Anda di halaman 1dari 72

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Setiap wanita yang sehat kemungkinan akan mengalami kehamilan
dan

persalinan

karena

fungsi

reproduksi

sangat

penting

untuk

mempertahankan diri dari kepunahan melalui proses reproduksi. Prinsip dasar


pelayanan kesehatan ibu adalah bahwa setiap persalinan baik yang di rumah
atau rumah sakit harus mendapatkan pertolongan petugas yang terlatih karena
pertolongan persalinan mempunyai korelasi langsung kematian ibu (Linda,
2007).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tertinggi di ASEAN setelah
Srilanka. Penyebab kematian ibu adalah komplikasi berupa perdarahan
persalinan, keracunan kehamilan (Pre-eklampsi/Eklampsi), penyakit sirkulasi,
persalinan macet dan abortus (Depkes RI).
Di Indonesia pre-eklampsi/eklamsia masih merupakan penyebab
utama kematian ibu dan penyebab kematian perinatal yang paling tinggi. Oleh
karena itu diagnosis dini pre-eklamsia penanganannya perlu segera
dilaksanakan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (Winkjosastro, 2005).
Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang dialami oleh seorang
ibu berupa pengeluaran hasil konsepsi yang hidup di dalam uterus melalui
vagina ke dunia luar. Namun beberapa kasus seperti placenta previa, pre
eklamsia, gawat janin, kelainan letak janin dan besar, persalinan melalui
vagina dapat meningkatkan resiko kematian pada ibu dan bayi sehingga
diperlukan satu cara alternativ lain dengan mengeluarkan hasil konsepsi
melalui pembuatan sayatan pada dinding uterus melalui dinding perut yang
disebut Sectio Caesarea (Muchtar, 2008).
Akan tetapi, persalinan melaui section caesarea bukanlah alternative
yang lebih aman karena diperlukan pengawasan kasus terhadap indikasi
dilakukannya section cesarean maupun perawatan ibu setelah tindakan
section caesarea karena tanpa pengawasan yang baik dan cermat akan
berdampak pada kematian ibu (Winkjosastro, 2005).
1

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep dasar tentang post partum?
2. Bagaimana konsep dasar tentang pre eklamsi?
3. Bagaimana konsep dasar tentang eklamsi?
4. Bagaimana asuhan keperawatan pada ny. s p1a0 dengan post partum
sectio caesarea atas indikasi eklamsi di ruang nifas rumah sakit umum
daerah dr. lukmono hadi kudus?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui konsep dasar tentang post partum
2. Untuk mengetahui konsep dasar tentang pre eklamsi
3. Untuk mengetahui konsep dasar tentang eklamsi
4. Untuk mengetahui proses asuhan keperawatan pada ny. s p1a0 dengan
post partum sectio caesarea atas indikasi eklamsi di ruang nifas rumah
sakit umum daerah dr. lukmono hadi kudus

BAB II
KONSEP DASAR
A. KONSEP DASAR POST PARTUM
1. Pengertian
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan
janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin
dan ketuban di dorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran
normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan uri, tanpa alat
2

serta tidak melukai ibu dan bayi yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Wiknjosastro, 2010).
Pada persalinan presentasi belakang kepala, kepala janin turun
melalui PAP dengan sutura sagitalis melintang/miring, sehingga ubunubun kecil dapat berada di kiri melintang, kanan melintang, kiri depan,
kanan depan, kiri belakang/kanan belakang. Dalam keadaan flexi bagian
kepala yang pertama mencapai dasar panggul adalah Occiput. Occiput
akan memutar kedepan karena dasar panggul dan muculus levator aninya
mementuk ruangan yang lebih sesuai dengan occiput (Prawirohardjo,
2008).
Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa
nifas ini yaitu 6 8 minggu (Prawirohardjo, 2008).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Manuaba, 2010).
Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan,
waktu kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap
hadirnya anggota keluarga baru (Mitayani, 2009).
Batasan waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada
batas waktunya, bahkan bisa jadi dalam waktu yang relative pendek
darah sudah tidak keluar, sedangkan batasan maksimumnya adalah 40
hari. Jadi masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya
plasenta sampai alat alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan
secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari
(Smeltzer, 2001).
2. Etiologi
Apa yang menyebabkan persalinan belum diketahui benar yang ada
hanyalah merupakan teori komplek antara lain dikemukakan faktor
hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan saraf dan
nutrisi.

a. Teori penurunan hormon; 1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi


penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron, progesteron
bekerja

sebagai

penenang

otot-otot

polos

rahim

dan

akan

menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila


kadar progesteron turun.
b. Teori plasenta menjadi tua, akan menyebabkan turunnya kadar
estrogen dan progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh
darah hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori distensi rahim; rahim yang menjadi besar dan mereggang
menyebabkan iskemia otot-otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi
uteroplasenter.
d. Teori iritasi mekanik; dibelakang serviks terletak ganglion servikale
(fleksus frankenhouser), bila ganglion ini digeser dan ditekan
misalnya oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus.
e. Induksi partus (induction of labour) partus dapat ditimbulkan dengan
jalan :
1) Gagang laminaria, beberapa laminaria dimasukkan dalam kanalis
servikalis dengan tujuan merangsang fleksus frankenhouser.
2) Amniotomi
3) Oksitosin drips : pemberian oksitosin menurut tetesan per infus.
(Muchtar, Rustam, 2005)
3. Periode Masa Nifas
Menurut Cunningham, dkk (2006 ) periode masa nifas dibagi
menjadi 3, yaitu:
a. Puerperium Dini
Kepulihan dimana ibu boleh berdiri dan berjalan-jalan.
b. Puerperium Intramedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 68 minggu.
c. Puerperium Remote
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai

komplikasi waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu


bulanan atau tahunan.
Dalam masa nifas, alat-alat genitalia interna maupun eksterna
akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan-perubahan alat genetalia ini dalam keseluruhannya involusio.
Perubahan-perubahan yang lain yang penting yakni hemokonsentrasi dan
timbulnya laktasi. Yang terakhir ini karena pengaruh hormon laktogenik
dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mammae.
4. Perubahan Fisiologi dan Psikologi Post Partum
Selama menjalani masa nifas, ibu mengalami perubahan yang
bersifat fisiologis yang meliputi perubahan fisik dan psikologik, yaitu
(Manuaba, 2010):
a. Perubahan Fisik
1) Involusi
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses
kembalinya alat kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah
bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil.
Proses involusi terjadi karena adanya:
a) Autolysis
Penghancuran jaringan otot-otot uterus yang
tumbuh karena adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang
membesar menjadi lebih panjang sepuluh kali dan menjadi
lima kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil akan susut
kembali mencapai keadaan semula. Penghancuran jaringan
tersebut akan diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh
ginjal yang menyebabkan ibu mengalami beser kencing
setelah melahirkan.
b) Aktifitas otot-otot
Adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot setelah
anak lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah
yang pecah karena adanya pelepasan plasenta dan berguna

untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna. Karena


kontraksi

dan

retraksi

menyebabkan

terganggunya

peredaran darah uterus yang mengakibatkan jaringan otot


kurang zat yang diperlukan sehingga ukuran jaringan otot
menjadi lebih kecil.
c) Ischemia
Kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan
atropi pada jaringan otot uterus.
Involusi pada alat kandungan meliputi (Manuaba, 2010) :
a) Uterus
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang
keras, karena kontraksi dan retraksi otot-ototnya.

Perubahan uterus setelah melahirkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Setelah plasenta lahir

Sepusat

1000 gr

Diameter
Bekas
Melekat
Plasenta
12,5

1 minggu

Pertengahan
pusat symphisis

500 gr

7,5 cm

Dapat dilalui 2 jari

2 minggu

Tak teraba

350 gr

5 cm

Dapat dimasuki 1
jari

6 minggu

Sebesar hamil 2
minggu

50 gr

2,5 cm

8 minggu

Normal

30 gr

Involusi

Berat
Uterus

TFU

Keadaan Cervix
Lembek

b) Involusi Tempat Plasenta


Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung
banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus.
Luka bekas implantasi plasenta tidak meninggalkan parut
karena dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan
6

endometrium baru dibawah permukaan luka. Endometrium


ini tumbuh dari pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar pada
dasar luka.
c) Perubahan Pembuluh Darah Rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak
pembuluh darah yang besar, tetapi karena setelah persalinan
tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak maka
arteri harus mengecil lagi dalam masa nifas.
d) Perubahan Pada Cervix Dan Vagina
Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum
dapat dilalui oleh 2 jari, pada akhir minggu pertama dapat
dilalui oleh 1 jari saja. Karena hiperplasi ini dan karena
karena retraksi dari cervix, robekan cervix jadi sembuh.
Vagina yang sangat diregang waktu persalinan, lambat laun
mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post
partum ruggae mulai nampak kembali.
2) After pains/ Rasa sakit (meriang atau mules-mules)
Disebabkan koktraksi rahim biasanya berlangsung 3 4
hari pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu
mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu analgesik
3) Lochea
Lochea adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus
melalui vagina dalam masa nifas. Lochea bersifat alkalis,
jumlahnya lebih banyak dari darah menstruasi. Lochea ini
berbau anyir dalam keadaan normal, tetapi tidak busuk
(Cunningham dkk, 2006).
Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan jumlah
dan warnanya yaitu lokia rubra berwarna merah dan hitam
terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa
mekonium, sisa darah dan keluar mulai hari pertama sampai hari
ketiga (Cunningham dkk, 2006).
a) Lochea rubra (cruenta)

Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban,


sel-sel desidua, vernik caseosa, lanugo, mekonium. Selama
2 hari pasca persalinan.
b) Lochea sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir,
hari 37 pasca persalinan.
c) Lochea serosa
Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi. Pada
hari ke 24 pasca persalinan.
d) Lochea alba
Cairan putih setelah 2 minggu.
e) Lochea purulenta
Terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah, berbau busuk.
f) Lacheostatis
Lochea tidak lancar keluarnya.
4) Dinding Perut Dan Peritonium
Setelah persalinan dinding perut longgar karena
diregang begitu lama, biasanya akan pulih dalam 6 minggu.
Ligamen fascia dan diafragma pelvis yang meregang pada
waktu partus setelah bayi lahir berangsur angsur mengecil dan
pulih kembali.Tidak jarang uterus jatuh ke belakang menjadi
retrofleksi karena ligamentum rotundum jadi kendor. Untuk
memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan-latihan pasca
persalinan.
5) Sistem Kardiovasculer
Selama kehamilan secara normal volume darah untuk
mengakomodasi

penambahan aliran darah yang diperlukan

oleh placenta dan pembuluh darah uterus. Penurunan dari


estrogen mengakibatkan diuresis yang menyebabkan volume
plasma menurun secara cepat pada kondisi normal. Keadaan ini
terjadi pada 24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran.

Selama ini klien mengalami sering kencing. Penurunan


progesteron membantu mengurangi retensi cairan sehubungan
dengan penambahan vaskularisasi jaringan selama kehamilan
6) Ginjal
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena
reduksi dari volume darah dan ekskresi produk sampah dari
autolysis. Puncak dari aktifitas ini terjadi pada hari pertama post
partum.
7) Hormonal
a) Oxytoxin
Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior
dan bereaksi pada otot uterus dan jaringan payudara.
Selama kala tiga persalinan aksi oxytoxin menyebabkan
pelepasan plasenta. Setelah itu oxytoxin beraksi untuk
kestabilan kontraksi uterus, memperkecil bekas tempat
perlekatan plasenta dan mencegah perdarahan. Pada wanita
yang memilih untuk menyusui bayinya, isapan bayi
menstimulasi ekskresi oxytoxin diamna keadaan ini
membantu kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran susu.
Setelah placenta lahir, sirkulasi HCG, estrogen, progesteron
dan hormon laktogen placenta menurun cepat, keadaan ini
menyebabkan perubahan fisiologis pada ibu nifas.
b) Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang
disekresi oleh glandula hipofise anterior bereaksi pada
alveolus payudara dan merangsang produksi susu. Pada
wanita yang menyusui kadar prolaktin terus tinggi dan
pengeluaran FSH di ovarium ditekan. Pada wanita yang
tidak menyusui kadar prolaktin turun pada hari ke 14
sampai 21 post partum dan penurunan ini mengakibatkan
FSH disekresi kelenjar hipofise anterior untuk bereaksi

pada ovarium yang menyebabkan pengeluaran estrogen dan


progesteron dalam kadar normal, perkembangan normal
folikel de graaf, ovulasi dan menstruasi.
c) Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan
pengeluaran air susu ibu. Air susu ibu ini merupakan
makanan pokok , makanan yang terbaik dan bersifat
alamiah bagi bayi yang disediakan oleh ibu yamg baru saja
melahirkan bayi akan tersedia makanan bagi bayinya dan
ibunya sendiri.
Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron
merangsang

pertumbuhan

kelenjar

susu

sedangkan

progesteron merangsang pertumbuhan saluran kelenjar ,


kedua hormon ini mengerem LTH. Setelah plasenta lahir
maka LTH dengan bebas dapat merangsang laktasi.
Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin
yang merangsang pengeluaran air susu. Pengeluaran air
susu adalah reflek yang ditimbulkan oleh rangsangan
penghisapan puting susu oleh bayi. Rangsang ini menuju
ke hypofise dan menghasilkan oxtocin yang menyebabkan
buah dada mengeluarkan air susunya.
Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi
besar, keras dan nyeri. Ini menandai permulaan sekresi air
susu, dan kalau areola mammae dipijat, keluarlah cairan
puting dari puting susu.
Air susu ibu kurang lebih mengandung Protein 1-2
%, lemak 3-5 %, gula 6,5-8 %, garam 0,1 0,2 %.
Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah
diit, gerak badan. Benyaknya air susu sangat tergantung
pada banyaknya cairan serta makanan yang dikonsumsi ibu.
8) Tanda-Tanda Vital

10

Perubahan tanda-tanda vital pada massa nifas meliputi:


Tabel perubahan Tanda-tanda Vital (Bobak, 2005)
Parameter
Tanda-tanda

Penemuan normal
Penemuan abnormal
Tekanan darah < 140 / 90 Tekanan darah > 140 / 90

vital

mmHg, mungkin bisa naik mmHg


dari tingkat disaat persalinan
1 3 hari post partum.
Suhu tubuh < 38 0 C

Suhu > 380 C

Denyut nadi: 60-100 X / Denyut nadi: > 100 X /


menit

menit

a) Vital Sign sebelum kelahiran bayi :


(1) Suhu :
(a) saat partus lebih 37,20C
(b) sesudah partus naik + 0,50C
(c) 12 jam pertama suhu kembali normal
(2) Nadi :
(a) 60 80 x/mnt
(b) Segera setelah partus bradikardi
(3) Tekanan darah :
TD meningkat karena upaya keletihan dan
persalinan, hal ini akan normal kembali dalam waktu 1
jam
b) Vital sign setelah kelahiran anak :
(a) Temperatur :
Selama 24 jam pertama mungkin kenaikan
menjadi 380C (100,40F) disebabkan oleh efek dehidrasi
dari persalinan. Kerja otot yang berlebihan selama kala
II dan fluktuasi hormon setelah 24 jam wanita keluar
dari febris.
(b) Nadi :
Nadi panjang dengan stroke volume dan
cardiacc output. Nadi naik pada jam pertama. Dalam 8

11

10 minggu setelah kelahiran anak, harus turun ke


rata-rata sebelum hamil.
(c) Pernapasan :
Pernapasan akan jatuh ke keadaan normal
wanita sebelum persalinan.
(d) Tekanan darah :
Tekanan

darah

berubah

rendah

semua,

ortistatik hipotensi adalah indikasi merasa pusing atau


pusing tiba-tiba setelah terbangun, dapat terjadi 48 jam
pertama.
Penyimpangan dari kondisi dan penyebab masalah
(Syaifudin, 2002) :
(a) Diagnosa sepsis puerpuralis adalah jika kenaikan pada
maternal suhu menjadi 380C (100,4F0
(b) Kecepatan rata-rata nadi adalah satu yang bertambah
mungkin indikasi hipovolemik akibat perdarahan.
(c) Hipoventilasi mungkin mengikuti keadaan luar
biasanya karena tingginya sub arachnoid (spinal) blok.
(d) Tekanan darah rendah mungkin karena refleksi dari
hipovolemik sekunder dari perdarahan, bagaimana
tanda
(e) Terlambat dan gejala lain dari perdarahan kadangkadang merupakan sinyal tenaga medis
b. Perubahan Psikologi
Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin
terbagi menjadi dalam 3 tahap yaitu (Sulistyawati & Nugraeni,
2008):
1) Periode Taking In
Periode

ini

terjadi

setelah

1-2

hari

dari

persalinan.Dalam masa ini terjadi interaksi dan kontak yang


lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat dikatakan sebagai
psikis honey moon yang tidak memerlukan hal-hal yang

12

romantis, masing-masing saling memperhatikan bayinya dan


menciptakan hubungan yang baru.
2) Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke 3 sampai ke- 4 post partum.
Ibu berusaha bertanggung jawab terhadap bayinya dengan
berusaha untuk menguasai ketrampilan perawatan bayi. Pada
periode ini ibu berkosentrasi pada pengontrolan fungsi
tubuhnya, misalnya buang air kecil atau buang air besar.
3) Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu
mengambil

tanggung

jawab

terhadap

bayi.

