Anda di halaman 1dari 18

BAHAN AJAR

PENGENALAN LESSON STUDY

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan
Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan
Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan
2013

DAFTAR ISI
A

PENGANTAR

URAIAN MATERI

..
1. Konsep Lesson Study

..
a. Sejarah Singkat Lahirnya Lesson Study

..
b. Pengertian Lesson Study

..
c. Tahapan Pelaksanaan Lesson Study

..
d. Model Implementasi Lesson Study di Indonesia

2. Learning Community
..
a. Pendahuluan

6
6

b. Permasalahan Pembelajaran Kita

...
c. Dua Macam Komunitas Belajar

.
REFLEKSI PEMBELAJARAN

13

...

Bahan Ajar Diklat PIGP dan Lesson Study - 2013

ii

Bahan Ajar Diklat PIGP dan Lesson Study - 2013

iii

BAHAN AJAR
PENGENALAN LESSON STUDY
A. PENGANTAR
Peran utama Lesson Study dalam pembelajaran adalah meningkatkan
mutu proses pembelajaran baik guru maupun
siswa yang ditandai
dengan mereka dapat menikmati suasana belajar di kelas.
Perubahan pola kegiatan pembelajaran di sekolah sangat tergantung pada
faktor yang ada di dalam sekolah (warga sekolah), terutama guru. Guru
memegang pranan yang sangat penting dalam membangun kolegalitas
untuk mengembangkan kapasitas potensinya sebagai tenaga ahli dengan
membangun rasa solidaritas. Hal ini dilakukan dengan cara saling
bertukar pendapat mengenai pembelajaran yang dilakukan di kelas
(melihat aktivitas siswa secara nyata) dan saling mengambil pengalaman
yang berharga dari pembelajaran tersebut.
Kegiatan Lesson Study sangat membantu dalam menciptakan hubungan
pembelajaran dan dapat memberikan tingkat pembelajaran yang tinggi.
Dalam kegiatannya Lesson Study menekankan pada fokus diskusi yang
berorientasi pada fakta pembelajaran setiap siswa yang bersifat nyata.
Bagi guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran, perlu memperhatikan
hal-hal nyata yang mendukung kegiatan pembelajaran yaitu menguasai
materi mata pelajaran yang diampunya dan menguasai konsep atau
metode pembelajarannya.

B. URAIAN MATERI
1. Konsep Lesson Study
a. Sejarah Singkat Lahirnya LS di Indonesia
Lesson Study (LS) atau Kaji Pembelajaran pada awalnya dimulai dengan
pengkajian materi kurikulum (kyouzai kenkyuu) yang berfokus pada
pengajaran matematika bagi guru-guru di Japang. adalah suatu
pendekatan peningkatan kualitas pembelajaran yang awal mulanya
berasal dari Jepang. Sejak tahun 1998, pemerintah Indonesia dalam hal ini
Departemen Pendidikan Nasional bekerjasama dengan pemerintah Jepang
melalui lembaga bantuan luar negeri Japan International Cooperation
Agency (JICA), melakukan tiga jenis program peningkatan kualitas
pembelajaran di Indonesia, yaitu: (1) program pengembangan pengajaran
Matematika dan IPA untuk pendidikan dasar melalui program Indonesian
Mathematics and Science Teaching Education Project (IMSTEP) pada tahun
Bahan Ajar Diklat PIGP dan Lesson Study - 2013

19982005, (2) program penguatan pelatihan guru Matematika dan IPA


dalam masa jabatan pada Tingkat Menengah Pertama melaui program
Strengthening In-service Teacher Training of Mathematics and Science
Education at Junior Secondary Level (SISTTEMS) pada tahun 20062008,
dan (3) program Peningkatan Kualitas SMP/MTs (PELITA-SMP/MTs) pada
tahun 2009-2012 (Syamsuri dan Ibrohim, 2008: 5-11)
Dua program pertama dilaksanakan di Pulau Jawa dengan tiga daerah
piloting, yaitu: Kabupaten Sumedang di Jawa Barat, Kabupaten Bantul di
Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Kabupaten Pasuruan di Jawa Timur,
yang melibatkan tiga universitas sebagai mitra, yaitu Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), dan
Universitas Negeri Malang (UM). Sedangkan program ketiga dilaksanakan
di tiga daerah target baru, yaitu: Kota Padang di Sumatera Barat, Kota
Banjar Baru di Kalimantan Selatan, dan Kabupaten Minahasa Utara di
Sulawesi Utara, dengan melibatkan universitas mitra yaitu: Universitas
Negeri Padang (UNP), Universitas Lambung Mangkurat (UNLAM), dan
Universitas Negeri Manado (UNIMA).
Salah satu kegiatan dari program-program tersebut adalah melakukan
pembinaan keprofesionalan guru Matematika dan IPA di daerah sasaran
melalui Program Lesson Study (LS). Lesson study merupakan salah
strategi yang dipandang efektif untuk meningkatkan mutu guru. Lesson
study merupakan model atau strategi in-service training yang lebih
berfokus pada upaya pemberdayaan guru sesuai dengan kapasitas serta
permasalahan yang dihadapi oleh masing-masing guru. Melalui lesson
study guru akan terbantu dalam hal (1) mengembangkan pemikiran kritis
tentang belajar dan mengajar di kelas, (2) merancang program
pembelajaran (RPP) yang berkualitas, (3) mengobsevasi bagaimana siswa
berpikir dan belajar serta melakukan tindakan yang cocok, (4)
Mendiskusikan dan merefleksikan aktivitas pembelajaran, dan (5)
mengidentifikasi pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk
meningkatkan praktek pembelajaran berikutnya.

