Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN

KUNJUNGAN IPA LUBUK PARAKU


Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Penyediaan Air Bersih dan Penyehatan Lingkungan

Dosen pengampu :
Nizwardi Azka, SKM., MPPM., M.Pd., M.Si

OLEH:
KELOMPOK 1
Faradilla Fitri 1511211012
Rahmayuda 1511211021
Atika Syahira 1511211028
Yulli Sarah 1511211065
Aulia Rizki 1511211069
Helmidawati 1511211070
Melisa Ramayani 1511212032
Nindi Elfiza 1511212049
Alfi Ramadhan 1511212067
Heru Satria 1511212069
Syukma Elsa 1611216002
Aprina Ika N 1611216062

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS ANDALAS
2018
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan kelompok berkat, rahmat, kesehatan, kesempatan, dan kemauan
hingga kelompok dapat menyelesaikan laporan ini. Sholawat dan salam tidak lupa
kelompok kirimkan ke junjungan Nabi besar Muhammad SAW Nabi yang telah
membawa kita kembali ke jalan Allah SWT hingga kita dapat menikmati
indahnya dunia sekarang ini.
Laporan ini dibuat sehubungan dengan tugas mata kuliah Penyediaan Air
Bersih dan Penyehatan Lingkungan yang diberikan oleh Bapak dosen
bersangkutan. Terlepas dari itu semua, kelompok menyadari bahwa kelompok
adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal.
Oleh karena itu, tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sempurna
dalam laporan ini. Kelompok melakukannya semaksimal mungkin dengan
kemampuan yang kami miliki. Maka dari itu, kelompok bersedia menerima kritik
dan saran dari pembaca sekalian. Akhirnya kelompok mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi teman – teman dan pembaca khususnya di
bidang Kesehatan.

Padang, April 2018

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ii
BAB I .................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN ................................................................................................ 5
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 5
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 6
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 6
BAB II ................................................................................................................... 7
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 7
2.1 Pengertian PDAM .................................................................................... 7
2.2 Sistem Penyediaan Air Bersih .................................................................. 7
2.3 Sejarah Air Minum di Indonesia .............................................................. 8
2.4 Kendala PDAM ...................................................................................... 12
2.5 Sifat dan Tujuan PDAM ......................................................................... 12
2.6 Visi dan Misi PDAM .............................................................................. 13
2.7 Proses Pengolahan Air ............................................................................ 13
2.8 Metoda Pengolahan Air .......................................................................... 15
2.9 Karakteristik Air ..................................................................................... 18
BAB III METODE PELAKSANAAN ............................................................... 21
3.1 Metode Kegiatan .................................................................................... 21
3.2 Jadwal dan Kegiatan ............................................................................... 21
3.3 Sasaran .................................................................................................... 21
3.4 Waktu Pelaksanaan Praktikum ............................................................... 21
3.5 Cara kerja praktikum .............................................................................. 22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 23
4.1 Hasil........................................................................................................ 23
4.1.1 Profil PDAM Lubuk Paraku............................................................ 23
4.1.2 Gambaran Umum ............................................................................ 23
4.1.3 Proses Pengolahan Air di IPA Lubuk Paraku ................................. 24
4.1.4 Pemeriksaan Labor .......................................................................... 26
4.1.5 Pengawasan di Lubuk Paraku ......................................................... 27
4.1.6 Masalah yang Terjadi di IPA Lubuk Paraku ................................... 27
4.2 Pembahasan ............................................................................................ 27

iii
4.2.1 Proses Pengolahan Air di IPA Lubuk Paraku ................................. 27
4.2.2 Pemeriksaan Labor .......................................................................... 33
4.2.3 Pengawasan di Lubuk Paraku ......................................................... 33
4.2.4 Masalah yang Terjadi di IPA Lubuk Peraku ................................... 34
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 35
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 35
5.2 Saran ....................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 37

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan UUD 1945 bahwa “Bumi dan Air san kekayaan yang terkandung
didalamnya dikuasai oleh Negara dan di pergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat”. Berdasarkan landasan tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa Negara kita
telah mempunyai keinginan besar untuk menguasai dan mengatur pemanfaatan air demi
terpenuhinya kebutuhan warga masyarakat secara adil dan merata, untuk itu penyediaan air
minum memerlukan perencanaan yang matang.
Setiap makhluk hidup selalu membutuhkan air karena merupakan sumber
kehidupan. Air banyak terdapat di alamini, tetapi tidak semua air tersebut dapat digunakan
sebagai sumber air untuk memenuhi keperluan rumah tangga. Kemungkinan sumber air
yang dimanfaatkan diantaranya berasal dari PDAM.
PDAM adalah institusi publik yang berperan sebagai perpanjangan tangan
pemerintah untuk memasok air kebutuhan masyarakat. PDAM adalah satu-satunya
pelayanan air milik pemerintah domisili perusahaan yang berada di kota atau kabupaten
menjadi institusi yang menyatu dengan pelanggan.
PDAM kota Padang merupakan satu-satunya BUMD yang bergerak dalam bidang
penyediaan kebutuhan air minum bagi warga kota. Oleh karenaitu PDAM kota Padang
perlu meningkatkan kualitas pelayanaan kepada masyarakat. Pelayanan yang diberikan
PDAM kota Padang tidak hanya berupa penyediaan air minum kepada masyarakat dengan
mengedepankan unsur 3K (Kualitas, Kuantitas, Komunitas) tetapi juga melayani
kebutuhan informasi pelanggan.
Oleh karena itu kelompok ingin membuat laporan mengenai PDAM di kota Padang
daerah Lubuk Paraku supaya lebih mengetahui bagaimana proses pengolahan air di Lubuk
Paraku.

5
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proteksi lingkungan dan produksi air bersih di IPA Lubuk Paraku Padang?

1.3 Tujuan
a. TujuanUmum
1. Untukmengetahuibagaimanaproteksilingkungandanproduksiair bersih di IPA
LubukParaku Padang
b. TujuanKhusus
1. Untuk mengetahui proses pengolahan air di IPA Lubuk Paraku.
2. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan labordan pengawasan IPA di
Lubuk Paraku.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian PDAM


PDAM atau Perusahaan Daerah Air Minum merupakan salah satu unit usaha
milik daerah, yang yang bergerak dalam distribusi air bersih bagi masyarakat umum.
PDAM terdapat di setiap provinsi, kabupaten, dan kotamadya di seluruh Indonesia.
PDAM merupakan perusahaan daerah sebagai sarana penyedia air bersih yang diawasi
dan dimonitor oleh aparataparat eksekutif maupun legislatif daerah.
Perusahaan air minum yang dikelola negara secara modern sudah ada sejak jaman
penjajahan Belanda pada tahun 1920an dengan nama Waterleiding sedangkan pada
pendudukan Jepang perusahaan air minum dinamai Suido Syo.