Sedangkan

stres emosional pada ibu nifas kadang-kadang dikarenakan


kekecewaan yang berkaitan dengan mudah tersinggung dan
terluka sehingga nafsu makan dan pola tidur terganggu.
Manifestasi ini disebut dengan post partum blues dimana terjadi
pada hari ke 3-5 post partus
5. Manifestasi Klinik
Gejala Klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam
jumlah yang banyak (> 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna
merah, haus, pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik,
tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, mual.
Gejala Klinis berdasarkan penyebab menurut Purwaningsih (2010) yaitu :
a. Atonia Uteri
Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan
lembek dan perdarahan segera setelah anak lahir (perarahan
postpartum primer). Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok
(tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas
dingin, gelisah, mual dan lain-lain)
b. Robekan jalan lahir

13

Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar


mengalir segera setelah bayi lahir, kontraksi uteru baik, plasenta
baik.. Gejala yang kadang-kadang timbul: pucat, lemah, menggigil
c. Retensio plasenta
Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30
menit, perdarahan segera, kontraksi uterus baik. Gejala yang kadangkadang timbul: tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inversi uteri
akibat tarikan, perdarahan lanjutan
d. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)
Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput
(mengandung pembuluh darah) tidak lengkap dan perdarahan segera.
Gejala yang kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi
tinggi fundus tidak berkurang.
e. Inversio Uterus
Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina
terisi massa, tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan
segera, dan nyeri sedikit atau berat. Gejala yang kadang-kadang
timbul: Syok neurogenik dan pucat
6. Pemeriksaan Diagnostik
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu
sebelumnya wanita memasuki bulannya atau minggunya atau harinya
yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage of labor) ini
memberikan tanda-tanda sebagai berikut (Purwaningsih W, 2010) :
1. Lightening atau setting atau droping yaitu kepala turun memasuki
pintu atas panggul terutama pada primigravida pada multipara tidak
begitu kentara.
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3. Perasaan sering atau susah kencing (potakisurla) karena kandung
kemih tertekan oleh bagian terbawa janin.
4. Perasaan sakit perut dan dipinggang oleh adanya kontraksi lemah
dari uterus, kadang disebut false labor pains.

14

5. Serviks menjadi lembek, mulai melebar dan sekresinya bertambah


dan bisa bercampur darah (bloody shoe).
7. Komplikasi
Penyebab umum perdarahan postpartum adalah (Manuaba, 2010):
1. Atonia Uteri
2. Retensi Plasenta
3. Sisa Plasenta dan selaput ketuban
a.Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta)
b.

Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)

4. Trauma jalan lahir


a. Episiotomi yang lebar
b. Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim
c. Rupture uteri
5. Penyakit darah
Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia atau
hipofibrinogenemia.
8. Penatalaksanaan Post Partum
Tindakan yang harus dilakukan pada pasien post partum neurut
Syaifudin (2010), yaitu :
1. Early Ambulation
Ibu post partum diharapkan sedini mungkin melakukan
early ambulation, dimana ibu 8 jam pertama istirahat tidur
terlentang, setelah 8 jam diperbolehkan miring ke kiri atau ke kanan
untuk mencegah trombosis dan boleh bangun dari tempat tidur
setelah 24 jam sampai 48 jam post partum.
2. Perawatan Payudara
Perhatikan kebersihan mammae, putting bila ada luka
segera obati, dan pada ibu yang belum mampu mengeluarkan ASI
dilakukan perawatan payudara post partum.
3. Pemberian Nutrisi

15

Nutrisi ibu diberikan harus memenuhi gizi seimbang


porsinya lebih banyak daripada waktu hamil, disamping untuk
mempercepat pulihnya kesehatan setelah kelahiran juga untuk
meningkatkan produksi ASI.
4. Aktivitas Seksual
Pasangan dianjurkan untuk menunggu sampai terdapat
pengeluaran lochea akhir minggu ke 4. Perhatikan posisi, sebaiknya
wanita pada posisi atas untuk menghindari adanya penetrasi yang
telalu dalam.
Pada post partum normal dengan bayi normal tidak ada
penatalaksanaan khusus. Pemberian obat obatan hanya diberikan pada
ibu yang melahirkan dengan penyulit, terutama pada ibu anemia dan
resiko infeksi dengan pemberian anti biotic dan obat-obat roboransia
seperti suplemen vitamin, demikian juga pada bayi obat-obatan biasanya
diberikan untuk tindakan profolatif, misalnya vit K untuk mencegah
perdarahan, anti biotic untuk mencegah infeksi.
Penatalaksanaan dengan pemeriksaan pada ibu post partum
Pemeriksaan Diagnostik
1. Kondisi uterus: palpasi fundus,
kontraksi, TFU.

Hasil:
Kontraksi miometrium, tingkat involusi
uteri.

2. Jumlah perdarahan: inspeksi

Bentuk insisi, edema.

perineum, laserasi, hematoma.


3. Pengeluaran lochea.

Rubra, serosa dan alba.

4. Kandung kemih: distensi bladder.

Hematuri, proteinuria, acetonuria.

5. Tanda-tanda vital: Suhu 1 jam pertama

24 jam pertama 380C.

setelah partus, TD dan Nadi terhadap

Kompensasi kardiovaskuler TD sistolik

penyimpangan cardiovaskuler.

menurun 20 mmHg.
Bradikardi: 50-70 x/mnt.

16

B. KONSEP DASAR PRE EKLAMSI


1. Pengertian
Pre eklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu
hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi,
proteinuri, dan edema (Harnawati, 2008).
Pre eklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria
dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau
segera setelah persalinan (Haidir. 2009).
Preeklampsia atau sering juga disebut toksemia adalah suatu
kondisi yang bisa dialami oleh setiap wanita hamil. Penyakit ini ditandai
dengan meningkatnya tekanan darah yang diikuti oleh peningkatan kadar
protein di dalam urine. Wanita hamil dengan preeklampsia juga akan
mengalami pembengkakan pada kaki dan tangan. Preeklampsia
umumnya muncul pada pertengahan umur kehamilan, meskipun pada
beberapa kasus ada yang ditemukan pada awal masa kehamilan
(Cunningham dkk, 2006).
2. Etiologi
Sampai saat ini, etiologi pasti dari pre-eklampsi/eklampsia
belum diketahui. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya
(Manuaba, 2010):
a. Jumlah primigravi, terutama primigravida muda
b. Distensi rahim berlebihan : hidramnion, hamil ganda, mola
hidatidosa
c. Penyakit yang menyertai hamil : diadetes melitus, kegemukan
d. Jumlah umur ibu diatas 35 tahun
e. Pre eklampsia berkisar antara 3% sampai 5% dari kehamilan yang
dirawat

3. Klasifikasi
Dibagi dalam 2 golongan (Manuaba, 2010):
a. Pre-eklampsi ringan, bila keadaan sebagai berikut :
17

1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi
rebah terlentang/tidur berbaring, atau kenaikan diastolik 15
mmHg atau lebih, atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih.
Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 x pemeriksaan
dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.
2) Edema umum, kaki, jari tangan dan muka, atau kenaikan berat
badan 1 kg atau lebih perminggu.
3) Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih perliter, kwalitatif
1+atau 2+ pada urin kateter atau midstream
b. Pre-eklampsi berat:
1) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
2) Proteinuria 5 gr atau lebih perliter
3) Oliguria, jmlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam
4) Keluhan subjektif :
a) Nyeri di epigastrium
b) Gangguan penglihatan
c) Nyeri kepala
d) Edema paru dan sianosis
5) Pemeriksaan :
a) Kadar enzim hati meningkat disertai ikterus
b) Perdarahan pada retina
c) Trombosit kurang dari 100.000/mm
4. Manifestasi Klinis
Biasanya tanda-tanda pre eklampsia timbul dalam urutan
(Manuaba, 2010):
a.
b.
c.
d.

Pertambahan berat badan yang berlebihan


Diikuti edema
Hipertensi
Akhirnya proteinuria.
Pada pre eklampsia ringan tidak ditemukan gejala gejala

subyektif. Pada pre eklampsia berat didapatkan :


a.
b.
c.
d.
e.
f.

Sakit kepala terutama di daerah frontal


Gangguan mata, penglihatan kabur
Rasa nyeri di daerah epigastrium
Mual atau muntah
Gangguan pernapasan sampai sianosis
Terjadinya gangguan kesadaran.
Gejala gejala tersebut sering ditemukan pada pre eklampsia

yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa eklampsia akan timbul.

18

5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat menunjang untuk mendiagnosa pre
eklamsi antara lain (Syaifudin, 202) :
a. Tes diagnostik dasar
Pengukuran tekanan darah, analisis protein dalam urin,
pemeriksaan edema, pengukuran tinggi fundus uteri, pemeriksaan
funduskopik.
b. Tes laboratorium dasar:
1) Evaluasi hematologik (hematokrit, jumlah trombosit, morfologi
eritrosit pada sediaan apus darah tepi).
2) Pemeriksaan fungsi hati (bilirubin, protein serum, aspartat
aminotransferase, dan sebagainya).
3) Pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin).
4) Uji untuk meramalkan hipertensi
5) Roll Over test
6) Pemberian infus angiotensin II.
6. Penatalaksanaan
Tujuan utama penanganan adalah (Syaifudin, 2002) :
a. Untuk mencegahte rjadinyap re-eklampsdi an eklampsi
b. Hendaknyaja nin lahir hidup
c. Trauma padajanin seminimal mungkin.
Pre-eklampsi ringan Pengobatan adalah simtiomatis dan wanita
dapat di lakukan (Syaifudin, 2002):
a. Rawat jalan dengan skemaa periksa ulang yang lebih sering,
misalnya 2 x seminggu
b. Rawat inap
c. Penangan rawat jalan atau rawat inap :
1) Istirahat di tempat tidur adalah istirahat pokok
2) Diit rendah garam
3) Berikan obat-obatan seperti valium tablet 5 mg dosis 3x sehari,
atau tablet fenobarbital 30 mg dengan dosis 3x sehari, diuretika
dan antihipertensi tidak dianjurkan, karena obat ini tidak begitu
bermanfaat bahkan bisa menutupi tanda dan gejala pre-eklampsi
berat.
Dengan cara di atas biasanya pre-eklampsi ringan jadi tenang
dan hilang, ibu hamil dapat dipulangkan dan diperiksa ulang lebih sering

