BAB I
Pendahuluan
Kamis, 28 Juli 2016, saya berserta kelompok Family Folder FF42 diberi tugas
melakukan kunjungan ke Puskesmas Kelurahan Kebon Jeruk Jakarta Barat, kunjungan
dilanjutkan ke rumah pasien dan didampingi oleh petugas puskesmas. Makalah ini dibuat
dengan tujuan mengkaji dan membahas penyakit paru obstruktif kronik pada masyarakat dan
kaedah tatalaksana terhadap penyakit tersebut dengan berbasiskan pendekatan kedokteran
keluarga. Kedokteran keluarga adalah dokter praktek umum yang dalam prakteknya melayani
pasien menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga. Kompetensi dokter keluarga
tercermin dalam profile the five stars doctor.
Family Folder merupakan dokumen lengkap suatu keluarga terutama dalam
hubungannya dengan derajat kesehatan. Derajat kesehatan dipengaruhi oleh empat faktor
utama menurut Blum, keempat faktor tersebut adalah genetik, pelayanan kesehatan, perilaku
manusia, dan lingkungan. Factor genetik: Paling kecil pengaruhnya terhadap kesehatan
perorangan atau masyarakat dibanding ketiga faktor yang lainnya. Faktor pelayanan
kesehatan: Ketersediaan sarana pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan, pelayanan kesehatan
yang berkualitas akan berpengaruh pada derajat kesehatan masyarakat. Faktor perilaku: di
negara berkembang faktor ini paling besar pengaruhnya terhadap gangguan kesehatan atau
masalah kesehatan masyarakat. Faktor lingkungan: Lingkungan yang terkendali akibat sikap
hidup dan perilaku masyarakat yang baik akan menekan berkembangnya masalah kesehatan.
oleh uji arus ekspirasi yang abnormal dan tidak mengalami perubahan secara nyata pada
observasi selama beberapa bulan. PPOK merupakan penyakit yang memburuk secara lambat,
dan obstruksi saluran napas yang terjadi bersifat ireversibel oleh karena itu perlu dilakukan
usaha diagnostik yang tepat, agar diagnosis yang lebih dini dapat ditegakkan, bahkan sebelum
gejala dan keluhan muncul sehingga progresivitas penyakit dapat dicegah. Penyakit Paru
Obstruktif Kronik di Indonesia juga akan meningkat akibat faktor pendukungnya yaitu
kebiasaan merokok yang masih merupakan perilaku yang sulit dihentikan disamping polusi
udara dan lingkungan yang belum dapat dikendalikan dengan baik. Hal ini membuat PPOK
menjadi salah satu penyakit yang menjadi tantangan di masa yang akan datang. 1,2
1.2 Tujuan
Dengan melakukan kunjungan ke rumah salah seorang pasien, diharapkan kita dapat
-
BAB II
Laporan Kasus Hasil Kunjungan Rumah
Puskesmas
Tanggal kunjungan
I.
Identitas Pasien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Pekerjaan
: Taslim
: 52 tahun
: Laki-laki
: Buruh bangunan
3
II.
III.
IV.
Pendidikan
Alamat
Telepon
Keluhan Utama
Batuk sejak 1 minggu lalu
Keluhan Tambahan
Sesak dan perut kembung
Riwayat Penyakit Sekarang
Batuk dan sesak mulai timbul sejak 2 tahun lalu. Gejala memberat saat malam
hari. Batuk pada malam hari sampai terbangun. Saat makan gorengan batuk
bertambah parah. Warna dahak putih-kuning. Sudah berobat ke dokter dan
diberikan obat pereda sesak dan obat maag. Setelah minum obat gejala sesak
berkurang dan rasa kembung berkurang. Sudah dianjurkan oleh dokter untuk
V.
VI.
VII.
Kegiatan Kerohanian
Cukup, karena pasien taat sholat 5 waktu tapi pasien jarang ikut pengajian di
masjid karena malu.
X.
XI.