2.2 Sistem Penyediaan Air Bersih


Air adalah salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup
manusia dan makhluk hidup lainnya, tanpa air tidak akan ada kehidupan di bumi ini.
Sedangkan yang dimaksud air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari –
hari dan akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya air
bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum.
Adapun persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas fisik,
kimia, biologi, dan radiologis sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek
samping. Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan kesehatan. Fungsi
terpenting dari sistem penyediaan air bersih adalah pencegahan penyebaran penyakit
melalui air.
Tujuan sistem penyediaan air bersih adalah agar dapat menyalurkan/mensuplai air
bersih kepada konsumen dalam jumlah yang cukup. Bagian terpenting dalam sistem
penyediaan air bersih adalah sumber air baku.

7
2.3 Sejarah Air Minum di Indonesia
a. Kunci Efektivitas Program K Kurun 1400an
Ditahun 1443 terekam adanya bukti tertulis sebagaimana dilaporkan bahwa pada
masa itu air yang merupakan minuman sehari-hari orang Asia Tenggara dialirkan dari
gunung mengalir kerumah-rumah penduduk dengan pipa bambu.
b. Kurun 1600an
Air minum disalurkan langsung ke Istana Aceh sedangkan sumur diperuntukan
bagi daerah yang jauh dari sungai seperti dilaporkan terjadi pada tahun 1613.
Dimulailah penjajahan Belanda melalui misi dagangnya yang terkenal VOC (mulanya
pada tahun 1613 VOC menyewa mendirikan loji tidak permanen dengan sewa
1.200rijkdaader atau 3.000 gulden tapi kemudian mereka dengan liciknya membuat
bangunan tembok permanen dengan bahan batu dan beton dan dijadikan benteng
pertahanan mereka), kemudian mereka membumi hanguskan Bandar Sunda Kelapa
dan mengganti nama Jayakarta menjadi Batavia, resmilah Belanda menjajah
Indonesia dengan diselingi oleh penjajah Perancis ( 1808-1811) dan penjajahan
Inggris (1811-1816) penduduk Jakarta waktu itu sekitar 15.000 jiwa dan air minum
masih sangat sederhana dengan memanfaatkan sumber air permukaan (sungai) yang
pada masa itu kualitasnya masih baik. Di Asia Tenggara kebiasaan penduduk untuk
mengendapkan air sungai dalam gentong atau kendi selama 3 minggu atau satu bulan
telah dilakukan untuk mendapatkan air minum yang sehat.
c. Kurun 1800an
Di Pulau Jawa sebagaimana dilaporkan oleh Raffles pada tahun 1817 penduduk
selalu memasak air terlebih dulu dan diminum hangat-hangat untuk menjamin
kebersihan dan kesehatan dan dilaporkan bahwa orang Belanda mulai mengikuti
kebiasaan ini terutama di Kota Banjarmasin yang airnya keruh. Pada tahun 1818 salah
satu syarat penting untuk pemilihan pusat kota serta Istana Raja ditentukan oleh
faktor tersedianya air minum.
Di Jakarta tahun 1882 tercatat keberadaan air minum di Tanah Abang yang
mempunyai kualitas jernih dan baik yang dijual oleh pemilik tanah den gan harga F
1,5 per drum, sedangkan untuk air sungai dijual 2-3 sen per pikul (isi dua kaleng
minyak tanah). Pada masa pra-kemerdekaan, Dinas Pengairan Hindia Belanda (1800 -

8
1890) membangun saluran air sepanjang 12 kilometer dan bendungan yang
mengalirkan air dari Sungai Elo ke pusat kota Magelang untuk memenuhi kebutuhan
air bersih dan mengairi sawah di wilayah Magelang.
d. Kurun 1900-1945
Pada tahun 1905 terbentuklah Pemerintah Kota Batavia dan pada tahun 1918
berdiri PAM Batavia dengan sumber air bakunya berasal dari Mata Air Ciomas, pada
masa itu penduduk kurang menyukai air sumur bor yang berada di Lapangan Banteng
karena bila dipakai menyeduh teh menjadi berwarna hitam (kandungan Fe/besi nya
tinggi).
e. Kurun 1945-1965
Urusan ke-Cipta Karya-an masih sekitar pembanguan, perbaikan dan perluasan
Gedung Gedung Negara. Pemerintah Pusat belum menangani air minum dikarenakan
keterbatasan keuangan serta tenaga ahli dibidang air minum. Tahun 1953 dimulailah
pembangunan Kota Baru Kebayoran di Jakarta, pada saat itu dilakukan pelimpahan
urusan air minum ke pemerintah Propinsi Pulau Jawa dan Sumatera. Pada tahun 1955
diadakan Pemilu yang pertama.
Ditahun 1959 terbentuklah Djawatan Teknik Penjehatan yang mulai mengurusi
air minum, dimulai pembangunan air minum di kota Jakarta (3.000 l/dt), Bandung
(250 l/dt), Manado (250 l/dt), Banjarmasin (250 l/dt), Padang (250 l/dt) dan Pontianak
(250 l/dt) dengan sistim “turn key project” loan dari Pemerintah Perancis. Terbitlah
UU no. 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah dan mulailah dibentuk PDAM
sampai sekarang.
f. Kurun 1965-1969
Melalui SK Menteri PUTL no 3/PRT/1968 lahir Direktorat Teknik Penyehatan,
Ditjen Cipta Karya. Tiga waduk yang dibangun di wilayah Jawa Barat dengan
membendung Sungai Citarum, yaitu Waduk Jatiluhur (1966), Waduk Cirata (1987),
dan Waduk Saguling (1986) menandai era dimulainya penanganan sumberdaya air
secara terpadu. Waduk Jatiluhur, seluas sekitar 8.300 hektar, dimanfaatkan untuk
mengairi sekitar 240.000 hektar sawah di empat kabupaten di utara Jawa Barat. Air
waduk juga digunakan untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dengan kapasitas
terpasang 150 MW dan sebagai sumber air baku untuk air minum Jakarta (sekitar

