Anda di halaman 1dari 5

Ways of knowing out-of-sync or incompatible?

Framing water quality and farmers encounters with science in the regulation of
non-point source pollution in the Canterbury region of New Zealand

Group: 4
Yohannes Barata Agustin Panjaitan 145040201111158
Gallyndra Fatkhu Dinata

145040201111228

Yulinar Diah Angrraini

145040207111013

Ursulin Sacer Setyastika

145040207111034

Lecture by Hesthi Utami Nugroho,SP,Grad.Dip.EMD,M.EMD

AGROECOTECHNOLOGY
FACULTY OF AGRICULTURE
UNIVERSITY OF BRAWIJAYA
MALANG
2016

Suatu permasalahan di wilayah bagian Canterbury, New Zealand, tepatnya di


Hurunui-Waiau (HW) dan Selwyn-Waihora (SW), dimana pemerintah menghadapi suatu
masalah di kedua wilayah. Permasalah itu ialah menurunnya kualitas air sungai HurunuiWaiau yang dekat lahan pertanian dan peternakan.
Pemerintah Selandia Baru, melalui kebijakan NPSFM (Kebijakan Nasional tentang
Pengelolaan Air Tawar), telah mengubah kebijakan penggunaan air selama beberapa tahun
terakhir dengan menetapkan batas sumberdaya air yang dapat digunakan. Kebijakan ini
ditujukan dengan sasarannya adalah ekosistem keaneragaman hayati, pengelolaan air minum,
efesiensi penggunaan air, lahan irigasi, perekonomian regional dan nasional serta batas
lingkungan.
Kebijakan nasional oleh pemerintah pusat diterapkan di Hurunui-Waiau dengan luas
lahan 100.000 ha teririgasi oleh pemerintah dan 30.000 ha oleh petani yang diawasi oleh
Canterbury Regional Council (CRC) Menurut studi Dewan daerah Canterbury (CRC), petani
yang ada di daerah HW menerapkan sistem irigasi Culverden Basin yang menyeebabkan
kehilangan nutrisi tanah sebesar 30-50 %. Hal ini menjadikan petani sebagai penyebab
masalah, sehingga upaya untuk melibatkan petani mematuhi aturan untuk mengadopsi praktik
manajemen yang baik dan mendorong mereka untuk meniru kebijakan pemerintah menjadi
prioritas.
Kehilangan nutrisi tersebut dihitung berdasarkan pendekatan Overseer , dengan
memperhitungkan output nutrisi (misalnya pupuk) yang diatur sehingga dapat diperkirakan
kerugian nitrogen dari zona akar tanah dan resiko kerugian fosfor yang dihasilkan oleh
peternakan dalam kg per hektar per tahun. Hal ini merupakan penyebab masalah kualitas air
yang ada pada daerah HW. Jadi, kebijakan nasional ini berlaku untuk semua lahan pertanian
termasuk peternakan terlepas dari lokasi, penggunaan lahan, jenis tanah, dan praktek
pengolahan lahan on-farm.
Pada masa lampau, petani masih menggunakan sistem irigasi Basin, sehingga ketika
pemerintah menanyakan tentang masalah penurunan kualitas air, petani mengatakan bahwa
peternakan adalah penyebabnya. Saat ini, petani tidak lagi menggunakan sistem irigasi Basin
namun beralih ke irigasi sprinkle sehingga tidak ada lagi masalah kualitas air. Hal ini
diperjelas oleh beberapa petani yang mengatakan bahwa air sungai dekat pertanian mereka
bersih dan jernih.

