Anda di halaman 1dari 12

MODUL VIII

Viskositas Relatif, Sand Content, dan Lubrisitas pada


Water Base Mud

Nama

: Ibrahim Al Fatih

NIM

: 12213010

Shift

: Kamis 2 (16.00-18.00)

Tanggal Penyerahan

: 5 Desember 2015

Dosen

: Dr-Ing. Bonar Tua Haloman Marbun

Asisten

: Ricko Rizkiaputra

(12211045)

Hanniyah Hasna

(12212009)

LABORATORIUM TEKNIK OPERASI PEMBORAN


PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2015/2016

I.

TUJUAN PERCOBAAN
1. Mampu mendeskripsikan relative viscosity beserta kegunaannya.
2. Mengetahui deskripsi sand content serta pengaruh yang ditimbulkan terhadap fluida
pemboran.
3. Mampu mendeskripsikan sifat lubrisitas pada lumpur pemboran.
4. Mengetahui prinsip dasar dan cara penggunaan alat Marsh Funnel, sand content set, dan
Extreme Pressure Lubricity Tester.
5. Mampu mengolah data hasil percobaan
6. Mengetahui pengaruh aditif lumpur pemboran terhadap nilai viskositas, sand content, dan
lubrisitas.

II.

DATA PERCOBAAN
Jenis Lumpur : Lumpur Standar
Waktu Pengaliran dalam Marsh Funnel (sekon)
Persentase Sand (%)
Lubrisitas
Seizure
Torsi (lb-in)
Arus (A)
Panjang Scar (cm)
Lebar Scar (cm)
Pass
Torsi (lb-in)
Arus (A)

40.73
0.25
200
5.636363636
0.415
0.2
50
3.636363636

Jenis Lumpur : Lumpur Standar + Barite (7.5 gram)


Persentase Sand (%)
Lubrisitas
Seizure
Torsi (lb-in)
Arus (A)
Panjang Scar (cm)
Lebar Scar (cm)
Pass
Torsi (lb-in)
Arus (A)
Panjang Scar (cm)
Lebar Scar (cm)

0.85
215
6.55
0.35
0.14
50
3.55
0.36
0.15

Jenis Lumpur : Lumpur Standar + Resinex (7.5 gram)


Persentase Sand (%)
Lubrisitas
Seizure
Torsi (lb-in)
Arus (A)
Panjang Scar (cm)

0.33
240
6.363636364
0.41

Lebar Scar (cm)


Torsi (lb-in)
Arus (A)

Pass

0.21
50
3.454545455

Jenis Lumpur : Lumpur Standar + CMCLV (7.5 gram)


Waktu Pengaliran dalam Marsh Funnel (sekon)
Persentase Sand (%)

III.

199
0.75

PENGOLAHAN DATA
a. Viskositas relative
Jenis Lumpur
Lumpur Standar
Lumpur Standar + CMCLV

Waktu Alir (s)


40.73
199

b. Sand Content
=
Jenis Lumpur
Lumpur Standar
Lumpur Standar + Barite 15 g
Lumpur Standar + Resinex
Lumpur Standar + CMCLV

100%

Persentase Sand (%)


0.25
0.85
0.33
0.75

c. Lubrisitas
Tentukan konstanta alat.

= , = , =
Kombinasikan ketiga persamaan diatas sehingga persamaan menjadi sebagai
berikut.

Bila W dalam satuan 1/100 inch maka persamaan menjadi sebagai berikut.

100

Panjang test block (L) = 1.165 cm = 0.4587 inch dan jari-jari test ring (r) = 1.675
cm = 0.6594 sehingga persamaan menjadi sebagai berikut.

= 330.62

Film strength (psi)

C`

Konstanta pelumasan

Torque at Pass (lb-in)

Scar width (1/100 in.)

