Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, diikuti juga arus
globalisasi yang mempermudah bertukarnya informasi, yang mana informasi
tersebut bisa saja baik ataupun buruk dampaknya bagi penerima informasi.
Menurut Setiadi (2007: 41), perkembangan zaman mendorong terjadinya
perubahan-perubahan disegala bidang, termasuk dalam kebudayaan. Mau
tidak mau kebudayaan yang dianut suatu kelompok sosial akan bergeser.
Cepat atau lambat pergeseran ini akan menimbulkan konflik antara
kelompok-kelompok yang menghendaki perubahan dan kelompok-kelompok
yang tidak menghendaki perubahan
Salah satu contoh nyata di dalam kehidupan yang menggambarkan
bergesernya budaya adalah masuknya budaya barat, seperti banyaknya
muncul tempat hiburan malam seperti nightclub, karaoke, dan pub.
Dampaknya banyak masyarakat menengah keatas khususnya laki-laki yang
mencoba datang ke nighclub untuk clubbing, dan akhirnya menjadi gaya
hidup. Namun kekinian tidak hanya para pria yang mengunjungi tempat ini,
dari beberapa informan yang sering mengunjungi tempat clubbing, peneliti
mendapatkan hasil wawancara dengan salah satu pengunjung tempat

clubbing di daerah Bandar Lampung, bahwa tidak hanya pria namun ada juga
perempuan yang mengunjungi tempat clubbing, bahkan ada beberapa yang
rutin mengunjunginya (Prariset, Maret 2015). Peneliti juga menemukan di
dalam (Perdana, 2004:93) yang isinya berdasarkan wawancara dan analisis
penulis terhadap pelaku dan penganut gaya hidup dugem (clubbing) cukup
banyak yang merupakan hasil wawancara dengan perempuan.

Sumber: Prariset Maret 2015


Liliweri (2007: 51) mengkategorikan norma kedalam budaya nonmaterial,
mengatakan bahwa nilai dapat dibedakan dari norma. Kalau nilai hanya
meliputi penilaian tentang baik buruknya objek, peristiwa, tindakan, atau
kondisi, sedangkan norma lebih merupakan standar perilaku. Teknik berbicara
misalnya, diatur oleh berapa jumlah orang yang seharusnya menilai anda,
sedangkan norma selalu mengatur tentang standar perilaku anda untuk

berbicara. Jadi, yang dipertukarkan oleh norma adalah nilai-nilai budaya yang
merupakan standar kelompok, dasar dari kehidupan sebuah kelompok.
Namun pada kenyataannya, walaupun sudah ada norma yang berlaku di
dalam sebuah kelompok atau masyarakat, tetap saja ada individu yang
melanggar hal tersebut. Dalam penelitian ini perempuan yang keluar malam
dan melakukan aktifitas clubbing, adalah salah satu contoh nyata. Karena
pada awalnya clubbing berasal dari budaya barat, tentunya hal ini akan
menimbulkan pandangan yang berbeda ketika dilakukan di Indonesia atau
kelompok masyarakat yang menganut budaya timur. Bahkan mungkin
beberapa individu akan memberi persepsi kurang baik terhadap perempuan
yang melakukan aktifitas clubbing.
Menurut Rakhmat (2012: 51), persepsi merupakan bagian dari komunikasi
intra personal. menurutnya pengolahan informasi komunikasi intrapersonal
meliputi, sensasi, persepsim memori, dan berpikir. sensasi adalah proses
menangkap stimuli. persepsi ialah proses memberi makna pada sensasi
sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru, dengan kata lain, persepsi
mengubah sensasi menjadi informasi.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya sebuah persepsi, seperti
pengalaman, kebutuhan, latar belakang budaya, kesiapan mental dan suasana
emosional.

Krech

dan

Crutchfield

dalam

(Rakhmat,

2012:

55),

menggolongkan faktor tersebut kedalam faktor fungsional. Berdasarkan


pernyataan tersebut maka setiap individu akan mempersepsikan sebuah

masalah atau objek dengan cara yang berbeda-beda, tergantung dengan


keadaan faktor fungsional yang ada didalam diri individu tersebut.
Beberapa individu bisa saja mempersepsikan hal yang dianggap oleh
lingkungannya merupakan hal negatif, tetapi tidak bagi individu tersebut, hal
tersebut bisa saja karena keadaan emosionalnya, ataupun pengalaman dari
individu tersebut. Menurut teori disonansi kognitif festinger hal tersebut
dianggap disonan apabila hal yang dianggap biasa pada suatu lingkungan dan
dianggap tidak biasa pada lingkungan lainnya (Sarwono, 2011: 114).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh faktor
fungsional terhadap persepsi mahasiswa tentang perempuan penggemar
clubbing, yang tentunya akan menghasilkan persepsi yang disonan atau tidak
disonan. Peneliti memilih mahasiswa karena dari beberapa penelitian
sebelumnya banyak mahasiswa yang gemar melakukan clubbing.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah
yang akan diteliti yaitu:
1. Ada atau tidaknya pengaruh faktor fungsional terhadap persepsi
mahasiswa tentang perempuan penggemar clubbing.
2. Seberapa besar pengaruh faktor fungsional terhadap persepsi mahasiswa
tentang perempuan penggemar clubbing

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Ada atau tidaknya pengaruh faktor fungsional terhadap persepsi


mahasiswa tentang perempuan penggemar clubbing.
2. Seberapa besar pengaruh faktor fungsional terhadap persepsi mahasiswa
tentang perempuan penggemar clubbing
3. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini yaitu :


1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu komunikasi dan juga diharapkan dapat menjadi
referensi bagi penelitian selanjutnya. Selain itu, penelitian juga dapat
menambah

dan

mengembangkan

wawasan

penulis

dalam

mempraktekkan teori-teori yang penulis dapatkan dengan keadaan


sebenarnya di lapangan dan di dalam lingkungan masyarakat.
2. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pikiran, memberikan kontribusi informasi dan pengetahuan dalam kajian
ilmu komunikasi. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai