Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Pancasila dalam Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia dengan baik. Makalah ini
kami susun guna melengkapi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila. Selain itu
makalah ini tidak hanya sekedar wacana, namun dapat menjadi wahana dalam
melestarikan nilai-nilai luhur Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit kesulitan yang kami temui. Namun
berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik. Dalam kesempatan ini kami ucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada bapak Muhamad Soleh, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pembina mata
kuliah ini.
Tiada gading yang tak retak, begitupun dengan makalah ini. Maka dari itu, kritik
dan saran konstruktif sangat kami harapkan demi perbaikan penyusunan
selanjutnya. Akhirnya penulis tetap berharap seoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.

Surabaya, Maret 2013

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.
Latar Belakang
Perjalanan hidup suatu bangsa sangat tergantung pada efektifitas penyelenggaraan
suatu negara. Pancasila sebagai dasar negara dalam mengatur penyelenggaraan
negara disegala bidang, baik bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya,
maupun pertahanan-keamanan. Berdasar pada latar belakang historis yang sulit
dibantah , bahwa 1 Juni 1945 yang disebut sebagai lahirnya pancasila, Ir. Soekarno
sebagai tokoh nasional yang menggali Pancasila tidak pernah berbicara ataupun
menulis tentang pancasila, baik dalam sebagai pandangan hidup, atau apalagi
sebagai dasar negara. Dalam pidatonya, beliau menyebutkan atau menjelaskan
bahwa gagasan tentang pancasila tersebut terbersit bagaikan ilham setelah
mengadakan renungan pada malam sebelumnya. Renungan itu beliau lakukan untuk
mencari jawaban terhadap pertanyaan ketua BPUPKI Dr. Radjiman Widyodiningrat
mengenai apa yang akan dijadikan dasar negara Indonesia yang akan dibentuk?

Lima dasar atau sila yang buliau ajukan itu dinamakan filosofische grondslag yaitu
nilai-nilai esensial yang terkandung dalam pancasila, yaitu: ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan serta keadilan, dalam kenyataannya secara
objektif telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum
mendirikan negara. Proses terbentuknya negara dan bangsa Indonesia melalui suatu
proses sejarah yang cukup panjang yaitu sejak zaman batu kemudian timbulnya
kerajaan-kerajaan pada abad ke IV dan ke V kemudian dasar-dasar kebangsaan
Indonesia telah mulai nampak pada abad ke VII ketika timbulnya kerajaan-kerajaan
besar di Jawa Timur dan lainnya.
Dasar-dasar pembentukan Nasionalisme modern dirintis oleh para pejuang
kemerdekaan bangsa, antara lain rintisan yang dilakukan oleh para tokoh pejuang
kebangkitan nasional pada tahun 1908, kemudian dicetuskan pada sumpah pemuda
pada tahun 1928.

1.
Perumusan Masalah
Berpijak dari latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam
penulisan makalah ini yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.

Bagaimana nilai-nilai pancasila pada zaman sejarah?


Bagaimana nilai-nilai pancasila sebelum kemerdekaan Indonesia?
Bagaimana nilai-nilai pancasila pasca Indonesia merdeka?
Bagaimana pancasila dalam era refornasi?
Tujuan Penulisan
A.
Memahami pancasila secara lengkap dan utuh sebagai jati diri bangsa
Indonesia.
B.
Untuk membentuk kehidupan suatu negara yang berdasarkan suatu
asas hidup bersama demi kesejahteraan hidup yang berlandaskan pancasila.
C.
Sebagai epistimologi dan kebenaran ilmiah.