9
80% kebutuhan air baku untuk Jakarta dipasok dari waduk ini melalui Saluran Tarum
Barat).
g. Kurun 1969-1973 (Pelita I- Pelita II)
Pembangunan sistem air minum secara lebih terencana mulai dilaksanakan pada
periode pembangunan lima tahunan (Pelita). Dalam Pelita I (1969 - 1973),
kebijaksanaan pembangunan air minum dititikberatkan pada rehabilitasi maupun
perluasan sarana-sarana yang telah ada, serta peningkatan kapasitas produksi melalui
pembangunan baru dan seluruhnya didanai oleh APBN. Target pembangunan sebesar
8.000 l/detik. Pembangunan air minum melalui pinjaman OECF (overseas economic
cooperation fund) di kota-kota Jambi, Purwekerto, Malang, Banyuwangi dan
Samarinda.
h. Pada Pelita II (1974 - 1978)
pemerintah mulai menyusun rencana induk air bersih, perencanaan rinci dan
pembangunan fisik di sejumlah kota Pada saat itu Pemerintah mulai menyusun
Rencana Induk (master plan) Air Minum bagi 120 kota, DED untuk 110 kota dan
RAB untuk 60 kota, dan pengembangan institusi Pemerintah mengambil langkah-
langkah untuk memperbaiki pengelolaan air minum dengan mendorong dilakukannya
peralihan status dari Jawatan/Dinas menjadi Perusahaan Daerah Air Minum.
Dimulai pembangunan Air Minum di 106 Kabupaten/Kota, yang dilanjutkan
pembentukan BPAM (Badan Pengelola Air Minum) sebagai embrio PDAM yang
mengelola prasarana dan sarana air minum yang telah selesai dibangun. Pemerintah
Pusat bertanggung jawab dalam pembangunan ‘unit produksi” dan Pemda di jaringan
distribusi, dalam perjalanan waktu kebijakan ini agak tersendat oleh karena
keterlambatan Pemda dalam menyiapkan dana “sharingnya”.
i. Kurun 1979-1983 (Pelita III)
Periode berikutnya (Pelita III, 1979 - 1983), pembangunan sarana air minum
diperluas sampai kota-kota kecil dan ibu kota kecamatan (IKK), melalui pendekatan
kebutuhan dasar. Pada awal tahun 1981 pula diperkenalkan “dekade air minum”
(Water Decade) yang dideklerasikan oleh PBB.
Terjadi penyerahan kewenangan pembangunan air minum perdesaan dari
Departemen Kesehatan kepada Departemen Pekerjaan Umum. Program

10
pembangunan dengan menitik beratkan pada pemanfaatan kapasitas terpasang, o/p
prasarana yang telah terbangun, pengurangan kebocoran.
j. Kurun 1984-1998 (Pelita IV- Pelita VI)
Pada Pelita IV (1984 - 1988) pembangunan sarana air minum mulai dilaksanakan
sampai ke perdesaan Target perdesaan 14 juta jiwa di 3.000 desa. Diawal era 90-an
terjadi perubahan organisasi yang tadinya berbasis sektoral, menjadi berbasis
“wilayah”. Dimulai didengungkannya program KPS (kerjasama pemerintah dan
swasta) di sektor air minum, contohnya mulai digarap Air Minum “Umbulan”
Kabupaten Pasuruan sayang belum bisa terealisir karena adanya kendala “tarif air
minum-nya” serta masalah kebijakan Pemda lainnya.
k. Pembangunan pada periode berikutnya (Pelita VI, 1994 - 1998)
pinjakan landasan baru bagi pemerintah untuk memulai periode PJP II, akan tetapi
krisis moneter yang berlanjut menjadi krisis ekonomi yang berkepanjangan, yang
disertai dengan pergantian pemerintahan beberapa kali, telah mempengaruhi
perkembangan air minum di Indonesia, banyak PDAM yang mengalami kesulitan,
baik karena beban utang dari program investasi pada tahun-tahun sebelumnya,
maupun akibat dari dampak krisis ekonomi yang terjadi.
l. Kurun Waktu 1998 – sekarang
Pada tahun terbit Permen OTDA No. 8/2000 tentang Pedoman Sistim Akuntasi
PDAM yang berlaku sampai sekarang. Program WSSLIC I dilanjutkan pada tahun ini
dengan nama WSLIC II (Water and Sanitation for Low Income Community),
Pada tahun 2002 Terbit Keputusan Menteri Kesehatan No. 907 Tahun 2002
tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, yang akan menjadikan
pedoman dalam monitoring kualitas air minum yang diproduksi oleh PDAM. Dalam
rangka meningkatkan kinerja PDAM dan pembangunan sistem penyediaan air
minum, dilakukan upaya perumusan kebijakan melalui Komite Kebijakan Percepatan
Pembangunan Infrastruktur (KKPPI), untuk merumuskan kebijakan dan strategi
percepatan penyehatan PDAM melalui peningkatan kerjasama kemitraan dengan
pihak swasta/investor.
Dimulai tahun 2004 inilah merupakan tonggak terbitnya peraturan dan
perundangan yang memayungi air minum yaitu dimulai dengan terbitnya UU no 7

11
Tahun 2004 tentang SDA (sumber daya air). Setelah 60 tahun Indonesia merdeka
ditahun ini Indonesia baru memiliki peraturan tertinggi disektor air minum dengan
terbitnya PP (peraturan pemerintah) No 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan
SPAM (sistim penyediaan air minum). Dengan dimulainya kembali pembinaan Air
Minum dari yang semula berbasis “wilayah” menjadi berbasis “sektor” lahir kembali
Direktorat Jenderal Cipta Karya dan Direktorat Pengembangan Air Minum keluarlah
kebijakan “Penyehatan PDAM” yang dimulai dengan dilakukannya Bantek
Penyehatan PDAM.
Tahun 2009 adanya gagasan 10 juta SR (Sambungan Rumah) dimana Direktorat
Jenderal Cipta Karya,Dep PU telah menghitung dana yang dibutuhkan sekitar Rp
78,4 trilyun, yang terdiri dari kebutuhan pembangunan unit air baku 85.000 l/detik
sebesar Rp 7,4 trilyun, peningkatan unit produksi 65.000 l/detik sebesar Rp. 17
trilyun, dan peningkatan unit distribusi dan sambungan rumag sebesar Rp. 54 trilyun
Pembangunan IKK yang telah dimulai kembali tahun 2007 juga dilanjutkan dengan
membangun 150an IKK (bp).

2.4 Kendala PDAM


a. Ketersediaan sumber air baku berupa mata air yang biaya operasionalnya paling
effisien semakin sulit diperoleh sehingga untuk peningkatan cakupan pelayanan harus
memanfaatkan air bawah tanah dengan sumur bor atau mengolah air sungai yang
biaya operasionalnya lebih mahal.
b. Investasi pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) cukup besar 150 juta
sampai dengan 200 juta untuk setiap penambahan 1 l/dt dan untuk mendapatkan
pembiayaan dari APBN harus ada dana pendamping dari APBD
c. Kenaikan harga beberapa komponen biaya seperti BBM, TDL, Bahan Kimia, dan
Pendataan Teknik sangat mempengaruhi biaya operasional penyediaan air minum
sehingga harus diikuti dengan kenaikan tarif.

