Kelompok 10
IKM A2 2015
Imraatul Hasni
1511212001
1511212002
Qhasmawati Nayli
1511212036
Rafida Meilsa
1511212037
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
membahas tentang Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Malaria tepat pada
waktunya.
Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Epidemiologi
Penyakit Menular. Dengan terselesaikannnya makalah ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada Ibudr. Fauziah Elytha, Msiselaku pembimbing yang telah
membimbing penulis dalam penyusunan makalah ini.
Penulis
menyadari
bahwasanya
kesempurnaan
bukanlah
milik
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1
Latar Belakang..........................................................................................1
1.2
Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3
Tujuan........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
2.1
2.1.1
Etiologi...............................................................................................2
2.1.2
Alur Penularan...................................................................................2
2.1.3
Epidemiologi......................................................................................4
2.1.4
Patogenesis.........................................................................................8
2.1.5
2.2
MALARIA..............................................................................................17
2.2.1
Pengertian Malaria...........................................................................17
3.2.2
Penularan..........................................................................................18
3.2.3
Epidemiologi....................................................................................19
3.2.4
Kesimpulan..............................................................................................31
3.2
Saran........................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................32
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus B,
yaitu arthropod-borne virus atau virus yang disebarkan oleh arthropoda.Virus ini
termasuk genus Flavivirus dari family Flaviviridae.
Malaria masih merupakan masalah penyakit endemik di wilayah Indonesia
Timur khususnya Nusa Tenggara Barat. Salah satu masalah yang dihadapi adalah
kesulitan mendiagnosis secara cepat dan tepat. Berdasarkan hasil evaluasi
Program Pemantapan Mutu Eksternal Laboratorium Kesehatan pada pemeriksaan
mikroskopis malaria, yang dilakukan oleh Balai Laboratorium Kesehatan
Mataram, dari 19 laboratorium di NTB yang mengevaluasi menggunakan preparat
positif malaria, hanya 79% peteknik laboratorium yang dapat membaca preparat
dengan benar. Kepentingan untuk mendapatkan diagnosis yang cepat pada
penderita
yang
diduga
menderita
malaria
merupakan
tantangan
untuk
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana
Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana etiologi, alur penularan, epidemiologi, dan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
2.1.1
Etiologi
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus B,
yaitu arthropod-borne virus atau virus yang disebarkan oleh arthropoda.Virus ini
termasuk genus Flavivirus dari family Flaviviridae.
Ada empat serotype yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Serotype
DEN-3 merupakan jenis yang sering dihubungkan dengan kasus-kasus parah.
Infeksi oleh salah satu serotype akan menimbulkan kekebalan terhadap serotype
yang bersangkutan, tetapi tidak untuk serotype yang lain. Keempat jenis virus
tersebut semuanya terdapat di Indonesia.Di daerah endemic DBD, seseorang dapat
terkena infeksi semua serotype virus pada waktu yang bersamaan.
David Bylon (1779) melaporkan bahwa epidemiologi dengue di Batavia
disebabkan oleh tiga faktor utama, yaitu virus, manusia, dan nyamuk.
Vektor utama penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegypti (di daerah
perkotaan) dan Aedes albopictus (di daerah pedesaan).Nyamuk yang menjadi
vektor penyakit DBD adalah nyamuk yang menjadi terinfeksi saat menggigit
manusia yang sedang sakit dan viremia (terdapat virus dalam darahnya).Menurut
laporan terakhir, virus dapat pula ditularkan secara transovarial dari nyamuk ke
telur-telurnya.
2.1.2
Alur Penularan
Demam berdarah dengue tidak menular melalui kontak manusia dengan
berkembang selama 4-6 hari dan orang tersebut akan mengalami sakit demam
berdarah dengue. Virus dengue memperbanyak diri dalam tubuh manusia dan
berada dalam darah selama satu minggu.
Orang yang di dalam tubuhnya terdapat virus dengue tidak semuanya akan
sakit demam berdarah dengue. Ada yang mengalami demam ringan dan sembuh
dengan sendirinya, atau bahkan ada yang sama sekali tanpa gejala sakit. Tetapi
semuanya merupakan pembawa virus dengue selama satu minggu, sehingga dapat
menularkan kepada orang lain di berbagai wilayah yang ada nyamuk penularnya.
Sekali terinfeksi, nyamuk menjadi infektif seumur hidupnya.
