Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR


MANUSIA, NILAI-NILAI, MORAL, DAN HUKUM

NAMA KELOMPOK :
Raymanda Julian Permana

NPM 15510052

Dendi Riski Nurhakim

NPM 15510032

Sandi Oktavian

NPM 15510022

Renathan Arvel Aditi

NPM 15510038

DOSEN PEMBIMBING :

TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
T.A. 2015/2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat karunia serta taufik dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan makalah
Manusia, Nilai-nilai, Moral, dan Hukum. Ini semua hanya sebatas pengetahuan dan
kemampuan yang kami miliki dan kami juga berterimakasih kepada Ibu Sri Hartati, Dra,
M.Hum selaku dosen mata kuliah ilmu social budaya yang telah memberikan tugas ini
kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kami mengenai hubungan manusia dan kebudayaan. Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam tugas ini terdapat banyak sekali kekurangan
dan jauh dari yang diharapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usul
untuk memperbaiki makalah ini dimasa yang akan datang.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya
sekiranya laporan yang telah kami susun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan, terima kasih.

Metro, 23 Maret 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................4
1.3 Tujuan.............................................................................................................5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Manusia, Nilai, Norma dan Moral.................................................................6
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Manusia, Nilai, Moral, Dan Hukum...........................................10
3.2 Hubungan Manusia, Nilai, Norma, Dan Hukum...........................................15
3.3 Hubungan Nilai, Moral, Dan Hukum Dalam Kehidupan Manusia...............17
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan...................................................................................................21
4.2 Saran..............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan pada hakikatnya adalah upaya untuk menjadikan manusia
berbudaya.Budaya dalam pengertian yang sangat luas mencakup segala aspek
kehidupan manusia, yang dimulai dari cara berpikir,bertingkah laku sampai produkproduk berpikir manusia yang berwujud dalam bentuk benda (materil)maupun dalam
bentuk sistem nilai (in- materil).
Pergaulan antar umat di dunia yang semakin intensif akan melahirkan budayabudaya baru, baik berupa pencampuran budaya, penerimaan budaya oleh salah satu
pihak atau keduanya, dominasi budaya, atau munculnya budaya baru.Keseluruhan
proses ini tentu saja dipengaruhi oleh proses pendidikan di masyarakat.
Pemunculan kebudayaan baru tidak sepenuhnya memberikan efek positif
terhadap perkembangan suatu bangsa, tetapi ada juga yang berdampak negative. Untuk
menghindari hal-hal negatif dari suatu kebudayaan baru, diperlukan berbagai upaya
untuk mengadakan saringan kebudayaan yang dianggap paling tepat untuk diterapkan .
Oleh karena , pemahaman terhadap kebudayaan menjadi penting bagi seorang pendidik
agar pendidik memahami secara persis kebudayaan dan pengaruhnya terhadap
perkembangan masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam yang terdapat pada pembahasan ini antara lain :
1.

Apa itu manusia?

2.

Apa itu nilai ?

3.

Apa itu moral ?

4.

Apa itu hukum dan fugsi hukum ?

1.3 Tujuan

1.

Membahas mengenai pengertian manusia, nilai, moral dan hukum

2.

Mempelajari Hubungan manusia, nilai, norma, dan hukum

3.

Membahas Hubungan Nilai, Moral, Dan Hukum Dalam Kehidupan Manusia

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Manusia, Nilai, Norma dan Moral