19

dari biasa. Bila pada beberapa kasus gejala masih menetap, penderita
tetap dirawat inap. Lakukan monitor keadaan janin : kadar estriol urin,
amnioskopik dan ultrasografi dan sebagainya. Bila keadaan mengizinkan,
barulah pada kehamilan minggu ke 37 ke atas dilakukan induksi partus.
Penanganan pada Pre-eklampsi berat yaitu (Manuaba, 2010) :
a. Pre-eklampsi berat kehamilan dan 37 minggu :
1) Jika janin belum menunjukkan tanda-tanda maturitas paru-paru,
dengan pemeriksaan shake dan rasio L/S maka penangannya
adalah sebagai berikut:
a) Berikan suntikan

sulfas

magnesikus

dosis

gr

intramuskuler, kemudian disusul dengan injeksi tambahan 4


gr intramuskuler setiap 4 jam (selama tidak ada kontraindikasi).
b) Jika ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulfas
magnesikus dapat diteruskan lagi selama 24 jam sampai
dicapai kriteria preeklampsi ringan (kecuali jika ada kontraindikasi).
c) Selanjutnya wanita dirawat diperiksa dan janin dimonitor,
penimbangan berat badan seperti pre-eklampsi ringan
sambil mengawastii mbul lagi gejala.
d) Jika dengan terapi di atas tidak ada perbaikan, dilakukan
terminasi kehamilan : induksi partus atau cara tindakan lain,
melihat keadaan.
2) Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan
paru janin, maka penatalaksanaan kasus sama seperti pada
kehamilan di atas 37 minggu.
7. Komplikasi
Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami. Namun yang
termasuk komplikasi antara lain (Bobak, 2005):
a. Pada ibu
1) Eklampsia
2) Solusio plasenta
3) Pendarahan subkapsula hepar
4) Kelainan pembekuan darah ( DIC )

20

5) Sindrom HELPP ( Hemolisis, Elevated, Liver,Enzymes Dan


Low Platelet Count )
6) Ablasio retina
7) Gagal jantung hingga syok dan kematian.
b. Pada janin
1) Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
2) Prematur
3) Asfiksia neonatorum
4) Kematian dalam uterus
5) Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal

8. Pencegahan
Untuk mencegah kejadian pre eklampsia ringan dapat dilakukan
nasehat tentang tentang dan berkaitan dengan (Mitayani, 2009):
a. Diet makanan
Makanan tinggi protein tinggi karbohidrat, cukup vitamin,
dan rendah lemak. Kurangi garan apabila berat badan bertanbah atau
edema. Makanan berorientasi pada empat sehat lima sempurna.
Untuk meningkatkan jumlah portein dengan tambahan sau butir telur
stiap hari.
b. Cukup istirahat
Istirahat yang cukup pada hamil semakin tua dalam arti
bekerja dan disesuaikan dengan kmampuan. Lebih banyak duduk
atau berbaring ke arah punggung janin sehingga aliran darah menuju
plasenta tidak mengalami gangguan.
c. Pengawasan antenatal ( hamil)
Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam
rahim segera datang ke tempat pemeriksaan. Keadaan yang
memerlukan perhatian:
1) Uji kemampuan pre eklampsia:
a) Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya
b) Pemriksaan tinggi fundus uteri
c) Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema
d) Pemriksaan protin dalam urin

21

e) Kalau mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjl, fungsi


hati, gambaran darah umum, pemeriksaan retina mata.
2) Penilaian kondisi janin dalam rahim
a) Pemantauan tinggi fundus uteri
b) Pemeriksaan janin: gerakan janin dalam rahim, denyut
jantung janin, pemantauan air ketuban
c) Usulkan untuk melakukan pmeriksaan USG
C. KONSEP DASAR EKLAMSI
1. Pengertian
Eklampsia adalah preeklamsi yang disertai kejang dan/koma yang
timbul bukan akibat kelainan neurology.
Eklampsia adalah konvulsi dan koma, jarang koma saja, yang
terjadi pada wanita hamil atau dalam masa nifas dengan disertai
2.

hipertensi, edema dan atau proteinuria.


Etiologi
Penyebab eklampsi sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada
teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab eklampsi yaitu :
a. Sebab bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan
ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa.
b. Sebab bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan
c. Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan
kematian janin dalam uterus
d. Sebab jarangnya terjadi eklampsi pada kehamilan kehamilan

3.

berikutnya
e. Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Tanda dan Gejala
Diagnosis preeklampsia ditegakan berdasarkan adanya dua dari
tiga gejala, yaitu pemambahan berat badan yang berlebihan,edema,
hipertensi, dan proteinuri.Penambahan berat badan yang berlebihan bila
terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali. Edema terlihat sebagai
peningkatan berat badan,pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka.
Tekanan darah > 140/90 mmHg atau tekenen sistolik meningkat >
30 mmHg atau tekanan diastolik > 15 mmHg yang di ukur setelah pasien
beristirahat selama 30 menit. Tekanan diastolik pada trimester kedua
yang lebih dari 85 mmHg patut dicurigai sebagai bakat preeklampsia.
Proteinuria apabila terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam air kencing

22

24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukan +1 atau 2 ;atau kadar


protein> 1g /l dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter atau porsi
tengah, diambil minimal 2 x dengan jarak waktu 6 jam.
Disebut preeklampsia berat bila ditemukan gejaka berikut:
1. Tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau diastolik > 110
mmHg
2. Proteinuria +> 5 g/24 jam atau > 3 pada tes celup
3. sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan
4. Nyeri epigastrium dan ikterus
5. Edema paru atau sianosis
6. Trombositopenia
7. Pertumbuhan janin terhambat
Diagnosis eklampsia ditegakkan berdasarkan gejala-gajala
preeklampsia disertai kejang atau koma. Sedangkan, bila terdapat gejala
preeklampsia berat dusertai salah satu atau beberapa gejala dari nyeri
kepala hebat , gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium dan
keneikan tekanan darah yang progresif, dikatakan pasien tersebut
menderita impending preeklampsia. Impending preeklampsia ditangani
dengan kasus eklampsia.

D. KONSEP DASAR SECTIO CAESAREA


1. Pengertian Sectio Caesarea (SC)
Secsio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin
dengan membuka dinding perut dan dinding uterus (Prawirohardjo,
2005).
Secsio caesarea adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan
melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang
ibu dan uterus untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini
23

biasanya dilakukan ketika kelahiran melalui vagina akan mengarah pada


komplikasi-komplikasi, kendati cara ini semakin umum sebagai
pengganti kelahiran normal (Yusmiati, 2007).
2. Jenis Sectio Caesarea Berdasarkan Teknik Penyayatan
Jenis Sectio Caesarea Berdasarkan Teknik Penyayatan menurut Manuaba (2000) :
a. Secsio Caesarea Klasik Atau Corporal
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada
korpus uteri kira-kira 10 cm. Kelebihannya antara lain :
mengeluarkan janin dengan cepat, tidak mengakibatkan komplikasi
kandung kemih tertarik, dan sayatan bisa diperpanjang proksimal
dan distal. Sedangkan kekurangannya adalah infeksi mudah
menyebar secara intraabdominal karena tidak ada peritonealis yang
baik, untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi ruptur
uteri spontan.
b. Secsio Caesarea Ismika atau Profundal
Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat
pada segmen bawah rahim (low servikal transversal) kira-kira 10cm.
Kelebihan dari sectio caesarea ismika antara lain : penjahitan luka
lebih mudah, penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik,
tumpang tindih dari peritoneal flop baik untuk menahan penyebaran
isi uterus ke rongga peritoneum, dan kemungkinan ruptur uteri
spontan berkurang atau lebih kecil. Sedangkan kekurangannya
adalah luka melebar sehingga menyebabkan uteri pecah dan
menyebabkan perdarahan banyak, keluhan pada kandung kemih post
operasi tinggi.
c. Secsio Caesarea Ekstra Peritonealis
Yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dan tidak
membuka cavum abdominal.
3. Klasifikasi Sectio Caesarea
Menurut Manuaba (2000), klasifikasi SC yaitu :
a. Secsio Caesarea Primer
Dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan
secara seksio sesarea, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya
pada panggul sempit.
b. Secsio Caesarea Sekunder