Hanya nyamuk Aedes aegypti betina yang dapat menularkan virus
dengue.12 Nyamuk betina sangat menyukai darah manusia (anthropophilic) dari
pada darah binatang. Kebiasaan menghisap darah terutama pada pagi hari jam
08.00-10.00 dan sore hari jam 16.00-18.00. Nyamuk betina mempunyai kebiasaan
menghisap darah berpindah-pindah berkali-kali dari satu individu ke individu lain
(multiple biter). Hal ini disebabkan karena pada siang hari manusia yang menjadi
sumber makanan darah utamanya dalam keadaan aktif bekerja/bergerak sehingga
nyamuk tidak bisa menghisap darah dengan tenang sampai kenyang pada satu
individu. Keadaan inilah yang menyebabkan penularan penyakit DBD menjadi
lebih mudah terjadi
Ciri-ciri nyamuk Aedes agyptiadalah :
burung.
Jarang terbang 100m
Nyamuk betina bersifat multiple biters (menggigit beberapa orang
Imunitas penjamu
Kepadatan populasi nyamuk
Transmisi virus dengue
Virulensi virus
Keadaan geografis setempat
2.1.3
Pertumbuhan penduduk
Urbanisasi yang tidak terkontrol
Transportasi
Epidemiologi
Di banyak negara tropis, virus dengue sangat endemik.Di Asia, penyakit
ini sering menyerang di Cina Selatan, Pakistan, India, dan semua negara di Asia
Tenggara. Sejak 1981, virus ini ditemukan di Queensland,Australia. Di sepanjang
pantai timur Afrika, DBD juga ditemukan dalam berbagai serotype. Penyakit ini
juga sering menyebabkan KLB di Amerika Selatan, Amerika Tengah, bahkan
sampai ke Amerika Serikat sampai akhir tahun 1990-an. Endemik dengue di Asia
pertama kali terjadi pada tahun 1779, di Eropa pada tahun 1784, di Amerika
Selatan pada tahun 1835-an, dan di Inggris pada tahun 1922.
Di Indonesia kasus DBD pertama kali terjadi di Surabaya pada tahun 1968.
Penyakit DBD ditemukan di 200 kota di 27 provinsi dan telah terjadi KLB akibat
DBD. Profil kesehatan provinsi Jawa Tengah tahun 1999 melaporkan bahwa
kelompok tertinggi adalah usia 5-14 tahun yang terserang sebanyak 42% dan
kelompok usia 15-44 tahun yang terserang sebanyak 37%. Data tersebut
didapatkan dari data rawat inap rumah sakit.Rata-rata insidensi penyakit DBD
sebesar 6-27 per 100.000 penduduk.
Untuk pertama kalinya, pada bulan Maret 2002, Michael Rossman dan
Richard Kuhn dari Purdue University, Amerika Serikat, melaporkan bahwa
struktur virus dengue yang berbeda dengan struktur virus lainnya telah ditemukan.
Permukaan virus ini halus dan selaputnya ditutupi oleh lapisan protein yang
berwarna biru, hijau, dan kuning.Protein amplop tersebut dinamakan protein E
yang berfungsi melindung bahan genetik di dalamnya.
Pada
awal
terjadinya
wabah
di suatu
negara,
distribusi
umur
3.
4.
suatu proses penyakit. Dalam hal ini yang menjadi agent dalam
penyebaran DBD adalah virus dengue.
2) Karakteristik host (pejamu) adalah manusia yang kemungkinan
terjangkit penyakit DBD. Faktor-faktor yang terkait dalam penularan
DBD pada manusia yaitu :
Mobilitas penduduk akan memudahkan penularan dari suatu
(58,2%).
3) Lingkungan
Lingkungan yang terkait dalam penularan penyakit DBD adalah :
Tempat penampungan air / keberadaan kontainer, sebagai tempat
perindukan nyamuk Aedes aegypti.
2.1.4
Patogenesis
Infeksi virus terjadi melalui gigitan nyamuk, virus memasuki aliran darah
10
di semua level
Menggunakan kelambu
Menggunakan obat nyamuk (bakar, oles)
Tidak melakukan kebiasaan berisiko (tidur siang, menggantung
baju)
Penyemprotan
12
Pengendalian Kimiawi :
13
pengeringan,
pembuatan
bangunan
(pintu,
tanggul
dan
kegiatan
yang
bertujuan
mencegah
atau
membatasi
14
cara
lain
untuk
pengendalian
non
kimiawi
dengan
15
Lingkungan
air
sekurang-kurangnya
sekali
seminggu,
16
Hal-hal yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan agar terhindar dari
penyakit demam berdarah, sebagai berikut:
17
Hindari tidur saat siang hari, Hindari tidur pagi sekitar pukul 06.00 10.00
atau sore pukul 15.00 17.30. Jikalau harus tidur karena cape, baiknya
Juragan tidur memakai lotion anti nyamuk, obat nyamuk elektrik atau
semprot kamar anda dengan obat anti nyamuk terlebih dahulu.