Kebersihan perorangan
Penyakit yang sedang diderita
Penyakit keturunan
Penyakit kronis/menular
Kecacatan anggota keluarga
Pola makan
Pola istirahat
Jumlah anggota keluarga
dan kolesterol
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Baik, makan 3 kali sehari secara teratur
: Baik, tidur jam 21.00 bangun jam 4.30
: 14 orang
Psikologis Keluarga
Kebiasaan buruk
Pengambilan keputusan
Ketergantungan obat
Tempat mencari pelayanan kesehatan
Pola rekreasi
XII.
: Permanen
: Keramik
: 5 m x 14 m
: Sedang, karena lampu 1 (besar) di ruang tamu
Kebersihan
Ventilasi
nyamuk.
: Kurang, karena ventilasinya ada beberapa tapi
Dapur
Jamban keluarga
dindingnya bersih
: Air isi ulang
: Tidak ada
: Tidak ada
: Ada
: Ada
5
Sanitasi lingkungan
: Rendah
: Sedang, ada masalah kecil seperti
gossip jika ada keluarga yang punya
barang baru
: Kurang, jarang bersosialisasi dengan
tetangga
: Kurang, jarang ikut kegiatan
Keadaan ekonomi
lingkungan
: Kurang, di jakarta numpang di rumah
saudara, anaknya tidak semua tamat
sekolah
XV.
Kultural Keluarga
Adat yang berpengaruh
Lain lain
: Tidak ada
: Tidak ada
Nama
Tn. Taslim
Ny. Yeyet
Hub
dgn KK
Umur
Pendidikan
KK
52 th
Pekerjaan
Buruh
bangunan
Agama
Keadaan
kesehatan
Keadaan
Islam
Tidak baik
Imunisasi
KB
Ket
Cukup
Tidak ingat
gizi
Istri
50 th
SMP
IRT
Islam
Baik
Tidak ingat
Supriarti
Ny. Supriani
Anak
31 th
SMP
Islam
Baik
Tidak ingat
Tn. Agus
Anak
30 th
SMP
IRT
Buruh
Islam
Baik
Tidak ingat
Tn. Anton
Anak
20 th
SMP
bangunan
-
Islam
Baik
Lengkap
Tn. Rio
Anak
17 th
SMP
Islam
Baik
Lengkap
Nn. Belqis
Anak
16 th
SMA
Islam
Baik
Lengkap
N. Ria
Anak
14 th
SMP
Islam
Baik
Lengkap
Keluarga di Jakarta
6
Hub
Pendi-
Keadaan
kesehatan
Keadaan
Islam
Baik
Nama
Tn. Basio
KK
55 th
Ny. Absah
Istri
52 th
SMP
IRT-kader
Islam
Ny. Riska
Anak
22 th
SMP
IRT
Islam
Baik
Baik
40 th
SMP
Islam
22 th
SMA
26 th
SMA
Tn.
Muhammad
Tn. Hepian
Tn.
Sugianto
dgn KK
Umur
dikan
Pekerjaan
Agama
No
Adik
Ny.
Absah
Anak
Tn.
Muham
Buruh
bangunan
Buruh
bangunan
Imunisasi
KB
Ket
Cukup
Tidak ingat
Cukup
Tidak ingat
Lengkap
Baik
Tidak ingat
Islam
Baik
Islam
Baik
Tidak
gizi
mad
Suami
Ny.
Riska
Kesadaran
: Compos mentis.
TTV
Pemeriksaan paru
Cek sputum
Spirometri
Rontgen paru
Biologi : PPOK
Psikologi : Sosial : -
XX.
d. Disability Limitation
Minum obat teratur, rajin kontrol ke dokter, berhenti merokok, menghindari
polusi udara baik asap rokok maupun debu.
e. Rehabilitation
Olahraga teratur, istirahat yang cukup, fisioterapi, cukupi kebutuhan nutrisi
dengan pola makan sehat.
XXI. Prognosis
Penyakit
: Dubia ad malam
PPOK bersifat progresif
dan
akan
terus
memburuk
hingga
Keluarga
Masyarakat
makan-makanan bergizi.