24

Dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu kelahiran


biasa, bila tidak ada kemajuan persalinan, baru dilakukan seksio
sesarea.
c. Secsio Caesarea Ulang
Ibu pada kehamilan lalu mengalami seksio sesarea dan pada
kehamilan selanjutnya dilakukan seksio sesarea ulang.
d. Secsio Caesarea Postmortem
Seksio sesarea yang dilakukan segera pada ibu hamil cukup
bulan yang meninggal tiba-tiba sedangkan janin masih hidup.
4. Indikasi Sectio Caesarea
Menurut Winkjosastro (2002), indikasi dilakukan SC adalah :
a. Disproporsi chepalopelvik atau kelainan panggul
b. Plasenta previa
c. Gawat janin
d. Pernah seksio sesarea sebelumnya
e. Kelainan letak janin
f. Hipertensi
g. Rupture uteri mengancam
h. Partus lama (prolonged labor)
i. Partus tak maju (obstructed labor)
j. Distosia serviks
k. Ketidakmampuan ibu mengejan
l. Malpresentasi janin
1) Letak lintang
a) Bila ada kesempitan panggul maka secsio sesarea adalah
cara yang terbaik dalam segala letak lintang dengan janin
hidup dan besar biasa.
b) Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong
dengan secsio sesarea walau tidak ada perkiraan panggul
sempit.
c) Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong
dengan cara-cara lain.
2) Letak bokong
Secsio Caesarea dianjurkan pada letak bokong bila ada :
a) Panggul sempit
b) Primigravida
c) Janin besar dan berharga
3) Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dan caracara lain tidak berhasil.
4) Presentasi rangkap, bila reposisi tidak berhasil.
5) Gemelli, dianjurkan secsio sesarea bila :

25

a) Janin pertama letak lintang atau presentasi bahu


b) Bila terjadi interlock
c) Distosia oleh karena tumor
d) Gawat janin
5. Komplikasi Sectio Caesarea
Komplikasi yang muncul setelah dilakukan SC menurut Manuaba
(2000) yaitu :
a. Infeksi puerpuralis (nifas)
1) Ringan : Dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
2) Sedang : Dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai
dehidrasi atau perut sedikit kembung
3) Berat : Dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini
sering kita jumpai pada partus terlantar dimana sebelumnya
telah terjadi infeksi intrapartal karena ketuban yang telah pecah
terlalu lama.
b. Perdarahan, disebabkan karena :
1) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
2) Atonia uteri
3) Perdarahan pada placenta bed
c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonialisasi terlalu tinggi.
d. Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang.
6. Penatalaksanaan Pasca Operasi Sectio Caesarea
Penatalaksanaan post operasi sectio caesarea, antara lain
(Mochtar Rustam, 2002) :
a. Periksa dan catat tanda - tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam
pertama dan 30 menit pada 4 jamkemudian.
b. Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat.
c. Pemberian tranfusi darah, bila terjadi perdarahan post partum.
d. Pemberian antibiotika. Walaupun pemberian antibiotika sesudah
sesar

efektif

dapat

dipersoalkan,

namun

pada

umumnya

pemberiannya dianjurkan Mobilisasi. Pada hari pertama setelah


operasi penderita harus turun dari tempat tidur dengan dibantu,
paling sedikit 2 kali. Pada hari kedua penderita sudah dapat berjalan
ke kamar mandi dengan bantuan. Pemulangan Jika tidak terdapat
komplikasi penderita dapat dipulangkan pada hari kelima setelah
operasi.

26

27

E. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Menurut Doengoes (2001) Pengkajian meliputi :
a. Identitas
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama,
umur, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa
yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien dan suaminya.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang
mendorong pasien mencari pertolongan atau berobat ke rumah
sakit. Biasanya pada pasien dengan post operasi sectio caesarea
hari 1-3 adalah adanya rasa nyeri.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Mulai kapan klien merasakan adanya keluhan, dan usaha
apa saja yang telah dilakukan untuk mengatasi keadaan ini.
3) Riwayat kesehatan dahulu
a) Riwayat kesehatan klien
Menarche pada usia berapa, haid teratur atau tidak,
siklus haid berapa hari, lama haid, warna darah haid, HPHT
kapan, terdapat sakit waktu haid atau tidak.
b) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Hamil dan persalinan berapa kali, anak hidup atau
mati, usia, sehat atau tidak, penolong siapa, nifas normal
atau tidak.
c) Riwayat pemakaian alat kontrasepsi
Untuk mengetahui jenis KB yang digunakan oleh
klien apakah menggunakan KB hormonal atau yang lainya.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi pengkajian komposisi keluarga, lingkungan
rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota
keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan
kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan,
persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain.
c. Pemeriksaan fisik dan pengkajian fungsional
1) Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan
sederhana yang harus dijawab oleh klien atau di suruh untuk

28

melakukan perintah. Variasi tingkat kesadaran dimulai dari


siuman sampai ngantuk, harus di observasi dan penurunan
tingkat kesadaran merupakan gejala syok.
2) Sistem pernafasan
Respirasi bisa meningkat atau menurun. Bunyi
pernafasan akibat lidah jatuh kebelakang atau akibat terdapat
secret. Suara paru yang kasar merupakan gejala terdapat secret
pada saluran nafas. Usaha batuk dan bernafas dalam
dilaksalanakan segera pada klien yang memakai anaestesi
general.
3) Sistem perkemihan
Retensi urine paling umum terjadi setelah pembedahan
ginekologi, klien yang hidrasinya baik biasanya kencing setelah
6 sampai 8 jam setelah pembedahan. Jumlah autput urine yang
sedikit akibat kehilangan cairan tubuh saat operasi, muntah
akibat anestesi.
4) Sistem pencernaan
Fungsi gastrointestinal biasanya pulih pada 24-74 jam
setelah pembedahan, tergantung pada kekuatan efek narkose
pada penekanan intestinal. Ambulatori perlu diberikan untuk
menghilangkan gas dalam usus.
5) Integritas ego
Dapat menunjukkan

labilitas

emosional,

dari

kegembiraan, sampai ketakutan, marah atau menarik diri. Klien/


pasangan dapat memiliki pertanyaan atau salah terima peran
dalam

pengalaman

kelahiran,

mungkin

mengekspresikan

ketidakmampuan untuk menghadapi situasi baru.


6) Eliminasi
Kateter urinaris indweiling mungkin terpasang: urine jernih
pucat, bising usus tidak ada, samar atau jelas.
7) Nutrisi
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal.
8) Nyeri/ ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai
sumber. Misal: trauma bedah/ insisi, nyeri penyerta, distensi

29

kandung kemih/ abdomen, efek-efek anestesia, mulut mungkin


kering.
9) Keamanan
Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda kering dan utuh.
Jalur parental bila digunakan paten, daerah insisi bebas eritema,
bengkok, nyeri tekan.
10) Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus.
Aliran lokhia sedang dan bebas bekuan berlebihan/banyak.

3. Nursing Care Plan


Diagnosa dan intervensi yang dirumuskan sesuai dengan NANDA NIC
NOC- UAP (2011) dan Nursing Diagnosa Handbook: an evidence-based
guide to planning care, yaitu:
a. Pra Operasi
1) Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker),
perubahan kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk
interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan keluarga.
Rencana Keperawatan :
NOC : Anxiety self control, anxiety level, coping
Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak cemas
dengan kriteria hasil :
a) Mengidentifikasi dan sampaikan gejala kecemasan
b) Mengidentifikasi, sampaikan, dan mendemonstrasikan
teknik untuk mengontrol kecemasan
c) Sampaikan apabila tidak adanya atau penurunan tekanan
subjektif
d) Memiliki tanda-tanda vital yang mencerminkan dasar atau
penurunan stimulasi simpatis
30

e) Memiliki Tingkat postur, ekspresi wajah, gerak tubuh, dan


aktivitas yang mencerminkan tekanan
f) Menunjukkan peningkatan konsentrasi dan akurasi pikiran
g) Mengidentifikasi dan sampaikan pemicu kecemasan,
konflik, dan ancaman
h) Menunjukkan kembalinya

kemampuan

memecahkan

masalah dasar
i) Menunjukkan peningkatan fokus eksternal
j) Menunjukkan beberapa kemampuan untuk meyakinkan diri

NIC :
a) Meninjau tingkat kecemasan klien dan reaksi kecemasan
secara fisik (misalnya, tachicardia tachyipnea, ekspresi
kecemasan nonverbal). Pertimbangkan untuk menggunakan
Skala Kecemasan Hamilton, yang menilai 14 gejala pada
skala 0 (tidak hadir) sampai 4 (sangat berat). Gejala yang
dievaluasi adalah suasana hati, ketegangan, ketakutan,
insomnia, konsentrasi, khawatir, perasaan depresi, keluhan
somatik dan kardiovaskular, pernapasan, pencernaan,
saluran kemih, autonomi dan gejala perilaku. EBN:
Reliabilitas dan validitas dari skala kecemasan Hamilton
telah

didukung

oleh

penelitian.

EBN:

Kecemasan

merupakan faktor risiko yang merupakan resiko utama yang


dapat merugikan jantung pada orang dengan penyakit arteri
koroner stabil (Frasure-Smith & Lesperance, 2008).
Jauhkan dari alkohol, obat penenang, atau rokok sebagai
penyebab kecemasan. EB: Sepertiga dari responden dalam
penelitian ini dengan gangguan penggunaan alkohol
(penyalahgunaan atau ketergantungan) tiga kali lebih
mungkin untuk memiliki gangguan kecemasan.