Meskipun banyak pakar yang mengemukakan pengertian nilai, namun ada yang
telahdisepakati dari semua pengertian itu bahwa nilai berhubungan dengan manusia,
danselanjutnya nilai itu penting. Pengertian nilai yang telah dikemukakan oleh setiap
pakar padadasarnya adalah upaya dalam memberikan pengertian secara holistik
terhadap nilai, akan tetapi setiap orang tertarik pada bagian bagian yang relatif belum
tersentuh oleh pemikir lain. Definisi yang mengarah pada pereduksian nilai oleh status
benda, terlihat
pada pengertian nilai yang dikemukakan oleh John Dewney yakni, Value Is Object Of S
ocialInterest, karena ia melihat nilai dari sudut kepentingannya.
Nilai dapat diartikan sebagai sifat atau kualitas dari sesuatu yang bermanfaat bagikehidu
pan manusia baik lahir maupun batin. Bagi manusia nilai dijadikan sebagai
landasan,alasan atau motivasi dalam bersikap dan bertingkah laku, baik disadari
maupun tidak. Nilai itu penting bagi manusia. Apakah nilai itu dipandang
dapat mendorong manusiakarena dianggap berada dalam diri manusia atau nilai itu
menarik manusia karena ada di luar manusia yaitu terdapat pada objek, sehingga nilai
lebih dipandang sebagai kegiatan menilai.
Nilai itu harus jelas, harus semakin diyakini oleh individu dan harus diaplikasika
n dalam perbuatan. Menilai dapat diartikan menimbang yakni suatu kegiatan manusia u
ntuk menghubungkan sesuatu dengan sesuatu lainnya yang kemudian dilanjutkan
denganmemberikan keputusan. Keputusan itu menyatakan apakah sesuatu itu bernilai
positif (berguna, baik, indah) atau sebaliknya bernilai negatif. Hal ini dihubungkan

dengan unsur-unsur yang ada pada diri manusia yaitu jasmani, cipta, rasa, karsa, dan
kepercayaan. Nilai memiliki polaritas dan hirarki, antara lain:
a. Nilai menampilkan diri dalam aspek positif dan aspek negatif yang sesuai polaritas
seperti baik dan buruk; keindahan dan kejelekan.
b. Nilai tersusun secara hierarkis yaitu hierarki urutan pentingnya.
Nilai (value) biasanya digunakan untuk menunjuk kata benda abstrak yang dapat
diartikansebagai keberhargaan (worth) atau kebaikan (goodness). Notonagoro membagi
hierarki nilai pokok yaitu:
a. Nilai material yaitu sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani manusia.
b. Nilai vital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan
kegiatan atau aktivitas.
c. Nilai kerohanian yaitu sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.

Nilai kerohanian terbagi menjadi empat macam:


a. Nilai kebenaran yang bersumber pada unsur akal atau rasio manusia
b. Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan estetis
manusia
c. Nilai kebaikan moral yang bersumber pada kehendak atau karsa manusia
d. Nilai religius yang bersumber pada kepercayaan manusia dengan disertai
penghayatanmelalui akal budi dan nuraninya
Hal-hal yang mempunyai nilai tidak hanya sesuatu yang berwujud (benda
material)saja, bahkan sesuatu yang immaterial seringkali menjadi nilai yang sangat

tinggi dan mutlak bagi manusia seperti nilai religius. Nilai juga berkaitan dengan citacita, keinginan, harapan, dan segala sesuatu pertimbangan internal (batiniah) manusia.
Dengan demikian nilai itu tidak konkret dan padadasarnya bersifat subyektif. Nilai yang
abstrak dan subyektif ini perlu lebih dikonkretkanserta dibentuk menjadi lebih objektif.
Wujud yang lebih konkret dan objektif dari nilai adalahnorma/kaedah. Norma berasal
dari bahasa latin yakni norma, yang berarti penyikut atau siku-siku, suatu alat perkakas
yang digunakan oleh tukang kayu. Dari sinilah kita dapatmengartikan norma sebagai
pedoman, ukuran, aturan atau kebiasaan. Jadi norma ialahsesuatu yang dipakai untuk
mengatur sesuatu yang lain atau sebuah ukuran. Dengan normaini orang dapat menilai
kebaikan atau keburukan suatu perbuatan. Ada beberapa macamnorma/kaedah dalam
masyarakat, yaitu:
a. Norma kepercayaan atau keagamaan
b. Norma kesusilaan
c. Norma sopan santun/adab
d. Norma hukum
Dari norma-norma yang ada, norma hukum adalah norma yang paling kuat
karenadapat dipaksakan pelaksanaannya oleh penguasa (kekuasaan eksternal). Nilai dan
norma selanjutnya berkaitan dengan moral. Moral berasal dari bahasa latinyakni mores
kata jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan dalam bahasaIndonesia
moral diartikan dengan susila. Sedangkan moral adalah sesuai dengan ide-ide
yangumum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar.
Istilahmoral mengandung integritas dan martabat pribadi manusia. Derajat kepribadian
seseorangsangat ditentukan oleh moralitas yang dimilikinya. Makna moral yang

