Anda di halaman 1dari 6

Etiologi

Penyebab tumor testis belum diketahui dengan pasti, tetapi terdapat beberapa faktor yang
erat kaitannya dengan peningkatan kejadian tumor testis, antara lain : 1) Maldesensus testis
(Kriptorkismus), 2) Trauma testis, 3) Atrofi atau Infeksi testis, dan 4) Pengaruh hormone.1
Kriptorkismus merupakan faktor resiko timbulnya karsinoma testis. Dikatakan 7-10 %
pasien karsinoma testis, menderita kriptorkismus. Proses tumorigenesis pasien maldesensus 48
kali lebih banyak daripada testis normal. Meskipun sudah dilakukan orkidopeksi, resiko
timbulnya degenerasi maligna masih tetap ada.1,3,4
Trauma local bukan merupakan faktor penyebab, tetapi trauma pada testis yang telah
mengandung tumor akan menarik perhatian terhadap keberadaan tumor.3
Berdasarkan sumber lainnya dituliskan bahwasanya faktor genetik, virus, atau penyebab infeksi
lain atau trauma testis tidak mempengaruhi terjadinya tumor ini. 2 Penggunaan hormone
dietilstilbestrol yang terkenal sebagai DES, oleh ibu selama kehamilan dini meningkatkan resiko
tumor maligna pada alat kelamin bayi pada usia dewasa muda yang berarti karsinoma testis
untuk janin laki-laki.2
Penyebaran
Tumor testis pada mulanya berupa lesi intratestikuler yang akhirnya mengenai seluruh
parenkim testis. Sel-sel tumor kemudian menyebar ke rete testis, epididimis, funikulus
spermatikus, atau bahkan ke kulir skrotum. Tunika albuginea merupakan barier yang sangat kuat
bagi penjalaran tumor testis ke organ sekitarnya, sehingga kerusakan tunika albuginea oleh invasi
tumor membuka peluang sel-sel tumor untuk menyebar keluar testis.1
Kecuali korio karsinoma, tumor testis menyebar melalui pembuluh limfe menuju ke
kelenjar limfe retroperitoneal (para aorta) sebagai stasiun pertama, kemudian menuju ke kelenjar
limfe mediastinal dan supraklavikula (Gambar 1), sedangkan korio karsinoma menyebar secara
hematogen ke paru-paru, hepar, dan otak.1
Referensi 1 :
1. Purnomo Basuki. Dasar-Dasar Urologi. Edisi Ke 2. Cetakan ke V. Jakarta. Sagung Seto.
2009.
2. De Jong Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke 2. Jakarta. EGC. 2004
3. Underwood J. Patologi Umum dan Sistematik. Edisi 2, Volume 2. EGC. Jakarta. 2000.

4. Robbin and Kumar. Buku Ajar Patologi II. Edisi ke 4. EGC. Jakarta. 1995.
Gambaran Patologi
Seminoma
Makroskopik : Permukaan homogen putih kotor, lobuler, perdarahan/nekrosis.
Mikroskopik : Membran sel berbeda, sitoplasma jernih tampak berair, inti ditengan dan
besar dengan 1-2 nukleoli prominen, mitosis jarang, tidak mengandung AFP.
Nonseminoma
Makroskopik : Warna abu-abu pucat, lunak.
Mikroskopik : - Ukuran sel kecil (6-8 m).
Sitoplasma eosinofilik dengan tepi tipis mirip spermatosit sekunder.
- Ukuran sel sedang (15-18 m).
Mengandung banyak inti bulat dan sitoplasma eosinofilik
- Ukuran sel besar (50-100 m).
Sel-sel tumor menunjukan gambaran sitoplasma eosinofilik dengan inti spermatositik matur.
Gambaran klinis
Penderita biasanya mengeluh adanya pembesaran testis yang seringkali tidak nyeri.
Namun 30% mengeluhkan nyeri dan terasa berat pada skrotum, sedang 10% mengeluh
nyeri akut pada skrotum yang biasanya terjadi pada perdarahan intraskrotum. Tidak
jarang pasien mengeluhkan adanya masa dalam perut sebelah atas (10%) karena
pembesaran kelenjar para aorta, benjolan pada kelenjar leher, dan 5% penderita
mengeluhkan adanya ginekomastia. Tumor testis undescendent keberadaanya bisa disertai
dengan gejala pembengkakan pada suprapubik, keluhan pada traktus urinaria, atau keluhan pada
saluran pencernaan. Kadang tumor testis bisa disertai dengan pembengkakan pada abdomen,
batuk kronik atau nodus pada leher dengan lesi primer yang tidak diketahui.
Diagnosis
Diagnosis cepat pada tumor testis penting karena waktu penggandaan pada tumor testis adalah
10-30 hari. Laki-laki sering segan melaporkan suatu pembengkakan pada testis, menyebabkan

