PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia telah ditetapkan beberapa peraturan keselamatan dan kesehatan
kerja; antara lain sebagai berikut: Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja; Peraturan Menteri No. PER- 05/MEN/1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Peraturan-peraturan tersebut
ditetapkan bertujuan untuk mencegah dan mengantisipasi terjadinya kecelakaan
kerja (Wieke Yuni Christina, 2012).
Kecelakaan dan sakit di tempat kerja dapat membunuh dan memakan lebih
banyak korban jika di bandingkan dengan perang dunia. Riset yang di lakukan
badan dunia ILO menghasilkan kesimpulan, setiap hari rata-rata 6.000 orang
meninggal, setara dengan satu orang setiap 15 detik, atau 2,2 juta orang per tahun
akibat sakit atau kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. Jumlah pria
yang meninggal dua kali lebih banyak ketimbang wanita, karena mereka lebih
mungkin melakukan pekerjaan berbahaya. Secara keseluruhan, kecelakaan di
tempat kerja telah menewaskan 350.000 orang. Sisanya meninggal karena sakit
yang di derita dalam pekerjaan seperti membongkar zat kimia beracun (R. Suardi,
2005).
Kecelakaan kerja tidak harus di lihat sebagai takdir, karena kecelakaan itu
tidaklah terjadi begitu saja. Kecelakaan pasti ada penyebabnya. Kelalaian
perusahaan yang semata-mata memusatkan diri pada keuntungan, dan kegagalan
pemerintah untuk meratifikasi konvensi keselamatan international atau melakukan
pemeriksaan buruh, merupakan dua penyebab besar kematian terhadap pekerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja yang termasuk dalam suatu wadah hygiene
perusahaan dan kesehatan kerja (hiperkes) terkadang terlupakan oleh para
pengusaha. Padahal Keselamatan dan kesehatan kerja mempunyai tujuan pokok
dalam upaya memajukan dan mengembangkan proses industrialisasi, terutama
dalam mewujudkan kesejahteraan para buruh (R.Suardi, 2005).
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang termasuk dalam suatu wadah
hygiene perusahaan dan kesehatan kerja (hiperkes) terkadang terlupakan oleh para
pengusaha atau manajemen. Keselamatan dan kesehatan kerja bukan hanya untuk
industry tetapi untuk seluruh pegawai disetiap tempat kerja, begitu juga di sektor
pelayanan kesehatan. Di Indonesia, sampai saat ini belum banyak peraturan
keselamatan dan kesehatan kerja di laksanakan dirumah sakit. Adanya asumsi
bahwa
tenaga
kerja
dirumah
sakit
dianggap
sudah
tahu
dan
dapat
1.3 Tujuan
Berdasarkan uraian latar belakang adapun tujuan dari makalah ini adalah:
1. Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami konsep dasar upaya pencegahan disaster dalam
kecelakaan kerja.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian dari keselamatan kerja dan keseatan kerja.
b. Mengetahui aspek-aspek dan faktor-faktor yang mempengaruhi
c.
d.
e.
f.
g.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja
Keselamatan kerja merupakan bagian yang
penting
dalam pelaksanaan
kualitas,
jadwal
dan
kondisi lingkungan
yang
aman.
Husnan,
2002).
penjelasan
Indonesia
Nomor
Undang-undang
Republik
Lalu,
menurut
3 Tahun 1992,
menyatakan bahwa sudah sewajarnya apabila tenaga kerja juga berperan aktif dan
ikut bertanggung jawab atas pelaksanaan program pemeliharaan dan peningkatan
kesejahteraan demi terwujudnya perlindungan tenaga kerja dan keluarganya
dengan baik. Jadi, bukan hanya perusahaan saja yang bertanggung jawab dalam
masalah ini, tetapi para karyawan juga harus ikut berperan aktif dalam hal ini agar
dapat tercapai kesejahteraan bersama (Kusuma, Ibrahim Jati) .
