Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI UMUM


STERILISASI

Erlita Indah Astari


05031181520027

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penelitian ataupun praktikum memerlukan suatu keadaan steril yang
berperan sebagai syarat utama atas berhasil atau tidaknya suatu pekerjaan yang
sedang dilakukan di dalam laboratorium. Pengetahuan mengenai prinsip dasar
sterilisasi sangat diperlukan agar adanya kesesuaian hasil yang didapat saat
melakukan percobaan sehingga hasil tersebut dapat dipertanggung jawabkan
secara akurat (Afrianto, 2014).
Selama proses pembelajaran mikroorganisme, diperlukannya alat-alat yang
dapat menunjang proses pembelajaran. Penggunaan alat-alat tersebut bertujuan
agar didapatkannya kultur murni dari suatu mikroorganisme. Streril berarti pada
alat

maupun

bahan

yang

digunakan

tersebut

haruslah

terbebas

dari

mikroorganisme yang tidak diharapkan, dimana mikroorganisme tersebut dapat


merusak suatu media ataupun koloni dari mikroorganisme yang diharapkan.
Mikroorganisme hidup di segala tempat seperti tanah, air, udara, makanan,
pembuangan, dan pada permukaan tubuh. Kemampuan hidup ini yang
mempersulit agar didapatnya suatu koloni yang sejenis dari mikroorganisme tanpa
adanya pencampuran mikroorganisme lain pada koloni tersebut. Kultur
mikroorganisme tersusun dari sel-sel sejenis atau sel tunggal, yang disebut sebagai
kultur murni (Afrianto, 2014).
Melalui proses sterlisasi akan didapatkannya suatu bahan yang aseptis.
Aseptis berarti terwujudnya suatu keadaan dimana tidak hanya bahan atau alat
yang terbebas dari mikroorganisme kontaminan, namun lingkungannya juga harus
steril dan terbebas dari mikroorganisme tersebut. Beberapa cara proses sterilisasi,
antara lain sterilisasi secara fisik, kimia, mekanik, serta gas mikroksidal melalui
cara ini peralatan yang digunakan dapat menjadi steril (Badan POM RI, 2014).
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memahami cara sterilisasi dengan
menggunakan autoclave dalam kondisi yang aseptis.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sterilisasi
Sterilisasi merupakan suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang
ada, sehingga jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi jasad renik
yang dapat berkembang biak atau dapat disebut juga sebagai proses pemusnahan
bakteri dengan cara membunuh mikroorganisme (Afrianto, 2014).
Sterilisasi juga dapat diartikan sebagai proses atau kegiatan membebaskan
suatu bahan atau benda dari semua bentuk kehidupan. Sterilisasi secara umum
mengacu pada setiap proses yang efektif untuk membunuh atau menghilangkan
dari semua organisme hidup. Proses pensterilan memerlukan suatu alat, yaitu
autoklaf dengan peranan antara uap-air panas dan tekanan-tinggi. Sterilisasi dapat
dilakukan dengan beberapa cara, antara lain sterilisasi secara fisik, kimia, mekanik
serta secara gas mikroksidal. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan proses
pemanasan, penggunaan sinar bergelombang pendek seperti sinar-X, sinar-gama,
sinar ultra-violet, atau dengan penggunaan alat bejana atau ruang panas seperti
oven dan autoklaf. Sterilisasi secara kimia dilakukan dengan penggunaan
desifektans, larutan alkohol, larutan formalin, serta larutan AMC. Sterilisasi secara
mekanik dilakukan dengan penggunaan saringan atau filter. Sterilisasai secara gas
mikroksidal, umumnya digunakan pada sterilisasi instalasi mesin dan alat tangki,
sistem perpipaan dan filtrasi.
2.2. Autoklaf
Autoklaf merupakan alat untuk mensterilkan berbagai macam peralatan
laboratorium dengan menggunakan tekanan 15 psi dan suhu 1210C selamat 15
menit. Suhu dan tekanan tinggi tersebut mampu memberikan kekuatan yang lebih
besar untuk membunuh mikroorganisme dibanding dengan menggunakan udara
panas. Alasan digunakan suhu 1210C adalah karena air mendidih pada suhu
tersebut ketikan digunakannya tekanan sebesar 15 psi. Tekanan sebesar 0 psi pada
ketinggian di permukaan laut atau sea level, air akan mendidih pada suhu 100 0C,
sedangkan untuk autoklaf yang diletakkan di ketinggian sama, menggunakan
tekanan 15 psi maka air akan mendidih pada suhu 121 0C. Hal ini hanya berlaku
untuk penggukuran secara sea level, jika autoklaf di laboratorium terletak pada