2.5 Sifat dan Tujuan PDAM


Berdasarkan Perda Kota Surabaya Nomor 7 Tahun 1976 pasal 3, dan pasal 4
disebutkan bahwa sifat dan tujuan didirikan PDAM adalah:

12
(1) Pasal 3 menyebutkan sifat Perusahaan Daerah Air Minum adalah memberi jasa dan
menyelenggarakan manfaat umum, dan
(2) Pasal 4 menyebutkan tujuan didirikan PDAM adalah memberi pelayanan air minum
bagi seluruh masyarakat secara adil dan merata serta secara terus-menerus memenuhi
syarat-syarat kesehatan.
Sebagai perusahaan pemberi jasa dan menyelenggarakan manfaat umum yang
sifatnya nirlaba, PDAM tidak seharusnya berorientasi pada keuntungan, melainkan harus
lebih berorientasi pada mutu pelayanan yang berkualitas, mampu menyediakan air
dengan mutu tinggi yang memenuhi syarat-syarat kesehatan (tidak berwarna, dan tidak
berbau), kontinuitas, inovatif, sehingga PDAM dapat mempertahankan diri, dan di masa
depan diharapkan dapat menjadi sebuah perusahaan pemberi jasa yang mandiri,
memiliki performanceyang dapat dipercaya serta dibanggakan oleh masyarakat
khususnya Kota Surabaya

2.6 Visi dan Misi PDAM


Visi PDAM
1. Memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat.
2. Memproduksi dan mendistribusikan air minum berstandart kesehatan.
3. Mengoptimalkan profesionalisme sumber daya manusia.
Meningkatkan kinerja perusahaan melalui pengelolaan efisien.
Misi PDAM
1. Memberikan pelayanan prima
2. Memperoleh keuntungan untuk kelangsungan perusahaan
3. Memberikan kontribusi terhadap pendapatan asli daerah
4. Meningkatkan SDM yang professional
5. Meningkatkan kesejahteraan pegawai perusahaan

2.7 Proses Pengolahan Air


1. Pengolahan Lengkap
a. Intake

13
Tempat pengambilan air baku dilengkapi dengan ‘Bar screen’ / penyaring yang
bertujuan untuk menyaring benda-benda terapung (sampah) agar tidak sampai
masuk ruang intake karena bisa mengganggu kinerja pompa.
b. Koagulasi & Flokulasi
Proses Koagulasi adalah proses pemberian koagulan CMA dengan maksud
mengurangi gaya tolak menolak antar partikel koloid sehingga partikel koloid
tersebut bisa bergabung menjadi flok-flok kecil.
c. Flokulasi
Flokulasi yaitu proses pemberian flokulan dengan maksud menggabungkan flok-
flok kecil yang telah terbentuk pada proses sebelumnya (koagulasi) sehingga
menjadi besar dan mudah untuk diendapkan. Dalam proses flokulasi mengalami
pengadukan lambat memberikan kesempatan flok-flok kecil menjadi semakin
besar dan mencegah pecahnya kembali flok-flok yang sudah terbentuk.
d. Sedimentasi
Di dalam proses sedimentasi partikel-partikel / flok- flok yang terbentuk dari
flokulasi akan mengendap pada bak sedimentasi. Pada bak sedimentasi dilengkapi
‘tube settler’ yang bertujuan untuk mempercepat proses pengendapan.
e. Filtrasi
Proses filtrasi bertujuan untuk melakukan penyaringan flok-flok halus yang belum
dapat terendapkan pada bak sedimentasi. Proses filtrasi dilakukan dengan cara
melewatkan air melalui media porous yaitu; pasir silica/ kwarsa.
f. Chlorinasi
Adalah pembubuhan zat disinfektan (contoh ; gas Chlor, Sodium Hypochlorit)
yang bertujuan untuk membunuh bakteri yang mungkin ada, baik di reservoir,
jaringan pipa distribusi hingga sampai ke pelanggan.
2. Pengolahan Tidak Lengkap
Pengolahan tidak lengkap diberlakukan pada air baku yang hanya mempunyai
beberapa parameter saja yang harus diturunkan kadarnya, contoh air baku yang
berasal dari mata air dan air tanah dalam. Misal air baku tersebut mempunyai kadar
zat besi (Fe) yang melebihi ambang batas, maka pengolahan yang perlu dilakukan
adalah :

14
a. Aerasi : adalah suatu proses pengolahan yang bertujuan untuk mengurangi kadar
zat besi yang melampaui batas ambang yang telah ditetapkan DepKes – RI.
b. Chlorinasi : adalah pembubuhan zat disinfeltan (misal gas chlor, sodium
Hypochlorit) yang bertujuan untuk membubuh bakteri yang mungkin ada, baik di
reservoir , jaringan pipa distribusi hingga sampai ke pelanggan.

2.8 Metoda Pengolahan Air


Berbagai teknik pengolahan air buangan untuk menyisihkan bahan polutannya telah
dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknikteknik pengolahan air buangan yang telah
dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan :
a. pengolahan secara fisika
b. pengolahan secara kimia
c. pengolahan secara biologi

Untuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga metode pengolahan tersebut dapat
diaplikasikan secara sendirisendiri atau secara kombinasi .

1. Pengolahan Secara Fisika


Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan,
diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap
atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Penyaringan (screening)
merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang
berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara
mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses
pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di
dalam bak pengendap.
Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahanbahan yang mengapung
seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan berikutnya. Flotasi
juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi (clarification)
atau pemekatan lumpur endapan (sludge thickening) dengan memberikan aliran udara ke
atas (air flotation).

15
Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk
mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosisnya, akan dilaksanakan untuk
menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak
mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan dalam proses
osmosa.
Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan
senyawa aromatic (misalnya : fenol ) dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika
diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan tersebut. Teknologi membran
(reverse osmosis) biasanya diaplikasikan untuk unit-unit pengolahan kecil, terutama jika
pengolahan ditujukan untuk menggunakan kembali air yang diolah. Biaya instalasi dan
operasinya sangat mahal.

2. Pengolahan Secara Kimia


Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan
partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa
fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang
diperlukan. Penyisihan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui
perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah
diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasireduksi, dan juga
berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi.
Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan
membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan muatan
koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga akhirnya dapat
diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan
membubuhkan larutan alkali (air kapur misalnya) sehingga terbentuk endapan hidroksida
logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit. Endapan logam tersebut akan lebih
stabil jika pH air > 10,5 dan untuk hidroksiapatit pada pH > 9,5. Khusus untuk krom
heksavalen, sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida [Cr( OH)3], terlebih dahulu
direduksi menjadi krom trivalent dengan membubuhkan reduktor (FeSO4, SO2, atau
Na2S2O5).

16
Penyisihan bahan-bahan organik beracun seperti fenol dan sianida pada
konsentrasi rendah dapat dilakukan dengan mengoksidasinya dengan klor (Cl), kalsium
permanganat, aerasi, ozon hydrogen peroksida. Pada dasarnya kita dapat memperoleh
efisiensi tinggi dengan pengolahan secara kimia tetapi biaya pengolahan menjadi mahal
karena memerlukan bahan kimia.