BAB II
PEMBAHASAN
1.
Nilai-Nilai Pancasila Pada Masa Pra Sejarah
Ahli geologi menyatakan bahwa kepulauan Indonesia terjadi dalam pertengahan
jaman tersier kira-kira 60 juta tahun yang silam. Baru pada jaman quarter yang
dimulai sekitar 600.000 tahun yang silam Indonesia didiami oleh manusia, dan
berdasarkan hasil penemuan fosil Meganthropus Paleo Javanicus, Pithecanthropus
Erectus, Homo Soloensis, Homo Wajakensis, serta Homo Mojokertensis.
Berdasarkan artefak yang ditinggalkan, mereka mengalami hidup tiga jaman yaitu :
1.
2.
3.

Paleolitikum
Mesolitikum
Neolithicum

Inti dari kehidupan bangsa Indonesia pada masaPra Sejarah hakekatnya adalah
nilai-nilai Pancasila itu sendiri, yaitu :
1.
Nilai Religi
Adanya kerangka mayat pada Paleolitikum menggambarkan adanya penguburan,
terutama Wajakensis dan mungkin Pithecanthropus Erectus, serta dalam
menghadapi tantangan alam tenaga gaib sangat tampak. Selain itu ditemukan alatalat baik dari batu maupun perunggu yang digunakan untuk aktifitas religi seprti
upacara mendatangkan hujan, dll. Adanya keyakinan terhadap pemujaan roh leluhur
juga dan penempatan menhir di tempat-tempat yang tinggi yang dianggap sebagai
tempat roh leluhur, tempat yang penuh keajaiban dan slelebagai batas antara dunia
manusia dan roh leluhur.
Jelas bahwa masa Pra Sejarah sudah mengenal nilai-nilai kehidupan religi dalam
makna animism dan dinamisme sebagai wujud dari religious behavior.
1.
Nilai Peri Kemanusiaan
Nilai ini tampak dalam perilaku kehidupan saaat itu misalnya penghargaan terhadap
hakekat kemanusiaan yang ditandai dengan penghargaan yang tinggi terhadap
manusia meskipun sudah meninggal. Hal ini menggambarkan perilaku berbuat baik
terhaap sesama manusia, yang pada hakekatnya merupakan wujud kesadaran akan
nilai kemanusiaan. Mereka tidak hidup terbatasdi wilayahnya, sudah mengenal
sistem barter antara kelompok pedalaman dengan pantai dan persebaran kapak.
Selain itu mereka juga menjalin hubungan dengan bangsa-bangsa lain.
1.
Nilai Kesatuan
Adanya kesamaan bahasa Indonesia sebagai rumpun bahasa Austronesia, sehingga
muncul kesamaan dalam kosa kata dan kebudayaan. Hal ini sesuai dengan teori
perbandingan bahasa menurut H.Kern dan benda- benda kebudayaan Pra Sejarah
Von Heine Gildern. Kecakapan berlayar karena menguasai pengetahuan tentang
laut, musim, perahu, dan astronomi, menyebabkan adanya kesamaan karakteristik
kebudayaan Indonesia. Oleh karena itu tidak mengherankan jika lautan juga
merupakan tempat tinggal selain daratan. Itulah sebabnya mereka menyebut
negerinya dengan istilah Tanah Air.
1.
Nilai Musyawarah
Kehidupan bercocok tanam dilakukan secara bersama-sama. Mereka sudah memiliki
aturan untuk kepentingan bercocok tanam, sehingga memungkinkan tumbuh
kembangnya adat sosial.
Kehidupan mereka berkelompok dalam desa-desa, klan, marga atau suku yang
dipimpin oleh seorang kepala suku yang dipilih secara musyawarah berdasarkan
Primus Inter Pares (yang pertama diantara yang sama).
1.
Nilai Keadilan Sosial
Dikenalnya pola kehidupan bercocok tanam secara gotong-royong berarti
masyarakat pada saat itu telah berhasil meninggalkan pola hidup foodgathering