: Dubia ad bonam
Kemungkinan penularan ke orang lain juga tidak besar, asalkan
lingkungan sekitar tidak tercemar udaranya, tidak merokok, kesehatan
gizi dan status imun dari masyarakat juga baik. Karena PPOK
merupakan hipertrofi dari otot saluran paru-paru penyakit ini tidak
menular.
XXII. Resume
Dari hasil kunjungan family folder pada tanggal 28 Juli 2016 didapatkan bahwa
pasien diduga menderita PPOK. Pasien sering mengeluh batuk dan sesak terutama saat
malam hari. Pasien sudah merasakan keluhan tersebut selama 2 tahun namun hilang timbul.
Pasien sudah berobat ke dokter dekat rumah tapi belum pernah melakukan uji diagnostik
untuk penyakitnya. Obat yang diberikan oleh dokter dekat rumah tidak dikonsumsi sampai
habis dan sekarang sakit pasien kambuh lagi. Pasien adalah perokok sejak usia 17 tahun, ia
merokok 1 bungkus/hari. Pekerjaan pasien adalah buruh bangunan, saat bekerja ia terpapar
polusi debu dari tempat bekerja. Pasien dianjurkan untuk berhenti merokok dan memakai
masker saat bekerja guna mengurangi polusi asap dan debu yang dihirup pasien. Selain itu
pasien dianjurkan untuk memeriksakan diri ke dokter untuk melakukan uji diagnostik seperti
pemeriksaan laboratorium darah, cek sputum, spirometri dan rontgen paru. Keluarga pasien
harus menjaga kebersihan rumah dan kebersihan diri masing-masing anggota keluarga agar
rumah tidak menjadi sumber penularan penyakit. Pencahayaan dan ventilasi rumah juga harus
diperbaiki agar tercipta rumah yang sehat. Keluarga pasien dan pasien juga harus menganut
perilaku hidup yang bersih dan sehat agar terhindar dari penyakit-penyakit, terutama perilaku
merokok di dalam rumah harus dihentikan agar anggota keluarganya tidak menjadi perokok
pasif dan terhindar dari kemungkinan terkena penyakit paru.
BAB III
Tinjauan Pustaka
3.1 Definisi
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
karena bronkitis kronik atau emfisema. Gejala utama Penyakit Paru Obstruktif Kronik adalah
sesak napas memberat saat aktivitas, batuk dan produksi sputum. Gejalanya bersifat progresif
10
lambat kronis ditandai oleh obstruksi saluran pernapasan yang menetap atau sedikit
reversibel, tidak seperti obstruksi saluran pernapasan reversibel pada asma. Bronchitis kronik,
emfisema, dan asma bronchial membentuk kesatuan yang disebut PPOK. Agaknya ada
hubungan etiologi dan sekuensial antara bronchitis kronik dan emfisema, tetapi tampaknya
tak ada hubungan antara kedua penyakit itu dengan asma.3
3.2 Epidemiologi
PPOK dapat menjadi masalah karena menyebabkan kecacatan pernafasan yang
berlangsung lama, sehingga penderita tidak dapat bekerja lagi dan akhirnya hidupnya sangat
tergantung dari orang lain. Merokok merupakan faktor risiko terpenting penyebab PPOK di
samping faktor risiko lainnya seperti polusi udara, faktor genetik dan lain-lainnya. Akhirakhir ini PPOK semakin menarik untuk dibicarakan oleh karena prevalensi dan angka
mortalitas yang terus meningkat. Data di Indonesia PPOK merupakan penyakit paru no. 2
setelah tuberkulosis yang datang ke rumah sakit, karena itu pada saat ini yang penting adalah
menemukan kasus ini dalam keadaan dini sehingga hasil pengobatan dan prognosis menjadi
lebih baik. Di Amerika kasus kunjungan pasien PPOK di instalasi gawat darurat mencapai
angka 1,5 juta, 726.000 memerlukan perawatan di rumah sakit dan 119.000 meninggal
selama tahun 2000. Sebagai penyebab kematian, PPOK menduduki peringkat ke empat
setelah penyakit jantung, kanker dan penyakit serebrovaskular. Biaya yang dikeluarkan untuk
penyakit ini mencapai 24 miliar per tahunnya. World Health Organization (WHO)
memperkirakan bahwa menjelang lensi tahun 2020 prevalensi PPOK akan meningkat.3-5
3.3 Etiologi
Setiap orang dapat terpapar dengan berbagai macam jenis yang berbeda dari partikel