3. Pengolahan Secara Biologi


Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi. Sebagai
pengolahan sekunder, pengolahan secara biologi dipandang sebagai pengolahan yang
paling murah efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah berkembang berbagai metode
pengolahan biologi dengan segala modifikasinya. Pada dasarnya, reaktor pengolahan
secara biologi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu :
a. Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reaktor);
b. Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reaktor).
Di dalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan
berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif yang banyak dikenal
berlangsung dalam reaktor jenis ini. Proses lumpur aktif terus berkembang dengan
berbagai modifikasinya, antara lain: oxidation ditch dan kontak-stabilisasi. Dibandingkan
dengan proses lumpur aktif konvensional, oxidation ditch mempunyai beberapa
kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai 85%-90% (dibandingkan 80%-
85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit. Selain efisiensi yang lebih tinggi (90%-
95%), kontak stabilisasi mempunyai kelebihan yang lain, yaitu waktu detensi hidrolis
total lebih pendek (4-6 jam). Proses kontak-stabilisasi dapat pula menyisihkan BOD
tersuspensi melalui proses absorbsi di dalam tangki kontak sehingga tidak diperlukan
penyisihan BOD tersuspensi dengan pengolahan pendahuluan.
Kolam oksidasi dan lagoon, baik yang diaerasi maupun yang tidak, juga termasuk
dalam jenis reactor pertumbuhan tersuspensi. Untuk iklim tropis seperti Indonesia, waktu
detensi hidrolis selama 12-18 hari di dalam kolam oksidasi maupun dalam lagoon yang
tidak diaerasi, cukup untuk mencapai kualitas efluen yang dapat memenuhi standar yang
ditetapkan. Di dalam lagoon yang diaerasi cukup dengan waktu detensi 3-5 hari saja. Di
dalam reaktor pertumbuhan lekat, mikroorganisme tumbuh di atas media pendukung

17
dengan membentuk lapisan film untuk melekatkan dirinya. Berbagai modifikasi telah
banyak dikembangkan selama ini, antara lain:
a. trickling filter
b. cakram biologi
c. filter terendam
d. reaktor fludisasi
Seluruh modifikasi ini dapat menghasilkan efisiensi penurunan BOD sekitar 80%-
90%. Ditinjau dari segi lingkungan dimana berlangsung proses penguraian secara biologi,
proses ini dapat dibedakan menjadi dua jenis :
a. Proses aerob, yang berlangsung dengan hadirnya oksigen
b. Proses anaerob, yang berlangsung tanpa adanya oksigen.
Apabila BOD air buangan tidak melebihi 400 mg/l, proses aerob masih dapat
dianggap lebih ekonomis dari anaerob. Pada BOD lebih tinggi dari 4000 mg/l, proses
anaerob menjadi lebih ekonomis.

2.9 Karakteristik Air


1. Karakteristik Fisik Air
a. Kekeruhan
Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan organik
yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkan oleh
buangan industri.
b. Temperatur
Kenaikan temperatur air menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut. Kadar
oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap
akibat degradasi anaerobic ynag mungkin saja terjadi.
c. Warna
Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan tersuspensi
yang berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa organik serta tumbuh-
tumbuhan.
d. Solid (Zat padat)

18
Kandungan zat padat menimbulkan bau busuk, juga dapat meyebabkan turunnya
kadar oksigen terlarut. Zat padat dapat menghalangi penetrasi sinar matahari
kedalam air.
e. Bau dan rasa
Bau dan rasa dapat dihasilkan oleh adanya organisme dalam air seperti alga serta
oleh adanya gas seperti H2S yang terbentuk dalam kondisi anaerobik, dan oleh
adanya senyawa-senyawa organik tertentu

2. Karakteristik Kimia Air


a. pH
Pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi rasa, korosifitas air dan
efisiensi klorinasi. Beberapa senyawa asam dan basa lebih toksid dalam bentuk
molekuler, dimana disosiasi senyawa-senyawa tersebut dipengaruhi oleh pH.
b. DO (Dissolved Oxygent)
DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan
absorbsi atmosfer/udara. Semakin banyak jumlah DO maka kualitas air semakin baik.
Satuan DO biasanya dinyatakan dalam persentase saturasi.
c. BOD (Biological Oxygent Demand)
BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorgasnisme untuk
menguraikan bahan-bahan organik (zat pencerna) yang terdapat di dalam air buangan
secara biologi. BOD dan COD digunakan untuk memonitoring kapasitas self
purification badan air penerima.
Reaksi: Zat Organik + m.o + O2 → CO2 + m.o + sisa material organik (CHONSP)
d. COD (Chemical Oxygent Demand)
COD adalah banyaknya oksigen yang di butuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan
organik secara kimia. Reaksi + 95 % terurai
Zat Organik + O2 ——————→ CO2 + H2O
e. Kesadahan
Kesadahan air yang tinggi akan mempengaruhi efektifitas pemakaian sabun, namun
sebaliknya dapat memberikan rasa yang segar. Di dalam pemakaian untuk industri
(air ketel, air pendingin, atau pemanas) adanya kesadahan dalam air tidaklah

19
dikehendaki. Kesadahan yang tinggi bisa disebabkan oleh adanya kadar residu
terlarut yang tinggi dalam air.
f. Senyawa-senyawa kimia yang beracun
Kehadiran unsur arsen (As) pada dosis yang rendah sudah merupakan racun terhadap
manusia sehingga perlu pembatasan yang agak ketat (± 0,05 mg/l). Kehadiran besi
(Fe) dalam air bersih akan menyebabkan timbulnya rasa dan bau ligam, menimbulkan
warna koloid merah (karat) akibat oksidasi oleh oksigen terlarut yang dapat menjadi
racun bagi manusia.

20
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Metode Kegiatan


Metode yang digunakan dalam praktikum pengamatan proses pengolahan air bersih di
PDAM Lubuk Peraku Kota Padangini digunakan metode observasidan wawancara dengan
petugas PDAM yang ada dilapangan sebanyak 3 orang, sehingga diharapkan dengan
menggunakan metode observasi dan wawancara ini hasil yang didapatkan sesuai dengan
kondisi nyata di tempat tersebut.

3.2 Jadwal dan Kegiatan


Adapun kegiatan yang dilakukan kelompok untuk praktikum pengamatan proses
pengolahan air bersih di PDAM Lubuk Peraku Kota Padang adalah sebagai berikut:
Tanggal 5 April 2018 : Pembuatan surat untuk Pimpinan PDAM Pusat Kota
Padang
Tanggal 11 April 2018 : Pemberian Surat ke Pimpinan PDAM Pusat Kota Padang
Tanggal 18 April 2018 : Praktikum
Tanggal 19-20 April 2018 : Evaluasi hasil
Tanggal 21-24 April 2018 : Pembuatan laporan dan PPT
Tanggal 26 April 2018 : Presentasi

3.3 Sasaran
Observasi dilakukan di PDAM Lubuk Peraku Kota Padang yang terletak di Jl.
Raya Indarung-Rimbo Datar, Bandar Buat, Lubuk Kilangan, Kota Padang, Sumatera Barat.
Adapun sasaran khusus dari kegiatan ini adalah melihat proses pengolahan air bersih di
PDAM Lubuk Peraku Kota Padang mulai dari proses awal sampai dengan pendistribusian
kepada masyarakat.

3.4 Waktu Pelaksanaan Praktikum


Waktu pelaksanaan kegiatan pada tanggal 18 April 2018 hari rabu pukul 08.00
WIB sampai dengan selesai.

21
3.5 Cara kerja praktikum
Kelompok melakukan observasi yang dipandu oleh 3 orang petugas PDAM
Lubuk Peraku. Kelompok melihat setiap proses pengolahan air dari awal sampai akhir. Pada
saat kelompok melakukan observasi dipandu dengan teori yang dipelajari pada saat
perkuliahan, dan juga tanya jawab kelompok bersama pemandu.

