahaan dan stempel perusahaan yang disertai dengan materai 6 ribu.
Setelah ituserahkan formulir yang sudah diisi lengkap ke kantor BPJS kesehatan.
Perusahaan akan diberikan informasi nomor virtual account perusahaan.
3) Bayar iuran
Setelah mendapatkan nomor virtual, perusahaan membayar iuran sesuai dengan
jumlah yang ditulis di formulir pendaftaran tadi melalu bank. Dan konfirmasi
pembayaran setelah itu. Cara daftar Jaminan Kesehatan Nasional yang terakhir, BPJS
8

akan memberikan kartu BPJS Kesehatan untuk perusahaan sebagai tanda sudah
terdaftar.
Sedangkan cara daftar Jaminan Kesehatan Nasional pekerja bukan
penerima upah dan juga bukan pekerja:

a) Calon peserta mengisi formulir BPJS secara lengkap dengan menunjukkan kartu
identitas bisa KTP/SIM/KK/Passpor.
b) Setelah terisi dengan lengkap dan benar, BPJS Kesehatan akan membeirkan nomor
virtual account kepada peserta. Nomor virtual account ini digunakan ketika peserta
akan membayar iuran ke bank. Tiap peserta memiliki nomor virtual account yang
berbeda-beda.
c) Setelah peserta membayar iuran ke bank dengan nomor virtual account, peserta
diharuskan untu kkonfirmasi pembayaran ke BPJS Kesehatan.
d) Lalu BPJS Kesehatan akan memberikan kartu keanggotaan kepada peserta yang
sudah membayar iuran pertama sebagai tanda telah terdaftar.
Apabila peserta pengalihan program yang terdahulu tidak membawa kartu BPJS
saat berobat, dapat menggunakan kartu yang lama. Apabila peserta merupakan anggota
TNI/POLRI, dapat menunjukkan Kartu Tanda Anggota atau Nomor Register Pokok
selama data peserta telah terdaftar dalam keikutsertaan program BPJS Kesehatan.
Demikian cara daftar Jaminan Kesehatan Nasional untuk pekerja maupun perorangan.
Semoga cara mendaftar Jaminan Kesehatan Nasional ini dapat memudahkan anda untuk
mendapatkan perlindungan kesehatan.
Premi atau iuran yang harus dibayar, sebagai berikut:
1) Bagi pekerja dengan gaji minimal Rp 2.2 juta, jumlah premi adalah 5 persen dari
total gaji. Empat persen dari total premi dibayarkan oleh pengusaha dan satu
persen dibayarkan oleh pekerja.

2) Iuran bagi pekerja informal sebesar Rp 25.500 per bulan untuk mendapatkan
layanan rawat inap kelas III, Rp 42.500 untuk kelas II, dan Rp 59.500 untuk kelas
I.
D. Peran Payer
Peran Payer (pembayar iuran) dalam industry pelayanan kesehatan di era JKN,
yaitu:
1. Iuran
Iuran jaminan kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkansecara teratur oleh
peserta, pemberi kerja, dan/atau pemerintah untuk program jaminan kesehatan.
2. Pembayar Iuran
a) Bagi peserta PBI (Penerima Bantuan Iuran), iuran di bayar oleh pemerintah.
b) Bagu peserta pekerja penerima upah, iuran di bayar oleh pemberi kerja dan
pekerja.
c) Bagi peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta bukan pekerja, iuran di
bayar oleh peserta yang bersangkutan.
d) Besarnya iuran Jaminan Kesehatan Nasional ditetapkan melalui Peraturan
Presiden dan di tinjau ulang secara berkala sesuai denga perkermbangan social,
ekonomi, dan kebutuhan dasar hidup yang layak.