menuju ke pola hidup foodproducing. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat itu
upaya kearah perwujudan kesejahteraan dan kemakmuran bersama sudah ada.
1.
Nilai-Nilai Pancasila Sebelum Kemerdekaan
Nilai-nilai esensial Pancasila sebelum disahkan tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI
nilainya telah ada pada bangsayang terkandung Indonesia sejak zaman dahulu
berupa :dalam pancasilayaitu : Nilai Nilai Adat Kemanusiaan Persatuan
Kebudayaan Religius Istiadat Ketuhanan Kerakyatan Keadilantelah dimiliki bangsa
Indonesia sejak bangsa Indonesia melaluiproses sejarah yang cukup panjang , yaitu
pada zaman Batu.Kemudian dasar-dasar kebangsaan Indonesia mulai tampakpada
abad ke VII ketika timbulnya kerajaan Sriwijaya, Airlangga dan Majapahit serta
kerajaan-kerajaan lainnya.
Indonesia memasuki zaman sejarah pada tahun 400M, dengan ditemukannya
prasasti 7 Yupa . Raja Mulawarman menurut prasasti tersebut mengadakan kenduri
dan memberikan sedekah kepada Brahmana dan para Brahmana membangun Yupa
itu sebagai tanda terima kasih kepada Raja yang dermawan. Sosial Masyarakat Kutai
yang membuka zaman sejarah Politik Indonesia pertama kalinya Kerajaan,
menampilkan nilai-nilai Kenduri, berupa : SedekahKetuhanan Brahmana.
Pada abad ke VII muncullah sebuah kerajaan di Sumatera yaitu kerajaan Sriwijaya,
dibawah kekuasaan wangsa Syailendra . Hal ini termuat dalam prasasti Kedukan
Bukit. Perdagangan dilakukan dengan mempersatukan pedagang pengrajin dan
pegawai Raja yang disebut Tuha An Vatakvurah sebagaipengawas dan pengumpul
semacam koperasi sehingga rakyat mudah untuk memasarkan barang
dagangannya.Demikian pula dalam sistem pemerintahannya kerajaan dalam
menalankan sistem pemerintahannya tidak dapat dilepaskandengan nilai
Ketuhanan. Sedangkan agama dan kebudayaandikembangkannya dengan
mendirikan suatu Universitas agama Buddha.
Sebelum kerajaan Majapahit, muncul kerajaan- kerajaan yang memancangkan nilainilai Nasionalisme. Muncul kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah dan Jawa Timur
secara silih berganti. Di Kerajaan Isana, Jawa Tengah muncul Kerajaan Kalingga
(abad ke Darmawangsa, VII) dan Sanjaya pada (abad ke VIII) . dan Airlangga. Raja
Airlangga Membangun bangunan Keagamaan dan Asrama sebagai sikap toleransi
dalam beragama Membuat Hubungan dagang dan kerja sama dengan Benggala,
Chola dan1037, Raja Airlangga Champa yg membuat tanggul 1019 , para pengikutnya
, rakyat, menunjukkan nilai-nilai dan waduk demi dan para brahmana
bermusyawarah dan kemanusiaan keseahteraan memutuskan untuk memohon
pertanian Rakyat, Airlangga bersedia menjadimerupakan nilai nilai Raja sebagai
nilai-nilai sila ke IV. sila ke V.
Pada tahun 1293, berdirilah keraaan Majapahit yang mencapai zaman keemasannya
pada pemerintahan Raja Hayamwuruk.Pada waktu itu, agama Hindu dan Budha
hidup berdampingan dalam satu Kerajaan, bahkan salah satu bawahan
kekuasaannya yaitu Pasai justru memeluk agama Islam. Toleransi positif dalam
beragama dijunjung tinggi sejak masa bahari yang telah silam. Majapahit menjulang
dalam arena sejarah kebangsaan Indonesia dan banyak meninggalkan nilai- nilai
yang diangkat dalam nasionalisme negara kebangsaan Indonesia 17 Agustus 1945.