22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Dari hasil observasi lapangan dan wawancara dengan petugas di IPA
lubuk Paraku didapatkan hasil sebagai berikut :

4.1.1 Profil PDAM Lubuk Paraku


VISI:
“Menjadi perusahaan yang handal, mandiri, didukung oleh tenaga kerja
professional dalam melaksanakan pelayanan air minum yang prima guna
mewujudkan kesejahteraan masyarakat Kota Padang.
MISI :
1. Menyelenggarakan pelayanan air minum yang prima kepada masyarakat
yang mencakup aspek kuantitas ,kualitas , dan kontiniutas melalui
pengelolaan seluruh asset perusahaan secara optimal dengan system
manajemen yang handal menuju PDAM yang sehat, mandiri dan
professional.
2. Memberikan kepuasan pelayanan air minum secara berkesinambungan
kepada masyarakat.
3. Memperhatikan keterjangkauan masyarakat.
4. Menunjang otonomi daerah, dengan memberikan kontribusi dalam bentuk
PAD kepada Pemerintah Kota Padang.
5. Meningkatkan sumber daya manusia secara maksimal.
6. Membina hubungan yang serasi dan harmonis di antara keluarga besar
PDAM Kota Padang dengan seluruh lapisan masyarakat dan stakeholder
lainnya.

4.1.2 Gambaran Umum


IPA Lubuk Peraku Terletak Di Jalan Raya Indarung-Rimbo Datar,
Bandar Buat, Lubuk Kilangan, Kota Padang, Sumatera Barat. IPA Lubuk
Paraku di bangun dalam dua tahap. Tahap 1 pada tahun 2014 dengan

23
kapasitas 100 liter/detik, kemudian Tahap 2 pada tahun 2016 dengan
kapasitas 50 liter/detik. IPA Lubuk Paraku beroperasi 24 jam, dengan
jumlah pegawai sebanyak 11 orang dengan 4 shift kerja yaitu pagi, siang,
malam, dan Off. IPA lubuk peraku melayani penyedian air untuk wilayah
selatan kota padang yang memiliki 26.000 (dua puluh enam ribu) konsumen
yang menggunakan air dari IPA Lubuk Paraku.
Sumber air baku yang digunakan oleh pdam lubuk peraku berasal
dari sungai lubuk peraku. System yang digunakan dalam pengolahan dari
intake sumber air ke tempat pengolahan adalah system gravitasi. Bahan
kimia yang digunakan dalam proses penjernihan air di IPA Lubuk Peraku
yaitu PAC dan kaporit.

4.1.3 Proses Pengolahan Air di IPA Lubuk Paraku


Proses pengolahan air di IPA Lubuk Paraku melalui berbagai proses
yang dimulai dari penyaluran air dari intake yang terdapat didisumber air
kemudian dialirkan ke bak air baku (Koagulasi), flokulasi, sedimentasi,
filtrasi, bak reservoir yang kemudian baru didistribusikan kepada
masyarakayat.
1. Bangunan Intake
Bangunan intake ini berfungsi sebagai bangunan pertama untuk
masuknya air dari sumber air. Dimana sumber air dari sungai Lubuk
Peraku masuk ke bak intake kemudian biasanya terdapat bar screen yang
berfungsi untuk menyaring benda-benda yang ikut tergenang dalam air.
Selanjutnya, air akan masuk kedalam sebuah bak yang nantinya akan
dipompa kebangunan selanjutnya, yaitu WTP – Water Treatment Plant.
2. Water Treatment Plant
Water Treatment Plantatau WTP adalah bangunan utama pengolahan
air bersih. Biasanya bagunan ini terdiri dari 4 bagian, yaitu :bakkoagulasi,
bakflokulasi, baksedimentasi, dan bakfiltrasi.
a. Koagulasi
Air dari Bangunan intake akan di pompa ke bak koagulasi, pada proses
koagulasi ini dilakukan proses destabilisasi partikelkoloid, karena pada

24
dasarnya air sungai atau air-air kotor biasanya berbentuk koloid
dengan berbagai partikel koloid yang terkandung di dalamnya.
Destabilisasi partikel koloid ini bias dengan penambahan bahan kimia
Pembubuhan bahan kimia yang dilakukan di IPA lubuk Paraku ini
berupa Poly Aluminium Chloride (PAC). Poly Aluminium Chloride
(PAC) .
b. Flokulasi
Setelah dari unit koagulasi, selanjutnya air akan masuk kedalam unit
flokulasi. Unit ini ditujukan untuk membentuk dan memperbesar flok.
Teknisnya adalah dengan dilakukan pengadukan lambat (slow mixing).
c. Sedimentasi
Setelah melewati proses destabilisasi partikel koloid melalui unit
koagulasi dan unit flokulasi, selanjutnya perjalanan air akan masuk
kedalam unit sedimentasi Hasil yang dicapai adalah mengetahui proses
pengolahan air yang jernih dan produksi pengolahan air menjadi
baik sesuai standar air layak pakai dimana pada proses ini didalam bak
sidemintasi akan terjadi proses pemisahan antara air dan lumpur.
d. Filtrasi
Setelah proses sedimentasi, proses selanjutnya adalah filtrasi. Dimana
pada proses ini adanya proses penyaringan dengan 3 lapisan
penyaringan sehingga air yang sudah difiltrasi menjadi air yang layak
dipakai yang disalurkan ke bak reservoir.
3. Reservoir
Reservoir ini berfungsi sebagai tempat penampungan sementara air
bersih sebelum didistribusikan melalui pipa-pipa secara grafitasi. Pada bak
reservoir ini juga diberikan bahan kimia yaitu kaporit untuk membunuh
bakteri sebelum di distribusikan ke masyarakat. Hasil yang dicapai dari
bak reservoir adalah tersedia air bersih dimana kapasitasnya 3000 m3
untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat wilayah selatan Kota
Padang.

25
Gambar Ilustrasi dari proses pengolahan Air Di Instalasi Pengolahan Air

4.1.4 Pemeriksaan Labor


Untuk labor yang mengawasi air di Lubuk Peraku terdiri dari labor
induk yaitu di Lubuk Minturun, sedangkan labor pembantu yaitu yang ada di
Lubuk Peraku dimana labor pembantu yang ada di Lubuk Peraku ini berfungsi
untuk melakukan pemantauan proses pengolahan air, dimulai dari pengecekan
kekeruhan, pengecekan PH, penghitungan untuk pemberian zat kimia yang
sesuai dengan ketentuan dari hasil pengecekan kualitas air baik itu PAC
maupun kaporit. Untuk pemeriksaan kekeruhan dilakukan 1x/jam.
Di lubuk peraku ini juga memiliki 2 sensor untuk mengetahui adanya
pencemaran terhadap air yaitu sensor tubirdity dengan standar batasan
amannya 5 NTU dan sensor alam yaitu kolam ikan yang ditandai dengan
matinya ikan dikolam tersebut.

