Anda di halaman 1dari 2

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Glaukoma adalah suatu neropati optik kronik didapat, yang ditandai oleh
pencekungan (cupping) diskus optikus dan pengecilan lapang pandang, biasanya
disertai peningkatan tekanan intraokuler. (Eva. 2015)
Di seluruh dunia, glaukoma dianggap sebagai penyebab kebutaan yang
tinggi. Sekitar 2% dari penduduk berusia lebih dari 40 tahun menderita glaukoma.
Glaukoma juga didapatkan pada usia 20 tahun, meskipun jarang. Pria lebih
banyak diserang daripada wanita. Diduga glaukoma ini diturunkan secara
dominan atau resesif pada kira-kira 50% penderita, secara genetik penderitanya
adaalah homozigot. Terdapat pada 99% penderita glaukoma primer sudut terbuka
dengan hambatan pengeluaran cairan mata (akous humor) pada jalinan trabekulum
dan kanal Schlemm. Diabetes mellitus, hipertensi, kulit berwarna, dan myopia
merupakan faktor resiko yang bisa meningkatkan seseorang untuk mengalami
glaukoma.
Glaukoma sudut terbuka primer adalah bentuk glaukoma yang paling
sering pada ras kulit hitam dan putih. Di AS, 1,29-2% orang berusia lebih dari 40
tahun, meningkat hingga 4,7% pada orang berusia lebih dari 75 tahun,
diperkirakan mengidap glaukoma sudut terbuka primer. Glaukoma merupakan
penyebab kebutaan yang kedua setelah katarak, dan prevalensi kebutaan yang
disebabkan oleh glaukoma di Indonesia 0,4%. Di Amerika Serikat glaukoma
merupakan penyebab kebutaan yang paling sering. Penyakit ini empat kali lebih
umum dan enam kali lebih sering menimbulkan kebutaan pada orang berkulit

hitam. Glaukoma merupakan penyebab kebutaan terbanyak keduasetelah katarak


baikdi dunia maupun di Indonesia. Jumlah kasus glaukoma peningkatan usia
harapan hidup. Hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan angka kebutaan sebesar
0,9%. Dengan angka tertinggi di Provinsi Sulawesi Selatan (2,6%)dan terendah di
Provinsi Kalimantan Timur (0,3%). Sementara hasil Survei Kebutaan dan
Kesehatan Mata di Propinsi Jawa Barat tahun 2005, menunjukkan, pada kelompok
usia di atas 40 tahun prevalensi glaukoma sebesar kebutaan karena glaukoma
sebesar 0,1% dari total kebutaan sebesar 4,0% (Kemenkes, 2010). Pada glaukoma
sudut terbuka primer, terdapat kecenderungan familial yang kuat dan kerabat
dekat penderita dianjurkan menjalani pemeriksaan skrining secara teratur.
Glaukoma sudut terbuka merupakan salah satu penyebab utama kebutaan
yang ireversibel. Perjalanan penyakit glaukoma sudut terbuka yang tenang dan
perlahan membuat penyakit ini patut diwaspadai. Hal ini disebabkan karena
kerusakan yang diakibatkan oleh penyakit glaukoma yang bersifat ireversibel.
(AOA, 2011)
Oleh karena gejala penyakit yang tenang, dan efeknya yang membahayakan
maka perlu untuk membahas lebih lanjut tentang penyakit glaukoma sudut terbuka
1.2 Tujuan:
Tujuan ditulisnya referat ini adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraan
klinik bagian ilmu mata RS Bhayangkara kediri
1.3 Manfaat
Manfaat dibuatnya referat ini antara lain untuk menambah wawasan
pembaca mengenai glaukoma sudut terbuka

Anda mungkin juga menyukai