1 inch =

2.54 cm

Jenis Lumpur

Torsi Scar
(lb-in)

Lumpur Standar
Lumpur Standar + Barite 7.5 g
Lumpur Standar + Resinex 7.5 g

IV.

50
50
50

Lebar Scar
Film Strength
(1/100 in)
(psi)
0.787
20994.253
0.591
27992.337
0.827
19994.526

ANALISIS PERCOBAAN
Asumsi-asumi

Pengadukan lumpur secara merata sehingga lumpur tercampur dengan baik.

Alat yang digunakan berfungsi dengan baik.

Tidak ada kesalahan paralaks.

Percobaan dilakukan dalam tekanan dan temperatur standar, 14.7 psi dan 60oF tanpa
adanya perubahan.

Dalam percobaan viskositas relatif tidak ada lumpur yang tersisa di dalam marsh
funnel.

Dalam percobaan sand content tidak ada pasir yang tersisa pada mesh dan tidak ada
solid berukuran lebih kecil dari 200 mesh yang terbawa pada graduation tube.

Analisis alat
1. Marsh Funnel
Pengukuran viskositas didasarkan pada prinsip bahwa lumpur kental mengalir lebih
lambat daripada lumpur encer. Alat yang digunakan dalam pengukuran viskositas
relatif adalah marsh funnel. Dinyatakan sebagai waktu yang diperlukan oleh sampel
lumpur sebanyal 1 quart (946 ml) untuk mengalir keluar dari tabung sepanjang 2 inch

dan berdiameter 3/16 inch pada bagian bawah Marsh Funnel dalam satuan detik per
quart.
2. Sand Content Set
Percobaan pengukuran sand content dilakukan dengan menggunakan sand content
set yang terdiri dari sand content screen dan funnel. Uji ini dilakukan untuk
mengetahui kandungan pasir dalam lumpur pemboran. Kandungan pasir dinyatakan
dalam persen volume.
=

100%

Yang dimaksud pasir dalam percobaan ini adalah partikel-partikel padatan yang
diameternya lebih dari 74 mikron atau tidak lolos dari saringan berukuran 200 mesh.
3. Baroid EP Lubricity Tester
Pada setiap jenis lumpur dilakukan pengukuran berbagai harga beban torsi dan
kemudian direpresentasikan dalam bentuk grafik antara gaya friksi dan beban torsi.
Gambaran yang diperoleh secara tidak langsung yaitu bahwa terjadinya gaya friksi
yang lebih besar diakibatkan oleh sifat pelumasan lumpur yang rendah. Baroid EP
Tester merupakan alat untuk mengevaluasi sifat-sifat pelumasan lumpur pemboran.
Salah satu test yang dilakukan adalah pengukuran tekanan pelumasan relatif lumpur
pemboran.
Seizure adalah sobekan atau luka pada besi yang bersentuhan antara permukaan test
block dan test ring, menunjukkan penurunan dari kemampuan pelumasan lumpur
pemboran. Seizure dicirikan dari kenaikan yang cepat dari kuat arus dan kenaikan
tajam dan subtansial pada kuat arus.
Pass adalah keadaan operasi yang terjadi pada beban torsi konstan selama 5 menit
tanpa terjadinya seizure. Terjadinya pass menyebabkan keausan yang halus pada test
block. Pass dapat terjadi dengan uji beban torsi konstan selama 5 menit dengan
pembacaan ammeter yang konstan atau dengan penyimpangan kecil dari pembacaan
ammeter.

