Anda di halaman 1dari 4

TUGAS

TANAH-TANAH PERTANIAN UTAMA Di INDONESIA

Disusun Oleh :

Yohannes Barata Agustin Panjaitan


145040201111158
Kelas : B

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2017
Mengapa Oryza Sativa Dapat Bertahan Hidup Pada Tanah Sawah Irigasi?

Tanaman padi sawah merupakan tanaman yang ditanam di lahan sawah teririgasi
dimana sifat morfologinya dapat berubah dan tidak sama dengan sifat tanah asalnya. Pada
pengolahannya, lahan sawah biasanya terlebih dahulu digenangi air, praktek pengolahan
tanah sawah dalam keadaan tergenang akan menyebabkan terbentuknya lapisan tapak bajak
di bawah lapisan olah. Sedangkan penggenangan tanah selama pertumbuhan padi dapat
mereduksi Fe dan Mn sehingga larut dan meresap bersama air ke lapisan bawah tanah, dan
membentuk horizon iluviasi Fe di atas horizon iluviasi Mn (Suryana, 2004).

Tanaman padi (Oryza sativa) adalah tanaman yang paling banyak ditanam pada lahan
sawah irigasi meskipun tanah tersebut dapat dikatakan tidak ideal sebagai lahan pertanian.
Sifat tanah yang ideal untuk ditanami tanaman pangan ialah tanah yang memiliki kondisi
kandungan air, udara, dan bahan organik tanah yang tersedia cukup bagi tanaman (Jadid K.,
2015). Selain itu, memiliki sistem drainase yang baik dan kebutuhan unsur hara yang
tersedia bagi tanaman merupakan syarat tanah yang ideal.

Tanaman padi dapat bertahan pada kondisi lahan tergenangi air merupakan adanya
sifat fisiologis Oryza sativa yang mampu bertahan hidup. Ketika dilakukan penggenangan air
secara terus menerus, tanaman padi akan menghabiskan banyak energi untuk membentuk
aerenkim dalam akar untuk mensuplai akar dengan oksigen sehingga akan mempengaruhi
produksinya.

Tanaman padi dapat tumbuh pada lahan tergenangi disebabkan karena adanya
jaringan aerenkim yang dapat dijumpai pada setiap bagian tanaman padi. Aerenkim adalah
bagian dari jaringan parenkim, yang terdiri dari sel gabus berrongga besar, yang mampu
menyimpan udara. Aerenkim terdapat pada akar, transisi akar dan batang, batang, selubung
daun, dan helai daun (Bahl et al. 1999 dalam Hidayati, 2015). Apabila rongga/sel gabus yang
terdapat pada akar dan batang berjumlah banyak, maka tanaman padi akan semakin efisien
dalam menyimpan oksigen dan menyalurkannya ke bagian tanaman yang lain, akan tetapi
dapat mengganggu penyerapan unsur hara secara horizontal dari tanah ke akar (Sumardi,
2007 dalam Hidayati, 2015).
Penelitian Hidayati (2015) tentang padi sawah yang ditanam dengan metode
konvensional dan metode SRI, menunjukkan bahwa aerenkim akar padi (70 HSS/Hari Setelah
Semai) metode SRI lebih besar (berongga banyak) dibandingkan aerenkim akar padi dengan
metode konvensional.

Sumber: Hidayati (2015).

Berdasarkan penelitian ini, sel aerenkimlah yang menyebabkan tanaman padi dapat
bertahan hidup di lahan tergenangi. Namun di sisi lain, penggenangan yang terus menerus
(metode konvensional) mengakibatkan pembentukan aerenkim yang meningkat, sehingga
hal ini akan mengakibatkan produksi jumlah anakan lebih sedikit dibandingkan kondisi
kering, penyerapan unsur hara terganggu, dan mengakibatkan batang menjadi tidak kokoh
dan mudah layu. Oleh karena itu, dikembangkan metode SRI pada tanaman padi yang
memberikan hasil positif serta mampu meningkatkan produksi dibandingkan metode
konvensional.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Nurul. 2015. Fisiologi, Anatomi, dan Sistem Perakaran pada Budidaya Padi dengan
Metode System of Rice Intensification (SRI) dan Pengaruhnya Terhadap Produksi.
Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.

Jadid, K. 2015. Tekstur Tanah dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Tanaman. Ponorogo.
Universitas Darussalam Gontor.

Suryana, Achmad. 2004. Tanah Sawah dan Teknologi Pengelolaannya. Balai Penelitian Tanah.
Bogor.

Anda mungkin juga menyukai