ketinggian tertentu, maka di perlukannya pengaturan ulang pada tekanan yang


digunakan.
Cara pembuktian autoklaf bekerja secara sempurna dapat digunakan
mikroba penguji yang bersifat termofilik dan memiliki endospora. Mikroba
tersebut

adalah

Bacillus

Stearothermophillus

yang

secara

komersial

berbentuk spore strip (Purwanti, 2014).


2.3. Aseptis
Aseptis merupakan terwujudnya kondisi pada alat, bahan serta lingkungan
yang terbebas atau steril dari mikroorganisme kontaminan. Aseptis dalam arti
sempit menunjukkan suatu keadaan dimana tidak adanya mikroorganisme dalam
jaringan hidup atau dengan kata lain tidak ada pembusukan. Penggunaan istilah
aseptis secara umum, diartikan sebagai suatu teknik pengerjaan yang bertujuan
menghindarkan tumbuhnya mikroorganisme yang tidak dikehendaki pada
lingkungan dari media yang diamati. Metode terwujudnya kondisi aseptis dapat
dilakukan yaitu melalui metode sterilisasi (Badan POM RI, 2014).
2.4. Faktor Sterilisasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses sterilisasi antara lain kelembaban,
konsentrasi gas, suhu dan distribusi gas dalam proses pensterilan. Sterilisasi
secara kimia juga memiliki beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
proses sterilisasi tersebut, diantaranya yaitu jenis bahan yang digunakan,
konsentrasi bahan kimia, sifat kuman atau mikroorganismenya, tingkat keasaman
(pH), serta tingkatan suhu yang digunakan dalam proses sterilisasi secara kimia.
Faktor sterilisasi berperan dalam menentukan keberhasilannya alat menjadi steril.
Jika peralatan tidak menajdi steril, hal ini berarti masih terdapat mikroorganisme
yang menempel pada peralatan. Ketika dilakukannya pengembangbiakan
mikroorganisme maka mikroorganisme yang tidak diinginkan tersebut akan
mengganggu hasil mikroba yang diinginkan dan tidak akan didapatnya kultur
murni dari koloni mikroorganisme yang diinginkan (Qushai, 2015).

BAB 3
METODELOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 7 September 2016 pukul
10.00 WIB di Laboratorium Mikrobiologi Umum, Jurusan Teknologi Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya.

3.2. Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan pada prakatikum kali ini, antara lain : 1)
autoclave, 2) cawan petri, 3) Erlenmeyer, 4) pipet volume dan 5) tabung reaksi
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini, antara lain : 1) aquadesh, 2)
kapas, 3) karet pengikat, 4) kertas, 5) media dan 6) plastik
3.3. Cara Kerja
Adapun cara kerja yang dilakukan, antara lain :
1. Alat yang akan digunakan dicuci bersih dan dikering anginkan
2. Alat-alat tersebut kemudian dibungkus dengan kertas hingga semua bagian
tertutup rapat. Kemudian semua alat dibungkus dengan plaspik HDPE dan
diikat dengan karet.
3. Sebelum melakukan sterilisasi cek dahulu banyaknya air dalam autoklaf.
Jika air kurang dari batas yang ditentukan, maka dapat ditambah air sampai
batas tersebut. Gunakan air hasil destilasi, untuk menghindari terbentuknya
kerak dan karat.
4. Masukkan peralatan dan bahan. Jika mensterilisasi botol beretutup ulir,
maka tutup harus dikendorkan.
5. Tutup autoklaf dengan rapat lalu kencangkan baut pengaman agar tidak ada
uap yang keluar dari bibir autoklaf. Klep pengaman jangan dikencangkan
terlebih dahulu.
6. Nyalakan autoklaf, diatur timer dengan waktu minimal 15 menit pada suhu
121 C
7. Tunggu samapai air mendidih sehingga uapnya memenuhi kompartemen
autoklaf dan terdesak keluar dari klep pengaman. Kemudian klep pengaman
ditutup (dikencangkan) dan tunggu sampai selesai. Penghitungan waktu 15
dimulai sejak tekanan mencapai 2 atm.
8. Jika alarm tanda selesai berbunyi, maka tunggu tekanan dalam
kompartemen turun hingga sama dengan tekanan udara di lingkungan