Analisis Aditif
1. Barite
Barite adalah mineral berat dengan berat kurang lebih 4 kali berat air. Penambahan
barite kedalam lumpur pemboran berfungsi untuk menambah berat atau membuat
lebih padat. Lumpur yang lebih berat akan menghasilkan tekanan yang lebih besar
dibanding lumpur yang ringan.
2. Resinex
Resinex adalah bahan yang disintesis dengan formulasi antara resin dan lignite,
dimana material ini telah terbukti sebagai salah satu aditif yang paling efektif dalam
mengontrol filtrasi pada temperature yang tinggi. Keuntungan menggunakan resinex
adalah tidak meningkatkan nilai viskositas, tahan apabila terjadi kontaminasi,
mengurangi kecenderungan terjadinya wall-sticking, dapat menstabilkan rheological
properties, dan kompatibel dengan banyak variasi sistem water base mud.
3. CMCLV
CMC biasa tersedia dalam dua varian yaitu CMC Lo-Vis (viskositas rendah) dan
CMC Hi-Vis (viskositas tinggi) yang mana keduanya memiliki spesifikasi API. CMC
atau Carboxymethyl Cellulose adalah turunan selulosa dengan gugus carboxymethyl
yang terikat pada gugus hydroxyl pada monomer glucopyranose yang membentuk
kerangka selulosa. CMC biasa digunakan sebagai fluid loss control additive serta juga
sebagai viscosifier, emulsion stabilizer, serta lubricant. Efektivitas CMC diukur dari
derajat substitusinya, gugus hydroxyl yang terdapat pada CMC dapat disubtitusikan
dengan air sehingga mengurangi tingkat fluid loss.
Analisis Hasil Percobaan
1. Viskositas Relatif
Percobaan pengukuran viskositas relatif dilakukan dengan mengalirkan sebanyak 1
quart (946 ml) masing-masing sampel melalui marsh funnel lalu mencatat waktu yang
dibutuhkan untuk fluida dengan jumlah tersebut mengalir. Fluida dengan viskositas
lebih tinggi akan bersifat lebih kental sehingga membutuhkan waktu lebih lama untuk
mengalir. Viskositas yang diukur adalah viskositas relatif karena data yang diperoleh
relative terhadap beberapa parameter seperti jumlah fluida yang digunakan, ukuran

lubang marsh funnel dan jenis alat sehingga untuk pengukuran viskositas dari masingmasing sampel dilakukan dengan menyamakan seluruh parameter tersebut..
Dari data percobaan, penambahan CMCLV menyebabkan dibutuhkan waktu yang
lebih lama untuk mengalirkan volume lumpur yang sama. Hal ini disebabkan oleh
lumpur yang ditambahkan dengan CMCLV lebih kental daripada lumpur standar.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa CMCLV merupakan viscousifier yaitu
aditif yang berfungsi untuk meningkatkan viskositas lumpur.
2. Sand Content
Percobaan untuk menentukan jumlah sand content pada lumpur adalah dengan
menyaring partikel-partikel padatan-padatan yang diameternya lebih dari 74 mikron
atau yang tidak lolos dari saringan berukuran 200 mesh.
Secara keseluruhan, penambahan aditif menyebabkan sand content yang lebih besar
daripada sand content pada lumpur standar. Resinex dan CMCLV yang berperan
sebagai aditif untuk filtration control akan bekerja dengan cara menutup lubanglubang permeable sehingga mengurangi fluid loss dan ditandai dengan sand content
yang lebih besar dari sand content pada lumpur standar yaitu 0.33 persen (lumpur
standar + resinex) dan 0.75 persen (lumpur standar + CMC LV). Sand content pada
lumpur standar dengan tambahan aditif barite (0.85 persen) bernilai lebih besar dari
lumpur standar (0.25 persen). Hal ini terjadi karena mineral yang terkandung dalam
barite merupakan mineral berat yang umumnya berukuran besar sehingga sand content
meningkat.
3. Lubrisitas
Kemampuan pelumasan/lubrisitas dari lumpur dinyatakan dalam kekuatan film
yang dibentuk oleh lumpur tersebut yang merupakan hasil perhitungan dari beban torsi
dan lebar scar pada kondisi pass. Kekuatan film didefinisikan sebagai kekuatan lapisan
film yang terbentuk dari sifat lubrisitas fluida yang digunakan untuk melindungi
lapisan material. Semakin besar nilai film strength maka semakin baik sifat lubrisitas
lumpur tersebut.
Pada percobaan yang kami lakukan, kami tidak mengukur lebar scar pada saat pass
namun dari data yang diberikan dari asisten yaitu data lubrisitas dari lumpur yang
ditambahkan aditif menunjukkan bahwa lebar scar pada saat seizure tidak jauh