Menurut Sumamur (1981), tujuan keselamatan kerja adalah:
2002).
Sedangkan
menurut
Prabu
Mangkunegara
(2001)
pengertian kesehatan kerja adalah kondisi bebas dari gangguan fisik, mental,
emosi atau rasa sakit yang disebakan lingkungan kerja. Kesehatan dalam ruang
lingkup keselamatan dan kesehatan kerja tidak hanya diartikan sebagai suatu
keadaan bebas dari penyakit. Menurut Undang-undang Pokok Kesehatan RI No.
9
Tahun
1960,
Bab
Pasal
2,
keadaan
sehat
diartikan
sebagai
antara
penyakit-penyakit,
lingkungan
karena
hubungan
sebab-
Mewajibkan
perusahaan
untuk
setidak-tidaknya
melakukan
racun.
Satu
pendekatan
alternatifnya
adalah dengan memantau dan membatasi kontak langsung terhadap zatzat berbahaya.
4. Penyaringan genetik.
Penyaringan genetik adalah pendekatan untuk mengendalikan penyakitpenyakit yang paling ekstrem, sehingga sangat kontroversial. Dengan
menggunakan uji genetik untuk menyaring
rentan
terhadap
penyakit-penyakit
individu-individu
yang
yang
berbahaya
(Dessler,
2007).
Masalah
kesehatan
serius
yang
berkaitan
dengan
pekerjaannya (Malthis
dan
dikaitkan dengan kanker kelenjar tiroid, hati, paru-paru, otak dan ginjal;
penyakit paru-paru putih, cokelat, dan hitam; leukimia; bronkitis;
emphysema dan lymphoma; anemia plastik dan kerusakan sistem
Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatkan citra
perusahaan.
7. Perusahaan dapat meningkatkan keuntungannya secara substansial.
Menurut
Robiana
Modjo
(2007),
manfaat
penerapan
program
sehingga karyawan yang tidak masuk karena alasan cedera dan sakit
akibat kerja pun juga semakin berkurang.
2. Pengurangan Biaya Klaim Kesehatan. Karyawan yang bekerja pada
perusahaan
yang benar-benar
memperhatikan
kesehatan
dan
dan
memperhatikan kesejahteraan
mereka,
sehingga
menyebabkan kebosanan.
Sedangkan upaya untuk mencegah penyakit akibat kerja ada bermacammacam, yakni:
a. Substitusi,
b. Ventilasi umum,
c. Ventilasi keluar setempat,
d. Isolasi,
e. Pakaian pelindung,
f. Pemeriksaan kesehatan,
g. penerangan, dan
h. pendidikan kesehatan.
2.6 Kecelakaan Kerja dan Sistem Pertolongan Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki
dan sering kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik
waktu, harta benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu
proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008).
Penyebab kecelakaan kerja dapat dikategorikan menjadi dua:
1. Kecelakaan yang disebabkan oleh tindakan manusia yang tidak
melakukan
tindakan
penyelamatan.
Contohnya,
pakaian
kerja,
aman. Contohnya,
kebisingan,
getaran,
penerangan,
sirkulasi
udara,
temperatur,
sistem upah, jadwal kerja, dan lain-lain (Rika Ampuh Hadiguna, 2009).
Pemerintah memberikan jaminan kepada karyawan dengan menyusun
Undang-undang Tentang
Kecelakaan
Tahun
1947
Nomor
33,
yang
para karyawan juga harus ikut berperan aktif dalam hal ini agar dapat tercapai
kesejahteraan bersama.