Namun , sinar kejayaan Majapahit berangsur-angsur mulai memudar dan akhirnya


mengalami keruntuhan dengan Sinar Hilang Kertaningbumi pada permulaan abad
ke XVI (1520).
Pattimura di Maluku Akhir abad ke XVI , Belanda Abad XVII , pada awalnya (1817)
datang ke Belanda menguasai daerah-daerah yang Indonesia. strategis dan kaya
akan Baharuddin di hasil rempah-rempah Palembang (1819) Imam Bonjol di
Minangkabau (1821- 1837) Namun kedudukannya semakin diperkuat dengan
kekuatanPangeran Diponegoro di militerJawa Tengah (1825-1830) Melihat praktekpraktekJelentik , Polim, Teuku Tjik penjajahan Belanda tersebut di Tiro, Teuku
Umar maka meledaklah perlawanan rakyat di berbagai wilayah dalam perang Aceh
Nusantara, antara lain : (1860)
Pada abad XX di panggung politik internasional terjadilah pergolakanAdapun di
Indonesia , kebangkitan dunia Timur denganbergolak lah kebangkitan suatu
kesadaran akan kekuatannyakesadaran akan berbangsa sendiri.yaitu kebangkitan
Nasionaldipelopori olehdr. Wahidin Sudirohusododengan Budi Utomo-nya. Budi
Utomo yang dididirikan pada 20 Mei 1908, dan inilah yang merupakan pelopor
pergerakan Nasional, sehingga segera setelah itu muncullah organisasi-organisasi
pergerakan lainnya.
Jepang masuk ke Indonesia dengan propagandaJepang Pemimpin Asia, Jepang
saudara tuabangsa Indonesia . Agar mendapat dukungan dari bangsa Indonesia ,
pemerintahan Jepang menjanjikan Indonesia Merdeka kelak di kemudian hari. Pada
tanggal 29 April 1945 , Jepang memberikan hadiah ulang tahun kepada bangsa
Indonesia, yaitu janji kedua pemerintah Jepang berupa kemerdekaan tanpa syarat
sebagai realisasi janji-janji tersebut maka dibentuklah suatu badan yang bertugas
untuk menyelidiki usaha- usaha periapan kemerdekaan bangsa Indonesia yaitu
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Sidang ini dilaksanakan pada tanggal 29 Mei 1945 1 Juni 1945 , pada tanggal 29
Mei 1945, dalam pidato Muh. Yamin, beliau mengusulkan calon rumusan dasar
negara negara Indonesia sebagai berikut : Pada tanggal 31 Mei1945, dalam pidato
Prof. Dr. Peri Peri Peri Supomo mengemukakan Kebangsaan Kemanusiaan
Ketuhanan teori-teori negara sbb : Teori Negara Perseorangan(Individualis), Paham
Negara Peri Kesejahteraan Kelas ( Class Theory), Paham Kerakyatan Rakyat Negara
Integralistik. 5 Prinsip sebaga Dasar negara tersebut kemudian oleh Soekarno Pada
tanggal 1 Juni 1945, dalam agar diusulkan agar dinamakan pidato Ir. Soekarno
mengusulkan Pancasila. Beliau juga mengusulkan dasar negara yang terdiri atas 5
bahwa Pancasila adalah sebagai prinsip . Nasionalisme (Kebangsaan dasar filsafat
negara dan Indonesia), Internasionalisme (Peri pandangan hidup Bangsa
Kemanusiaan) , Mufakat (Demokrasi) , Indonesia. Kesejahteraan Sosial, Ketuhanan
YME (Ketuhanan yang berkebudayaan) .
Pada tanggal 22 Juni 1945, Ir. Soekarno mengadakan pertemuanuntuk membentuk
panitia kecil yang terdiri atas sembilan orang dan dikenal dengan s ebutan Panitia
Sembilan. Panitia ini mencapai suatu hasil yang baik yaitu suatu modus atau
persetujuan antara golongan Islam dan golongan kebangsaan. Pada tanggal 11 Juli
1945 keputusan penting dalam rapat BPUPKI kedua adalah menghendaki Indonesia
Raya yangsesungguhnya yang mempersatukan semua kepulauan Indonesiayang
pada bulan Juli 1945 itu sebagian besar wilayah Indonesia kecuali Irian, Tarakan dan
Morotai yang masih dikuasai Jepang. Pada tanggal 14 Juli badan penyelidik