berbeda dengan lebar scar pada saat pass sehingga diasumsikan lebar scar pada saat
pass memiliki nilai yang sama dengan lebar pada saat seizure. Fakta lain yang
mendukung asumsi ini adalah pada saat mencari kondisi pass, terjadi kondisi seizure
terlebih dahulu sehingga terbentuk scar akibat seizure terlebih dahulu dan lebar scar
pada saat seizure lebih besar dari lebar scar pada saat pass yang berarti lebar scar tidak
dapat dilihat. Kemudian konstanta pelumasan pada perhitungan kekuatan film
diasumsikan sebesar 330.62 (hasil dari 100/r.L) dari percobaan lain yang
menggunakan test ring yang sama namun sedikit berbeda pada test blok yang kami
gunakan pada percobaan yang kami lakukan. Nilai C yang diasumsikan memang dapat
merubah nilai kekuatan film yang sebenarnya, namun tidak akan merubah urutan
kekuatan film dari besar ke kecil yaitu lumpur standar + barite > lumpur standar >
lumpur standar + resinex.
Lumpur standar yang telah ditambahkan aditif resinex menurunkan kekuatan film
menjadi sebesar 19995.526 psi (kekuatan film lumpur standar tanpa aditif sebesar
20994.253 psi). Resinex merupakan aditif yang memiliki fungsi utama sebagai fluid
loss control menjadi pengotor dalam lumpur memiliki sifat lubrisitas yang buruk
karena menurunkan kekuatan ikatan antar partikel.
Lumpur standar yang telah ditambahkan aditif barite menaikkan kekuatan film
menjadi 27992.337 psi (kekuatan film lumpur standar tanpa aditif sebesar 20994.253
psi). Barite merupakan aditif yang mengandung material berat sehingga meningkatkan
viskositas lumpur sehingga menaikkan kekuatan film karena nilai lubrisitas suatu
fluida dapat dinyatakan dengan viscousity index (VI) yang berarti semakin tinggi
viskositas fluida maka semakin besar kemampuan lubrisitas fluida tersebut (Jurnal
Amerian Society of Mechanical Engineer).

V.

KESIMPULAN
1. Viskositas relatif adalah nilai yang menyatakan resistansi fluida untuk mengalir.
Pengukuran viskositas relative berguna untuk memonitor perubahan viskositas lumpur
yang sedang disirkulasikan yang menunjukkan konsistensi dari lumpur tersebut selama
pemboran.
2. Sand content adalah nilai yang menyatakan persentase volume solid, dalam percobaan
ini adalah volume sand, terhadap volume mud. Sand content dapat mempengaruhi