(jarum pada preisure gauge menunjuk ke angka nol). Kemudian klep-klep


pengaman dibuka dan keluarkan isi autoklaf dengan hati-hati.

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Alat alat yang digunakan antara lain :

N
O

NAMA ALAT

FUNGSI

1.

Autoklaf

alat pemanas tertutup yang


mana
digunakan
untuk
mensterilisasi suatu benda
dengan menggunakan uap
panas yang bersuhu serta
bertekanan tinggi. Suhu yang
digunakan sebesar 1210C
dengaan tekanan 15 psi
selama 15 menit.

2.

Batang Pengaduk

Digunakan untuk mengaduk


bahan yang digunakan

Beaker Glass

Alat yang digunakan untuk


meletakkan tabung reaksi
ketika dilakukannya proses
sterilisasi dengan autoklaf

3.

4.

Bunsen

5.

Petridish

6.

Erlenmeyer

7.

8.

Untuk memanaskan suatu


medium serta mensterilkan
jarum inokulasi dan alat-alat
yang terbuat dari platina dan
nikrom seperti jarum platina
dan ose.
Sebagai
tempat
untuk
penyimpanan serta sebagai
tempat pembuatan kultur
media bakteri.
Erlenmeyer berfungsi sebagai
tempat penampung sementara
larutan aquadest yang sudah
di sterilisasikan.

Kapas

Untuk menutup bagian mulut


atau bagian atas permukaan
peralatan laboratorium yang
memungkinkan untuk ditutup
dengan
kapas
sebelum
dilapisi oleh plastik HDPE.

Pipet Mikro

Memindahkan cairan yang


bervolume
cukup
kecil,
biasanya kurang dari 1000 l.

9.

Plastik HDPE

10.

Tabung Reaksi

Alat pembungkus kedua


setelah pembungkus kertas
yang digunakan membungkus
peralatan, baik melalui proses
sterilisasi atau proses lainnya.
Wadah untuk mereaksikan
dua atau lebih larutan berupa
bahan kimia atau sebagai
tempat atau wadah untuk
pengembangan
mikroba,
misalnya dalam pengujian
jumlah bakteri.

GAMBAR

4.2.

Pembahasan
Sterilisasi berperan penting dalam menjaga tingkat kesterilan suatu alat.
Sifat yang dimiliki oleh mikroorganisme khususnya bakteri yang termofilik,
menjadikan proses sterilisasi harus dilakukan dengan tekanan serta adanya titik
didih yang cukup tinggi. Peralatan yang akan diterilisasikan didalam autoklaf,
sebelumnya dibungkus terlebih dahulu menggunakan ketas dan plastik HDPE atau
High Dencity Poli Etilen. Pembungkusan ini bertujuan agar peralatan yang
disterilisasikan tidak menjadi basah, mengingat bahwa kondisi dimana didalam
autoklaf terdapat air sebagai media pemanasan dengan tekanan tinggi agar
terbentuknya uap panas. Air suling pada tabung reaksi yang di sterilisasikan dapat
digunakan pada proses pengenceran. Pembungkusan dengan menggunakan kertas
karena kertas termasuk bahan yang mudah menyerap air dan harganya juga
ekonomis. Penggunaan plastik HDPE sebagai pembungkus kedua agar kertas
yang digunakan sebelumnya tidak menjadi basah, dan ketika telah selesai di
sterilisasi tangan tidak secara langsung menyentuh permukaan peralatan tersebut.
Hal ini dikarenakan di permukaan tangan terdapat mikroorganisme yang dapat
menyebabkan tidak sterilnya lagi peralatan jika bersentuhan langsung dengan
peralatan. Penggunaan kertas dan plastik dapat dikatakan sebagai salah satu cara
agar