yang terinhalasi selama hidupnya, oleh karena itu lebih bijaksana jika kita mengambil
kesimpulan bahwa penyakit ini disebabkan oleh iritasi yang berlebihan dari partikel-partikel
yang bersifat mengiritasi saluran pernapasan. Setiap partikel, bergantung pada ukuran dan
komposisinya dapat memberikan kontribusi yang berbeda, dan dengan hasil akhirnya
tergantung kepada jumlah dari partikel yang terinhalasi oleh individu tersebut.4,5
Asap rokok merupakan satu-satunya penyebab terpenting, jauh lebih penting dari faktor
penyebab lainnya. Merokok merupakan > 90% risiko untuk PPOK dan sekitar 15 %
perokok menderita PPOK. Beberapa perokok dianggap peka dan mengalami
penurunan fungsi paru secara cepat. Pajanan asap rokok dari lingkungan telah dikaitkan
11
dengan penurunan fungsi paru dan peningkatan resiko penyakit paru obstruktif pada
anak.
Faktor resiko genetik yang paling sering dijumpai adalah defisiensi alfa-1 antitripsin,
yang merupakan inhibitor sirkulasi utama dari protease serin.
Faktor resiko PPOK bergantung pada jumlah keseluruhan dari partikel-partikel iritatif
yang terinhalasi oleh seseorang selama hidupnya : polusi tempat kerja (bahan kimia, zat
iritan, gas beracun), Indoor Air Pollution atau polusi di dalam ruangan dan Polusi di luar
ruangan, seperti gas buang kendaraan bermotor dan debu jalanan merupakan faktor risiko
independen untuk PPOK.
Infeksi saluran nafas berulang pada masa kanak-kanak berhubungan dengan rendahnya
tingkat paru maksimal yang bisa dicapai dan peningkatan resiko terkena PPOK pada saat
dewasa. Infeksi saluran nafas kronis seperti adenovirus dan klamidia mungkin berperan
dalam terjadinya PPOK.
Jenis kelamin
Dahulu, PPOK lebih sering dijumpai pada laki-laki dibanding wanita. Karena dahulu,
lebih banyak perokok laki-laki dibanding wanita. Tapi dewasa ini prevalensi pada lakilaki dan wanita seimbang. Hal ini dikarenakan oleh perubahan pola dari merokok itu
sendiri. Beberapa penelitian mengatakan bahwa perokok wanita lebih rentan untuk
terkena PPOK dibandingkan perokok pria.
Asma
3.4 Patogenesis
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa faktor resiko utama dari PPOK ini adalah
merokok. Komponen-komponen asap rokok ini merangsang perubahan-perubahan pada selsel penghasil mukus bronkus dan silia. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami
kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil
mukus dan sel-sel silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan
penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran nafas.
12
Mukus berfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab infeksi dan menjadi
sangat purulen. Timbul peradangan yang menyebabkan edema dan pembengkakan jaringan.
Ventilasi, terutama ekspirasi terhambat. Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang
memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang kental dan adanya peradangan. Obstruksi
saluran napas pada PPOK bersifat ireversibel dan terjadi karena perubahan struktural pada
saluran napas kecil yaitu : inflamasi, fibrosis, metaplasi sel goblet dan hipertropi otot polos
penyebab utama obstruksi jalan napas. Ada beberapa karakteristik inflamasi yang terjadi pada
pasien PPOK, yakni : peningkatan jumlah neutrofil (didalam lumen saluran nafas), makrofag
(lumen saluran nafas, dinding saluran nafas, dan parenkim), limfosit CD 8+ (dinding saluran
nafas dan parenkim). Yang mana hal ini dapat dibedakan dengan inflamasi yang terjadi pada
penderita asma.5
Inhalasi asap rokok dan partikel berbahaya lainnya menyebabkan inflamasi di saluran napas
dan paru seperti yang terlihat
Diagnosis PPOK dipertimbangkan bila timbul tanda dan gejala seperti terlihat pada tabel.