terkandung dalamkepribadian seseorang itu tercermin dari sikap dan tingkah lakunya.
Bisa dikatakan manusiayang bermoral adalah manusia yang sikap dan tingkah lakunya
sesuai dengan nilai-nilai dannorma-norma yang berlaku dalam masyarakat

BAB III
PEMBAHASAN

MANUSIA, NILAI-NILAI, MORAL, DAN HUKUM


3.1.

PENGERTIAN MANUSIA, NILAI, MORAL, DAN HUKUM

A.

Pengertian Manusia
Secara bahasa manusia berasal dari kata manu (Sansekerta), mens (Latin),

yang
berarti berpikir, berakal budi atau makhluk ang berakal budi (mampu menguasai
makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta,
sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Dalam
hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme hidup (livin
g organism). Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis,
rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia
diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin yang berarti "manusia yang
tahu"), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak
berkemampuan tinggi.
Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang
bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan
ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan
dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan
penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta
perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk
membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.
B.

Pengertian Nilai

10

Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan


berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna
bagi kehidupan manusia. Menurut Cheng(1995) nilai merupakan sesuatu yang
potensial,dalam arti terdapatnya hubungan yang harmonis dan kreatif ,sehingga
berfungsi untuk menyempurnakan manusia ,sedangkan kualitas merupakan atribut atau
sifat yang seharusnya dimiliki (dalam Lasyo,1999,hlm.1).Menurut
Lasyo(1999,hlm.9)sebagai berikut nilai bagi manusia merupakan landasan atau
motivasidalam segala tingkah laku atau perbuatannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa
nilai yaitu sesuatu yang menjadi etika atau estetika yang menjadi pedoman dalam
berperilaku.

Sifat-sifat nilai menurut Bambang Daroeso (1986) adalah sebagai berikut:

Nilai itu suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia misalnya
kejujuran.

Nilai memiliki sifat normatif, artinya nilai mengandung harapan cita-cita, dan
suatu keharusan sehingga nilai memiliki sifat ideal.

Nilai berfungsi sebagai daya dorong atau motivator dan manusia adalah
pendukung nilai.

Dalam filsafat, nilai dibedakan dalam tiga macam, yaitu:

Nilai logika adalah nilai benar atau salah

11

Nilai estetika adalah nilai indah tidak indah

Nilai etika/moral adalah nilai naik buruk

Notonegoro (dalam Kaelan, 2000) menyebutkan adanya 3 macam nilai:


a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani
manusia atau kebutuhan ragawi manusia.
b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan kegitan atau aktivitas.
c. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia
Nilai kerohanian meliputi:

Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta) manusia.
Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsure perasaan

(emotion) manusia.
Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsure kehendak (karsa,
Will) manusia.

C.

Pengertian Moral
Moral berasal dari kata bahasa Latin mores yang berarti adat kebiasaan.Kata

mores ini mempunyai sinonim mos,moris,manner mores atau manners,morals. Dalam


bahasa Indonesia,kata moral berarti akhlak (bahasa Arab)atau kesusilaan yang
mengandung makna tata tertib batin atau tata tertib hati nurani yang menjadi
pembimbing tingkah laku batin dalam hidup.Kata moral ini dalam bahasa Yunani sama

12

dengan ethos yang menjadi etika. Secara etimologis ,etika adalah ajaran tentang baik
buruk, yang diterima masyarakat umum tentang sikap,perbuatan,kewajiban,dan
sebagainya. Pengertian norma merupakan kaidah atau aturan-aturan yang berisi
petunjuk tentang tingkah laku yang harus atau tidak boleh dilakukan oleh manusia dan
bersifat mengikat.