b. Pengertian Lesson Study


Lesson study adalah suatu model pembinaan profesi pendidik melalui
pengkajian
pembelajaran
secara
kolaboratif
dan
berkelanjutan
berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk
membangun komunitas belajar. Secara sederhana lesson study dapat
diartikan sebagai suatu kegiatan pengkajian pembelajaran yang dilakukan
secara kolaboratif oleh sekelompok guru untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran secara berkelanjutan.
Bahan Ajar Diklat PIGP dan Lesson Study - 2013

c. Tahapan pelaksanaan Lesson Study


Lesson Study dilaksanakan dalam tiga tahapan
yaitu Plan
(merencanakan), Do (melaksanakan), dan See (merefleksi) yang
berkelanjutan. Dengan kata lain Lesson Study merupakan suatu cara
peningkatan mutu pendidikan yang tak pernah berakhir (continous
improvement). Skema kegiatan Lesson Study diperlihatkan pada Skema 3
berikut ini.

Skema 3.
Siklus
Kegiatan
Lesson
Study

1) PLA
N

(Merencanakan)
Peningkatan mutu pembelajaran melalui Lesson Study dimulai dari tahap
merencanakan (Plan) yang bertujuan untuk merancang pembelajaran
yang dapat membelajarkan siswa dan berpusat pada siswa, agar siswa
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Perencanaan yang baik
tidak dilakukan sendirian tetapi dilakukan bersama, beberapa guru dapat
berkolaborasi atau guru-guru dan dosen dapat pula berkolaborasi untuk
memperkaya ide-ide. Perencanaan diawali dari analisis permasalahan
yang dihadapi dalam pembelajaran.
Permasalahan dapat berupa pemahaman materi pelajaran dan pedagogi
tentang metode pembelajaran yang tepat agar pembelajaran lebih efektif
dan
efisien
atau
bagaimana
menyiasati
kekurangan
fasilitas
pembelajaran. Selanjutnya guru secara bersama-sama mencari solusi
terhadap permasalahan yang dihadapi yang dituangkan dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran atau lesson plan, teaching materials berupa
media pembelajaran, dan lembar kerja siswa, serta instrumen asesmen.
Teaching materials yang telah dirancang perlu diujicoba sebelum
diterapkan di dalam kelas. Agar perencanaan lebih berkualitas, kegiatan