31

b) Mengidentifikasi dan membatasi, menghentikan, atau


menyadari penggunaan stimulan (seperti kafein, nikotin,
teofilin, terbutalin sulfat, amfetamin) dan kokain. EB:
Banyak

zat

yang

menyebabkan

atau

berpotensi

menyebabkan gejala kecemasan.


c) Jika respon situasional rasional, gunakan empati untuk
mendorong klien untuk menafsirkan gejala kecemasan
seperti biasa. EBN: Cara perawat berinteraksi dengan klien
mempengaruhi kualitas hidupnya. Memberikan dukungan
psikologis dan sosial dapat mengurangi gejala dan masalah
yang terkait dengan kecemasan.
d) Jika pikiran tidak rasional atau rasa ketakutan datang,
berikan kepada klien informasi yang akurat dan mendorong
dia untuk berbicara tentang arti sebuah kejadian terhadap
kecemasan. EBN: Selama diagnosis dan pengelolaan
kanker, penekanan terhadap pentingnya makna peristiwa
individu merupakan faktor penting dalam membantu klien
untuk mengidentifikasi apa yang membuat mereka cemas.
Hal ini dapat membantu untuk mengurangi kecemasan.
e) Mendorong klien untuk menggunakan pernyataan yang
positif seperti, "Kecemasan tidak akan membunuhku," "Aku
bisa melakukan ini satu langkah pada satu waktu, Saat ini
aku harus bernapas dan bersantai, saya tidak harus
sempurna. EBN: terapi kognitif fokus pada perubahan
perilaku dan perasaan dengan mengubah pikiran. Mengganti
pernyataan

yang

negatif

dengan

pernyataan

positif

membantu untuk mengurangi kecemasan.


f) Intervensi apabila mungkin untuk menghapus sumber
kecemasan. EBN: Kecemasan memiliki efek negatif pada
kualitas hidup yang bertahan dari waktu ke waktu.

32

g) Jelaskan semua kegiatan, prosedur, dan hal-hal yang


melibatkan klien; menggunakan istilah nonmedis, bicara
lambat, dan tenang. Lakukan ini sebelum prosedur bila
memungkinkan, dan yakinkan pemahaman klien. EBN:
komunikasi antara perawat-klien yang efektif sangat
penting sebagai pelayanan yang efisien.
h) Memastikan preferensi klien tentang keinginannya yang
terganggu sebelum dan selama perawatan, yang mana
bahaya medis mungkin terjadi karena campur tangan
keperawatan untuk mengurangi kecemasan.
i) Panduan perumpamaan dapat digunakan untuk mengurangi
kecemasan.
menggunakan

EBN:

Kecemasan

perumpamaan

menurun

yang

dipandu

dengan
selama

intervensi untuk rasa nyeri pasca operasi.


j) Menyarankan yoga kepada klien. EB: Penelitian telah
mendukung manfaat dari yoga sebagai modalitas yang
efektif untuk mengurangi kecemasan.
k) Memberikan klien alat untuk mendengarkan musik pilihan
mereka atau kaset audio. Menyediakan tempat yang tenang
dan mendorong klien untuk mendengarkan selama 20
menit. EBN: mendengarkan musik mengurangi kecemasan
dan nyeri. EBN: klien kemoterapi yang menggunakan kaset
audio memiliki kecemasan yang lebih rendah daripada yang
tidak.
b. Post Operasi
1) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan (imobilitas,
depresi ventilasi akibat penggunaan narkotik, kerusakan
neuromuskular, obstruksi jalan nafas)
Rencana Keperawatan :
NOC :
a) Respiratory status : ventilation
b) Respiratory status : airway patency

33

c) Vital sign status


Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pola napas klien
normal dengan kriteria hasil :
a) Kaji frekuensi, kedalaman dan ekspansi dada, EB: Tingkat
pernapasan normal adalah 10 sampai 20 napas / min dalam
dewasa
b) Posisikan klien dalam posisi yang lurus atau posisi setengah
Fowler, EB: Posisi tegak membantu dalam ekspansi paruparu.
c) Tingkatkan kegiatan klien untuk berjalan tiga kali per hari
seperti yang dianjurkan. Membantu klien menggunakan
oksigen selama kegiatan yang diperlukan. EB: Latihan
dengan diawasi telah terbukti menurunkan sesak napas dan
meningkatkan toleransi untuk beraktivitas.
d) Dorong klien untuk mengambil napas dalam-dalam pada
interval yang ditentukan dan dibatukkan dengan terkendali.
EB: Teknik ini dapat membantu meningkatkan pembersihan
dahak dan batuk penurunan kejang
2) Resiko Perdarahan berhubungan dengan komplikasi pasca
partum (atoni uteri, retensi plasenta)
Rencana Keperawatan :
NOC :
a) Blood Lose severity
b) Blood Koagulation
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien tidak mengalami
perdarahan dengan kriteria hasil:
a)
b)
c)
d)
e)
f)

Tidak kehilangan darah yang terlihat


Tidak ada hematuria dan hematomesis
Td dalam batas normal (sistole dan diastole)
Tidak ada perdarahan pervaginan
Hb, HT dalam nilai normal
Tidak ada distensi abdominal

NIC :
a) Monitor tanda-tanda perdarahan

34

b)
c)
d)
e)
f)

Monitor TTV
Catat catat nilai Hb, HT
Pertahankan patensi iv line
Lakukan pressure pada area perdarahan
Kolaborasi dalam pemberian terapi antikoagulan

3) Nyeri akut berhubungan dengan: agen injuri (biologi, kimia, fisik,


psikologis), kerusakan jaringan.
DS : Laporan secara verbal
DO: Posisi untuk menahan nyeri, tingkah laku hati-hati,
gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit/gerakan
kacau, menyeringai), terfokus pada diri sendiri, fokus
menyempit

(penurunan

persepsi

waktu,

penurunan

interaksi dengan orang lain dan lingkungan), tingkah laku


distraksi (aktivitas berulang-ulang), respon autonom
(diaphoresis,

perubahan

TD,

nadi,

pupil

dilatasi),

perubahan nafsu makan dan minum, tingkah laku ekspresif


(merintih, menangis, gelisah)
Rencana Keperawatan :
NOC :
- Paint level
- Paint control
- Comfort Level
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien tidak merasakan
nyeri dengan kriteria hasil:
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan teknik non faramakologi untuk mengurangi
nyeri, mencari bantuan)
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan
tanda nyeri)
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
e. TTV dalam rentang normal, tidak mengalami gangguan
tidur

35

NIC :
a) Lakukan dan catat penilaian nyeri yang komprehensif dan
menerapkan intervensi manajemen nyeri untuk mencapai
kenyamanan. Komponen penilaian awal ini meliputi:
kualitas tempat, onset / durasi, profil temporal, intensitas,
faktor yang memberatkan dan meringankan, dan efek nyeri
pada fungsi dan kualitas hidup. Menentukan lokasi, aspek
temporal, intensitas nyeri, karakteristik, dan dampak nyeri
pada fungsi dan kualitas hidup sangat penting untuk
menentukan penyebab rasa sakit dan pengobatan yang
efektiv. Penilaian awal ini mencakup semua informasi rasa
sakit dari data klien untuk mengembangkan rencana
pengelolaan nyeri individual. Laporan diri dianggap sebagai
indikator yang paling dapat diandalkan.
b) Kaji tingkat nyeri pada klien menggunakan laporan diri,
merupakan alat ukur rasa nyeri yang valid dan terpercaya,
yaitu dengan skala rating 0-10 rasa nyeri numerik. Langkah
pertama dalam penilaian nyeri adalah untuk menentukan
apakah klien dapat memberikan laporan diri. Minta klien
untuk menilai intensitas nyeri atau pilih deskriptor intensitas
nyeri menggunakan alat nyeri laporan diri yang valid dan
reliabel. EB: peringkat nyeri dimensi tunggal dianggap
valid dan reliabel sebagai ukuran tingkat intensitas nyeri.
EBN: Penyelidikan sikap dan keyakinan keperawatan
tentang penilaian nyeri mengungkapkan bahwa penggunaan
yang efektif dari skala penilaian nyeri sering ditentukan
oleh sikap pribadi perawat tentang efektivitasnya.
c) Tanya klien untuk mendeskripsikan pengalaman dengan
nyeri, efektifitas intervensi manajemen nyeri, respon
terhadap penyembuhan analgesik termasuk kejadian yang
tidak diharapkan, dan kekawatiran terhadap nyeri dan

36

penanganannya

(sebagai

contoh

takut

terhadap

ketergantungan, kekhawatiran, kecemasan) dan kebutuhan


informasi. EBN: Mendapatkan sebuah riwayat nyeri secara
individual membantu untuk mengidentifikasi faktor yang
berpotensi yang mungkin mempengaruhi kemauan klien
untuk

melaporkan

nyeri

sebagaimana

faktor

yang

mempengaruhi intensitas nyeri, respon klien terhadap nyeri,


kecemasan, dan farmakokinetik dari analgesik.
d) Identifikasi tujuan fungsi kenyamanan, level nyeri, untuk
menunjukkan aktivitas penting atau yang diinginkan secara
mudah. Tujuan ini akan menyediakan dasar untuk
menentukan keefektifan intervensi manajemen nyeri. Jika
klien tidak mampu untuk menyediakan pelaporan sendiri,
tidak akan terbangun tujuan fungsi kenyamanan. Hubungan
antara level nyeri dan tujua fungsi harus menjadi fokus
utama dari pengembangan rencana manajemen nyeri secara
individual. Penghilangan nyeri yang efektif dengan fungsi
seperti mobilisasi, teknik napas dalam sangat kritis dalam
mengurangi

faktor

resiko

untuk

komplikasi

kardiopulmonari dan tromboemboli setelah pembedahan.


