Anda di halaman 1dari 6

Sejarah Akustik Kelautan

,Aristoteles (384-322 SM) adalah orang pertama yang tercatat menyatakan


bahwa suara bisa terdengar dalam air seperti di udara .Setelah 2000 tahun
kemudian, sekitar tahun 1490 berasal dari catatan harian Leonardo da vinci yang
menuliskan : Dengan menempatkan ujung pipa yang panjang didalam laut dan
ujung lainnya di telinga anda, dapat mendengarkan kapal-kapal laut dari
kejauhan. Ini mengindikasikan bahwa suara dapat berpropagasi di dalam air. Ini
yang disebutkan dengan Sonar pasif (passive Sonar) karena kita hanya mendengar
suara yang ada. udara. 200 tahun setelah pengamatan da Vinci, pemahaman fisik
dari proses akustik sedang maju pesat dengan Marin Mersenne dan Galileo secara
independen menemukan hukum tentang vibrating strings, kegiatan Mersenne
diterbitkan dalam karyanya L'Harmonie Universelledi 1620-an. Komentar
Mersenne menyangkut sifat dan perilaku suara dan pengukuran awal
eksperimental pada kecepatan suara di udara selama pertengahan hingga akhir
1600 itu dianggap sebagai landasan bagi perkembangan akustik. Beberapa dekade
kemudian, pada tahun 1687, Sir Isaac Newton menerbitkan teori matematika
pertama tentang bagaimana suara bergerak, dalam karyanya yang besar,
Philosophiae Naturalis Principia Mathematic, Rational Mechanics will be the
science of motions resulting from any forces whatsoever, and of the forces
required to produce any motions, accurately proposed and demonstrated and
therefore we offer this work as mathematical principles of philosophy. For all the
difficulty of philosophy seems to consist in this from the phenomena of motions to
investigate the forces of Nature, and then from these forces to demonstrate the
other phenomena Meskipun Newton terfokus pada suara di udara, teori
matematika dasar yang sama berlaku untuk suara dalam air. Pada 1743, Abbe JA
Nollet melakukan serangkaian percobaan tentang apakah suara bisa bepergian
melalui air. Dengan kepalanya di air, ia melaporkan mendengar tembakan pistol,
bel, peluit, dan teriakan. Dia juga mencatat bahwa jam alarm berdentang dalam air
bisa dengan mudah didengar oleh seorang pengamat bawah air, tetapi tidak di
udara, hal ini menunjukkan perjalanan suara melalui air.
The First Studies of Underwater Acoustics: The 1800s Pengukuran
pertamatentangkecepatan suara dalam air sukses pada awal tahun 1800.
Menggunakan tabung panjang untuk mendengarkan bawah air, seperti yang
disarankan oleh da Vinci, ilmuwan pada tahun 1826 mencatat seberapa cepat
bunyi lonceng terendam mengalami perjalanan melintasi Danau Jenewa.