meminimalisirnya

peralatan

terkontaminasi

oleh

mikroorganisme

kontaminan. Alasan penggunaan plastik HDPE dikarena ketebalan plastik HDPE


lebih tebal dibandingkan plastik LDPE sehingga plastik HDPE tidak mudah
mengkerut apabila dimasukkan kedalam kondisi yang bersuhu dan bertekanan
tinggi. Harga dari plastik HDPE sendiri ekonomis dan sangat terjangkau. Tidak
mudah sobeknya plastik HDPE menjadikan peralatan tidak mudah terkontaminasi
atau masuk dan menempelnya kembali mikroba pada peralatan (Johansyah, 2014).
Alasan digunakannya suhu 1210C itu adanya tekanan 1 atm yang
berdasarkan pada ketinggian permukaan laut. Autoklaf terdapat dalam setiap
laboratorium mikrobiologi, ruang sterilisasi di rumah sakit serta tempat lainnya
yang memproduksi produk steril. Mekanisme sterilisasi fisik dilakukan dengan
proses pemanasan, penggunaan sinar bergelombang pendek. Cara sterilisasinya
dilakukan dengan media berupa udara panas atau uap-air panas yang bertekanan
tinggi dimana dalam hal ini dapat membunuh mikroba yang bersifat termofilik.

BAB 5

KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat pada praktikum kali ini, antara lain :

1. Penggunaan suhu 1210C itu adanya tekanan 1 atm yang berdasarkan pada
ketinggian permukaan laut.
2. Keunggulan plastik HDPE antara lain ketebalan plastik HDPE lebih tebal
daripada plastik LDPE, harganya terjangkau dan plastik tidak mudah sobek
ataupun mengkerut
3. Air suling yang terdapat didalam tabung reaksi setelah disterilkan dapat
digunakan pada proses pengenceran
4. Pada suhu 1210C bakteri yang bersifat termofilik akan mati
5. Peralatan yang steril dapat mengakuratkan hasil data pengamatan yang
dilakukan

DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, Eddy. 2014. Pengawasan Mutu Bahan/Produk Pangan Jilid II.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan
Nasional. ISBN 978-602-8320-92-4 : 275-298
Badan POM RI. 2014. Petunjuk Operasional Penerapan Pedoman Cara
Pembuatan Obat Yang Baik 2012 Jilid 2. Katalog Dalam Terbitan Badan
Pengawasan Obat dan Makanan RI. ISBN 978-979-3707-79-2 (Jilid II) :
662-679
Johansyah, Afrazak. 2014. Pengaruh Plastik Pengemas Low Density Polyethylene
(LDPE), High Density Polyethylene (HDPE) Dan Polipropilen (PP)
Terhadap Penundaan Kematangan Buah Tomat (Lycopersicon
esculentum.Mill). Buletin Anatomi dan Fisiologi. Volume XXII, Nomor 1 :
46-57
Purwanti, Ani. 2014. Pengambilan Lipid Dari Mikroalgabasah Dengan cara
Ekstraksi Dalam Autoklaf. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains &
Teknologi (SNAST) 2014. ISSN: 1979-911X : 231-238
Qushai. 2013. Perbandingan Efektivitas Bakteriologi Sterilisasi Menggunakan
Alkohol 70% Dan Autoklaf Terhadap Kecepatan Pertumbuhan Bakteri.
Jurnal Sain Vet. Vol. 25 No.I : 17-24

Anda mungkin juga menyukai