Fokus pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah mengatasi
perdarahan, mencegah atau mengatasi keadaan syok / persyok, yaitu dengan
mengusahakan agar penderita banyak minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air
dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau susu) penambahan cairan tubuh
melalui infus (intravena) mungkinb di perlukan untuk mencegah dehidrasi
dan hemokonsentrasi yang berlebihan. Transfusi platelet di lakukan jika
jumlah platelet menurun drastis. Terhadap keluhan yang timbul, selanjutnya
adalah pemberian obat obatan misalnya :
o Parasetamol membantu menurunkan demam
o Garam elektrolit (oralit) jika di sertai diare
o Antibiotik berguna untuk mencegah infeksi sekunder, lakukan kompres
dingin, tidak perlu dengan es karena bisa berdampak syok. Bahkan beberapa
tim
medis
menyarankan
kompres
dapat
di
lakukan
dengan
18
2.2
MALARIA
2.2.1
Pengertian Malaria
Malaria berasal dari bahasa Italia, yaitu mal (buruk) dan area (udara) atau
berbeda.
Plasmodium
vivax
menyebabkan
malaria
vivax/tertiana,
Penularan
Penularan penyakit malaria dari orang yang sakit kepada orang sehat,
sebagian besar melalui gigitan nyamuk. Bibit penyakit malaria dalam darah
manusia dapat terhisap oleh nyamuk, berkembang biak di dalam tubuh nyamuk,
19
dan ditularkan kembali kepada orang sehat yang digigit nyamuk tersebut. Jenisjenis vektor (perantara) malaria yaitu:
Cara penularan penyakit malaria dapat di bedakan menjadi dua macam yaitu :
1) Penularan secara alamiah (natural infection)
Malaria ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Nyamuk ini jumlahnya kurang
lebih ada 80 jenis dan dari 80 jenis itu, hanya kurang lebih 16 jenis yang menjadi
vector penyebar malaria di Indonesia. Penularan secara alamiah terjadi melalui
gigitan nyamuk Anopheles betina yang telah terinfeksi oleh Plasmodium.Sebagian
besar spesies menggigit pada senja dan menjelang malam hari. Beberapa vector
mempunyai waktu puncak menggigit pada tengah malam dan menjelang pajar.
Setelah nyamuk Anopheles betina mengisap darah yang mengandung parasit pada
stadium seksual (gametosit), gamet jantan dan betina bersatu membentuk ookinet
di perut nyamuk yang kemudian menembus di dinding perut nyamuk dan
membentuk kista pada lapisan luar dimana ribuan sporozoit dibentuk. Sporozoitsporozoit tersebut siap untuk ditularkan.Pada saat menggigit manusia, parasit
malaria yang ada dalam tubuh nyamuk masuk ke dalam darah manusia sehingga
manusia tersebut terinfeksi lalu menjadi sakit.
2) Penularan tidak alamiah (not natural infection)
a. Malaria bawaan
Terjadi pada bayi yang baru lahir karena ibunya menderita malaria.
Penularannya terjadi melalui tali pusat atau plasenta (transplasental)
b. Secara mekanik
Penularan terjadi melalui transfusi darah melalui jarum suntik.
c. Secara oral
Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung (P.gallinasium),
burung dara (P.relection) dan monyet (P.knowlesi).
20
3.2.3
Epidemiologi
Penyakit malaria dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain
1. Agent
Agent penyebab malaria adalah genus Plasmodia, family Plasmodidae dari
Ordo Coocidiidae. Sampai saaat ini dikenal empat spesies parasit malaria pada
manusia di Indonesia, yaitu :
1. Plasmodium falciparum, penyebab
penyakit
tropika
yang sering
22
Hal ini disebabkan karena imunitas pada bayi masih diperoleh dari ibunya.
Lambat laun imunitas tadi menurun seiring dengan usia, sehingga pada masa
anak-anak imunitasnya sudah sangat rendah sehingga bila anak tadi terinfeksi
malaria maka dapat dipastikan bahwa kepadatan parasitnya akan tinggi.