bersidang lagi dan melapirkan hasil pertemuannya terdiri atas susunan UU yang
terdiri dari 3 bagian .
Pada tanggal 16 Agustus 1945, diadakan pertemuan di Pejambon , Jakarta. Dan
diperoleh kepastian bahwa Jepang telah menyerah , maka Soekarno dan Hatta setuju
untukdilaksanakannya proklamasi kemerdekaan yang dilaksanakan di Jakarta.
Kemudian pada tanggal 17 Agustus 1945, di Jl.Pegangsaan Timur 56 Jakarta, pada
hari Jumat pukul 10.00 WIB, Bung Karno dengan didampingi Bung Hatta
membacakan naskah proklamasi dengan hikmat.Sehari setelah proklamasi
kemerdekaan, pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengadakan sidangnya yang
pertama, dilanjutkan dengan sidang PPKI kedua, ketiga dan keempat.
Masa Setelah Proklamasi Kemerdekaan Setelah proklamasi kemerdekaan 17
agustusMaklumat Wakil presiden No. X 1945 ternyata bangsa Indonesia masih
tanggal 16 Oktober 1945 menghadapi kekuatan sekutu yang berupaya menanamkan
kembali kekuasaan Belanda di Maklumat Pemerintah tanggal 3 Indonesia, yaitu
pemaksaan untuk mengakui November 1945 pemerintah NICA. Untuk melawan
propaganda Belanda , Pemerintah RI mengeluaran tiga buah maklumat Maklumat
Pemerintah tanggal 14 November 1945 yakni :Keadaan demikian telah membawa
ketidakstabilan di bidangPolitik. Akibat penerapan sistem parlementer tersebut
makapemerintahan Negara Indonesia mengalami jatuh bangun kabinetsehingga
membawa konsekuensi yang sangat serius terhadapkedaulatan Negara Indonesia
saat ini.

1.
Nilai-Nilai Pancasila Pasca Indonesia Merdeka
Latar belakang kehidupan para penggali Pancasila, interaksinya dengan masyarakat
dan suasana kebatinan kolonialisme yang dihadapi kemudian diabstrasikan dalam
rumusan-rumusan konsep mengenai (kemungkinan) dasar bernegara. Adu konsep
meniscayakan diskusi dalam sidang BPUPKI untuk menghasilkan rumusan
Pancasila, selain dimunculkannya istilah Pancasila, dialog terjadi berkaitan dengan
perumusan dasar negara untuk negara yang (akan) merdeka. Pancasila dalam
perumusannya mengalami pergumulan terutama berkaitan dengan sila atau nilai
mengenai ketuhanan. Perumusan nilai ketuhanan yang kemudian dikenal dengan
sila pertama yaitu Ketuhanan yang Maha Esa, yang rumusan awalnya merupakan
konsekuensi dari mayoritas tokoh muslim yang berada dalam BPUPKI. Dan
pergumulan rumusan akhir nilai ketuhanan, oleh Soepomo dikatakan sebagai
penyelesaian yang merupakan akibat gentlemen agreement antara kelompok
nasionalis dan kelompok agama.
Pancasila yang dituangkan dalam pembukaan UUD 1945 disahkan pada tanggal 18
Agustus 1945 sah menjadi dasar negara Indonesia (baru). Pasca kemerdekaan,
aktualisasi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara seolah mengalami
kemorosotan. Kemerosotan dimaksud bahwa diskusi untuk merefleksi dasar negara
Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tidak mendapatkan ruang
yang cukup. Kondisi tersebut disebabkan fokus kehidupan berbangsa diarahkan
pada mempertahankan kemerdekaan untuk menghadapi agresi colonial. Meski
demikian, terdapat kondisi yang menarik ketika terjadi pergolakan politik di
Indonesia, Pancasila tidak mengalami pergeseran dalam setiap konstitusi yang

