Anda di halaman 1dari 2

Penyakit tidak menular, terutama hipertensi terjadi penurunan dari 31,7 persen tahun

2007 menjadi 25,8 persen tahun 2013. Asumsi terjadi penurunan bisa bermacammacam mulai dari alat pengukur tensi yang berbeda sampai pada kemungkinan
masyarakat sudah mulai datang berobat ke fasilitas kesehatan. Terjadi peningkatan
prevalensi hipertensi berdasarkan wawancara (apakah pernah didiagnosis nakes dan
minum obat hipertensi) dari 7,6 persen tahun 2007 menjadi 9,5 persen tahun 2013. Hal
yang sama untuk stroke berdasarkan wawancara (berdasarkan jawaban responden
yang pernah didiagnosis nakes dan gejala) juga meningkat dari 8,3 per1000 (2007)
menjadi 12,1 per1000 (2013). Demikian juga untuk Diabetes melitus yang berdasarkan
wawancara juga terjadi peningkatan dari 1,1 persen (2007) menjadi 2,1 persen (2013).
Perilaku merokok penduduk 15 tahun keatas masih belum terjadi penurunan dari 2007
ke 2013, cenderung meningkat dari 34,2 persen tahun 2007 menjadi 36,3 persen tahun
2013. 64,9 persen laki-laki dan 2,1 persen perempuan masih menghisap rokok tahun
2013. Ditemukan 1,4 persen perokok umur 10-14 tahun, 9,9 persen perokok pada
kelompok tidak bekerja, dan 32,3 persen pada kelompok kuintil indeks kepemilikan
terendah. Sedangkan rerata jumlah batang rokok yang dihisap adalah sekitar 12,3
batang, bervariasi dari yang terendah 10 batang di DI Yogyakarta dan tertinggi di
Bangka Belitung (18,3 batang).
Prevalensi DM dan hipertiroid di Indonesia berdasarkan jawaban pernah didiagnosis dokter
sebesar 1,5 persen dan 0,4 persen. DM berdasarkan diagnosis atau gejala sebesar 2,1 persen.
Prevalensi hipertensi pada umur =18 tahun di Indonesia yang didapat melalui jawaban pernah
didiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen, sedangkan yang pernah didiagnosis tenaga
kesehatan atau sedang minum obat hipertensi sendiri sebesar 9,5 persen. Jadi, terdapat 0,1
persen penduduk yang minum obat sendiri, meskipun tidak pernah didiagnosis hipertensi oleh
nakes. Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran pada umur =18 tahun
sebesar 25,8 persen. Jadi cakupan nakes hanya 36,8 persen, sebagian besar (63,2%) kasus
hipertensi di masyarakat tidak terdiagnosis. Prevalensi DM, hipertiroid, dan hipertensi pada
perempuan cenderung lebih tinggi daripada laki-laki.
Prevalensi jantung koroner berdasarkan pernah didiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5
persen, dan berdasarkan diagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5 persen. Prevalensi gagal
jantung berdasarkan pernah didiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,13 persen, dan
berdasarkan diagnosis dokter atau gejala sebesar 0,3 persen. Prevalensi stroke di Indonesia
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7,0 per mil dan yang berdasarkan diagnosis
tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per mil. Jadi, sebanyak 57,9 persen penyakit stroke
telah terdiagnosis oleh nakes. Prevalensi penyakit jantung koroner, gagal jantung, dan stroke
terlihat meningkat seiring peningkatan umur responden.
Empat jenis PTM utama menurut WHO adalah penyakit kardiovaskular (penyakit jantung
koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan penyakit paru obstruksi kronis),
dan diabetes.
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah meningkat secara
kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja lebih keras memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Jika dibiarkan, penyakit ini dapat mengganggu
fungsi organ-organ lain, terutama organ-organ vital seperti jantung dan ginjal. Didefinisikan
sebagai hipertensi jika pernah didiagnosis menderita hipertensi/penyakit tekanan darah tinggi
oleh tenaga kesehatan (dokter/perawat/bidan) atau belum pernah didiagnosis menderita
hipertensi tetapi saat diwawancara sedang minum obat medis untuk tekanan darah tinggi

(minum obat sendiri). Kriteria hipertensi yang digunakan pada penetapan kasus merujuk pada
kriteria diagnosis JNC VII 2003, yaitu hasil pengukuran tekanan darah sistolik =140 mmHg atau
tekanan darah diastolik =90 mmHg. Kriteria JNC VII 2003 hanya berlaku untuk umur =18 tahun,
maka prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran tekanan darah dihitung hanya pada
penduduk umur =18
tahun. Mengingat pengukuran tekanan darah dilakukan pada penduduk umur =15 tahun maka
temuan kasus hipertensi pada umur 15-17 tahun sesuai kriteria JNC VII 2003 akan dilaporkan
secara garis besar sebagai tambahan informasi.
Dari tabel 3.5.3 terlihat prevalensi diabetes dan hipertiroid di Indonesia berdasarkan
wawancara
yang terdiagnosis dokter sebesar 1,5 persen dan 0,4 persen. DM terdiagnosis dokter atau
gejala
sebesar 2,1 persen. Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di DI
Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan Timur (2,3%).
Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter atau gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah
(3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%) dan Nusa Tenggara Timur 3,3 persen.
Prevalensi hipertiroid tertinggi di DI Yogyakarta dan DKI Jakarta (masing-masing 0,7%), Jawa
Timur (0,6%), dan Jawa Barat (0,5%).
Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur =18 tahun
sebesar
25,8 persen, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%),
Kalimantan
Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui
kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen, yang didiagnosis tenaga
kesehatan
atau sedang minum obat sebesar 9,5 persen. Jadi, ada 0,1 persen yang minum obat sendiri.
Responden yang mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang minum obat hipertensi
sebesar
0.7 persen. Jadi prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5 persen (25,8% + 0,7 %).

Anda mungkin juga menyukai