Ketika masalah penurunan kualitas air ditanyakan kepada peternak sapi dan domba,
mereka mengatakan bahwa tidak mungkin mereka menimbulkan pencemaran air. Itu
dikarenakan lokasi mereka jauh dari sungai dan limbah (urine) peternakan mereka yang jatuh
ke tanah akan disaring oleh tanah dan ketika hujan tinggi akan disalurkan jauh dari lokasi
mereka.
Kesimpulan
Penurunan kualitas air yang terjadi di dua daerah bagian Selandia Baru yaitu Hurunui-Waiau
dan Selwyn-Waihora menjadi masalah utama di Cartenbury, Selandia Baru. Melalui
penelitian oleh Canterbury Regional Council (CRC), terdapat dua konflik antara petani dan
peternak. Dulu, petani masih menggunakan sistem irigasi Basin sehingga menimbulkan
pencemaran air sungai. Tetapi kemudian petani telah beralih menggunakan sistem irigasi
Sprinkle sehingga sekarang tidak terjadi pencemaran air sungai.
Di sisi lain, peternak domba dan sapi mengatakan bahwa residu akibat kotoran dan urine
ternak mereka tidak menimbulkan masalah pencemaran air sungai. Pupuk kandang (kotoran)
dan fosfor (urin) yang dihasilkan domba atau sapi dimanfaatkan oleh petenak sebagai bahan
organik untuk menumbuhkan rumput sebagai makanan ternaknya.
Pemerintah telah membuat kebijakan untuk mengatasi masalah-masalah pencemaran air
sungai di daerah Hurunui-Waiau, namun kebijakan tersebut belum dapat diterima oleh petani
dan peternak. Sehingga pemerintah perlu menemukan jalur baru untuk mengatasi masalah
pencemaran air agar dapat diterima oleh petani maupun peternak.

A problem in the region of Canterbury, New Zealand, precisely in the Hurunui-Waiau


(HW) and Selwyn-Waihora (SW), where governments face a problem in both regions. The
problems are declining water quality Hurunui-Waiau river near farmland and livestock.
New Zealand Government, through policy NPSFM (National Policy on the Management of
Fresh Water), has changed the policy of the use of water for the last few years by setting a
limit of water resources can be used. This policy is intended to target ecosystem biodiversity,
water management, water use efficiency, irrigated land, regional and national economy as
well as environmental limits.
The national policy by the central government applied in the Hurunui-Waiau with a
land area of 100,000 ha irrigated by the government and 30,000 ha by farmers supervised by
the Canterbury Regional Council (CRC) According to the study of regional councils
Canterbury (CRC), farmers in the area HW implement irrigation system Culverden Basin
menyeebabkan loss of soil nutrients by 30-50%. This makes farmers as the cause of the
problem, so that efforts to involve farmers comply with the rules to adopt good management
practices

and

encourage

them

to

emulate

priority

of

government

policy.

Loss of nutrients were calculated based approach "Overseer", taking into account the output
of nutrients (such as fertilizer) are arranged so as to expected losses from the root zone soil
nitrogen and phosphorus loss risk generated by farms in kg per hectare per year. It is the
leading cause of water quality problems that exist in the area of HW. Thus, national policy is
applicable to all farms, including farms regardless of location, land use, soil type, and land
management practices on-farm.
In the past, farmers still use the Basin irrigation system, so that when the government
asks about the degradation of water quality, farmers said that the farm was the cause.
Currently, farmers no longer use the irrigation system Basin but switches to sprinkle
irrigation so that no water quality problems. This is made clear by some farmers who say that
th eir farm near the river water clean and clear.
When the issue of water quality degradation asked to cattle ranchers and sheep, they
say that they may not cause water pollution. It is because of their location away from the river
and waste (urine) farms that fall to the ground they will be filtered by the ground and when
high rainfall will be channeled away from their location.

Conclusion
Water quality degradation occurring in two areas, namely parts of New Zealand
Hurunui-Waiau and Selwyn-Waihora a major problem in Cartenbury, New Zealand. Through
research by the Canterbury Regional Council (CRC), there are two conflicts between farmers
and ranchers. In the past, farmers still use the Basin irrigation system, causing river water
pollution. But then the farmers have switched to using Sprinkle irrigation system so that now
not pollute the river water.
On the other hand, sheep and cattle ranchers said that residues from the dirt and urine of
cattle they do not cause water pollution problems river. Manure (dung) and phosphorus
(urine) produced by sheep or cattle of the farmer used as organic material for growing grass
as food animals.
The government has made a policy to address the problems of river water pollution in the
area Hurunui-Waiau, but the policy is not acceptable to farmers and ranchers. So the
government needs to find a new path to overcome the problem of water pollution in order to
be accepted by farmers and ranchers.

Anda mungkin juga menyukai