dihasilkan sebagai respon atas pergolakan politik. Artinya tidak ada usaha untuk
mengganti Pancasila sebagai dasar negara yang diletakkan pada saat persiapan
(tanggal) kemerdekaan Indonesia.
Pancasila dibangunkan dari tidur panjangnya ketika Indonesia mengalami berbagai
pergolakan politik ketika Soeharto berhasil mengambil alih kekuasaan pasca tahun
1965. Pengalaman instabilitas politik dan kemorosotan ekonomi menjadi dalih bagi
Soeharto untuk memulihkan pasca gejolak politik menggunakan Pancasila basis
legitimasi penggunaan kekuasaan. Soeharto menggunakan istilah Demokrasi
Pancasila untuk memperoleh kesan kuat, bahwa dirinya adalah seorang yang
memegah teguh Pancasila. Namun dalam praktek penggunaan kekuasaannya,
Pancasila sekedar menjadi teks tertulis yang mati dan melahirkan jurang pemisah
antara teks dan kenyataan. Sila-sila Pancasila hanya menjadi alat indoktrinasi atau
propaganda untuk memberi efek takut bagi para penentang kebijakan pembangunan
yang dilakukan.
Pancasila menjadi kedok penyimpangan yang dilakukan oleh Orde Baru. Tameng
legitimasi bagi berbagai hal untuk melaksanakan pembangunan, menghasilkan
keserakahan dan aneka pelanggaran yang menjauh dari nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila. Meski stabilitas politik tercapai dan pembangunan ekonomi dapat
teraih, namun kebebasan dan hak-hak warga negara yang diatur dalam konstitusi
dilaksanakan berdasarkan tafsir sepihak hanya untuk memuaskan dahaga kekuasaan
dan melanggengkannya. Kebebasan dibatasi dan melahirkan tekanan politik bagi
aktivis demokrasi yang menghendaki partisipasi politik dalam proses pembangunan.
Dimana pembangunan dilakukan dengan melanggar HAM warga negara, dan negara
bergeming untuk mempertimbangkan manusia/warga negara yang menjadi korban
pembangunan yang diatasnamakan dengan Pancasila.
Gugatan terhadap pelaksanaan Pancasila versi Orba mengalami puncaknya pada Mei
1998. Dipicu oleh krisis ekonomi, gerakan mahasiswa dan kekuatan anti Soeharto
memaksa lengser keprabon dan menyerahkan kursi kepresiden kepada wakilnya.
Pelanggaran HAM dan keterbatasan partisipasi politik yang berkelindan dengan
krisis moneter melahirkan semangat perjuangan anti Soeharto yang memerintah
tidak dengan demokratis. Kebebasan (politik) yang diperjuangkan dan berhasil pada
tahun 1998 harus mampu menyuburkan internalisasi dan aktulaisasi nilai-nilai
Pancasila. Membuka kembali ruang diskursus untuk mendalami semua gagasan
yang terkandung dalam Pancasila, dan meletakkannya dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.
Menempatkan Pancasila kembali dalam diskursus keseharian akan dipandang
sebagai alien karena stigma negative Pancasila dari hasil penafsiran Pancasila yang
sepihak pada masa orde baru. Tafsir ulang yang tidak sekedar partisipatif yang
dimotori oleh negara/pemerintah, melainkan pemahaman dari hasil deliberasi
dalam mengartikulasi nilai-nilai Pancasila. Kebebasan politik yang sudah digenggam
dalam manifestasi partisipasi politik dan otonomi daerah harus diarahkan untuk
memperkuat basis pemikiran mengenai Pancasila. Pancasila yang tidak hanya
didasarkan pada tafsir penguasa seperti dipraktekkan selama ini, melainkan
menggali kembali nilai-nilai Pancasila yang berkembang di masyarakat. Sehingga
Pancasila terus mengalami artikulasi dalam kehidupan keseharian dan tetap