Sehubungan dengan imunitas ini, diketahui pula bahwa mereka yang hidup di
daerah endemis memiliki imunitas terhadap malaria, karena seringnya terinfeksi.
Kaum transmigran dan daerah luar Papua, yang dapat dikatan masih hipoendemis,
belum memiliki imunitas, sehingga bila mereka tiba di Papua akan mudah sekali
terserang malaria berat. Sehubungan dengan hal ini dikenal dengan adaya istilah
yang sekarang sudah tidak dipakai lagi yaitu stable aria yaitu daerah dengan
endemitas rendah, karena penduduknyatelah memiliki imunitas dan isilah unstable
malaria yaitu daerah dengan endemisitas yang berubah-ubah
Keadaan lain yang merupakan faktor dari host adalah status sosial,
ekonomi, adat istiadat dan budaya. Masyarakat yang selalu berpindah tempat dan
membuka hutan untuk bercocok tanam akan lebih terinfeksi malaria dibanding
mereka yang tinggal di daerah urban.
1) Nyamuk
Malaria pada umumnya ditulari oleh nyamuk anophelse betina. Nyamuk
ini memiliki kebiasaan menggigit pada waktu antara senja dan subuh. Terbang
nyamukini biasanya hanya 2 3 km dari tepat perlindungannya.
Vektor malaria merupakan faktor utama. Setiap daerah memiliki iklim,
cuaca dan flora serta fauna yang berbeda, hal ini dapat menyebabkan vektor
tertentu saja yang tinggal di daerah tersebut. Dengan kata lain vektor tertentu
memiliki habitat tertentu dan akan lebih suka tinggal di daerah tertentu.
Faktor lainnya adalah lama hidup, jarak terbang dan resistensi terhadap
isektisida. Lama hidup dan jarak terbang setiap spesies nymuk juga berbeda,
makin lama umur nyamuk dan makin jauh jarak terbangnya makin luas mereka
menyebarkan malaria. Maslah resistensi nyamuk terhadap insektisida banyak
menyita waktu untuk mencari cara pemberantasan nyamuk seefektif mungkin
sambil tetap mencegah jangan sampai menimbulkan kontaminasi lingkungan
yang membahayakan
23
2) Kapasitas Vektorial
Dewasa ini pakar malariologi lebih suka menggunakan konsep kapasitas
vektorial yaiutu rerata jumlah orang yang terkena sangkil (efektif) mampu
digigit dan ditulari parasit malaria (sporozoit) oleh seekr nyamuk Anopheles
spesies tertentu persatuan waktu (12 jam-satu mlalm penuh) dari satu orang
manusia sumber penyakit malaria.
Onori dan Grab (1980) membagi faktor-faktor penentu penularan malaria
dalam dua kategori besar, yaitu faktor langsung dan tidak langsung.
Faktor-faktor langsung
Angka menggigit nyamuk
manusia
manusia
Importasi
penyakit
darah
pada
malaria
lewat
3) Lingkungan
a. Lingkungan Fisik
Suhu Udara
Pengaruh suatu suhu bebeda bagi setiap spesies. Suhu optimal bagi
kehidupan nyamuk adalah antara 25o 27oC dengan kelembaban 80%.
Suhu daerah yang memimiliki suhu dan kelembaban tersebut
merupaka tempat yang bagus bagi perkembangan nyamuk. Oleh
karena daerah tropis melrupakan daerah yang paling disukai oleh
Anopheles sp. makin tinggi suhu (sampai batas tertentu) makin oendek
masa inkubasi ekstrinsik dan sebaliknya makin rendah suhu makin
panjang masa inkubasi ekstrinsiknya
No.
Plasmodium
P. Falciparum
9 14 hari (12)
P. vivax
12 -17 (15)
24
P. ovale
16 18 (17)
P. malariae
18 40 (28)
Kelembaban Udara
Kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk. Tingkat
kelembaban 60% merupakan batas paling rendah untuk kemungkinan
hidupnya
nyamuk.
Kelembaban
mempengaruhi
kecepatan
nyamuk.
Hujan
Curah hujan merupakan faktor penentu berkaitan dengan timbulnya
perindukan nyamuk. Setiap hujan turun dan menimbulkan genangan
air, maka timbulah keadaan yang menguntungkan nyamuk dengan
memberinya tempat perindukan. Masalah perindukan ini selain
disebabkan oleh curah hujan juga disebabkan oleh ulah manusia
sendiri yang tanpa sengaja membuatkan tempat perindukan bagi
nyamuk.