Norma dalam kehidupan:


a. Norma Agama :
- Berasal dari Tuhan Yang Maha Esa
- Tercantum dalam kitab suci setiap agama
- Pelanggaran terhadap norma agama merupakan dosa
- Agar setiap orang beriman dan bertakwa terhadap Tuhannya
- Agar tercipta masyarakat yang agamis, tertib, tentram, rukun, damai dan sejahtera.
b. Norma Masyarakat/sosial :
- Bersumber dari masyarakat sendiri
- Pelanggaran atas norma sosial berakibat pengucilan dari masyarakat
- Tujuan norma sosial supaya tercipta masyarakat yang saling menghormati dan saling
menghargai
c. Norma Kesusilaan :
13

- Berasal dari setiap manusia


- Pelanggaran dari norma ini berakibat penyesalan
- Dalam kehidupan sehari-hari sebaiknya setiap individu berusaha agar setiap sikap,
ucapan dan perilakunya selalu dijiwai oleh nilai-nilai atau norma agama, kesopanan dan
hukum.
d. Norma Hukum :
- Berasal dari Negara
- Pelanggran atas norma ini berakibat hukuman sesuai dengan peraturan
- Pelanggaran norma hukum dalam masyarakat akan memicu berbagai kerusuhan dan
perbuatan amoral yang tidak bertanggung jawab

D.

Pengertian Hukum

Hukum adalah himpunan peraturan-peraturan (perintah-perintah dan larangan-larangan)


yang mengurusi tata tertib suatu masyarakat dan harus ditaati oleh masyarakat tersebut.
Hukum pada dasarnya adalah bagian dari norma yaitu norma hukum. Hukum dibuat
dengan tujuan untuk mengatur kehidupan masyarakat agar terjadi keserasian diantara

14

wrga masyarakat dan system social yang dibangun oleh suatu masyarakat. Fungsi
Hukum yaitu:
1.
2.
3.
3.2.

Sebagai alat pengukur tertib hubungan masyarakat


Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan social
Sebagai penggerak pembangunan

HUBUNGAN MANUSIA, NILAI, NORMA, DAN HUKUM


A.

Hubungan Manusia, Nilai dan Norma

Manusia, nilai, dan norma tidak dapat dipisahkan. Ketiganya adalah suatu
kesatuan. Moral yang pengertiaannya sama dengan etika dalam makna nilai-nilai d
an orma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur
tingkah
lakunya. Dalam ilmu filsafat moral banyak unsur yang dikaji secara kritis, di land
asi
rasionalitas manusia seperti sifat hakiki manusia, prinsip kebaikan, pertimbangan et
is dalam pengambilan keputusan terhadap sesuatu dansebagainya.
Antara etika dan moral memang memiliki kesamaan. Namun, ada pula
berbedaannya, yakni etika lebih banyak bersifat teori, sedangkan moral lebih banyak
bersifat praktis. Menurut pandangan ahli filsafat, etika memandang tingkah laku
perbuatan manusia secara universal (umum), sedangkan moral secara lokal. Moral
menyatakan ukuran, etika menjelaskan ukuran itu. Moral lebih kepada sifat aplikatif
yaitu berupa nasehat tentang hal-halyang baik.
B.