Ketidakmampuan mobilisasi juga merupakan faktor resiko
utama untuk nyeri kronis hiperalgesik setelah pembedahan.
e) Menggambarkan efek yang tidak diinginkan dari nyeri yang
tidak bisa dihilangkan. EBN: Nyeri akut yang tidak bisa
dihilangkan

mempunyai

konsekuensi

psikologis

dan

fisiologis yang memberikan dampak hasil negatif klien.


Manajemen nyeri akut yang tidak efektif bisa berpotensi
terhadap perubahan neurohumoral, pembentukan kembali
neuron dan pengaruh pada fungsi imun dan stres
berkepanjangan secara fisiologis, psikologis dan emosional
dan mungkin menuntun pada sindrom nyeri kronis.

37

f) Jika klien tidak mampu menyediakan pelaporan sendiri, 1)


mempertimbangkan kondisi klien dan pencarian penyebab
yang memungkinkan terjadinya nyeri (contoh : terdapatnya
cedera

jaringan,

menghasilkan

kondisi

nyeri);

2)

patologis,
amati

intervensi
kebiasaan

yang
yang

mengindikasikan munculnya nyeri (contoh : ekspresi wajah,


menangis, kurang istirahat, dan perubahan aktivitas); 3)
evaluasi indikator fisiologis dengan pemahaman bahwa ada
indikator yang sensitif dan mungkin bisa dihubungkan pada
kondisi lain (misal : syok hipovolemik, kecemasan); dan 4)
mengadakan percobaan analgesik. Tidak adanya kebiasaan
yang dianggap sebagai indikasi nyeri bukan berarti nyeri
tidak muncul. EBN: Kebiasaan tertentu yang telah
ditunjukkan sebagai indikasi nyeri dan bisa dinilai nyeri
pada klien yang tidak menggunakan alat pelaporan nyeri
mandiri (contoh : klien yang mempunyai gangguan
kognitif). Akan tetapi, kebiasaan bervariasi pada setiap
individu dan kebiasaan yang mengindikasikan nyeri pada
klien satu mungkin tidak mengindikasi nyeri pada klien
yang lain. Seorang pengganti yang mengetahui klien dengan
baik sangat memungkinkan menyediakan informasi tentang
patologi nyeri dan kebiasaan secara spesifik pada klien yang
memberikan tanda nyeri. Penilaian nyeri tidak dapat
distandarisasi dan memperhitungkan kemampuan kognitif,
kondisi nyeri, level ketakutan atau kecemasan dan
kemampuan klien untuk menyediakan pelaporan mandiri.
g) Cegah nyeri selama prosedur jika mungkin (punksi vena,
punksi tumit, dan pemasangan infus). Gunakan topikal atau
anastesi lokal IV sebagaimana yang ditentukan oleh
kebutuhan dan status klien secara individual. Penempatan
infus IV adalah prosedur yang paling biasa menyakitkan

38

untuk semua umur dan semua setting kesehatan. Sering


tanpa anastesis, peneliti menunjukkan keefektifan. EBN:
Krim anatesi topikal dapat menurunkan nyeri insersi
intravena dan punksi vena secara signfikan.
h) Dapatkan resep untuk mengawasi analgesik opoid jika
diindikasi, terutama untuk nyeri sedang hingga berat.
Opioid diindikasikan sebagai treatmen untuk nyeri sedang
hingga berat.
i) Diskusikan ketakutan klien, nyeri, overdosis, dan ketagihan.
Karena

banyak

salah

penanganannya,

konsep

pendidikan

mengenai
tentang

nyeri

dan

kemampuan

mengontrol nyeri secara efektif dan benar dari mitos


penggunaan opioid harus dimasukkan sebagai bagian dari
rencana penanganan. Ketergantungan tidak akan terjadi
ketika klien menggunakan opioid untuk manajemen nyeri.
EBN: Klien sering menahan kecemasan yang tidak realistis
dan konsep yang salah tentan penggunaan opioid, resiko
ketergantungan dan manajemen efek samping.
4) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kecemasan,
intoleransi aktivitas, menurunnya daya tahan tubuh, perubahan
metabolisme sel, gangguan kognitif, keadaan alam perasaan
depresi

atau

ansietas,

keterlambatan

perkembangan,

ketidaknyamanan.
Rencana Keperawatan :
NOC :
1) Ambulasi
2) Keseimbangan
3) Pergerakan terkoordinasi
4) Mobilitas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien memperlihatkan
mobilitas fisik dengan kriteria hasil :
1) Memperlihatkan penggunaan alat bantu secara benar
dengan pengawasan.

39

2) Berjalan dengan menggunakan langkah-langkah yang benar


sejauh berapa.
3) Melakukan aktivitas secara mandiri
NIC :
1) Kaji adanya faktor yang menyebabkan gangguan mobilitas,
apakah karena penyebab fisik, psikologis, atau motivasi.
EBN : beberapa klien memilih untuk tidak melakukan
mobilitas karena faktor-faktor psikologis seperti takut jatuh,
dan ketidakmampuan mengatasi depresi.
2) Kaji aktivitas klien, mengukur jangka waktu berdiri,
kekuatan ekstensi lututdan siku, pada saat berjalan kaki.
EBN : untuk menilai kekuatan otot.
3) Monitor kemampuan klien untuk melakukan aktivitas.
Perhatikan denyut nadi, tekanan darah, dypnea, dan warna
kulit sebelum dan sesudah aktivitas. EB: gunakan prosedur
dan alat untuk menilai kemampuan aktivitas klien dalam
memonitor kemampuan klien untuk beraktivitas.
4) Ajarkan ROM pasif/aktif dua kali sehari

kecuali

kontraindikasi. EBN: ketidakaktifan cepat berkontribusi


pemendekan otot dan perubahan dalam struktur gabungan
kartilaginosa dan periarticular. Pembentukan kontraktur
dimulai setelah 8 jam imobilitas.
5) Motivasi klien untuk meningkatkan kemandirian klien
dalam

ADL.

EBN

melatih

klien

supaya

tidak

ketergantungan dan hilangnya mobilitas.


5) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan faktor resiko :
prosedur infasif, kerusakan jaringan, dan peningkatan paparan
lingkungan,

malnutrisi,

peningkatan

paparan

lingkungan

patogen, imunosupresi, tidak kuatnya pertahanan sekunder (Hb,


leukopenia, penekanan respon inflamasi), penyakit kronik, tidak
kuatnya pertahanan primer (kerusakan kulit, trauma jaringan,
gangguan peristaltik)
Rencana Keperawatan :
NOC :
40

a. Immune status
b. Knowledge infektion : infection control
c. Risk control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien tidak mengalami
infeksi dengan kriteria hasil :
a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
b. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya
infeksi
c. Jumlah leukosit dalam batas normal
d. Menunjukkan perilaku hidup sehat
e. Status imun, gastrointestinal, genito urinaria dalam batas
normal
NIC :
a. Pertahankan teknik aseptif dan menjaga kebersihan tangan.
EBN : untuk mencegah penyebaran infeksi.
b. Cuci tangan setiap dan sebelum melakukan tindakan
keperawatan. EBN: Untuk mencegah penyebaran infeksi.
c. Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk
d. Gunakan kateter intermiten. EBN: untuk menurunkan
e.
f.
g.
h.
i.

infeksi kandung kencing


Tingkatkan intake nutrisi EBN : meningkatkan imunitas
Berikan terapi antibiotik
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
Pertahankan teknik isolasi
Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan,

panas, drainase
j. Monitor adanya luka
k. Dorong masuknya cairan
l. Dorong istirahat
m. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
n. Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam
6) Tidak efektifnya laktasi berhubungan dengan terhambatnya
pengeluaran ASI, perpisahan dengan bayi.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan laktasi efektif Kriteria
hasil :
a) Dapat mengidentifikasi aktivitas yang menentukan atau
meningkatkan menyusui yang berhasil.
Intervensi :

41

a) Kaji isapan bayi, jika ada lecet pada putting untuk


menentukan kermampuan untuk memberikan perawatan
yang tepat.
b) Anjurkan klien breast care dan menyusui yang efektif.
Untuk mempelancar laktasi
c) Anjurkan klien memberikan asi esklusif.
ASI dapat memenuhu kebutuhan nutrisi bagi bayi sehingga
pertumbuhan optimal.
d) Berikan informasi untuk rawat gabung.
Menjaga meminimalkan tidak efektifnya laktasi
e) Anjurkan bagaimana cara memeras, menyimpan, dan
mengirim atau memberikan ASI dengan aman.
Menjaga agar ASI tetap bisa digunakan dan tetap higienis
bagi bayi.