Gambar 1. Percobaan pertama untuk menentukan kecepatan suara dalam air

. Pada 1838, Charles Bonnycastle melakukan percobaan pertama dengan


diketahu iecho sounding .Pada tahun 1859, Letnan Fontaine Maury Matius,
komandan Angkatan Laut AS Depot Charts dan Instrumen, mencoba untuk
mengukur kedalaman laut menggunakan suara, namun gagal. Percobaan ini gagal
bukan karena ide itu salah, tetapi karena Letnan Maury tidak menggunakan
receiver bawah air untuk mendengarkan gema. Akhirnya, echo sounding menjadi
salah satu aplikasi yang paling penting dari suara bawah air.
Pada tahun 1877 dan 1878, ilmuwan Inggris William Strut Yohanes, juga
dikenal sebagai Lord Rayleigh, diterbitkan Teori Suara, dengan karya yang
dianggap sebagai tanda awal dari studi modern akustik. Lord Rayleigh adalah
yang pertama merumuskan persamaan gelombang, alat matematika yang
menggambarkan gelombang suara yang merupakan dasar untuk semua pekerjaan
pada akustik.
Pada abad ke 19, Jacques and Pierre Currie menemukan piezoelectricity,
sejenis kristal yang dapat membangkitkan arus listrik jika kristal tersebut ditekan,
atau jika sebaliknya jika kristal tersebut dialiri arus listrik mak kristal akan
mengalami tekanan yang akan menimbulkan perubahan tekanan di permukaan
kristal yang bersentuhan dengan air. Selanjutnya signal suara akan berpropagansi
didalam air. Ini yang selanjutnya disebut dengan Sonar Aktif (Active Sonar)
Perkembangan akustik yang sangat pesat pada saat Perang Dunia pertama
terutama digunakan untuk pendeteksian kapal-kapal selam yang ada dibawah laut.
Pendeteksian ini menggunakan 12 hydrophone (yang setara dengan microphone
untuk penggunaan didarat) yang diletakan memanjang di bawah kapal laut untuk
mendengarkan sinyal suara yang berasal dari kapal selam. Setelah Perang Dunia I,
perkembangan akustik kelautan cenderung stgnan ini dikarenakan pada saat itu
belum adanya perkembangan lebih lanjut dan penggunakan akustik kelautan lebih
difokuskan untuk keperluan militer. Pada saat Perang Dunia di mulai
penggunakaan akustik kembali berkembang dengan pesat. Penggunaan torpedo
yang menggunakan sinyal akustik untuk mencari kapal musuh adalah penemuan
yang hebat pada jaman itu.
Setelah selesainya Perang Dunia II, akustik tidak hanya digunakan untuk
keperluan militer saja, tetapi akustik banyak digunakan untuk keperluan nonmiliter diantaranya mempelajari proses perambatan suara didalam medium air;
penelitian sifat-sifat akustik dari air dan benda-benda bawah air; pengamatan
benda-benda dari echo yang mereka hasilkan; pendeteksian sumber-sumber suara
bawah air; komunikasi dan penetapan posisi dengan alat akustik bawah air Pada
dekade tahun tujuh puluhan barulah secara intensif diterapkan dalam pendeteksian
dan pendugaan stok ikan, yakni dengan dikembangkannya analogechointegrator dan echocounter.
Perkembangan yang menyolok ini tidak hanya di Inggris tetapi juga di
Norwegia, Amerika, Jepang, Jerman dan sebagainya.Kemudian setelah
diketemukan digital echo integrator dual beam acoustic system, split beam
acoustic system, quasy ideal beam system dan aneka echo processor canggih
lainnya, barulah ketelitian dan ketepatan pendugaan stock ikan dapat ditingkatkan
sehingga akhir-akhir ini peralatan akustik menjadi peralatan standar dalam
pendugaan stock ikan dan manajemen sumberdaya perikanan.

