Anda di halaman 1dari 1

REPUBLIKA.CO.

ID,JAKARTA - Saat ini Pemerintah menggembor-gemborkan untuk


merevitalisasi pendidikan anak pada usia dini (PAUD). Akan tetapi, kalangan masyarakat masih
bingung tentang batasan PAUD itu sendiri.
Apa bedanya PAUD dan Taman Kanak-Kanak (TK)? Hal itu masih menjadi pertanyaan yang
besar bagi masyarakat. Ibu-ibu di wilayah Jakarta Barat misalnya. Mereka belum tahu apa beda
kedua elemen pendidikan itu. Kalau saya ya mending anak saya ta masukin PAUD saja, gratis
soalnya, kata Mur (34), seorang warga kelurahan Wijayakusuma.
Ibu lainnya, yang juga tinggal di Wijayakusuma, memilih memasukkan anaknya ke TK. Yani
(41) memilih TK karena dia sejak dulu tahunya anak-anak sebelum masuk Sekolah Dasar itu
harus ke TK dulu. Jalurnya sudah begitu kan dari dulu, katanya.
Rini, salah seorang guru TK, juga merasa bingung dengan kebijakan pemerintah ini. Ia merasa
keberadaan PAUD menjadi ancaman bagi TK.
Orang akan lebih banyak masukin anaknya ke PAUD, lama-lama TK pada tutup nantinya, kata
Rini kepada Republika pada Senin (2/5). Mereka (guru PAUD -red) mengajar hanya
berdasarkan pengalaman mereka menjadi ibu. Mereka tidak tahu teori mendidik anak, misalnya
psikologi anak.
Wakil Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Suradika, menyatakan bahwa TK masuk dalam
PAUD. Walaupun ketika anak berusia 4-6 tahun, mereka sudah berbeda pemikiranya dengan
anak yang usianya lebih muda. Usia ini adalah usia emas bagi anak, katanya.
Pada akhir usia yang keempat, Suradika menyebutkan daya khayal anak semakin menipis.
Karena, kemampuan anak untuk memahami realitas itu semakin meningkat.

Anda mungkin juga menyukai