membumi, tidak teralienasi dari nilai-nilai (yang masih) dianut oleh masyarakat
Indonesia.
1.
Pancasila Dalam Era Reformasi
Era Reformasi di Indonesia dimulai pada pertengahan 1998, tepatnya saat Presiden
Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998 dan digantikan wakil presiden BJ
Habibie. Pengunduran diri ini ialah dampak dari ketidakpuasan masyarakat
Indonesia terhadap pemerintahan pimpinan Soeharto saat itu yang juga disusul
dengan krisis finansial Asia yang menyebabkan ekonomi Indonesia melemah.
Ketidakpuasan masyarakat ini dituangkan melalui demonstrasi besar-besaran yang
dilakukan oleh berbagai organisasi aksi mahasiswa di berbagai wilayah Indonesia.
Tragedi Trisakti adalah salah satu tragedi puncak jatuhnya rezim Soeharto. Tragedi
Trisakti yang meletus pada tanggal 12 Mei 1998 memicu Kerusuhan Mei 1998 sehari
setelahnya. Gerakan mahasiswa pun meluas hampir diseluruh Indonesia. Di bawah
tekanan yang besar baik dari dalam maupun dari luar negeri, akhirnya kekuasaan
Soeharto dapat ditumbangkan, ia akhirnya memilih mengundurkan diri dari kursi
kekuasaan yang telah didudukinya selama 32 tahun.
Menurut Panitia Lima (Bung Hatta, Subardjo, Maramis, Sunarjo, Pringgodigdo)
Pancasila dapat dipahami bukan hanya dengan membaca teksnya, melainkan dengan
mempelajari terjadinya teks itu. Fleksibilitas Pancasila yang akan mampu
membingkai nasionalisme menjadi aset penting bagi kehidupan era ini, sebab
anekaragam sosial dan kemajemukan budaya (agama, suku, geografis, pengalaman
sejarah) dan kehidupan paradoks butuh kesadaran bersama yang baru secara
rohaniah sebagai bangsa.
Jika mencermati keberadaan Pancasila dalam kehidupan politik yang banyak
mengalami perubahan konstitusional dan rezim kekuasaan (1945 1978) Pancasila
selalu dipertahankan. Menurut Yamin (1959), hal demikian memperlihatkan
Pancasila mengandung kenyataan yang hidup dan tumbuh dalam sanubari orang per
orang dalam masyarakat, sehingga Pancasila selalu dipertahankan oleh rakyat
Indonesia yang mendukung tiap-tiap negara nasional yang lahir di atas bumi tumpah
darah Indonesia. Dengan Pancasila rakyat Indonesia telah bersatu dalam revolusi
dan dalam perjuangan sejak hari proklamasi. Pancasila merupakan kristalisasi
daripada intisari perjuangan kemerdekaan nasional di abad ke-20.
Menurut Sartono Kartodirdjo, Pancasila akan menjadi penentu dalam orientasi
tujuan sistem sosial politik, kelembagaan dan kaidah-kaidah pola kehidupan, yang
bukan hanya menjadi faktor determinan, juga sebagai payung ideologis bagi pelbagai
unsur dalam masyarakat yang bersifat majemuk.
Pancasila sebagai asas kerohanian dibutuhkan era ini yang karakternya
memperlihatkan euforia keanekaragaman dan kejamemukan dengan corak
paradoks (nilai-nilai budaya yang mengontrol) serta ketegangan antara kesadaran
individualisme dan kolektivisme dalam penyesuaian (dimana individualisme tanpa
kolektivisme akan merusak sedang kolektivisme tanpa individualisme akan
menghancurkan).
Fleksibilitas Pancasila yang akan mampu membingkai nasionalisme menjadi sebagai
aset penting bagi kehidupan era ini, sebab anekaragam sosial dan kemajemukan