Secara garis besar sampai dekade (dasawarsa 80-an), kiranya dapat kita
catat beberapa kemajuan penting yang telah dicapai oleh para ahli Akustik
Kelautan seperti tertera berikut ini.
1. Dekade 1945 - 1955 Pada periode ini, pengalaman pendeteksian ikan yang
diperoleh sebelumya (khususnya oleh ahli Norwegia yang bernama Sund,
1935) mulai dimanfaatkan untuk membantu pemenuhan permintaan akan
pangan dan protein. Kemudian pada tahun 1950, seorang ahli Norwegia juga
(Devold) berhasil mendeteksi dan melokalisir gerombalan ikan Atlanto
scandian herring yang sedang Mencari ikan. Selanjutnya pada musim dingin
1950-1951, Devold berhasil juga mendeteksi gerombolan ikan herring
dewasa yang akan melakukan pemijahan. Setelah alat pendeteksian akustik
menjadi alat baku (standard), bukan saja untuk kapal-kapal peneliti perikanan
tetapi juga untuk armada penangkapan, ikan (fishing fleets, terutama oleh
negara-negara Scandinavia dan Uni Soviet.
2. Dekade 1955 - 1965 Pada permulaan periode ini berkat pengembangan
daerah penangkapan ikan misalnya dengan ditemukannya sistem-upwelling di
dunia, maka produksi ikan sangat meningkat. Oleh Perserik.atan Bangsa
bangsa PBB dimulailah dibuat proyek, pengembangan di Somalia, kemudian
dengan cepat disusul oleh negara-negara penangkap ikan yang memiliki
penangkapan ikan jarak jauh (long-distance fleets) seperti Jepang dan Uni
Soviet. Ekspansi tersebut pads prinsipnya adalah berkat peningkatan
penggunaan instrumen pendeteksian ikan baik horizontal (sonar) maupun
vertical (echo sounder). Beberapa negara maju secara berlomba-lomba
membuat instrumen kelautan tersebut, yakni Norwegia, Inggris Perancis,
Amerika, Jerman, Jepang dan Uni Soviet. Kuantifikasi dari pendugaan stok
ikan dilakukan dengan melihat echogram, sehingga hanya bisa menentukan
saat-saat yang tepat untuk mengoperasikan alat penangkapan ikan.
3. Dekade 1965 - 1975 Pada permulaah periode ini, produksi ikan dunia mulai
merosot sehingga penangkapan ikan harus dilakukan dengan hati-hati dengan
memperhitungkan kemelimpahan stoknya. Dengan demikian, maka mulailah
dikembangkan metode akustik untuk stock assessment dalam rangka
manajemen stok ikan yang bersangkutan.
Dalam periode ini mulai
dikembangkan "pulse counter'' oleh Inggris untuk menghitung jumlah
individu target (ikan). Selanjutnya oleh Norwegia diketemukan "Analog Echo
Integrator" untuk menghitung total biomass dari suatu perairan, yang
disursvai yang kemudian dikenal dengan nama SIMRAD QM-Echo
Integrator. Ternyata kemudian analog echo integrator ini relatif mahal untuk
diproduksi. secara komersial dan sangat sulit untuk dikalibrasi yakni untuk
mengkonversi nilai integrasi echo menjadi estimasi biomass. Dengan adanya
berbagai kesulitan tersebut, Amerika (University of Washington di Seattle)
mulai meneliti dan mengembangkan digital echo integrator. Terobosan ini
dimungkinkan karena diketemukan alat pemrosesan sinyal (echo signal
processor) yang baru dan berkat bantuan teknologi komputerisasi, khususnya
minicomputer. Selanjutnya untuk pengukuran in situ target strength, oleh ahli
fisika & matematika Amerika (Ehrenberg) diketemukanlah dual-beam
acoustic system yang kemudian disusul dengan dikembangkannya towedunderwater vehicle yang selanjutnya menjadi keunggulan komparatif dari
produksi Amerika.

4.

Dekade 1975 - 1985 Walaupun ide split-beam system pertama kali


ditemukan di Amerika, tetapi untuk penerapan teknologinya dikembangkan
oleh Norwegia yakni dengan diproduksinya SIMRAD split-beam acoustic
system. Sistem ini yang merupakan keunggulan teknologi yang dimiliki
Norwegia sebenarnya merupakan pengembangan dari SIMRAD QD-Echo
Integrator (digital echo integrator) yang memiliki kelemahan dalam
mendapatkan nilai in situ target strength. Jadi jelaslah bahwa kalau di
Norwegia pengembangan scientific echo sounder dipusatkan pada splitbeam acoustic system, maka di Amerika pengembangan di fokuskan pada
dual-beam acoustic system yang secara real time dapat menghitung nilai
target strength (TS), volume backscattering strength (SV), dan kemudian
biomass atau jumlah ikan. Jepang-pun tidak tinggal diam dalam rangka
inovasi teknologi canggih di bidang akustik kelautan ini yakni dengan
diketemukannya "frequency-diversity acoustic system dan quasi-ideal-beam
acoustic system". Sistem yang pertama dikembangkan oleh Japan Radio
Company (JRC), sedangkan sistem yang kedua dikembangkan oleh
FURUNO dan akhir-akhir ini secara teknologi Memiliki kedudukan yang
sejajar dengan "dual-beam acoustic system" America dam "split-beam
acoustic system'' Norwegia.