Gejala
Keterangan
Progresif (sesak bertambah berat seiring berjalannya waktu)
Bertambah berat dengan aktivitas
Sesak
Batuk kronik
Batuk kronik berdahak
Riwayat terpajan faktor
14
3.8 Komplikasi4,5
Cor Pulmonal
Cor pulmonal disebabkan oleh peningkatan tekanan darah di arteri paru-paru, pembuluh
yang membawa darah dari jantung ke paru-paru. Hal ini menyebabkan pembesaran dan
kegagalan berikutnya dari sisi kanan jantung.
Hipertensi pulmonal
Hipertensi pulmonal terjadi ketika ada abnormal tekanan tinggi dalam pembuluh darah
paru-paru. Normalnya, darah mengalir dari jantung melewati paru-paru, di mana sel-sel
15
darah mengambil oksigen dan mengirimkannya ke tubuh. Pada hipertensi paru, arteri
paru menebal. Ini berarti darah kurang mampu mengalir melalui pembuluh darah.
Pneumotoraks
Pneumotoraks didefinisikan sebagai akumulasi udara atau gas di ruang antara paru dan
dinding dada. Pneumotoraks terjadi karena lubang yang berkembang di paru-paru, yang
memungkinkan udara untuk melarikan diri dalam ruang di sekitar paru-paru,
menyebabkan paru-paru untuk sebagian atau seluruhnya runtuh. Orang yang memiliki
PPOK berada pada risiko lebih besar untuk pneumotoraks karena struktur paru-paru
mereka lemah dan rentan terhadap perkembangan spontan dari jenis lubang.
Polisitemia sekunder
Polisitemia sekunder diperoleh dari kelainan langka yang ditandai oleh kelebihan
produksi sel darah merah dalam darah. Ketika terlalu banyak sel darah merah yang
diproduksi, darah menjadi tebal, menghalangi perjalanan melalui pembuluh darah kecil.
Pada pasien dengan COPD, polisitemia sekunder dapat terjadi sebagai tubuh mencoba
untuk mengkompensasi penurunan jumlah oksigen dalam darah.
Kegagalan pernafasan
Kegagalan pernapasan terjadi ketika paru-paru tidak dapat berhasil mengekstrak oksigen
yang cukup dan / atau menghapus karbon dioksida dari tubuh. Kegagalan pernapasan
dapat disebabkan oleh sejumlah alasan, termasuk PPOK atau pneumonia.
Malnutrisi
Malnutrisi menjadi komplikasi PPOK yang dapat disebabkan karena dispneu, yang
merupakan gejala utama PPOK membuat penderita sangat sulit untuk menyelesaikan
makannya, dan penderita menjadi kehilangan nafsu makan. Tanda dan gejala bisa
bermacam-macam mulai dari yang ringan sampai sangat berat. Gejala umum berupa
kelelahan, pusing, penurunan berat badan, dan kelemahan sistem imun.
3.9 Pencegahan5
a) Berhenti Merokok
16
Menghentikan kebiasaan merokok pada pasien PPOK sebenarnya merupakan usaha yang
mudah dan ekonomis dalam rangka mengurangi progesivitas penyakit. Bila pasien dapat
berhenti merokok maka progresivitas penurunan FEV1-nya dapat diperkecil.
b) Mengindari polusi udara luar dan ruangan
Polusi udara dapat membuat PPOK buruk. Ini dapat meningkatkan risiko terjadinya flareup, atau eksaserbasi PPOK. Ada beberapa hal yang dapat anda lakukan :
cobalah untuk tidak berada di luar ketika tingkat polusi udara tinggi.
memakai masker polusi udara untuk meminimalkan paparan anda.
memiliki ventilasi yang baik di rumah
menjauhkan karpet kering dan dibersihkan secara rutin untuk membantu pengendalian
debu.
c) Melindungi dari bahaya kerja
Jika pekerjaan anda menghadapkan anda pada asap kimia atau debu, gunakan peralatan
keselamatan seperti masker untuk mengurangi jumlah asap dan debu yang anda hirup.
