Anda di halaman 1dari 2

Mangga kweni (Mangifera odorata Griff.

) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang memiliki


arti cukup penting bagi kita. Mangga kweni secara umum diperbanyak dengan biji. Walaupun
menghasilkan keturunan yang sama dengan induknya, tetapi tanaman asal biji tetap memerlukan
waktu yang lama.
Penelitian ini bertujuan mencari konsentrasi 2,4 D terbaik dalam penggunaanya sebagai zat pengatur
tumbuh untuk inisiasi kalus jaringan nucellus mangga kweni (Mangifera odorata Griff.) melalui
budidaya jaringan.
eksplan biji mangga kweni yang diambil jaringan nucellusnya dari buah berumur 20 - 30 hari setelah
anthesis, zat pengatur tumbuh 2,4 D, media setengah MS, bacto agar, aquades steril, KOH, HCL 0,1
N, alkohol 70%, vitamin C dan clorox. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas:
seperangkat alat laboratorium, disecting set, botol kultur, hand sprayer, masker, kulkas, laminar air
flow cabinet, tutup kepala, plastik, kamera, kertas sampul, karet gelang dan alat tulis.
Pemberian 2,4 D konsentrasi 1 ppm dalam media kultur pada perlakuan d1 diperoleh waktu tercepat
terbentuknya kalus yaitu rata-rata 9,5 hari. Sedangkan waktu terlama adalah pada perlakuan d6 (2
ppm) yaitu ratarata 17,5 hari.
pemberian 2,4 D pada media MS dengan konsentrasi 1 ppm memberikan pengaruh terbaik untuk
inisiasi kalus jaringan nucellus biji mangga kweni karena dapat membentuk kalus tercepat dengan
rata-rata 9,5 hari dan memberikan jumlah kalus terbanyak dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

Phalaeonopsis bellina merupakan salah satu anggrek spesies Kalimantan yang digemari oleh pencinta
anggrek. Wilayah penyebarannya meliputi Kalimantan Barat dan Serawak. Permintaan terhadap
anggrek ini masih dipenuhi dengan cara mengambilnya langsung dari alam atau melalui perbanyakan
konvensional. Perbanyakan tanaman secara in vitro atau yang lebih dikenal dengan kultur jaringan
terbukti dapat meningkatkan ketersediaan bibit tanaman dalam jumlah besar dan seragam dalam
waktu relatif singkat. Aplikasi teknologi ini telah banyak dilakukan terhadap berbagai spesies
tanaman, diantaranya seperti yang dilakukan oleh Hutami (1998) untuk perbanyakan tanaman nilam
khimera, Mariska (1998) dalam upaya penyediaan benih tanaman jahe dan Kosmiatin (2005) dalam
upaya perbanyakan gaharu. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh berbagai modifikasi
media kulltur jaringan terhadap pertumbuhan planlet anggrek Phalaenopsis bellina dalam upaya
penyediaan bibit secara massal dan cepat.
Eksplan yang digunakan adalah protocorm like bodies (plb) anggrek Phalaenopsis bellina. Plb
diperoleh dari biji yang sebelumnya telah dikulturkan pada media Knudson C PA 100 %. Plb yang
terbentuk ini kemudian dikulturkan pada setiap perlakuan media. Pengamatan dilakukan terhadap
peubah umur keluar tunas, umur keluar daun, umur keluar akar. Selain itu dilakukan pengamatan
persentase kontaminasi, persentase planlet hidup, jumlah daun, jumlah akar pada minggu ke-8, 16, 24,
dan 32.
Penambahan charcoal 1 g/l meningkatkan persentase planlet Phalaenopsis bellina hidup. 2. Media
Knudson C teknis 100% yang diberi tambahan charcoal mampu menghasilkan persentase planlet
hidup sama baiknya dengan Knudson C PA 70% yang diberi tambahan charcoal. 3. Umur keluar
tunas, umur keluar daun dan umur keluar akar tercepat dihasilkan pada media Knudson C PA 70%
yang diberi tambahan charcoal.

Anda mungkin juga menyukai