LAPORAN PENDAHULUAN
MORBILI
DISUSUN GUNA MELENGKAPI TUGAS KELOMPOK
MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK
DOSEN PENGAMPU: NOVI SUPRIHATIN, Skep.Ns
DISUSUN OLEH:
1. Dita Aprilia
2. M. Ragil Setyo H
3. Riya efendi
B. Etiologi
Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah
selama masa prodormal sampai 24 jam setelah timbulnya bercak-bercak. Cara penularannya
dengan droplet dan kontak (IKA,FKUI Volume 2, 1985).
Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam famili paramyxovirus
yaitu genus virus morbili. Virus ini sangat sensitif terhadap panas dan dingin, dan dapat
diinaktifkan pada suhu 30oC dan -20oC, sinar matahari, eter, tripsin, dan beta propiolakton.
Sedang formalin dapat memusnahkan daya infeksinya tetapi tidak mengganggu aktivitas
komplemen. (Rampengan, 1997 : 90-91)
Penyebab morbili adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah
selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak, cara penularan dengan
droplet dan kontak (Ngastiyah, 1997:351)
Campak adalah suatu virus RNA, yang termasuk famili Paramiksoviridae, genus
Morbilivirus. Dikenal hanya 1 tipe antigen saja; yang strukturnya mirip dengan virus penyebab
parotitis epidemis dan parainfluenza. Virus tersebut ditemukan di dalam sekresi nasofaring, darah
dan air kemih, paling tidak selama periode prodromal dan untuk waktu singkat setelah
munculnya ruam kulit. Pada suhu ruangan, virus tersebut dapat tetap aktif selama 34 jam.
(Nelson, 1992 : 198).
C. Manesfestasi Klinik
Masa tunasnya adalah 10-20 hari, dan penyakit ini dibagi menjadi dalam 3 stadium yaitu:
1. Stadium Kataral ( Prodormal)
Berlangsung selama 4-5 hari dengan tanda gejala sebagai berikut:
Panas
Malaise
Batuk
Fotofobia
Konjungtivitis
Koriza
Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik
berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema tapi itu sangat jarang
dijumpai. Diagnosa perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak koplik dan penderita
pernah kotak dengan penderita morbili dalam waktu 2 minggu terakhir.
2. Stadium Erupsi
Gejala klinik yang muncul pada stadium ini adalah:
Koriza dan Batuk bertambah
Timbul enantema dipalatum durum dan palatum mole
Kadang terlehat bercak koplik
Adanya eritema, makula, papula yang disertai kenaikan suhu badan
proliferasi sel mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus di sekitar kapiler. Kelainan ini
terdapat pada kulit, selaput lendir nasofaring, bronkus dan konjungtiva (Ngastiyah, 1997:352).
Sebagai reaksi terhadap virus maka terjadi eksudat yang serous dan proliferasi sel
mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus disekitar kapiler. Kelainan ini terdapat pada
kulit, selaput lendir nasofaring, bronkus dan konjungtiva (IKA,FKUI Volume 2,1985).
E. pahway
http://www.ziddu.com/download/20555258/Pathwaymoebili.docx.html
F. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
a. Gambaran klinis yang khas
b. Pemeriksaan laboratorium
c. Pada pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan leukopeni
d. Dalam spuntum, sekresi nasal, sedimen urine dapat ditemukan adanya multinucleated giant cells
yang khas
e. Pada pemeriksaan serologis dengan cara hemagglutination inhibition test dan complemen
fixation test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1-3 hari setelah timbulnya
rash dan mencapai puncaknya pada 2-4 minggu kemudian. (Rampengan, 1997 : 94)
f. Dalam sputum, sekresi nasal, sediment urine dapat ditemukan adanya multinucleated giant sel
yang khas.
g. Pada pemeriksaan serologi dengan cara hemaglutination inhibition test dan complement fiksatior
test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1 3 hari setelah timbulnya ras dan
mencapai puncaknya pada 2 4 minggu kemudian.