3. Pembayaran Iuran
Setiap pekerja wajib membayar yang besarnya ditetapkan berdasarkan persentase
dari upah (untuk pekerja penerima upah) atau suatu jumlah nominal tertentu (bukan
pene rima upah dan PBI).
Setiap Pemberi Kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya, menambahkan iuran
peserta yang menjadi tanggung jawabnya, dan membayarkan iuran tersebut setiap bu
lan kepada BPJS Kesehatan secara berkala (pa ling lambat tanggal 10 setiap bulan).
Apabila tanggal 10 (sepuluh) jatuh pada hari libur, maka iuran dibayarkan pada hari
kerja ber ikutnya. Keterlambatan pembayaran iuran JKN dikenakan denda
administratif sebesar 2% (dua persen) perbulan dari total iuran yang tertunggak dan
dibayar oleh Pemberi Kerja.

10

Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja wajib
membayar iuran JKN pada setiap bulan yang dibayarkan paling lambat tanggal 10
(sepuluh) setiap bulan ke pada BPJS Kesehatan. Pembayaran iuran JKN dapat
dilakukan diawal.
BPJS Kesehatan menghitung kelebihan atau kekurangan iuran JKN sesuai dengan
Gaji atau Upah Peserta. Dalam hal terjadi kelebihan atau kekurangan pembayaran
iuran, BPJS Kesehatan memberitahukan secara tertulis kepada Pemberi Kerja
dan/atau Peserta paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak dite rimanya iuran.
Kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran diperhitungkan dengan pembayaran
Iuran bulan berikutnya.
4. Cara Pembayaran Fasilitas Kesehatan
BPJS Kesehatan akan membayar kepada Fasilitas Kesehatan tingkat pertama
dengan Kapitasi. Untuk Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan, BPJS
Kesehatan membayar dengan sistem paket INA CBGs.
Mengingat kondisi geografis Indonesia, tidak semua Fasilitas Kesehatan dapat
dijangkau dengan mudah. Maka, jika di suatu daerah tidak memungkinkan
pembayaran berdasarkan Kapitasi, BPJS Kesehatan diberi wewenang untuk
melakukan pembayaran dengan mekanisme lain yang lebih berhasil guna.
Semua Fasilitas Kesehatan meskipun tidak menjalin kerja sama dengan BPJS
Kesehatan wajib melayani pasien dalam keadaan gawat darurat, setelah keadaan
gawat daruratnya teratasi dan pasien dapat dipindahkan, maka fasilitas kesehatan
tersebut wajib merujuk ke fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan.
BPJS Kesehatan akan membayar kepada fasilitas kesehatan yang tidak menjalin
kerjasama setelah memberikan pelayanan gawat darurat setara dengan tarif yang
berlaku di wilayah tersebut.
5. Pertanggungjawaban BPJS Kesehatan
BPJS Kesehatan wajib membayar Fasilitas Kesehatan atas pelayanan yang
diberikan kepada Peserta paling lambat 15 (lima belas) hari sejak dokumen klaim
11

diterima lengkap. Besaran pembayaran kepada Fasilitas Kesehatan diten tukan


berdasarkan kesepakatan antara BPJS Kesehatan dan asosiasi Fasilitas Kesehatan di
wilayah tersebut dengan mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan. Dalam hal tidak ada kesepakatan atas besaran pembayaran, Menteri
Kesehatan memutuskan besaran pembayaran atas program JKN yang diberikan.

12

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan tidak lagi melonggarkan sanksi
bagi peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang nakal atau berulah. Mereka yang enggan
mengiur pasca memanfaatkan program asuransi sosial akan didenda 2,5% dari biaya pelayanan
kesehatan. Denda akan dikenakan setelah kembali aktif.
BPJS Kesehatan akan membayar kepada Fasilitas Kesehatan tingkat pertama dengan
Kapitasi. Untuk Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan, BPJS Kesehatan membayar dengan
sistem paket INA CBGs.
Untuk mendapat fasilitas kelas I dikenai iuran Rp 59.500 per orang per bulan.
Untuk mendapat fasilitas kelas II dikenai iuran Rp 42.500 per orang per bulan.
Untuk mendapat fasilitas kelas III dikenai iuran Rp 25.500 per orang per bulan.

13

DAFTAR PUSTAKA
https://klikharry.com/2012/11/21/sistem-ina-cbgs/dinkes.gunungkidulkab.go.id/peran-openhdddi-era-jkn-bpjs-kesehatan

14

Anda mungkin juga menyukai