26
4.1.5 Pengawasan di Lubuk Paraku
Pengawasan dilakukan oleh Bapelkes (Badan Pelatihan
Kesehatan), DKK (Dinas Kesehatan Kota) dan juga dari Puskesmas.
Biasanya pengawasan yang dilakukan dari Bapelkes atau DKK dilakukan
secara sembunyi-sembunyi agar tidak ada persiapan sebelum dilakukannya
pemeriksaan tersebut.

4.1.6 Masalah yang Terjadi di IPA Lubuk Paraku


1. Air yang didistribusikan ke rumah masyarakat dalam keadaan keruh
yang disebabkan pipa pecah, dan adatekanan udara didalm pipa
2. Perbaikan PIPA yang kemudian mengakibatkan air mati kemudian
keruh karena masuknya tanah kedalam PIPA sehingga harus dilakukan
pencucian PIPA

4.2 Pembahasan
4.2.1 Proses Pengolahan Air di IPA Lubuk Paraku
Dari hasil yang diapatkan proses pengolahan air di IPA Lubuk
Paraku melalui berbagai proses yang dimulai dari penyaluran air dari
intake yang terdapat disumber air kemudian dialirkan ke bak air baku
(Koagulasi), flokulasi, sedimentasi, filtrasi, bak reservoir yang kemudian
baru didistribusikan kepada masyarakayat.

1. Bangunan Intake
Bangunan Intake merupakan bangunan atau sistem pengambilan
air baku yang secara umum didalamnya terdapat pompa dan
kelengkapannya. Bangunan intake ini berfungsi sebagai bangunan
pertama untuk masuknya air dari sumber air. Pada umumnya, sumber air
untuk pengolahan air bersih diambil dari sungai. Pada bangunan intake
ini biasanya terdapat bar screen yang berfungsi untuk menyaring
benda-benda yang ikut tergenang dalam air. Pada pengolahanair di
IPA Lubuk Paraku ini masih terdapatnya ikan –ikan kecil yang ikut dari
sungai sehingga ikan-ikan kecil tersebut masuk kedalam bar screen

27
bersamaan dengan air yang akan masuk ke dalam sebuah bak yang
nantinya akan dipompa ke bangunan selanjutnya yaitu bak koagulasi, bak
flokulasi, bak sedimentasi, dan bak filtrasi

2. Water Treatment Plant


Water Treatment Plant atau WTP adalah bangunan utama
pengolahan air bersih. Biasanya bagunan ini terdiri dari 4 bagian, yaitu :
bak koagulasi, bak flokulasi, bak sedimentasi, dan bak filtrasi.
a. Koagulasi
Pada proses koagulasi dengan sistem pengadukan cepat . Proses
koagulasi terjadi pada bak pengaduk cepat dimana dalam proses ini air
baku dengan sistem pengadukan cepat dibubuhkan bahan kimia berupa
larutan Poly Aluminium Chloride (PAC) dengan konsentrasi dan dosis
tertentu agar tercampur secara merata (homogen) dan sempurna. PAC
yang dilarutkan kedalam air 1000 liter dengan PAC 25 kg dengan
konsentrasi 35 %. Sedangkan bak Splitter berguna untuk menjaga kualitas
bahan kimia agar tidak rusak dalam pemberian bahan kimia pada air
ketika dalam pencampuran pengolahan air . Pada proses koagulasi ini juga
dilakukan proses destabilisasi partikel koloid, karena pada dasarnya air
sungai atau air-air kotor biasanya berbentuk koloid dengan berbagai
partikel koloid yang terkandung di dalamnya.

28
Gambar Penampungan Proses Koagulasi di PDAM Lubuk Peraku

b. Flokulasi

Pada proses flokulasi ini merupakan proses pengadukan lambat, pada


proses pengadukan lambat ini terjadi pembentukan flok yang berukuran besar
sehingga mudah diendapkan pada bak sedimentasi.

29
Gambar Penampungan Proses Flokulasi di PDAM Lubuk Peraku

c. Sedimentasi
Bak sedimentasi merupakan bak tempat pemisahan flok sebagai proses
pengendapan air dan lumpur maupun kotoran lainnya yang telah
terbentuk pada proses flokulasi, dimana air yang jernih kemudian
dialirkan menuju bak filtrasi. Pembersihan bak sedimentasi terjadi
pada saat lumpur terbuang pada sistem pembuangan lumpur yang
berlangsung secara otomatis yakni 2 jam sekali

30
Gambar Penampungan Proses Sedimentasi di PDAM Lubuk Peraku

d. Filtrasi
Bak filter berfungsi sebagai tempat proses penyaringan
partikel- partikel/flok-flok halus yang lolos dari bak sedimentasi,
dimana partikel- partikel/flok-flok halus tersebut akan tertahan pada
media penyaring selama air melewati media tersebut. Bak filter sebagai
media penyaring yang diperlukan untuk menyempurnakan penurunan
kadar kontaminan seperti bakteri, warna, rasa, bau, dan Fe yang ikut
larut dalam air. Bak filter menggunakan pasir silika yang berwarna hitam
setebal 3-5 mili meter dan pasir ini digunakan karena lebih berat dan
lebih menempel pada flok-floknya sehingga dengan mudah untuk
menangkap lumpur-lumpur yang masih ikut mengalir dari bak sedimentasi
ke bak filter.
Pada proses filtrasi di PDAM Lubuk Peraku menggunakan praktek
pengolahan rapid filtration (penyaringan cepat) yaitu proses pengolahan
air minum yang umumnya dilakukan sesudah proses-proses koagulasi,

31
flokulasi dan sedimentasi, media yang dipakai berbentuk fifed media
dengan anthrasite dan pasir silika yang menetralkan flok-flok pada air.
Proses filtrasi dengan sistem tray aerator. Yaitu aerator yang disusun
secara bertingkat. Tujuan transfer gas dalam pengolahan air adalah :
1) Untuk mengurangi konsentrasi bahan penyebab rasa dan bau, seperti
hidrogen sulfida dan beberapa senyawa organik, dengan jalan penguapan
atau oksidasi.
2) Untuk mengoksidasi besi dan mangan.
3) Mengurangi rasa dan bau.
4) Untuk melarutkan gas ke dalam air (seperti penambahan oksigen ke dalam
air tanah dan penambahan karbon dioksida setelah pelunakan air).

Gambar Penampungan Proses Filtrasi di PDAM Lubuk Peraku

3. Reservoir
Bak reservoir merupakan tempat penampungan sementara air
bersih sebelum didistribusikan melalui pipa -pipa secara grafitasi.
Untuk menghemat biaya pembangunan, maka penempatan Intake, bak
koagulasi, bak flokulasi, , bak sedimentasi, bak filtrasi dan Reservoir
dibangun dalam satu kawasan dengan ketinggian yang cukup tinggi.

32
Setelah dari reservoir, air bersih siap untuk didistribusikan melalui pipa-
pipa yang berkapasitas 3.000 m3 dari daerah distribusi. Dengan
kapasitas 3.000 m3 maka dapat meningkatkan distribusi air bersih serta
pelayanan dan memenuhi kebutuhan masyarakat . IPA Lubuk Paraku
saat ini sudah mendistribusikan air bersih sebanyak ±26.000 konsumen.