Bahan Ajar Diklat PIGP dan Lesson Study - 2013

perencanaan dapat dilakukan dalam beberapa kali pertemuan (misal 23


kali pertemuan).
Pertemuan yang sering dilakukan dalam workshop antara guru-guru (jika
memungkinkan menghadirkan dosen) dalam rangka merencanakan
pembelajaran, diharapkan dapat terbentuk kolegalitas antara guru dengan
guru dan dosen dengan guru, sehingga dosen atau guru tidak merasa
lebih tinggi satu sama lain. Mereka berbagi pengalaman dan saling belajar
sehingga melalui kegiatan ini terbentuk mutual learning (saling belajar).
Dalam setiap langkah dari kegiatan lesson study tersebut, guru
memperoleh kesempatan untuk melakukan identifikasi masalah
pembelajaran, mengkaji pengalaman pembelajaran yang biasa dilakukan,
memilih alternatif model pembelajaran yang akan digunakan, merancang
rencana pembelajaran, mengkaji kelebihan dan kekurangan alternatif
model pembelajaran yang dipilih.
2) DO (Melaksanakan)
Langkah kedua dalam Lesson Study adalah melaksanakan pembelajaran
(Do) untuk menerapkan rancangan pembelajaran yang telah dirumuskan
dalam merencanakan (Plan). Dalam perencanaan telah disepakati guru
yang akan mengimplementasikan pembelajaran (guru model) dan sekolah
yang akan menjadi tuan rumah (pada tipe lesson study berbasis
MGMP/KKG). Langkah ini bertujuan untuk mengujicoba efektivitas model
pembelajaran yang telah dirancang. Guru-guru lain dari sekolah yang
bersangkutan atau dari sekolah lain bertindak sebagai pengamat
(observer) pembelajaran. Dalam kegiatan observasi pembelajaran dapat
juga melibatkan dosen-dosen atau mahasiswa sebagai observer. Dalam
kegiatan (open lesson) tersebut diharapkan kepala sekolah terlibat dalam
pengamatan pembelajaran dan memandu kegiatan ini. Sebelum
pembelajaran dimulai sebaiknya dilakukan briefieng kepada para
pengamat untuk menginformasikan kegiatan pembelajaran yang
direncanakan oleh guru dan mengingatkan bahwa selama pembelajaran
berlangsung pengamat tidak mengganggu kegiatan pembelajaran tetapi
mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran. Fokus pengamatan
ditujukan pada aktivitas belajar siswa yang meliputi interaksi antara siswa
dengan siswa, antara siswa dengan bahan ajar, antar siswa dengan guru.
Lembar observasi pembelajaran perlu dimiliki oleh para pengamat
sebelum pembelajaran dimulai. Para pengamat dipersilahkan mengambil
tempat di ruang kelas yang memungkinkan dapat mengamati aktivitas
siswa. Biasanya para pengamat berdiri di sisi kiri dan kanan di dalam
ruang kelas agar aktivitas siswa teramati dengan baik. Selama proses
pembelajaran berlangsung para pengamat tidak menganggu aktivitas dan
Bahan Ajar Diklat PIGP dan Lesson Study - 2013

konsentrasi siswa dan guru model. Para pengamat dapat melakukan


perekaman kegiatan pembelajaran dalam bentuk video atau foto untuk
keperluan dokumentasi dan bahan studi lebih lanjut tanpa mengganggu
aktivitas belajar. Keberadaan para pengamat di dalam ruang kelas
disamping mengumpulkan informasi juga dimaksudkan untuk belajar dari
pembelajaran yang sedang berlangsung dan bukan untuk mengevaluasi
guru.
3) SEE (Merefleksi)
Kegiatan refleksi sebaiknya dilaksanakan segera setelah selesai
pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar setiap kejadian yang diamati dan
dijadikan bukti pada saat mengajukan pendapat atau saran terjaga
akurasinya karena setiap orang dipastikan masih bisa mengingat dengan
baik rangkaian aktivitas yang dilakukan di kelas. Dalam kegiatan refleksi,
dalam konteks PIGP, refleksi dapat dilakukan oleh sekurang-kurangnya
guru pemula dan pembimbing, guru pemula dengan kepala sekolah
dan/atau pengawas, atau guru pemula dengan pembimbing, kepala
sekolah, pengawas sekolah, dan guru observer lainnya. Dalam acara ini,
kepala sekolah atau pembimbing dapat bertindak sebagai moderator atau
pemandu diskusi. Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan dalam refleksi
adalah sebagai berikut:
a) Moderator membuka kegiatan refleksi pada waktu yang telah
ditetapkan, diawali dengan mengucapkan terima kasih kepada guru
model dan meminta applaus dari pengamat yang hadir.
b) Moderator menjelaskan aturan main tentang cara memberikan
komentar atau mengajukan umpan balik. Aturan tersebut meliputi
tiga hal berikut: (1) Selama diskusi berlangsung, hanya satu orang
yang berbicara (tidak ada yang berbicara secara bersamaan); (2)
Setiap peserta diskusi memiliki kesempatan yang sama untuk
berbicara; dan (3) Pada saat mengajukan pendapat, observer harus
mengajukan bukti-bukti hasil pengamatan sebagai dasar dari
komentar yang disampaikannya (tidak berbicara berdasarkan opini).
c) Guru yang melakukan pembelajaran (guru model) diberi
kesempatan untuk berbicara paling awal melakukan refleksi diri,
yakni mengomentari tentang proses pembelajaran yang telah
dilakukannya. Pada kesempatan itu, guru tersebut harus
mengemukakan apa yang telah terjadi di kelas yakni kejadian apa
yang sesuai harapan, kejadian apa yang tidak sesuai harapan, dan
apa yang berubah dari rencana semula (15 sampai 20 menit).
d) Moderator memberi kesempatan kepada perwakilan guru yang
menjadi anggota kelompok pada saat pengembangan rencana
pembelajaran untuk memberikan komentar tambahan.