G. Komplikasi
a. Pneumoni
Oleh karena perluasan infeksi virus disertai dengan infeksi sekunder. Bakteri yang menimbulkan
pneumoni pada mobili adalah streptokok, pneumokok, stafilokok, hemofilus influensae dan
kadang-kadang dapat disebabkan oleh pseudomonas dan klebsiela.
b. Gastroenteritis
Komplikasi yang cukup banyak ditemukan dengan insiden berkisar 19,1 30,4%
c. Ensefalitis
Akibat invasi langsung virus morbili ke otak, aktivasi virus yang laten, atau ensefalomielitis tipe
alergi.
d. Otitis media
Komplikasi yang sering ditemukan
e. Mastoiditis
f.
H. Penatalaksanaan
a. Medis
Pengobatan simptomatik dengan antipiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk dan
memperbaiki keadaan umum. Tindakan lain ialah pengobatan segera terhadap komplikasi yang
timbul.
b. Keperawatan
1) Kebutuhan nutrisi
a) Mengusahakan cairan masuk lebih banyak dengan memberikan banyak minum.
b) Pemberian saat buah-buahan atau buah yang banyak mengandung air seperti jeruk atau
lainnya yang anak sukai.
c) Susu dibuat agak encer dan jangan terlalu manis, berikan dalam keadaan hangat, bila perlu
ditawarkan apakah mau campur sirop atau coklat.
d) Berikan makanan lunak misalnya bubur pakai kuah, sup, dan lain-lain, usahakan sedikit tapi
sering.
e) Berikan makan TKTP jika suhu turun dan nafsu makan mulai timbul.
2) Gangguan suhu tubuh
a) Beri obat penurun panas atau antibiotik bila tidak juga turun sebelum enantem atau eksantem
(campaknya keluar).
b) Beri obat penurun suhu tubuh dengan obat antipiretikum dan jika tinggi sekali juga diberikan
sedativa untuk mencegah terjadinya kejang.
3) Gangguan rasa aman dan nyaman
a) Beri bedak salisil 1% untuk mengurangi rasa gatal.
b) Usahakan agar anak tidak tidur di bawah lampu karena silau.
c) Selama demam tinggi jangan dimandikan tetapi sering-sering di bedak saja.
d) Di lap muka, tangan, dan kaki.
e) Jika suhu turun untuk mengulangi rasa gatal dapat dimandikan dengan PK 1/1000 atau air
hangat saja dan jangan terlalu lama. Dapat juga dengan phisohex atau bethadine.
4) Risiko terjadi komplikasi
a) Diubah sikap baringnya beberapa kali sehari dan berikan bantal untuk meninggikan kepala.
Dudukkan anak pada waktu minum atau dipangku.
b) Jangan membaringkan pasien di depan jendela atau membawa pasien ke luar rumah selama
masih demam (bila anak terkena angin, batuk akan menjadi lebih parah).
5) Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit
a) Penyuluhan pemberian gizi yang baik bagi anak agar mereka tidak mendapat infeksi dan tidak
akan mudah timbul komplikasi yang berat. (Ngastiyah, 1997 : 356-357)
I. Fokus Pengkajian
1) Pengkajian Data Dasar
2)
a.
b.
c.
d.
3)
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
Biodata
Terdiri dari biodata pasien dan biodata penanggung jawab.
Proses keperawatan
Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien dengan morbili yaitu demam terus-menerus berlangsung 2 4 hari.
(Pusponegoro, 2004 : 96)
Riwayat keperawatan sekarang
Anamnesa adanya demam terus-menerus berlangsung 2 4 hari, batuk, pilek, nyeri menelan,
mata merah, silau bila kena cahaya (fotofobia), diare, ruam kulit. (Pusponegoro, 2004 : 96)
Adanya nafsu makan menurun, lemah, lesu. (Suriadi, 2001 : 213)
Riwayat keperawatan dahuluAnamnesa pada pengkajian apakah klien pernah dirawat di Rumah
Sakit atau pernah mengalami operasi (Potter, 2005 : 185).