suatu keterlambatan datang ke dokter. Umumnya tumor testis sering didiagnosis keliru sebagai
epididymitis dan terapinya tidak sesuai dengan antibiotik atau dibiarkan untuk berbulan-bulan.
Lamanya suatu gejala sebelum diagnosis pasti berkisar antara 17-87 minggu. Presentase klasik
pada tumor testis adalah suatu pembengkakan tanpa rasa sakit pada testis, perubahan yang terjadi
biasanya ditemukan pada pemeriksaan sendiri, setelah trauma testis atau oleh pasangan seksual.
Tanda metastasis meliputi bengkak pada ekstremitas bawah, nyeri belakang, batuk, hemoptisis
atau dispnu. 10 % pada laki-laki hadir bersamaan dengan ginekomastia. Pada pasien dengan
suatu massa testis, atau nyeri skrotum tanpa sebab atau bengkak dapat dilakukan USG. USG
skrotum hampir 100% akurat dalam membedakan intrarestikuler dan ekstratestikuler patologi.
Semua massa intratestikuler dipertimbangkan sebagai kanker sampai terbukti sebaliknya.
Sesudah suatu neoplasma intratestikuler teridentifikasi radiografi, CT-Scan pada abdomen dan
serum penanda tumor dapat dilakukan untuk menentukan stadium.
Stadium I : Lesi terbatas pada testis.
Stadium II : Menyebar nodus regional.
II A : Massa nodus <> 5 cm.
Stadium III : Menyebar ke organ lain di luar retroperitonium.
Serum penanda tumor
Serum penanda tumor rutin digunakan untuk diagnosis, penentuan stadium dan follow up
penderita. Penanda tumor (tabel.1) yang umumnya diidentifikasi dalam serum adalah
1. Sub unit pada Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
2. Alfa-Fetoprotein (AFP)
3. Laktat Dehidrogenase (LDH)
HCG tidak ditemukan pada laki-laki sehat. HCG biasanya disekresikan oleh tumor nonseminoma
daripada seminoma. Waktu paru HCG 24-36 jam dan level seharusnya kembali normal dalam 5-8
hari sesudah tumor dikeluarkan. AFP ditemukan hanya pada sejumlah kecil laki-laki sehat (<25>
5 cm.
Stadium III : Menyebar ke organ lain di luar retroperitonium.

Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik testis, terdapat benjolan dengan konsistensi padat keras, tidak nyeri pada
palpasi, konturnya bisa sangat ireguler atau sedikit ireguler dan tidak menunjukkan tanda
transiluminasi. Diperhatikan adanya infiltrasi tumor pada funikulus atau epididimis. Perlu dicari
kemungkinan adanya masa di abdomen, benjolan kelenjar supraklavikular, ataupun
ginekomastia.
Pemeriksaan Penunjang
Untuk menegakan diagnosa diperlukan pemeriksaan penunjang berupa penanda tumor,
radiografi, USG, CT-Scan.
Ultrasonografi (USG)
Gelombang ultrasound terdiri dari suatu pengubah mekanik dari suatu medium seperti udara.
Pengubah mekanik itu melewati medium pada suatu kecepatan tertentu menyebabkan getaran.
Kecepatan partikel-pertikel tersebut bergetar disebut frekuensi, diukur dalam putaran per menit
atau hertz (Hz). Suara menjadi tidak kedengaran oleh telinga manusia kira-kira di atas 20 kHz,
atau 20 ribu Hertz, dan itulah yang dikenal dengan ultrasound. Diagnostik imaging menggunakan
frekuensi yang jauh lebih tinggi, yaitu megahertz (MHz), atau jutaan Hertz.
Frekuensi yang semakin tinggi menggunakan resolusi yang lebih baik. Yang terakhir adalah
kemampuan untuk membedakan dua objek yang berdekatan. Meskipun demikian, dengan
peningkatan frekuensi, lebih banyak sorotan ultrasound yang terikat oleh target dan sorotan
tersebut tidak dapat dipenetrasi lebih jauh. Untuk alasan ini, frekuensi yang lebih tinggi (7,5
MHz) digunakan untuk memberikan gambaran yang baik dan terperinci dari organ-organ
superfisial seperti prostat, testis, tiroid dan dada., dan frekuensi yang lebih rendah (3,5 MHz)
untuk pemeriksaan abdomen.
Ultrasonografi atau sonografi adalah penggunaan gelombang suara untuk kepentingan
radiologik, tidak menggunakan sinar-X atau radiasi yang lain, aman, dan digunakan tanpa
anestesi. Pada urologi pria, prostat dan testis dekat dengan permukaan tubuh dan dapat dicitrakan
dengan ultrasonografi untuk membantu diagnosis dan untuk melakukan biopsi terhadap temuan
abnormal.