Bahan Ajar Diklat PIGP dan Lesson Study - 2013

e) Moderator
memberi
kesempatan
kepada
observer
untuk
menyampaikan
hasil
pengamatannya.
Ketika
muncul
fakta/permasalahan pembelajaran yang menarik maka moderator
dapat meminta observer lainuntukmemberikanpendapatnya. Pada
kesempatan ini tiap observer memiliki peluang yang sama untuk
menyampaikan fakta-fakta yang diamatinya sekaligus memberikan
alternative solusi berdasarkan pengalamannya.
f) Jika ada tenaga ahli yang hadir, moderator dapat mempersilahkan
tenaga ahli tersebut untuk memberikan wawasan lebih dalam
tentang pembelajaran yang telah berlangsung, setelah masukanmasukan yang dikemukakan observer dianggap cukup.
g) Diakhirdiskusirefleksi
moderator tidak
perlu menyampaikan
simpulan/rekomendasi tertentu dari hasil refleksi, namun dalam
kontek PIGP pembimbing, kepalasekolah, atau pengawas dapat
memberikan arahan, rekomendasi, justifikasi tertentu untuk
perbaikan pembelajaran berikutnya.
h) Dalamkontek
lesson
study
regular,
diakhirsesi
moderator
menyampaikan ucapan terimakasih kepada seluruh partisipan dan
mengumumkan rencana kegiatan lesson study berikutnya.

d. Model Implementasi Lesson Study di Indonesia


Lesson study dapat dilaksanakan dalam dua tipe berikut ini:
1) Lesson study berbasis sekolah (School Based Lesson Study)
Lesson study berbasis sekolah merupakan kegiatan lesson study
yang dilaksanakan oleh semua guru untuk semua mata pelajaran dan
kepala sekolah
disuatu sekolah, dengan tujuan utama untuk
meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa menyangkut
semua bidang studi yang diajarkan.
2) Lesson study berbasis MGMP/KKG (Cross School Lesson Study)
Lesson
study
berbasis
Musyawarah
Guru
Mata
Pelajaran
(MGMP)/KelompokKerja Guru (KKG) merupakan kegiatan lesson study
yang dilakukan olehguru-guru mata pelajaransejenis dalam satu
sekolah atau guru-guru mata pelajaran sejenis dari beberapa sekolah
yang tergabung dalam organisasi profesi seperti KKG atau MGMP.

2. Learning Community
Bahan Ajar Diklat PIGP dan Lesson Study - 2013

a. Pendahuluan
Komunitas belajar (terjemahan dari Learning community) adalah suatu
kondisi saling belajar di dalam sekolah yang di dalamnya berlangsung
proses belajar membelajarkan antara siswa-siswa, guru-siswa, guru-guru,
guru-kepala sekolah, dan sekolah-masyarakat.
Meskipun konsep
komunitas
belajar
nampaknya
sederhana,
akan
tetapi
untuk
mengimplementasikannya diperlukan pemahaman dan pengahayatan
yang mendalam, bahkan memerlukan reformasi pandangan guru.
Selama ini berlaku paradigma bahwa tugas guru mengajar, mendidik,
sementara tugas siswa belajar. Tugas siswa belajar dan belajar agar
diperoleh prestasi tinggi dan lulus ujian. Jika siswa berprestasi dalam ujian
maka prestasi sekolah juga akan meningkat. Karena itu siswa harus
belajar.
Agar siswa belajar, diperlukan pemahaman guru terhadap kebutuhan
siswa. Setiap siswa mempunyai hak untuk belajar. Guru hendaknya
memberikan hak kepada setiap siswa untuk belajar. Jadi Jadi setiap siswa
hendaknya diberi pelayanan yang sama. Siswa yang belum memahami
hendaknya diberikan perhatian agar dapat belajar seperti siswa lainnya.
Setiap siswa memiliki kemampuan dan karakter berbeda. Di dalam kelas
terdapat keanekaragaman kemampuan dan karakter siswa. Agar guru
dapat memberikan hak belajar kepada setiap siswa, maka diperlukan
strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang berbeda. Pengelolaan
kelas hendaknya dirancang sedemikian rupa agar setiap siswa dapat
mencapai pemahaman yang sama dalam belajar.
Implementasi dari prinsip-2 pembelajaran di atas masih belum dikuasai
guru-guru kita. Guru kita selama ini masih sering diberi penataran dan
pelatihan, yang pada hakekatnya belum menumbuhkan keterampilan guru
itu sendiri. Misalnya, dalam pelatihan dikemukakan bahwa guru
hendaknya berfungsi sebagai fasilitator, pembelajaran hendaknya melalui
PAIKEM, pembelajaran jangan berpusat pada guru melainklan harus
berpusat pada siswa. Setelah pelatihan para guru masih belum dapat
mengimplementasikan bagaimana caranya mengajarkan Perang
Kemerdekaan jika guru berperan sebagai fasilitator? Bagaimana caranya
mengajarkan luas persegi panjang jika pembelajaran melalui PAIKEM?
Bagaimana caranya mengajarkan materi UUD 1945 jika pembelajaran
berpusat pada siswa? Sebagian besar guru mengalami kesulitan karena
memang mereka tidak pernah melakukan sharing dengan sesama guru,
mereka malu bertanya kepada sesama guru dan proses pembelajaran
guru tidak pernah diamati oleh guru yang lain, juga pengawas.

