PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Sebuah organisasi mempunyai budaya masing-masing. Ini menjadi
salah satu pembeda antara satu organisasi dengan organisasi lainnya.
Budaya sebuah organisasi ada yang sesuai dengan anggota atau karyawan
baru, ada juga yang tidak sesuai sehingga seorang anggota baru atau
karyawan yang tidak sesuai dengan budaya organisasi tersebut harus dapat
menyesuaikan kalau dia ingin bertahan di organisasi tersebut.
Budaya organisasi ini dapat membuat suatu organisasi menjadi
terkenal dan bertahan lama. Yang jadi masalah tidak semua budaya
organisasi dapat menjadi pendukung organisasi itu. Ada budaya organisasi
yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Maksudnya tidak dapat
menyocokkan diri dengan lingkungannya, dan lebih ditakutkan lagi
organisasi itu tidak mau menyesuaikan budaya nya dengan perkembangan
zaman karena dia merasa paling benar.
Dalam keadaan inilah anggota tidak akan mendapatkan kepuasan
kerja. Memang banyak faktor lain yang menyebabkan anggota tidak
memperoleh kepuasan kerja, tapi faktor budaya organisasi merupakan
faktor yang utama.
Meski telah disadari bahwa budaya organisasi bersifat dinamik dan
pluralistic, perdebatan tentang apakah budaya organisasi dapat di-manage
dan dikendalikan masih terjadi. Pandangan pertama yang diwakili oleh
Gagliardi menyatakan bahwa budaya organisasi dapat di-manage dan
dikendalikan. Argumentasi yang digunakan adalah bahwa budaya
organisasi merupakan komponen illusive yang menyatu dalam diri setiap
orang pada dataran yang paling mendasar (alam bawah sadar), sehingga
untuk merubah budaya organisasi membutuhkan pengetahuan yang
mendalam tentang bagaimana alam bawah sadar terbentuk dan berfungsi
RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan budaya organisasi ?
2. Bagaimana asal muasal budaya organisasi ?
3. Apa saja karakteristik budaya organisasi ?
4. Bagaimanakah menciptakan budaya organisasi yang etis ?
C.
TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui pengertian budaya organisasi.
2. Menjelaskan asal muasal budaya organisasi.
3. Mengetahui karakteristik budaya organisasi.
4. Mengetahui bagaimana menciptakan budaya organisasi yang etis.
D.
MANFAAT PENULISAN
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan manfaat baik
secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna
sebagai pengembangan konsep mata kuliah Perilaku Keorganisasian
khususnya materi Budaya Organisasi dan secara praktis makalah ini
diharapkan bermanfaat bagi :
E.
METODE PENULISAN
Metode yang digunakan dalam penulisan adalah metode deskriptif.
Melalui metode ini penulis menguraikan permasalahan yang dibahas
secara explanation atau penjelasan yang komprehensif. Data teoritis dalam
makalah ini dikumpulkan dengan menggunakan studi pustaka, artinya
penulis mengambil data melalui media pustaka dalam penyusunan
makalah ini dan ditambah referensi dari media internet.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
untuk setiap organisasi amatlah penting. Untuk itu perlu dipahami apa
budaya organisasi itu.
Budaya organisasi memiliki makna yang luas. Walter R. Freytag
mendefinisikan budaya organisasi sebagai a distint and shared set of
conscious and unconscious assumptions and values that binds
organizational members together and prescribes appropriate patters of
behavior. Freytag menitik beratkan pada asumsi-asumsi dan nilai-nilai
yang disadari atau tidak disadari yang mampu mengikat kepaduan suatu
organisasi. Asumsi dan nilai tersebut menentukan pola perilaku para
anggota di dalam organisasi.
Menurut Robbins Budaya organisasi adalah suatu system makna
bersama yang dianut oelh anggota-anggota yang membedakan organisasi
tersebut dengan yang lain.
Menurut Lathans (1998), budaya organisasi merupakan normanorma dan nilai-nilai yang mengarahkan perilaku anggota organisasi.
Setiap anggota organisasi akan berperilaku sesuai dengan budaya yang
berlaku agar diterima oleh lingkungannya. Sarplin (1995) mendefinisikan
budaya organisasi merupakan suatu system nilai, kepercayaan dan
kebiasaan dalam suatu organisasi yang saling berinteraksi dengan struktur
system formalnya untuk menghasilkan norma-norma perilaku organisasi.
Sebagai suatu cognitive framework yang meliputi sikap, nilai-nilai, norma
perilaku
dan
harapan-harapan
yang
disumbangkan
oleh
anggota
dan
yang
tidak
boleh
dilakukan,
serta
bagaimana
B.
mereka.
Kedua,
pendiri
melakukan
indoktrinasi
dan
C.
orang.
Sejauh
mana
keputusan-keputusan
manajemen
mempertimbangkan efek dari hasil tersebut atas orang yang ada di dalam
organisasi.
4. Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan-kegiatan kerja di organisasi pada tim
ketimbang pada indvidu-individu.
5. Keagresifan. Sejauh mana orang bersikap agresif dan kompetitif
ketimbang santai.
