S2 2014 339569 Introduction PDF
S2 2014 339569 Introduction PDF
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makanan adalah salah satu aspek penting dari semua pengalaman pasien
di rumah sakit (Marcason 2012). Rumah sakit dalam hal ini instalasi gizi adalah
bagian yang bertanggung jawab untuk menyelenggarakan makan di rumah sakit,
baik untuk pasien maupun staff.
Kualitas penyelenggaraan makanan pasien merupakan komponen yang
penting dalam manajemen pasien karena berkaitan langsung dengan kepuasan
pasien secara keseluruhan (Sheehan-Smith 2006). Schirg (2007) menambahkan
bahwa kualitas dan pelayanan makanan perlu diperhatikan karena memiliki
dampak terhadap kesehatan dan kesenangan pasien selama dirawat.
Instalasi gizi menghadapi banyak tantangan dalam menjaga kualitas
pelayanan makan untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien antara lain seperti
masalah kepuasan makan dan sisa makanan pasien. Sebuah penelitian di dua
rumah sakit di Swiss oleh Stanga et al. (2003) ditemukan bahwa semakin lama
pasien tinggal di rumah sakit maka semakin besar tingkat ketidakpuasannya
terhadap penyediaan makannya. Hal tersebut diperparah apabila pasien yang
tinggal lama di rumah sakit memiliki kondisi yang buruk. Besar kemungkinan
mereka akan kehilangan nafsu makan serta makanan yang dimakan menjadi
sedikit (Stanga et al. 2003). Barton et al. (2000) menjelaskan bahwa lebih dari
40% makanan di rumah sakit terbuang. Kepuasan makan dan daya terima yang
rendah dapat memperburuk asupan makan pasien dan konsekuensinya asupan
makan menjadi rendah, pasien sulit sembuh dan memperpanjang lama rawat inap
di rumah sakit (Ordoez et al. 2013). Sumber lain menjelaskan bahwa malnutrisi
pada pasien di rumah sakit dapat meningkatkan biaya perawatan dan resiko
kematiannya (Agarwal et al. 2013). Pencegahan malnutrisi itulah yang menjadi
perhatian yang serius instalasi gizi akhir-akhir ini agar dapat memperbaiki kondisi
pasien dan mengurangi biaya perawatan di rumah sakit.
pengganti
penyelenggaraan
makanan
konvensional,
dapat
juga
Sistem penyelenggaraan
makanan ini dapat mengantarkan makanan apapun yang pasien mau ketika
mereka menginginkannya (Room Service Technologies 2013; Williams et al.
1998).
Sistem Room service ini banyak digunakan oleh instalasi gizi di RS
Amerika (Marcason 2012) dan di negara tersebut sistem penyelenggaraan
makanan tradisional sudah mulai ditinggalkan. Tahun 2011, sebanyak kurang
lebih 40% dari 4.800 rumah sakit anggota Assosiasi Rumah Sakit Amerika telah
menggunakan sistem room service (Severson 2006). Laporan lain dari The
National Society for Healthcare Foodservice Management (HFM) menerangkan
bahwa sebanyak 42 % rumah sakit di Amerika telah mengiplementasikan room
service, 25 % sedang tahap penawaran. HFM adalah organisasi yang memiliki
4.200 anggota rumah sakit independen (Vasilion 2004).
Banyak alasan sistem penyelenggaraan makanan di rumah sakit beralih
menjadi sistem room service. Metode room service ini sudah terbukti
meningkatkan kepuasan (Bernstein et al. 2011; Henroid et al. 2011; Schirg 2007;
Kuperberg et al. 2008), memperbaiki kondisi klinis pasien (Schirg 2007; Henroid
et al. 2011) , memperbaiki asupan makan (Kuperberg et al. 2008), mengurangi
biaya makan (Kuperberg et al. 2008) dan mempercepat kesembuhan (Schirg
2007) serta menurunkan sisa makanan (Kuperberg et al. 2008) . Sebuah survey
menunjukkan bahwa 37% institusi kesehatan mengimplementasikan metode room
service menunjukkan adanya peningkatan skor kepuasan pasien sebanyak 81 %
dari sebelumnya. Selain itu, dari segi finansial mereka terbukti mampu meraup
keuntungan lebih banyak dibandingkan dengan sistem konvensional (Aase 2011).
Bahkan
penelitian
lainnya
menyebutkan
pada
institusi
yang
sudah
Indonesia,
model
yang
paling
banyak
digunakan
untuk
dimana
sistem
konvensional ini
hanya
menguntungkan
pihak
B. Perumusan Masalah
Apakah ada pengaruh penerapan sistem penyelenggaraan makanan
dengan room service terhadap kepuasan makan dan daya terima pasien ?
C. TujuanPenelitian
1.
Tujuan Umum :
Mengetahui perbedaan kepuasan dan daya terima makan pasien pada
Tujuan Khusus :
a. Mengetahui
perbedaan
kepuasan
makan
pasien
pada
sistem
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk Peneliti
a. Menambah ilmu peneliti dan kemampuan menulis secara terstruktur
terutama untuk karya tulis ilmiah.
b. Memperdalam pengetahuan peneliti mengenai metode penyelenggaraan
makanan pasien di institusi kesehatan.
2. Untuk Institusi/ Rumah Sakit
a. Memberikan informasi dan masukan kepada institusi mengenai metode
pelayanan makan pasien yang paling optimal.
b. Meningkatkan kredibilitas rumah sakit dimata pasien.
3. Untuk Masyarakat
a. Dapat dijadikan dasar illmiah untuk mengkaji lebih jauh tentang perbaikan
penyelenggaraan makanan di rumah sakit.
b. Dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan di bidang gizi pada
khususnya dan ilmu-ilmu lain pada umumnya.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai pengaruh penyajian makanan dengan metode Room
service sudah ada di beberapa negara tetapi belum ditemukan yang sama di
Indonesia. Beberapa diantaranya penelitian yang serupa yaitu :
1. Pengaruh Penggunaan Menu Pilihan Berdasar Kesukaan Makan terhadap
Tingkat Kepuasan Pasien Paviliun RSUD Dr. Moewardi Surakarta oleh
Budiyanti Wiboworini tahun 2000. Penelitian ini merupakan penelitian
cross sectional dan indepth interview untuk mengetahui kesukaan pasien
& quasi eksperimental dengan rancangan pre-post test with controlled.
Hasil penelitian tersebut adalah dengan menu pilihan tingkat kepuasan
pasien cukup tinggi (>60%), tetapi sisa makanan pokoknya rata-rata masih
cukup banyak (>29%). Selain itu, tidak didapatkan perbedaan tingkat
pasien.
Persamaan
penelitian
ini
adalah
sama-sama