Cairan atau suatu massa di sekitar skrotum (jaringan di sekitar testis) tidak mungkin ditemukan
dengan pemeriksaan fisik testis. Ultrasonografi dapat mengirimkan gelombang suara melewati
skrotum dan membantu melihat adanya hernia, kumpulan cairan (hidrokel atau spermatokel),
vena abnormal (varikokel), dan kemungkinan adanya tumor. Pada penyakit prostat,
ultrasonografi dapat digunakan lewat suatu pemeriksaan rektal.
Ultrasonografi transrektal secara rutin digunakan untuk biopsi prostat pada pasien dengan level
PSA abnormal untuk melihat adanya abnormalitas dan untuk membantu dalam penempatan
jarum untuk biopsi secara tepat. Ultrasonografi prostat juga dapat digunakan untuk menunjukkan
blok pada peri-prostatik (sebelum biopsi atau prosedur) dan menghasilkan penilaian ukuran
prostat yang akurat untuk pembesaran prostat atau penanganan kanker prostat. Pasien harus
diberikan antibiotik terlebih dahulu sebelum melakukan prosedur ini.
Ketika suatu pemerikasaan transrektal digunakan untuk sonografi pelvis, kanker ditunjukkan
dengan densitas asimetris dalam prostat. Prosedur ini bukanlah yang paling memberikan arti
sensitif dalam menegakkan diagnosis, tapi penting untuk mendokumentasikan derajat dari
perluasan tumor ke vesikel seminal.
Ultrasonografi pada testis digunakan untuk menentukan penempatan suatu massa yang dapat
teraba ketika dicurigai adanya tumor pada testis. Biasanya, lesi ekstra-testikular yang dapat
diraba bersifat jinak. Pada sisi lain, massa intratestikular, terutama jika teraba, bersifat ganas dan
harus segera dioperasi. Oleh karena itu, ultrasonografi bermanfaat untuk melokalisir kelainan
yang dapat diraba dan untuk menentukan tindakan pembedahan apa yang akan dilakukan.
Pemeriksaan ultrasonografi pada umumnya dilakukan dengan menggunakan suatu transduser
frekuensi tinggi yang linier untuk membandingkan echotekstur testis pada area yang heterogen.
Tumor testis bersifat hypoechoic terhadap jaringan parenkim di sekitarnya pada kira-kira 95%
kasus. Carmignani et al, 2005; Schwerk et al, 1987 menyatakan bahwa lesi seminoma lebih
sering bersifat hypoechoic homogen dan lesi nonseminoma sering bersifat kistik, dengan
diselang-selingi oleh proses kalsifikasi.
Referensi 2 :
1.

Davey P. Tumor Testis. At a glance medicine. Edisi ke-1. Jakarta : Penerbit Erlangga; 2005.

2.

Sabiston. Textbook of Surgery : The Biological Basis of ModernSurgical Practice. Edisi

16.USA: W.B Saunders companies.2002


3.

Schwartz. Principles of Surgery. Edisi Ketujuh.USA:The Mcgraw-Hillcompany.2005

Anda mungkin juga menyukai