Sejarah Ilmu Akustik Untuk Kelautan


Seperti kita ketahui bahwa alat akustik merupakan salah satu alat yang dapat
mendeteksi kedalaman dan keberadaan suatu benda yang ada di bawah
permukaan laut salah satunya adalah ikan dan biota-biota lainnya. Alat ini
merupakan peralatan pendukung untuk para nelayan yang menangkap ikan di
lautan. Teknologi ini merupakan metode yang sangat efektif dan bermamfaat
bagi exsplorasi di bidang kelautan dan perikanan.metode ini dikenal dengan
Hidroakustik yang terdiri dari pengukuran, analisis, dan interpretasi dari signal
yang dipantulkan oleh objek atau scattering dari target yang dikenai gelombang
akustik dari tranduser atau alat hidroakustik, objek tersebut berupa ikan,
plankton, dan substrat dasar perairan.Secara garis besar pengunaan akustik bawah
air dalam kelautan dan perikanan dapat dikelompokkan menjadi lima yakni:
untuk survey
bududaya perairan
penelitian tingkah laku ikan
mempelajari penampilan dan
selektifitas alat-alat penangkapan ikan.
Dalam survey kelautan dapat digunakan untuk menduga spesies ikan,
menduga ukuran individu ikan, kelimpahan/stok sumberdaya hayati laut (plankton
dan ikan).Aplikasi dalam budidaya perairan dapat digunakan dalam
penentuan/pendugaan jumlah biomass dari ikan dalam jaring/ kurungan
pembesaran (penned fish/enclosure), untuk menduga ukuran individu ikan dalam
jaring/kurungan dan untuk memantau tingkah laku ikan (dengan telemetering
tags), khususnya aktifitas makan (feeding activity).Sedangkan dalam penelitian
tingkah laku ikan dapat digunakan untuk pergerakan/migrasi ikan (vertical dan
horizontal) dan orientasi ikan (tilt angel), reaksi menghindar (avoidance) terhadap

gerak kapal dan alat penangkapan ikan, respon terhadap cahaya ,suara, listrik,
hydrodinamika,kimia,mekanik dan sebagainya.Untuk kegiatan aplikasi studi
penampilan dan slektifitas alat penangkapan ikan terutama dalam studi
pembukaan mulut trawl, kedalam, posisi dan sebagainya. Dalam slektifitas
penangkapan (prosentase ikan yang tertangkap terhadap yang terdeteksi didepan
mulut trawl. atau didalam lingkaran purseseine).Kegiatan lain yang dapat dikaji
dengan teknologi akustik bawah air adalah sifat sifat-sifat akustik dari air laut dan
obyek bawah air, pendeteksian kapal selam danobyek-obyeklainya.
Menurut Arnaya (1991) Kegunaan lain dari akustik bawah air adalah untuk
penentuan kedalaman air dalam pelayaran, jenis dan komposisi dasar laut (lumpur,
pasir, kerikil, karangdan sebagainya), untuk penentuan contour dasar laut, lokasi
kapal berlabuh atau pemasangan bangunan laut, untuk eksplorasi minyak dan
mineral didasar laut, mempelajari proses sedimentasi dan untuk pertahanan
keamanan (pendeteksian kapal-kapal selam dengan pemasangan buoy-system).
Dalam survey kelautan dapat digunakan untuk menduga spesies ikan,
menduga ukuran individu ikan, kelimpahan/stok sumberdaya hayati laut (plankton
dan ikan).Aplikasi dalam budidaya perairan dapat digunakan dalam
penentuan/pendugaan jumlah biomass dari ikan dalam jaring/ kurungan
pembesaran (penned fish/enclosure), untuk menduga ukuran individu ikan dalam
jaring/kurungan dan untuk memantau tingkah laku ikan (dengan telemetering
tags), khususnya aktifitas makan(feedingactivity).
Salah Satu Contoh Alat Akustik Kelautan
Sonar (Sound Navigation and Ranging) adalah sistem penginderaan bawah
air dengan menggunakan gelombang suara (akustik). penginderaan bawah air
sangat banyak dipengaruhi oleh kemajuan teknologi lainnya, terutama teknologi
sensor, elektronika dan microprocessor.alat ini dikembangkan untuk berbagai
aplikasi misalnya untuk pemetaan dasar laut, perikanan dan sebagainya.
penerapan teknologi akustik bawah air untuk eksplorasi dan eksploitasi
sumberdaya non-hayati laut yaitu :
Pengukuran Kedalaman Dasar Laut (Bathymetry)
Pengidentifikasian Jenis-jenis Lapisan Sedimen Dasar Laut (Subbottom
Profilers)
Pemetaan Dasar Laut (Sea bed Mapping)
Pencarian kapal-kapal karam didasar laut
Penentuan jalur pipa dan kabel dibawah dasar laut.
Analisa Dampak Lingkungan di Dasar Laut

Gambar 2. Sonar

DAFTAR PUSTAKA
https://uneeslamert19.files.wordpress.com/2014/02/1-pendahuluan.pdf
http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/35039336/MATERIAKUSTIKKELAUTAN.pdf
http://kuliahkelautan.blogspot.co.id/2012/12/ilmu-kelautan-sejarah-ilmuakustik.html

Anda mungkin juga menyukai