karakterisik lumpur yang digunakan dalam operasi pemboran dan dapat mengakibatkan
pemakaian berlebih pada drill string, pompa, dan mixing equipment. Salah satu
karakteristik lumpur yang berubah adalah densitas dimana semakin besar sand content
maka densitas akan lebih besar.
3. Lubrisitas menyatakan kemampuan lumpur untuk mengurangi friksi antara alat
pemboran dan alat pemboran dengan formasi yaitu dengan melumasi bagian yang
saling bersinggungan atau bergesekan. Sifat pelumasan yang baik diperlukan untuk
memperpanjang umur peralatan, melawan efek sidewall sticking, menurunkan efek
drillpipe torque, dan drillpipe drag yang sebagian besar terjadi pada directional well.
4. Prinsip dasar marsh funnel adalah dengan mengalirkan fluida melalui funnel dengan
ukuran tertentu untuk diukur laju alir sejumlah volume tersebut yang menunjukkan
viskositas relative dari fluida tersebut. Prinsip dasar sand content set adalah dengan
menyaring partikel berukuran pasir yaitu partikel dengan diameter lebih dari 74
mikron atau yang tidak lolos dari saringan berukuran 200 mesh, jumlah solid tersebut
dinyatakan dalam persentase teradap volume total fluida. Prinsip dasar EP Lubricity
Tester adalah memberikan putaran dan torsi untuk menentukan kekuatan dari film
yang terbentuk dari lumpur yang digunakan.
5. Pada percobaan ini digunakan 3 jenis aditif yaitu:
a. Barite
Pengaruh Barite terhadap fluida pemboran adalah menaikkan persentase sand
content dan meningkatkan kekuatan film.
b. Resinex
Pengaruh resinex terhadap fluida pemboran adalah menaikkan persentase
sand content dan menurunkan kekuata film.
c. CMC LV
Pengaruh CMC LV terhadap fluida pemboran adalah menaikkan viskositas
relative.

VI.

DAFTAR PUSTAKA
Rubiandini R.S., Rudi, Dr.-Ing. 2010. Teknik Operasi Pemboran I. Bandung.
Amoco Production Company. 1994. Drilling Fluids Manual Rev. 6.

Moore, Preston L. 1986. Drilling Practices Manual. Tulsa: PennWell Publishing


Company.
http://www.glossary.oilfield.slb.com/
EP (Extreme Pressure) and Lubricity Tester Instruction Manual. OFI Testing Equipment,
Inc.
http://www.slb.com/services/miswaco/services/drilling_fluid/df_products/thinners/resine
x.aspx
Journal of Lubrication Technology. ASME.
http://www.slb.com/~/media/files/miswaco/product_sheets/resinex.aspx

VII.

JAWABAN PERTANYAAN
1. Jelaskan Bingham plastic fluid dan power law fluid!
a. Bingham plastic fluid

Bingham plastic fluid adalah fluida yang bertingkah sebagai viscoplastic


material yang berbentuk rigid apabila dalam kondisi stress yang rendah namun
mengalir seperti viscous fluid pada kondisi stress yang tinggi. Bingham plastic
fluid membutuhkan dua parameter yaitu yield stress point dan slope, yang lebih
dikenal sebagai plastic viscosity. Parameter ini membedakannya dengan
Newtonian fluid.

b. Power law fluid


Power law fluid adalah fluida model lain yang digunakan untuk
mendeskripsikan fluida non Newtonian dalam shear stress and shear rate
curve, yang disebut sebagai kurva kekonsistensian, melalui persamaan
eksponensial sebagai berikut.
= ( )
Dimana nilai K merupakan unit kekonsistensian fluida dan n merupakan power
law exponent. Sesuai dengan persamaan diatas, hubungan antara shear stress
dan shear rate untuk power law fluid dapat digambarkan sebagai berikut.

2. Sebutkan contoh lubricant alami.


a. EncapsoTM (dari sel algae)
b. Bio-Air ToolTM Libricants (dari biodegradable vegetable oil)
c. Bio-Chain & CableTM Lubricants (dari biodegradable vegetable oil)
3. Sebutkan contoh vicosifier alami.
a. Bio-High TempTM 180 E.P. Grease NLGI #2 (terbuat dari minyak dan lemak)
b. BPLTM with anti wear
Referensi:
http://www.triplepundit.com/2014/05/solazyme-produces-algae-based-lubricantcleaner-drilling-fracking/

http://www.renewablelube.com/drilling.html
http://www.glossary.oilfield.slb.com/en/Terms/b/bingham_plastic_model.aspx
http://www.drilling-mud.org/power-law-model-drilling-mud-rheologcial-model/
https://en.wikipedia.org/wiki/Bingham_plastic

Anda mungkin juga menyukai