Bahan Ajar Diklat PIGP dan Lesson Study - 2013

Kesemua permasalahan sebagaimana diuraikan di atas dapat dipecahkan


melalui kondisi saling belajar antar guru.
b. Permasalahan Pembelajaran Kita
Beberapa permasalahan ini sering dijumpai pada proses pembelajaran
yang dilakukan oleh guru-guru kita:
1) Guru mendominasi kelas, pembelajaran berpusat pada guru. Alasan
yang
disampaikan guru, siswa sulit diajak aktif, siswa tidak
mempunyai motivasi belajar;
2) Metode yang sering digunakan adalah metode ceramah. Alasannya,
siswa sulit memahami buku, materi yang akan disampaikan banyak
sehingga jika disajikan dengan menggunakan metode selain ceramah
waktu yang diperlukan banyak. Dengan menggunakan metode
ceramah waktunya dapat dipercepat;
3) Banyak guru yang mengajar matapelajaran yang bukan bidang
keahliannya.
4) Banyak guru yang belum memiliki kompetensi pedagogik dan tidak
pernah mendapatkan pengalaman berlatih membelajarkan siswa
(alumni non kependidikan)
5) Hubungan guru dengan guru lain sebatas hubungan kedinasan;
6) Guru menginginkan agar siswa berprestasi dengan jalan melakukan
kompetisi dan karenanya guru selalu menuntut siswa supaya belajar
lebih baik;
7) Guru tidak memiliki waktu yang cukup untuk belajar karena jam
mengajarnya penuh dari Senin sampai Jumat. Ada juga guru yang
selalu disibukkan dengan permasalahan non akademik di sekolah.
8) Guru banyak yang mengajar di beberapa sekolah.
9) Hasil penataran sulit diterapkan di sekolah.
10)
Sekolah tidak memiliki laboratorium, peralatan dan
media
pembelajaran yang cukup.
11)
Buku-buku di perpustakaan sekolah banyak yang ketinggalan
jaman.
12)
Kualitas masukan siswa rendah.
Di beberapa sekolah di Jepang, permasalahan seperti yang terjadi di
Indonesia juga ada. Menurut Maori (2006),
Kepala Sekolah di SD
Hamanogo, Chigasaki, untuk mengatasi permasalahan sekolah, mulailah
dibentuk Learning Community,agar terjadi saling belajar di sekolah
tersebut. Ada 3 (tiga) slogan yang diterapkan di SD Hamanago yaitu: 1)
menjamin hak semua untuk belajar; 2) guru dan staf saling mendukung
untuk berkembang (melalui kegiatan belajar); 3) masyarakat dan orang
tua bersama-sama belajar mengatasi permasalahan sekolah.
Bahan Ajar Diklat PIGP dan Lesson Study - 2013