3.10 Edukasi5
Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangka panjang pada PPOK stabil.
Karena PPOK adalah penyakit kronik yang ireversibel dan progresif, inti dari edukasi adalah
menyesuaikan keterbatasan aktivitas dan mencegah kecepatan perburukan fungsi paru.
Tujuan edukasi pada pasien PPOK :
- Mengenal perjalanan penyakit dan pengobatan,
- Melaksanakan pengobatan yang maksimal,
- Mencapai aktivitas optimal,
- Meningkatkan kualitas hidup.
Secara umum bahan edukasi yang harus diberikan adalah
- Pengetahuan dasar tentang PPOK,
17
Waktu penggunaan yang tepat (rutin dengan selangwaku tertentu atau kalau perlu
saja)
- Penggunaan oksigen
Berapa dosisnya,
- Tanda eksaserbasi :
Sputum bertambah,
2.
3.
4.
dan balita.
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dan tidak menular yaitu
program pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan
5.
6.
Survailans
Gizi,
dan
Perberdayaan
Usaha
Perbaikan
Gizi
Keluarga/Masyarakat.
3.13 Dokter Keluarga7
Kedokteran keluarga adalah dokter praktek umum yang dalam prakteknya melayani
pasien menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga.Kompetensi dokter keluarga
tercermin dalam profile the five stars doctor.
Pelayanan kedokteran yang menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga meliputi:
komprehensif (pelayanan kedokteran yang menyeluruh/integral yaitu meliputi usaha
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) dengan mengutamakan pencegahan, kontinyu
(dalam proses dan waktu), kolaboratif dan koordinatif dengan pasien dalam menentukan
keputusan untuk kepentingan pasien, berdasarkan evidence based medicine misalnya dengan
cara mengikuti seminar/pendidikan kedokteran berkelanjutan. Pasien yang dilayani adalah
peribadi/perorangan seutuhnya (bio-psiko-sosial) yang unik (berbeda satu dengan lainnya)
serta harus dipandang sebagai satu kesatuandengan keluarganya dalam segala aspek
(keturunan, ideology, politik, ekonomi, social, budaya,agama, keamanan dan lingkungannya).
Pelayanan dokter keluarga menunjang setiap orang sadar,mau dan mampu hidup sehat dalam
arti sejahtera jasmani, rohani dan sosial yang memungkinkan setiap orang bekerja produktif
secara sosial dan ekonomi (UU no. 23/92 tentang kesehatan). Seorang dokter berkompetensi
dengan profil yang direkomendasikan WHO yaitu five starsdoctor yang dijabarkan sebagai
berikut:11
yang terbaik.
Communicator: Mampu menjelaskan dan memberikan nasehat untuk berperilaku
sehat dengan cara yang efektif sehingga kelompok atau individu dapat meningkatkan
dan melindungi kesehatan mereka.
20
masyarakat.
Manager: Dapat bekerja sacara harmonis dengan individu dan organisasi baik di
dalam maupun diluar system kesehatan untuk mempertemukan kebutuhan pasien
secara individu dan masyarakat, menggunakan data-data kesehatan secara tepat.
Prinsip pokok dari dokter keluarga adalah untuk dapat menyelenggarakan pelayanan
kedokteran menyeluruh. Oleh karena itu perlu diketahui berbagai latar belakang
pasien yang menjadi tanggungannya. Untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan
seperti itu diperlukan adanya kunjungan rumah (home visit). Manfaat yang
didapatkan dari kunjungan ke rumah pasien antara lain:
1. Meningkatkan pemahaman dokter tentang pasien.
2. Meningkatkan hubungan dokter pasien.
3. Menjamin terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasienManfaat
kunjungan ke puskesmas dan bertemu sendiri dengan pasien adalah agar
mahasiswadapat menerapkan atau mengaplikasikan sendiri praktek pendekatan
kedokteran keluarga.