Hubungan Manusia, Moral, dan Hukum

15

Manusia dan hukum adalah dua entitas yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan
dalam ilmu hukum, terdapat adagium yang terkenal yang berbunyi: Ubi societas ibi
jus (di mana ada masyarakat di situ ada hukumnya). Artinya bahwa dalam setiap
pembentukan suatu bangunan struktur sosial yang bernama masyarakat, maka selalu
akan dibutuhkan bahan yang bersifat sebagai semen perekat atas berbagai komponen
pembentuk dari masyarakat itu, dan yang berfungsi sebagai semen perekat tersebut
adalah hukum.
Antara hukum dan moral terdapat hubungan yang erat sekali. Ada pepatah roma
yang mengatakan quid leges sine moribus? (apa artinya undang-undang jika tidak
disertai moralitas?). Dengan demikian hukum tidak akan berarti tanpa disertai moralitas.
Oleh karena itu kualitas hukum harus selalu diukur dengan norma moral, perundangundangan yang immoral harus diganti. Di sisi lain moral juga membutuhkan hukum,
sebab moral tanpa hukum hanya angan-angan saja kalau tidak di undangkan atau di
lembagakan dalam masyarakat. Meskipun hubungan hukum dan moral begitu erat,
namun hukum dan moral tetap berbeda, sebab dalam kenyataannya mungkin ada
hukum yang bertentangan dengan moral atau ada undang-undang yang immoral, yang
berarti terdapat ketidakcocokan antara hukum dan moral.

3.3. HUBUNGAN NILAI, MORAL, DAN HUKUM DALAM KEHIDUPAN


MANUSIA
Seperti telah dijelaskan di atas Nilai dan norma selanjutnya
akan berkaitan dengan moral. Moral berasal dari bahasa latin
yakni mores kata jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan dalam

16

bahasa Indonesia moral diartikan dengan susila. Sedangkan moral adalah sesuai
dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik d
an mana yang wajar. Istilah moral mengandung integritas dan martabat pribadi manusia.
Derajat kepribadian seseorang sangat ditentukan oleh moralitas yang dimilikinya.
Makna moral yang terkandung dalam kepribadian seseorang itu tercermin dari sik
ap dan tingkah lakunya. Bisa dikatakan manusia yang bermoral adalah manusia yang
sikap dan tingkah lakunya sesuai dengan nilai-nilai dan normanorma yang berlaku dalam masyarakat.
Nilai dan moral akan muncul ketika berada pada orang lain dan ia akan
bergabung dengan nilai lain seperti agama, hukum, dan budaya. Nilai moral
terkait dalam tanggung jawab seseorang.
Selanjutnya Antara hukum dan moral terdapat hubungan yang erat sekali. Ada
pepatah roma yang mengatakan quid leges sine moribus? (apa artinya undang-undang
jika tidak disertai moralitas?). Dengan demikian hukum tidak akan berarti tanpa disertai
moralitas. Oleh
karena itu kualitas hukum harus selalu diukur dengan norma moral, perundangundangan yang immoral harus diganti. Disisi lain moral juga membutuhkan huku
m, sebab moral tanpa hukum hanya anganangan saja kalau tidak di undangkan atau di lembagakan dalam masyarakat.
Meskipun hubungan hukum dan moral begitu erat, namun hukum dan mor
al tetap berbeda, sebab dalam kenyataannya mungkin ada hukum yang bertentangan
dengan moral atau ada undang-

17

undang yang immoral, yang berarti terdapat ketidak cocokan


antara hukum dan moral. Untuk itu dalam konteks ketatanegaraan indonesia dewa
sa ini. Apalagi dalam konteks membutuhkan hukum. Kualitas hukum terletak pada
bobot moral yang menjiwainya. Tanpa moralitas hukum
tampak kosong dan hampa (Dahlan Thaib,h.6).