c. Dua Macam Komunitas Belajar


Ada dua macam komunitas belajar yaitu komunitas belajar tingkat sekolah
dan komunitas belajar tingkat kelas.
1) Komunitas Belajar Tingat Sekolah
Pembentukan komunitas belajar di tingkat sekolah menjadi tanggung
jawab kepala sekolah. Falsafah yang mendasarinya adalah belajar.
Guru belajar agar dapat mengajar lebih baik. Kepala sekolah
hendaknya selalu memotivasi guru agar selalu belajar, terutama
dengan melakukan kolaborasi dengan sesama guru.
Setiap guru
memiliki kelebihan dan kekuarngan masing-masing. Dengan
berkolaborasi dan berani bertanya kepada sesama guru untuk
memecahkan permasalahan pembelajarannya, proses belajar guru
selalu berlangsung di sekolah dan selanjutnya terbentuklah komunitas
belajar antar guru.
Kepala sekolah dapat membentuk komunitas belajar di tingkat sekolah
melalui kebijakannya, misalnya:
a) Mendirikan LS dengan membuat jadwal open class (open lesson)
Melalui kegiatan LS yang terjadwal, para guru diminta untuk
melakukan kolaborasi pada waktu plan: menyusun RPP, LKS,
mendalami materi, dst; pada waktu do melakukan observasi
pembelajaran; pada waktu see melakukan diskusi refleksi. Kegiatan
Plan, Do, See merupakan wahana bagi guru untuk saling belajar
antar sesama guru. Guru yang ahli materi dapat berkolaborasi
dengan guru ahli metode, guru ahli model pembelajaran, dst. LS
merupakan wahana saling belajar yang efektif. Kepala sekolah dapat
memberi piagam yang diketahui oleh Dinas Pendidikan untuk guru
yang rajin mengikuti LS.
b) Memberi kesempatan guru untuk presentasi. Kepala sekolah dapat
menyusun jadwal seminar yang diikuti oleh guru-guru. Materi yang
disampaikan misalnya materi hasil penataran, hasil pelatihan, atau
hasil studi pustaka, dsb. Kepala sekolah meminta guru membuat
makalah. Setelah makalah dipresentasikan kepala sekolah dapat
memberikan piagam penghargaan kepada guru yang bersangkutan.
c) Kepala sekolah mengadakan seminar secara periodik (misal setahun
sekali) dengan mengundang nara sumber dari luar. Kegiatan ini
dapat diselingi/diganti dengan pelatihan, pendalaman materi, materi
penelitian tindakan kelas,
materi penulisan karya ilmiah, dan
sebagainya.
Bahan Ajar Diklat PIGP dan Lesson Study - 2013

d) Komunitas belajar di tingkat sekolah juga dapat ditumbuhsuburkan


dengan memanfaatkan orang tua, pakar pendidikan, pakar
setempat yang sekiranya dapat diminta untuk membantu proses
belajar di sekolah. Misalnya di lingkungan yang banyak
menghasilkan bunga dapat diminta salah seorang petani bunga atau
orang tua siswa untuk memberi keterampilan bagaimana bercocok
tanam bunga kepada para siswa, sebagai salah satu mata prelajaran
muatan lokal. Demikian pula untuk keterampilan/pendalaman
bahasa daerah, keterampilan otomotif, radio, komputer, dsb. Selain
siswa, para guru di sekolah tersebut akan mendapatkan masukan
pengalaman berarti untuk memajukan sekolah.
e) Hal lain yang perlu mendapatkan perhatian dari kepala sekolah
adalah upaya menjaga lingkungan sekolah agar proses
pembelajaran berlangsung efektif dan efisien. Langkah-langkah
yang dapat diambil misalnya: mengadakan rapat dengan guru yang
tidak mengganggu jam mengajar mereka, mengupayakan agar
sekolah bebas dari kebisingan (misalnya meniadakan pengeras
suara untuk pengumuman), mengisolasi ruangan agar kebisingan
luar kelas tidak mengganggu belajar siswa, melarang siswa untuk
tidak berlalu lalang di depan kelas di saat proses pembelajaran
berlangsung, dsb.
2) Komunitas Belajar Tingkat Kelas
Pembentukan komunitas belajar di setiap kelas menjadi tanggung
jawab setiap guru pengajar. Komunitas belajar di kelas tercermin dari
kolaborasi antar siswa dan siswa-guru selama proses belajar
berlangsung.
Guru hendaknya berpandangan bahwa setiap siswa mempunyai hak
untuk belajar dan guru hendaknya menghormati keanekaragaman
siswa. Pandangan ini, dapat diuraikan implementasinya secara sekilas
dalam proses pembelajaran, contohnya sebagai berikut:
a) Kolaborasi Antar Kelompok Siswa
Setiap kali mengajar, secara alami akan terbentuk 3 kelompok siswa
berdasarkan hasil belajarnya. Kelompok siswa A adalah kelompok
siswa yang cepat menerima, kelompok siswa B adalah kelompok
siswa yang memiliki kecepatan sedang, dan kelompok siswa C
adalah kelompok siswa yang lambat menerima pelajaran. Kelompok
tersebut bisa berbeda siswanya untuk matapelajaran yang berbeda.
Siswa yang tergolong kelompok A dalam matapelajaran bahasa, bisa
tergolong kelompok B dalam matapelajaran IPA.
Bahan Ajar Diklat PIGP dan Lesson Study - 2013