Dalam teori diatas dijelaskan bahwa sebuah organisasi dapat
memiliki karakteristik yang terkandung dalam budaya organisasinya.
Sejauh mana organisasi berfokus kepada hasil, dan bukan hanya pada
proses, melihat sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan efek
hasil pada individu di dalam organisasi itu. Kemudian sejauh mana
kegiatan kerja di organisasikan sekitar tim-tim, bukannya individuindividu, melihat sejauh mana karyawan itu agresif dan kompetitif,
D.
perusahaan
dalam
rangka
memberikan
10
atau
suasana
yang diciptakan
dalam
organisasi.
Dengan menggali komponen-komponen pembentuk ini, diharapkan
akan memperoleh gambaran global dari budaya organisasi tertentu.
Gambaran ini menjadi dasar organisasi tersebut, bagaimana masalah
deselesaikan didalamnya, dan cara paraanggota diharapkan berperilaku.
E.
2.
3.
4.
5.
F.
12
Dramatic
Suspicious
Depressive
Detached
Compulsive
Self-sufficient
Trusting
Achievement
Focused
Creative
organisasi
ketergantungan,
macam
ini
memiliki
kebutuhan
tinggi
akan
dari
13
14
G.
15
meliputi
pembentukan
konselor
etis,
badan
pengawas
16
BAB III
PEMBAHASAN
A. Studi Kasus
Sejalan dengan makin meningkatnya merger dan akuisisi,
membuktikan bahwa menggabungkan dua budaya organisasi yang berbeda
bukanlah pekerjaan yang mudah. Juga, banyak keuntungan yang
diharapkan dari merger tersebut tidak terealisasi karena budaya organisasi
dan Sumber Daya Manusia yang berbeda. Menurut suatu perkiraan secara
nasional, 70% dari semua kombinasi tidak mencapai sasaran keuangan
yang telah ditetapkan dan hanya 15% mencapai sasaran keuangan mereka.
17
menjadi
Apria
Healthcare
Group.
Bersama-sama
mereka
merupakan
tenaga
kerja
Abbey
sebelumnya.
Sehingga
19
B. Analisis Kasus
Melihat dari masalah yang terjadi di atas, salah satunya adalah
mengenai penggabungan dari 2 budaya organisasi yang berbeda. Masalah
tersebut sering terjadi kepada perusahaan-perusahaan yang melakukan
penggabungan atau merger perusahaan. Perbedaan 2 budaya menjadi satu
tersebut malah membuat perusahaan memiliki penurunan dalam pasar.
Oleh karena itu, seharusnya perusahaan tersebut harus menciptakan
kembali suatu budaya organisasi yang etis agar perusahaan tersebut dapat
berjalan dengan baik. Hal tersebut harus dimulai dari pimpinan (CEO)
perusahaan tersebut.
Pemimpin seharusnya dapat menjadi model peran yang visible
yang baik, dan tidak memihak kepada perusahaannya terdahulu sebelum di
merger tersebut, pimpinan harus dapat menjadi penengah dan memberikan
peran yang baik di depan para karyawannya, sehinga hal tersebut dapat
memberikan pesan positif bagi semua karyawannya. Kemudian pimpinan
mengkomunikasikan kembali harapan harapan yang etis yaitu berupa kode
etik organisasi. Kode etik tersebut tentu saja harus menyatakan nilai-nilai
utama organisasi dan berbagai aturan yang baru yang dapat dipatuhi oleh
para karyawan.
Pemimpin juga dapat memberikan beberapa pelatihan etis seperti
seminar, loka karya dan yang lain-lain yang nantinya dapat memperkuat
standar tuntutan organisasi, mana yang diperbolehkan dan mana yang
tidak diperbolehkan untuk dilakukan di dalam organisasi. Setelah itu,
pemimpin dapat secara nyata memberikan penghargaaan kepada karyawan
yang menjunjung tinggi kode etik tersebut, dan memberikan hukuman
kepada karyawan yang melanggar, dengan begitu akan membuat karyawan
untuk selalu menjunjung tinggi kode etik dari budaya organisasi tersebut.
20
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan dari pembahasan teori-teori di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Budaya organisasi merupakan nilai-nilai dan norma perilaku yang diterima
dan dipahami bersama oleh anggota organisasi sebagai dasar aturan
perilaku di dalam organisasi.
2. Proses penyiptaan budaya terjadi dalam tiga cara: Pertama, pendiri hanya
merekrut dan mempertahankan karyawan yang sepikiran dan seperasaan
dengan
mereka.
Kedua,
pendiri
melakukan
indoktrinasi
dan
21
B. SARAN
Saran yang penulis berikan dalam kajian budaya organisasi adalah
bahwa budaya dalam organisasi seharusnya dapat dijunjung tinggi dan
dijaga di dalam suatu organisasi. Sebab tanpa adanya budaya organisasi
yang baik, suatu organisasi akan banyak memiliki suatu kesalahpahaman
sehingga kegiatan organisasi tersebut akan berjalan kurang baik.
22
DAFTAR PUSTAKA
23