Phalaeonopsis bellina merupakan salah satu anggrek spesies Kalimantan yang digemari oleh pencinta
anggrek. Wilayah penyebarannya meliputi Kalimantan Barat dan Serawak. Permintaan terhadap
anggrek ini masih dipenuhi dengan cara mengambilnya langsung dari alam atau melalui perbanyakan
konvensional. Perbanyakan tanaman secara in vitro atau yang lebih dikenal dengan kultur jaringan
terbukti dapat meningkatkan ketersediaan bibit tanaman dalam jumlah besar dan seragam dalam
waktu relatif singkat. Aplikasi teknologi ini telah banyak dilakukan terhadap berbagai spesies
tanaman, diantaranya seperti yang dilakukan oleh Hutami (1998) untuk perbanyakan tanaman nilam
khimera, Mariska (1998) dalam upaya penyediaan benih tanaman jahe dan Kosmiatin (2005) dalam
upaya perbanyakan gaharu. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh berbagai modifikasi
media kulltur jaringan terhadap pertumbuhan planlet anggrek Phalaenopsis bellina dalam upaya
penyediaan bibit secara massal dan cepat.
Eksplan yang digunakan adalah protocorm like bodies (plb) anggrek Phalaenopsis bellina. Plb
diperoleh dari biji yang sebelumnya telah dikulturkan pada media Knudson C PA 100 %. Plb yang
terbentuk ini kemudian dikulturkan pada setiap perlakuan media. Pengamatan dilakukan terhadap
peubah umur keluar tunas, umur keluar daun, umur keluar akar. Selain itu dilakukan pengamatan
persentase kontaminasi, persentase planlet hidup, jumlah daun, jumlah akar pada minggu ke-8, 16, 24,
dan 32.
Penambahan charcoal 1 g/l meningkatkan persentase planlet Phalaenopsis bellina hidup. 2. Media
Knudson C teknis 100% yang diberi tambahan charcoal mampu menghasilkan persentase planlet
hidup sama baiknya dengan Knudson C PA 70% yang diberi tambahan charcoal. 3. Umur keluar
tunas, umur keluar daun dan umur keluar akar tercepat dihasilkan pada media Knudson C PA 70%
yang diberi tambahan charcoal.