10

Biasanya siswa kelompok C itu memiliki ciri sebagai berikut: tidak


mau bertanya, rendah diri, dan merasa terasing. Tugas guru adalah
mendorong siswa kelompok C agar mau bertanya ke kelompok A
dan memotivasi kelompok A agar mau memberitahu kelompok C.
Karena keterbatasan, guru tidak mungkin dapat menangani satu
persatu semua siswa di kelas. Sebagai jalan keluarnya adalah guru
memanfaatkan lempok A agar mau membantu siswa C belajar.
Kolaborasi antar siswa dapat dibentuk melalui sistem kelompok.
Pembentukan kelompok hendaknya diupayakan agar setiap
kelompok terdiri dari paling banyak 4 orang siswa. Setiap kelompok
hendaknya heterogen, baik ditinjau dari jenis kelamin, maupun
kemampuan. Jadi setiap kelompok terdiri dari 2 siswa perempuan, 2
siswa laki-laki dari kelompok A, B atau C. Tempat duduknya pun
harus diatur sedemikian rupa agar setiap siswa dapat saling
berkomunikasi. Misalnya antara siswa laki-laki dan perempuan
ditempatkan di tempat duduk yang berhadapan secara diagonal.
Selama proses pembelajaran guru hendaknya berulangkali
memotivasi siswa yang lambat untuk bertanya kepada siswa yang
cepat, dan siswa yang cepat hendaknya mau menjelaskan
pemahamannya kepada siswa yang lambat.

b) Teknik Bertanya yang Membuat Siswa Saling Belajar.


Berdasar berbagai pengalaman dan observasi pembelajaran,
ternyata dalam bertanya guru selalu mengemukakan pertanyaan
yang ditujukan kepada kelas. Misalnya Apakah yang dimaksud
dengan kalimat tanya itu? Apakah fotosintesis itu? Siapa yang
dapat memberi contoh makanan yang mengandung protein?
Dengan pertanyaan ke seluruh kelas itu siswa menjawab secara
koor. Pertanyaan yang ditujukan ke kelas secara keseluruhan ini
biasanya:
1) Dijawab secara serentak oleh kelas
2) Jika pertanyaan itu sulit cenderung untuk dijawab oleh siswa
yang sama sehingga siswa tersebut sering mendapat
kesempatan menjawab, sementara siswa lain terabaikan
3) Siswa yang pasif akan terus menerus pasif
4) Guru akan sulit mengenali tingkat pemahaman setiap siswa
5) Guru tidak menghormati hak setiap siswa belajar.
Teknik yang seharusnya dikembangkan dalam menggunakan
metode tanya jawab adalah sebagai berikut:
1) Siswa diminta diam jika tidak ditunjuk untuk menjawab
Bahan Ajar Diklat PIGP dan Lesson Study - 2013

11

2) Kemukakan pertanyaan dengan jelas, lalu berhenti selama 5


detik.
3) Jika pertanyaan itu sulit, tunjuk siswa dari kelompok A, atau B
untuk menjawab. Jika pertanyaan itu mudah, tunjuk siswa dari
kelompok C untuk menjawab.
4) Jika siswa telah menjawab (benar atau salah jawabannya itu),
tunjuk siswa lain untuk menanggapi atau berkomentar. Guru
jangan keburu berkomentar benar atau salah.
5) Tunjuk siswa lain untuk berkomentar. Dengan demikian antar
siswa terjadi diskusi, saling memberi dan menerima, saling
menghormati pendapat siswa.
6) Melalui teknik yang demikian guru sangat menghormati hak
setiap siswa untuk belajar.
c) Hasil Belajar adalah Hak setiap Individu.
Meskipun siswa bekerja kelompok, hasil kerja hendaknya dimiliki
oleh setiap siswa. Pada dasarnya hak belajar itu ada pada setiap
siswa. Cara belajar dilakukan dengan mengadakan kolaborasi. Hasil
belajar hendaknya ada pada setiap individu.
Implementasi daqri prinsip tersebut adalah segala bentuk tugas
kelompok hendaknya dikerjakan oleh setiap siswa, walaupun
dikerjakan secara kolaboratif. Jadi laporan, LKS, hasil diskusi yang
dilakukan secara berkelompok hendaknya dimiliki oleh setiap siswa.
Ketika siswa berdiskusi, guru dapat berkeliling untuk memantau
siapa siswa yang belum memahami. Jika ditemukan siswa belum
memahami, maka kepada siswa tersebut diberikan motivasi agar
mau bertanya kepada teman kelompoknya atau kelompok lain. Guru
meminta teman kelompok atau kelompok lain mau menjelaskan
kepada siswa yang belum memahami.

d) Beri Kesempatan Setiap Siswa untuk Presentasi.