4.2.2 Pemeriksaan Labor


Kantor laboratorium pada Instalasi Pengelohan Air Lubuk Paraku
cukup memenuhi standar kualitas dalam pengukuran kualitas air. Karena
telah memenuhi standar KEPMENKES No.907/2002 tentang syarat-
syarat kualitas air minum fisika, kimia dan bakteriologi. Untuk pH nya
antara 7,5-7,7 sistem pengukuran dan pemantau air di IPA Lubuk Paraku
dilakukan setiap 1 kali dalam satu jam. Pemeriksaan yang dilakukan
dilaboratorium IPA Lubuk Paraku ini yaitu pemeriksaan kekeruhaan, sisa
klor dan pH,

4.2.3 Pengawasan di Lubuk Paraku


Pengawasan air PDAM Lubuk Peraku dilakukan pada ruangan
pemantauan. PDAM Lubuk Peraku menggunakan alat pemantauan, antara
lain:

1) Turbidity meter, digunakan sebagai pengukur tingkat kekeruhan air. Ada 2


jenis secara manual dan dan digital untuk memandingkan hasil. Hasil dari
turbidity meter ini akan muncul hasilnya 1 kali dalam 1 jam.
2) SCM, digunakan sebagai alat memantau dan alat perintah penambahan
maupun pengurangan bahan kimia PAC pada proses koagulasi apakah
sesuai takaran.
3) Komparator pH/ komparator V0, digunakan memantau kadar pH air di
PDAM Lubuk Peraku agar tidak melebihi ambang batas pH 7,5-7,7.
4) Pemantauan air juga menggunakan sensor alam dengan menggunakan
kolam ikan. Apabila ikan di kolam ini mati, maka disimpulkan telah
terjadi pencemaran air di PDAM Lubuk Peraku. Saat terjadi proses

33
produksi akan dihentikan dan airnya dibuang, akan ada petugas PDAM
Lubuk Peraku yang memeriksa ke sumber air.

Pengawasan dilakukan oleh Bapelkes (Badan Pelatihan Kesehatan),


DKK (Dinas Kesehatan Kota) dan juga dari Puskesmas. Biasanya pengawasan
yang dilakukan dari Bapelkes atau DKK juga ada tempat dan alat pemantauan
air PDAM sehingga bisa memantau secara langsung agar tidak ada persiapan
sebelum dilakukannya pemeriksaan tersebut.

4.2.4 Masalah yang Terjadi di IPA Lubuk Peraku

1) Air yang didistribusikan ke rumah masyarakat dalam keadaan keruh yang


disebabkan pipa pecah, dan terkadang terjadi air mati selama beberapa hari
setelah cuaca hujan walaupun cuaca telah cerah. Hal ini disebabkan saat
hujan mesin pengolahan air akan bekerja 2x lebih berat dari biasanya,
sehingga debit air dikecilkan dalam proses tersebut. Air yang lebih
mengecil dalam pipa akan menyebabkan angin masuk dan aliran air jadi
tidak maksimal. Dan juga dikarenakan PDAM lubuk peraku masih
menggunakan sistem manual yaitu sistem gravitasi, belum menggunakan
pompa.
2) Perbaikan PIPA yang kemudian mengakibatkan air mati kemudian keruh
karena masuknya tanah kedalam PIPA sehingga harus dilakukan
pencucian PIPA. Pencucian pipa dilakukan ± 5 tahun sekali.
3) Kekeruhan air di pdam lubuk peraku pernah mencapai 4000 NTU,
penanganan yang dilakukan dengan menaikkan dosis bahan kimia dalam
proses pengolahan air.

34
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
IPA Lubuk Peraku Terletak Di Jalan Raya Indarung-Rimbo Datar,
Bandar Buat, Lubuk Kilangan, Kota Padang, Sumatera Barat. IPA Lubuk
Paraku di bangun dalam dua tahap. Tahap 1 pada tahun 2014 dengan
kapasitas 100 liter/detik, kemudian Tahap 2 pada tahun 2016 dengan
kapasitas 50 liter/detik. IPA Lubuk Paraku beroperasi 24 jam, dengan
jumlah pegawai sebanyak 11 orang dengan 4 shift kerja yaitu pagi, siang,
malam, dan Off. IPA lubuk peraku melayani penyedian air untuk wilayah
selatan kota padang yang memiliki 26.000 (dua puluh enam ribu) konsumen
yang menggunakan air dari IPA Lubuk Paraku.
Sumber air baku yang digunakan oleh pdam lubuk peraku berasal
dari sungai lubuk peraku. System yang digunakan dalam pengolahan dari
intake sumber air ke tempat pengolahan adalah system gravitasi. Bahan
kimia yang digunakan dalam proses penjernihan air di IPA Lubuk Peraku
yaitu PAC dan kaporit. Proses pengolahan air di IPA Lubuk Paraku melalui
berbagai proses yang dimulai dari penyaluran air dari intake yang terdapat
didisumber air kemudian dialirkan ke bak air baku (Koagulasi), flokulasi,
sedimentasi, filtrasi, bak reservoir yang kemudian baru didistribusikan
kepada masyarakayat.
Di lubuk peraku ini juga memiliki 2 sensor untuk mengetahui
adanya pencemaran terhadap air yaitu sensor tubirdity dengan standar
batasan amannya 5 NTU dan sensor alam yaitu kolam ikan yang ditandai
dengan matinya ikan dikolam tersebut.
Keadaan atau masalah IPA di Lubuk Paraku :
1. Air yang didistribusikan ke rumah masyarakat dalam keadaan keruh yang
disebabkan pipa pecah, dan ada tekanan udara didalm pipa
2. Perbaikan PIPA yang kemudian mengakibatkan air mati kemudian keruh
karena masuknya tanah kedalam PIPA sehingga harus dilakukan
pencucian PIPA

35
5.2 Saran
Semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan tentang
proteksi lingkungan dan produksi bersih .Sehingga ilmu tersebut dapat
diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari dan di tempat kerja untuk
mencegah terjadinya kontaminasi maupun meningkatkan produksi bersih di
PDAM IPA Lubuk Paraku.
Adapun saran untuk pihak PDAM IPA Lubuk Paraku yaitu :
1. Melakukan pemeriksaan berkala untuk mencegah suplay air
terputus akibat gangguan teknis seperti pipa bocor atau penggantian pipa
maupun bencana alam, intake tertimbun material karena banjir sehingga air
dirumah masyarakat tidak mengalami kekeruhan.
2. Berhati- hati dalam Perbaikan PIPA sehingga tidak
mengakibatkan air mati dan keruh karena masuknya tanah kedalam PIPA
sehingga tidak harus dilakukan pencucian PIPA.

36
DAFTAR PUSTAKA

1. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=118792&val=5448
di akses pada 23 April 2018

37

Anda mungkin juga menyukai