Berdasarkan Undang-Undang no.1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1, syarat
keselamatan kerja yang juga menjadi tujuan pemerintah membuat aturan K3
adalah :
a.
b.
c.
d.
diwajibkan
menyediakan
fasilitas
untuk
menunjang
terjadi
kecelakaan
di
tempat
kerja,
petugas
medis
di
RS
Keselamatan
PKU
Muhammadiyah Yogyakarta
Tahun
2005
lebih
menjelaskan
kepada
upaya
pencegahan
dan
Darurat
telah
menerapkan
pemeliharaan
terhadap
Pemeliharaan
kesehatan
petugas
rumah sakit
adalah upaya
untuk menjaga petugas rumah sakit agar tetap dalam kondisi yang
terkontrol
kesehatannya.
Tujuan
dari
pelaksanaan pemeliharaan
kesehatan ini agar petugas rumah sakit dapat bekerja dengan baik.
Pemakaian Alat Pelindung Diri
Pemakaian alat pelindung diri adalah ketentuan yang harus
digunakan sebagai pelindung saat bekerja. Setiap petugas petugas rumah
sakit diwajibkan mengenakan alat pelindung diri saat melakukan
pekerjaan.
Tujuan
pemakaian
alat
pelindung
diri
adalah
untuk
Penyelenggaraan
Keselamatan
baju
kerja,
easy
move
wajib digunakan
pada
saat
beresiko
seperti
pemeriksaan
pasien
yang
terpapar
HIV,
apabila
usaha
waktu
melakukan pekerjaan.
terhadap
penggunaan
alat
pelindung diri disebabkan karena faktor kebiasaan petugasnya masingmasing. Penggunaan alat pelindung diri sudah baik digunakan.
Berdasarkan Buku Pedoman Penyelenggaraan Keselamatan Kerja,
Kebakaran, dan Kewaspadaan Bencana
Muhammadiyah
Yogyakarta
Tahun
di
Rumah
2005, seharusnya
Sakit
PKU
mewajibkan
bahaya
Buku
Pedoman
Penyelenggaraan
Keselamatan
sudah
melaksanakan
hasil
penelitian
terhadap
petugas
Rumah sakit
pencegahan bahaya
dan
bahaya
atau
kecelakaan
kerja
adalah
upaya
Penyelenggaraan
Keselamatan
bekerja,
pemeriksaan
kesehatan
setahun
sekali
yang
dilakukan
oleh
TIM
K3 Rumah
Sakit,
Instalasi Gawat
Penyelenggaraan Keselamatan
Kewaspadaan
Bencana
di
Rumah
Kerja,
Buku
Kebakaran,
Sakit PKU
dan
Muhammadiyah
menilai
kondisi
kesehatan
dan
dibandingkan
dengan hasil
Kebakaran,
dan
Kewaspadaan
Bencana
Keselamatan
di
RS
PKU
dan
penanggulangan
beresiko
darurat,
PPGD
(penanggulangan
gawat
darurat).Pelatihan
Buku
Pedoman
Penyelenggaraan
Keselamatan
Kerja,
K3
pada
petugas
DAFTAR PUSTAKA
A.M. Sugeng Budiono. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan Kesehatan Kerja.
Semarang : Badan Penerbit UNDIP.
Anoraga, Pandji. 2005. Manajemen Bisnis cetakan ketiga. Jakarta: Rineka Cipta.
Dessler, Gary. 2007. Manajemen Personalia. Jakarta: Erlangga.
Hinze, J. W. 1997. Construction Safety. Prentice- Hall, Inc, New Jersey
Heidjrachman Ranupandojo dan Suad Husnan. 2002. Manajemen Personalia.
Yogyakarta: BPFE-UGM.
Lalu Husni. 2005. Hukum Ketenagakerjaan, Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo.
Malthis, Robert L. dan John H. Jackson. 2002. Manajemen Sumber Daya
Manusia. Jakarta: Salemba Empat.
Keselamatan
Dan
Kesehatan
Kerja
Perawat
Dalam
Yuni Christina, Wieke, dkk. 2012. Pengaruh Budaya Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) terhadap Kinerja Proyek Konstruksi. Jurnal Rekayasa Sipil
Volume 6. Bali.