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
829/Menkes/SK/VII/1999
Ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal adalah sebagai berikut:
a. Bahan bahan bangunan Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat yang dapat
membahayakan kesehatan, antara lain:
Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya
mikroorganisme patogen.
Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci kedap air dan
mudah dibersihkan;
Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya; Dapur harus memiliki sarana
pembuangan asap.
c. Pencahayaan
Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi
seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan
mata.
d. Kualitas udara
e. Ventilasi Luas
Lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai.
f. Vektor penyakit
Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah.
g. Penyediaan air
Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter per orang
setiap hari;
Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air minum
menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002.
h. Pembuangan Limbah
Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak
menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah;
Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak
mencemari permukaan tanah dan air tanah.
i. Kepadatan hunian
Luas kamar tidur minimal 8 meter persegi, dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang
tidur.
BAB IV
Penutup
4.1 Kesimpulan
Penyakit PPOK adalah salah satu penyakit yang banyak di derita oleh perokok.
Penyebab kematian terbanyak disebabkan oleh eksaserbasi akut PPOK. Penegakan diagnosis
PPOK ditentukan dari pemeriksaan fisik dan penunjang. Dalam proses penatalaksanaan kasus
PPOK sangat dibutuhkan bantuan dari semua pihak, termasuk ibu ibu, dokter, para medis
dan kader kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bahaya merokok,
menciptakan lingkungan bebas asap dan debu, serta menerapkan perilaku hidup bersih dan
sehat dapat membantu menurunkan angka morbiditas dan mortalitas PPOK.
4.2 Saran
23
dalam ruangan, kebiasaan membuka jendela pada pagi dan siang hari)
Bagi Instansi Terkait: Diharapkan program kesehatan dilaksanakan seperti kegiatan
penyuluhan mengenai PHBS, syarat rumah sehat dan bahaya rokok kepada
masyarakat sehingga angka kejadian penyakit PPOK mengalami penurunan.
24
25
26
27
28
Daftar Pustaka
1. Amin Z. Manifestasi klinik dan pendekatan pada pasien dengan kelainan sistem
pernapasan Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Stiati S, ed.
Ilmu penyakit dalam. Edisi ke-5(III). Jakarta: Interna Publishing;2009.h.2189-95.
2. Suyono YJ. Bronkitis kronis dan PPOK. Dalam : Buku saku ilmu penyakit paru. Edisi
2. Jakarta : EGC; 2012.hlm 206-32
3. Riyanto BS, Hisyam B. Obstruksi saluran pernapasan akut. Dalam : Sudoyo AW,
Setiyohadi B, Alwi I, K Marcellus S, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid 3.
Edisi 5. Jakarta : EGC; 2009. Hml 2225-7
4. Sundaru H. Wheezing. Dalam : Setiati S, Purnamasari D, Rinaldi I, Pitoyo CW. Lima
puluh masalah kesehatan di bidang ilmu penyakit dalam. Jakarta : Pusat Penerbit Ilmu
Penyakit dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2008.hal 202-12
5. Maranatha D. Penyakit paru obstruktif kronik. Dalam : Wibisono MJ, Winariani,
Hariadi S. Buku ajar ilmu penyakit paru.Cetakan 2. Jakarta : Departemen Ilmu
Penyakit Paru FK Unair; 2010.hml 37-9
6. Departemen Kesehatan RI. Kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat: keputusan
menteri kesehatan RI nomor 128/menkes/sk/II/2004. Jakarta: Bakti Husada;2004.h.531.
7. Boelen C. Frontline doctors of tomorrow. World Health; 1994, 47:45.
8. Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 1999, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :
829/MENKES/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal, Jakarta:
Departemen Kesehatan.
29