Anamnesa riwayat penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, riwayat imunisasi campak
(Wong, 2003 : 657). Anamnesa riwayat kontak dengan orang yang terinfeksi campak. (Suriadi,
2001 : 213)
Riwayat Keluarga
Dapatkan data tentang hubungan kekeluargaan dan hubungan darah, apakah klien beresiko
terhadap penyakit yang bersifat genetik atau familial. (Potter, 2005 : 185)
Pemeriksaan Fisik
Mata : terdapat konjungtivitis, fotophobia
Kepala : sakit kepala
Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza, perdarahan hidung ( pada stad
eripsi ).
Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit.
Kulit : Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam makuler pada leher,muka, lengan
dan, evitema, panas (demam).
Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, renchi, sputum
Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/ imunisasi.
Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare
Status Nutrisi : intake output makanan, nafsu makanan
K. Intervensi
1) Tidak efektif jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
Hasil yang diharapkan :
a) Mempertahankan jalan nafas pasien dengan bunyi nafas bersih atau jelas.
b) Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas, misal : batuk efektif dan
mengeluarkan sekret.
Intervensi :
a) Auskultasi bunyi napas
Rasional : beberapa derajat spasma bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas.
b) Kaji atau pantau frekuensi pernapasan
Rasional : takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan
atau selama stress atau adanya proses infeksi akut.
c) Catat adanya atau derajat dipsnoe sesak napas
Rasional : disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis selain
proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit.
d) Pertahankan polusi lingkungan minimun, misal ; debu, asap, dan bulu bantal yang berhubungan
dengan kondisi individu.
Rasional : pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat menjadi episode akut.
e) Observasi karakteristik batuk
Rasional : batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya bila pasien lansia, sakit akut, atau
kelemahan. Batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi atau kepala di bawah setelah perkusi
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna
atau ketidak mampuan mencerna makanan atau absorpsi nutrien yang diperlukan.
Hasil yang diharapkan :
a) Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai laboratorium
normal.
b) Tidak mengalami tanda malnutrisi.
c) Menunjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan
berat badan yang sesuai.
Intervensi :
a) Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.
Rasional : mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi.
b) Observasi dan catat masukan makanan pasien.
Rasional : mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
c) Timbang berat badan tiap hari
Rasional : mengevaluasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
d) Berikan makanan sedikit dari frekuensi sering dan atau makan diantara waktu makan.
Rasional : makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga
mencegah distensi gaster.
e) Observasi dan catat kejadian mual atau muntah, flatus, dan gejala lain yang berhubungan.
Rasional : gejala gastro intestinal dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
3) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penjamu dan agens infeksi.
Hasil yang diharapkan :
a)
b)
c)
d)
e)
f)
4)
a)
b)
c)
d)
e)
5)
a.
b.
c.
d.
e.
6)
a)
b)
c)
d)
e)
f)
DAFTAR PUSTAKA
Rampengan T.H , Laurents I.R. 1997. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Edisi 1, Cetakan III.
Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Silalahi Levi, 2004. Campak. http://www.tempointeraktif.com
Depkes, R.I., 2004. Campak di Indonesia. http://www.penyakitmenular. info.
Hassan, et al. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Infomedika: Jakarta.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC: jakarta.
Hartanto, Huriawati, dr., dkk,. 2006. Kamus Kedokteran Dorland, Edisi Dua Sembilan. EGC: Jakarta.
Betz, Cecity L., Linda A. Sowden. 2002. Buku Saku Keperawan Pediatri. EGC: Jakarta.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1985. Ilmu Kesehatan
Anak 2. Bagian Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta
H. John. 2005. Kamus Ringkas Kedokteran Stedman untuk Profesi Kesehatan Edisi Empat, EGC:
Jakarta.