Namun demikian perbedaan antara hukum dan moral sangat jelas. Perbedaan
antara hukum dan moral menurut K.Berten :
Hukum lebih dikondifikasikan daripada moralitas, artinya dibukukan secara sistema
tis dalam kitab perundang-undangan. Oleh karena itu norma hukum lebih memiliki
kepastian dan objektif dibanding dengan norma moral. Sedangkan norma moral lebih
subjektif dan akibatnya lebih banyak diganggu oleh diskusi yang yang mencari
kejelasan tentang yang harus dianggap utis dan tidak etis.
Meski moral dan hukum mengatur tingkah laku manusia, namun hukum m
embatasi diri sebatas lahiriah saja, sedangkan moral menyangkut juga sikap batin
seseorang.
Sanksi yang berkaitan dengan hukum berbeda dengan sanksi yang berkaitan denga
n moralitas. Hukum untuk sebagian besar dapat dipaksakan,pelanggar akan terkena
hukuman. Tapi norma etis tidak bisa dipaksakan, sebab paksaan hanya menyentuh
bagian luar, sedangkan perbuatan etis justru berasal dari dalam. Satu-satunya sank
si dibidang moralitas hanya hati yang tidak tenang.

18

Hukum didasarkan atas kehendak masyarakat dan akhirnya atas kehendak n


egara.
Meskipun hukum tidak langsung berasal dari negara seperti hukum adat, namun
hukum itu harus di akui oleh negara supaya berlaku sebagai hokum moralitas
berdasarkan atas norma-norma moral yang melebihi pada individu dan masyarakat.
Dengan cara demokratis atau dengan cara lain masyarakat dapat mengubah
hukum, tapi masyarakat tidak dapat mengubah atau membatalkan suatu norma moral.
Moral menilai hukum dan tidak sebaliknya.
Sedangkan Gunawan Setiardja membedakan hukum dan moral :

Dilihat dari dasarnya, hukum memiliki dasar yuridis, konsesus dan hukum

alam sedangkan moral berdasarkan hukum alam.


Dilihat dari otonominya hukum bersifat heteronom (datang dari luar diri

manusia), sedangkan moral bersifat otonom (datang dari diri sendiri).


Dilihat dari pelaksanaanya hukum secara lahiriah dapat dipaksakan,
Dilihat dari sanksinya hukum bersifat yuridis. moral berbentuk sanksi kodrati,

batiniah, menyesal, malu terhadap diri sendiri.


Dilihat dari tujuannya, hukum mengatur kehidupan manusia dalam kehidup

an bernegara, sedangkan moral mengatur kehidupan manusia sebagai manusia.


Dilihat dari waktu dan tempat, hukum tergantung pada waktu dan tempat,
sedangkan moral secara objektif tidak tergantung pada tempat dan waktu

19

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Manusia, nilai, moral dan hukum adalah suatu hal yang saling berkaitan dan
saling menunjang. Sebagai warga negara kita perlu mempelajari, menghayati dan
melaksanakan dengan ikhlas mengenai nilai, moral dan hukum agar terjadi keselarasan
dan harmoni kehidupan.
20

4.2 Saran
Penegakan hukum harus memperhatikan keselarasan antara keadilan dan
kepastian hukum. Karena, tujuan hukum antara lain adalah untuk menjamin terciptanya
keadilan (justice), kepastian hukum (certainty of law), dan kesebandingan hukum
(equality before the law).
Penegakan hukum-pun harus dilakukan dalam proporsi yang baik dengan
penegakan hak asasi manusia. Dalam arti, jangan lagi ada penegakan hukum yang
bersifat diskriminatif, menyuguhkan kekerasan dan tidak sensitif jender. Penegakan
hukum jangan dipertentangkan dengan penegakan HAM. Karena, sesungguhnya
keduanya dapat berjalan seiring ketika para penegak hukum memahami betul hak-hak
warga negara dalam konteks hubungan antara negara hukum dengan masyarakat sipil.

DAFTAR PUSTAKA
http://grms.multiply.com/journal/item/26
http://bambang1988.wordpress.com/2009/04/13/manusia-nilai-moral-dan-hukum/
http://hanstoe.wordpress.com/2009/02/21/problematika-nilai-moral-dan-hukum-dalammasyarakat/

21

http://herususetyo.multiply.com/journal/item/9Juanda, dkk. 2010. Bahan Ajar Ilmu


Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: UNJ.

22

Anda mungkin juga menyukai