Pada waktu presentasi, guru hendaknya menunjuk individu siswa
sebagai wakil kelompok, jangan menunjuk kelompok. Jika menunjuk
kelompok maka yang berkesempatan untuk presentasi hanyalah
siswa tertentu. Presentasi dilakukan secara bergiliran, jangan oleh
siswa yang tetap. Hal ini dilakukan agar setiap siswa siap
mempresentasikan hasil belajarnya.

e) Siswa Aktif dan Kreatif


Prinsip lain yang perlu diperhatikan adalah guru hendaknya
berupaya agar siswa berpendapat, selalu belajar aktif dan kreatif.
Bahan Ajar Diklat PIGP dan Lesson Study - 2013

12

Proses pembelajaran hendaknya melatih siswa berkegiatan,


memecahkan permasalahan, membuat grafik, tabel, merumuskan
permasalahan, menyusun hipotesis dan melakukan pengujianpengujian. Hal yang demikian tidak hanya berlaku bagi
matapelajaran IPA, melainkan berlaku bagi semua matapelajaran.
LKS dan soal-soal yang dibuat guru hendaknya tidak meminta siswa
mengisi titik-titik, melainkan berupaya memancing kreativitas siswa,
tidak hanya menuntut hafalan siswa, melainkan menuntut
pemecahan masalah oleh siswa.
f) Kegiatan Ilmiah
Di dalam Kurikulum tercantum tujuan siswa mampu berkomunikasi
secara ilmiah. Kompetensi ini juga termuat di dalam Kompetensi
Lulusan (Lihat KTSP 2006), baik tingkat SMP maupun SMA. Artinya
setiap
lulusan
hendaknya
memiliki
kemampuan
untuk
berkomunikasi secara ilmiah. Yang dimaksud dengan berkomunikasi
secara ilmiah adalah berkomunikasi secara tertulis dan atau lisan.
Komunikasi ilmiah ini dapat dibudayakan di sekolah misalnya
dengan: 1) melakukan seminar siswa antar kelas/di sekolah, seminar
siswa antar sekolah, seminar siswa tingkat Kabupaten.
2)
mengadakan
lomba
karya
ilmiah
tingkat
sekolah/wilayah/Kabupaten.
Ulasan berikut merupakan salah satu contoh yang dapat dijadikan
inspirasi untuk mengadakan kegiatan ilmiah di sekolah, secara
individu. Guru geografi menugaskan setiap siswa untuk mencari
data kependudukan di daerahnya masing-masing (jadi setiap siswa
berbeda datanya).
Siswa diminta untuk bekerja secara
berkolaborasi misalnya membuat tabel, grafik pertumbuhan
penduduk, ramalan jumlah penduduk 10 tahun mendatang, jumlah
laki-laki dan perempuan, ramalan kematian, sarana dan prasarana
yang diperlukan, jumlah makanan yang diperlukan, dsb. Dari 40
anak, pasti ada 3 atau 4 karya terbaik. Siswa yang membuat karya
terbaik tersebut diminta untuk menjadi pembicara di kelas dalam
seminar kelas, atau jika sudah baik hasilnya diminta untuk menjadi
pembicara di sekolah pada suatu acara peringatan hari nasional.
Kegiatan ilmiah lain yang dapat dilakukan baik individu maupun
kelompok adalah lomba antar sekolah misalnya membuat karya
ilmiah, laporan kegiatan, artikel lingkungan, dsb. Pendek kata, jika
guru berperanan sebagai fasilitator, maka anak-anaklah yang akan
aktif dan kreatif dan segala hasil belajarnya tidak akan mudah

Bahan Ajar Diklat PIGP dan Lesson Study - 2013

13

dilupakan, melainkan akan tetap diingat dan diamalkan dalam


kehidupannya kelak.

C. REFLEKSI
Setelah pembelajaran berakhir, setiap peserta memberikan refleksi
terhadap pembelajaran yang telah diikuti dengan mengisi lebaran berikut.
1. Tuliskan dua atau tiga hal yang paling penting yang Anda pelajari
setelah mengikuti sesi ini?

..

..

..

..

..

..
2. Tuliskan dua atau tiga hal yang menurut Anda sangat membantu
dalam pengembangan profesionalisme di tempat Anda bertugas
setelah mengikuti sesi ini?

..

Bahan Ajar Diklat PIGP dan Lesson Study - 2013

14


..

..

..

..

..
3. Tuliskan dua atau tiga pertanyaan yang masih Anda pikirkan terkait
dengan materi yang telah Anda pelajari pada sesi ini?

..

..

..

..

..

..
4. Langkah apa yang akan Anda lakukan sebagai peserta pelatihan
(agent of change) setelah mendapatkan materi pada sesi ini?

..

..

..

..

Bahan Ajar Diklat PIGP dan Lesson Study - 2013

15

Anda mungkin juga menyukai