Di dalam pemeriksaan di sidang pengadilan tersangka atau terdakwa harus hadir, jika
terdakwa tidak hadir, maka pemeriksaan perkara tidak dapat dilakukan. Menurut pasal 153
ayat (1) KUHAP bahwahakim ketua sidang memerintahkan supaya terdakwa dipanggil
masuk dan jika ia dalam tahanan, ia dihadapkan dalam keadaan bebas.21 bebas yang
dimaksudkan di sini adalah keadaan yang tidak belenggu tanpa mengurangi pengawalan.
Setelah hakim membuka sidang dan menyatakan terbuka untuk umum, hakim ketua
memeriksa identitas terdakwa, yakni menanyakan tentang nama lengkap, tempat lahir,
agama, dan pekerjaan, dan selanjutnya hakim ketua sidang memberikan nasihat dan anjuran
kepada terdakwa untuk memerhatikan segala sesuatu yang didengar dan dilihatnya didalam
persidangan.
Selanjutnya hakim ketua sidang meminta kepada penuntut umum untuk membacakan
surat dakwaanya. Sesudah selesai dibacakan surat dakwaan oleh penuntut umum, maka
hakim ketua menanyakan kepada terdakwa apakah ia sudah benaar memahami surat
dakwaan. Jika terdakwa belum mengerti, menurut ketentuan pasal 155 ayat (2) huruf b, maka
penuntut umum atas permintaan hakim ketua sidang wajib memberi penjelasan yang
diperlukan.
Pada tahap selanjutnya berdasarkan ketentuan pasal 156 KUHAP, memberikanwewenang
kepada terdakwa atau advokatnya untuk mengajukan eksepsi (keberatan)22. Seperti
pengadilan tidak berwenang mengadili perkaranya, dakwaan penuntut umum tidak dapat
diterima. Apabila hal ini terjadi, maka setelah kepada penuntut umum diberi kesempatan
untuk menyatakan pendapatnya, hakim mulai mempertimbangkan keberatan tersebut untuk
selanjutnya mengambil keputusan sela/penetapan atau atas keberatan tersebut hakim
berpendapat baru diputus setelah selesai pemeriksaan perkara maka sidang dilanjutkan.