budaya (agama, suku, geografis, pengalaman sejarah) dan kehidupan paradoks


butuh kesadaran bersama yang baru secara rohaniah sebagai bangsa.
Di era reformasi ini, Pancasila seakan tidak memiliki kekuatan mempengaruhi dan
menuntun masyarakat. Pancasila tidak lagi populer seperti pada masa lalu. Elit
politik dan masyarakat terkesan masa bodoh dalam melakukan implementasi nilainilai pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila memang
sedang kehilangan legitimasi, rujukan dan elan vitalnya. Sebab utamannya sudah
umum kita ketahui, karena rejim Orde Lama dan Orde Baru menempatkan Pancasila
sebagai alat kekuasaan yang otoriter.
Terlepas dari kelemahan masa lalu, sebagai konsensus dasar dari kedirian bangsa
ini, Pancasila harus tetap sebagai ideologi kebangsaan. Pancasila harus tetap
menjadi dasar dari penuntasan persoalan kebangsaan yang kompleks seperti
globalisasi yang selalu mendikte, krisis ekonomi yang belum terlihat
penyelesaiannya, dinamika politik lokal yang berpotensi disintegrasi, dan segregasi
sosial dan konflik komunalisme yang masih rawan. Kelihatannya, yang diperlukan
dalam konteks era reformasi adalah pendekatan-pendekatan yang lebih konseptual,
komprehensif, konsisten, integratif, sederhana dan relevan dengan perubahanperubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.
Melihat perilaku sebagaian besar elit politik kita sekarang yang sangat pragmatis,
feodalistik, dan materialis, serta tidak lagi dominan menggunakan ideologi Pancasila
sebagai pendekatan imperatif dalam kerja politik mereka hampir pada semua level
dan kelembagaan politik serta dalam membuat dan mengawasi produk perundangundangan, kelihatannya masa depan reformasi dan demokratisasi, integrasi politik,
serta kebangsaan Indonesia seperti yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa,
masih unpredictable.

BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Nilai-nilai Pancasila lahir tidak terlepas dari nilai-nilai kehidupan masyarakatnya
pada jaman pra sejarah.
Pancasila yang tidak hanya didasarkan pada tafsir penguasa seperti dipraktekkan
selama ini, melainkan menggali kembali nilai-nilai Pancasila yang berkembang di
masyarakat. Sehingga Pancasila terus mengalami artikulasi dalam kehidupan
keseharian dan tetap membumi, tidak teralienasi dari nilai-nilai (yang masih) dianut
oleh masyarakat Indonesia.

Terlepas dari kelemahan masa lalu, sebagai konsensus dasar dari kedirian bangsa
ini, Pancasila harus tetap sebagai ideologi kebangsaan. Pancasila harus tetap
menjadi dasar dari penuntasan persoalan kebangsaan yang kompleks seperti
globalisasi yang selalu mendikte, krisis ekonomi yang belum terlihat
penyelesaiannya, dinamika politik lokal yang berpotensi disintegrasi, dan segregasi
sosial dan konflik komunalisme yang masih rawan.
1.
2.

Saran-saran
Seharusnya mahasiswa lebih memahami seberapa pentingnya Pendidikan
Pancasila agar dapat menjalani kehidupan sesuai dengan nilai-nilai yang ada
dalam Pancasila.
3.
Bagi pemerintah diharapkan mampu mempertahankan Pendidikan Pancasila
sebagai modul pembelajaran sebagai modal P4 ( Pedoman, Penghayatan,
Pengamalan Pancasila).

DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto.2007.Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA Kelas
XII.Jakarta:Erlangga
Tim Dosen Pendidikan Pancasila.2011.Modul Pendidikan
Pancasila.Surabaya:UNESA UNIVERSITY PRESS
http://pancasilafti.wordpress.com/2012/05/16/pancasila-yang-menyejarah/

Anda mungkin juga menyukai