Penebangan
hutan
dan
jejak-jejak
kaki
di
tanah
25
b. Lingkungan Kimiawi
Dipengaruhi oleh garam atau kadar garam dari tempat perindukan.
Anopheles sundaicus
Memilih air payau dengan kadar antara 12 18 permilsebagai
breeding palcesnya. Pada kadadr garam 40 permil Anopheles
c. Lingkungan Biologi
Umunya nyamuk memilih tempat yang gelap, teduh berlindung, lembab
untuk berkembang biak. Selain itu adanya kandnag ternak yang dekat atau
menyatu
dengan
rumah
akan
semakin
menambah
tempat
untuk
berkembangbiak.
d. Lingkungan Sosial Budaya
Faktor sosial kadang-kadang besar sekali pengaruhnya dibanding dengan
faktor lingkungan yang lain. Kebiasaan untuk berada di luar rumah sampai
larut malam dimana vektornya bersifat eksofilik dan eksofagik akan
memperbesar jumlah gigitan nyamuk. Penguunaan kelambu, kawat kasa pada
rumah dan penggunaan zat penolak nyamuk yang intensitasnya berbeda
sesuai dengan perbedaan status sosial masyarakat, akan mempengaruhi angka
kesakitan malaria. Faktor yang cukup penting pula adalah pandangan
masyarakat disuatu daerah terhadap penyakit malaria dianggap sebagai suatu
kebutuhan untuk diatasi, upaya untuk menyehatkan lingkungan akan
dilaksanankan oleh masyarakat secara spontan.
Endemisitas malaria ditentukan berdasarkan spleen rate pad anak-anaka
dan oarang dewsa. Jika pada suatu daerah spleen rate kurag dari 10%, maka
daerah tersebut dinamakan hipoendemik. Hal ini berarti bahwa transmisi
malaria di daerah tersebut rendah dan imunitas penduduk di daerah tersebut
juga rendah. Daerah mesoendemik ditentukan bila speen rate nya antara 11
50% yang berarti daerah tersebut memiliki transmisi yang agak tinggi, dan
imunitas penduduknya terhadap malaria tidak terlalu tinggi. Pada daerah yang
termasuh hipoendemik dan mesoendemik, wabah ,alaria sering terjadi sebagai
26
e. Malariometri
Malariometri adalah pengukuran secara quantitatif keadaan malaria di
suatu tempat. Secara epidemiologik endemisitas malaria dibagi menjadi
beberapa tingkatan. Salah satu cara untuk mengukur tingkat endemisitas
malaria di suatu daerah adalah dengan pemeriksaan pembesaran limpa pada
masyarakat yang tinggal di daerah tersebut untuk menghitung spleen rate.
Spleen rate adalah persentase penduduk yang memiliki pembesaran
limpa dalam suatu masyarakat. Spleen rate ditentukan dengan jalan mengukur
pembesaan limpa menurut cara hackett. Dengan cara ini pembesaran limpa
dibedakan menjadi 6 kategori yaitu kategori 0 sampai kategori 5. Dengan
Spleen rate tersebut maka tingkat endemisitas daerah malaria dapat dibagi
menjadi 4 tingkat :
1. Hipoendemik : Spleen rate tidak melebihi 10%
2. Mesoendemik : Spleen rate antara 11 50%
3. Hiperendemik : Spleen rate di atas 50%. Spleen rate pada dewasa juga
tinggi (>25%)
4. Holoendemik : Spleen rate 75%, tetapi Spleen rate dewasa rendah
Timbulnya endemi musiman dipengaruhi oleh faktor tertentu. Dikenal 4
fase pada endemi musiaman yaitu fase Pre Epidemi, gelombang Epidemi,
Fase Pasca Epidemi dan Masa Interepidemi. Fase pre epidemi adlah fse yang
ditandai
dengan
mulai
meningkatnya
kepadatan
nyamuk.
Dnegn
28
3.2.4
gotong
royong
membersihkan
lingkungan
sekitar,
29
30
31
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus B,
yaitu arthropod-borne virus atau virus yang disebarkan oleh arthropoda.Virus ini
termasuk genus Flavivirus dari family Flaviviridae.
Malaria merupakan penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh
plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk
aseksual didalam darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam,
menggigil, anemia dan splenomegali.
3.2
Saran
Disarankan kepada penulis selanjutnya agar dapat membahas dan
menjelaskan lebih rinci dan menambah sumber dari buku-buku yang terpercaya.
DAFTAR PUSTAKA