BAB III
ASUHAN KEPERWATAN PADA Ny. S P1A0 DENGAN POST PARTUM
SECTIO CAESAREA ATAS CHEPALO PELVIK DISPOPORSIONAL
(CPD)
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada hari Jumat tanggal 20 januari 2015 jam 14.00
WIB diruang Nifas Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kudus secara
Allo dan Auto Anamnesa.
IDENTITAS KLIEN
Nama
: Ny. W
Umur
: 19 tahun
Alamat
: Karang Rowo 07/03 Undaan
Status
: Menikah P1 A0 Post Sc H+1
Orang yang Bertanggung jawab : Tn. M Sebagai Suami
Pekerjaan
: Wiraswasta
Pendidikan
: SMA
Tingkat SosEk
: Menengah
No Cm
: 7001561
Tanggal Masuk
: 17 Januari 2015
Tanggal Pengkajian
: 18 januari 2015
42

B. KELUHAN UTAMA
Klien mengeluh nyeri pada luka operasi hari ke 1, nyeri dirasakan
seperti di tusuk-tusuk benda tajam, nyeri bertambah bila bergerak dan
beraktivitas dan nyeri berkurang ketika istirahat, nyeri yang dirasakan hilang
timbul, skala nyeri 7 (sedang).
P: luka post operasi SC
Q: seperti disayat-sayat
R: di perut/abdomen
S: 7 (sedang)
T: hilang timbul
C. RIWAYAT KESEHATAN
1. Selama Hamil
Klien mengatakan kelahiran ini merupakan kelahiran anak yang
pertama, klien tidak pernah mengalami keguguran. Riwayat penyakit
klien : klien tidak mempunyai penyakit menular seperti hepatitis, TBC,
HIV AIDS, penyakit berat seperti : Paru paru, jantung, maupun
ginjal, klien tidak mempunyai riwayat Hipertensi.
Riwayat penyakit keluarga : dari keluarga klien tidak mempunyai
penyakit menular seperti hepatitis, TBC, HIV-AIDS, penyakit berat
seperti : Paru - paru, jantung, ginjal, dan penyakit menurun seperti DM,
hipertensi, dan lain lain.
2. Saat ini
Klien mengatakan sejak hari sabtu tanggal 17 januari 2015 jam
09.45 WIB. Oleh keluarga klien di periksakan ke poli obsgyn, di poli
obsgyn klien diperiksa oleh dokter di poli untuk direncanakan operasi
sectio cesaria di RSUD Kudus. Kemudian klien disarankan oleh dokter
untuk segera di operasi Sectio cesaria dengan G 1P0A0 H 37 minggu.Klien
di indikasikan untuk rawat inap ke Rumah Sakit Umum Daerah Kudus
pada hari Sabtu tanggal 17 Januari 2015 jam 11.00 WIB, klien datang
dengan suspect Cephalo pelvik disporposional. Klien rawat inap di ruang
bersalin. Klien masuk ruang bersalin pada jam 11.30 wib. Di ruang
bersalin dilakukan pemeriksaan fisik. Didapatkan hasil pemeriksaan :
TD:110/80, N:98x/menit, RR:16x/menit, S:36,6
DJJ:144x/menit.

43

C, TFU: 29 cm,

Kemudian oleh dokter Sp.OG diberikan advice untuk operasi


sectio caesarea. Operasi Sectio Secarea (SC) dilakukan pada tanggal 19
januari jam 09.35 10.05 WIB. Bayi Lahir pada hari kamis tanggal 8
januari 2015 pukul 09.00, jenis kelamin Laki-laki, PB:47cm, BB:3100
gram, Apgar score 5/7/8. Kemudian dilakukan pemeriksaan pada klien
2jam pasca persalinan, dan didapatkan hasil ; Keadaan umum ibu lemah,
dengan TD:150/103 mmHg, Suhu: 36,8 0C, Nadi: 77 x/menit, RR:
18x/menit, kontraksi baik, TFU setinggi pusar.
D. RIWAYAT KEHAMILAN
HPHT
: 31 maret 2014
HPL
: 7 Januari 2015
Usia kehamilan : 37 minggu
38
Riwayat ANC :Trimester I : pasien mengatakan periksa ke bidan desa 1x
Trimester II: Pasien mengatakan periksa ke bidan desa 1x
Trimester III: Pasien mengatakan periksa ke bidan desa 2x
Pasien mengatakan periksa ke puskesmas 1x
Imunisasi
: TT I ( 5 bulan)
Kehamilan direncanakan, klien dan suami. Klien, suami dan keluarga merasa
senang atas kehamilan ini dan bersyukur telah dikaruniai anak.
Masalah kehamilan dahulu: Masalah kehamilan sekarang: indikasi PE
E. RIWAYAT PERSALINAN
1. Lamanya Persalinan : 1 jam
2. Tipe persalinan
: SC
3. Analgesia yang digunakan: Spinal Anastesi
4. Klien mempunyai riwayat PE
5. Penolong : Dokter Sp.OG
Kala 1 & kala 2 : Pukul 11.00 dilakuka VT : Portio tebal lunak 1cm,
ketuban (+), kemudian dilakukan observasi kemajuan
persalinan dilakukan kolaborasi dengan doter Sp. OG
diberikan advice untuk operasi sectio caesarea dengan
pertibangan ibu dengan indikasi eklamsi. Pukul 09.00
telah lahir bayi laki-laki secara Sc, BB: 3100gram dan
Tinggi Badan :47cm.

44

Kala 3 : Pukul 09.02 plasenta lahir secara manual perabdominal, segar,


berat 500 gram tebal 2,5 cm, panjang tali pusat 45cm, jumlah
kotiledon kesan lengkap, perdarahan 230cc, TFU : setinggi
pusat.
Kala 4 : dilakukan penjahitan pada bagian abdomen, kesadaran ibu
composmentis, tinggi fundus uteri 1 jari di bawah pusat.
Kontraksi uterus baik.
F. DATA INFANT
1. Reflek Bayi
a. Reflek Reflek Terkejut (Moro)
Reflek lengan dan tangan terbuka, refle jari-jari membuka.
b. Reflek Menggenggam ( Palmer Graps)
Reflek kedua tangan bayi menggenggam, reflek kedua kaki bayi
bergerak.
c. Reflek babinsky
Menggores telapak kaki dan jari jari kaki bayi membuka.
d. Reflek mencari (rooting)
Kedua pipi bayi saat disentuh reflek bayi menoleh kesisi yang
disentuh.
e. Reflek menghisap (Sucking )
Saat mulut bayi dimasukkan putting susu ibu reflek mulut bayi,
membuat gerakan menghisap.
2. Lahir : tanggal 8 januari 2015 pukul 09.00
Jenis kelamin : laki laki
APGAR SCRORE : 5/7/8
3. Cacat bawaan : bayi Ny S tidak mengalami cacat (bayi terlahir normal
tanpa cacat
4. Rencana bayi akan diberikan ASI
G. DATA PSIKOLOGIS
1. Taking in (periode ketergantungan)
Setelah ibu sudah melahirkan pada hari 1-2 ibu butuh
istirahat tidur yag cukup, pada saat pengkajian ibu sudah bisa tidur dengan
cukup,

nafsu

makan

ibu

meningkat

karena

mengingat

bayinya

membutuhkan makanan dari ASI ibu, serta itu menceritakan pengalaman


persalinan bahwa saat persalinan tidak sakit, tetapi perut bagian bawah
saat persalinan tidak sakit, tetapi saat bius sudah hilang ibu merasakan

45

sakit pada perut bagian tengah dan ibu bersikap pasif (sebagai penerimaan
dan menunggu apa yang akan diberikan / disarankan).
2. Taking Hold (periode pelepasan diri)
Klien belum menggerakan tangan kiri dan kanan karena
klien dalam perawatan intensif. Kecemasan ibu mulai kuat untuk ingin
segera sembuh dari sakitnya dan segera beraktivitas seperti semula
( mengurus anak-anaknya).
3. Leting Go
Perencanaan ibu setelah ibu pulang kerumah ibu akan
merawat bayinya sendiri jadi adaptasi dengan kebutuhan bayi yang sangat
tergantung menyebabkan berkurangnya hak ibu yaitu kebebasan dan
hubungan sosial ibu dengan tetangga berkurang.
H. PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL (Menurut GORDON)
1. Pola persepsi dan management kesehatan
a. Selama hamil
Klien tidak mempunyai kebiasaan buruk yang membahayakan
kesehatannya seperti merokok, alkohol, narkoba, dll, klien tinggal
dalam lingkungan yang cukup baik.
b. Saat di kaji
Dalam menjaga kesehatannya, klien kurang memahami tenyang
bagaimana cara melakukan perawatan payudara agar ASI keluar.
Klien juga tidak tau tentang penyakit yang dideritanya. Klien terlihat
cemas dengan keadaan dirinya dan klien banyak bertanya mengenai
sakitnya. Dalam masa kehamilan klien memeriksakan ke bidan karena
takut

ada

apa-apa

dan

untuk

mengetahui

perkembangan

kehamilannya.
2. Pola nutrisi dan metabolik
a. Selama Hamil : klien mengatakan makan 3 x sehari dengan komposisi
nasi, sayur, lauk dan kadang - kadang buah buahan dan susu, klien
tidak mempunyai alergi terhadap jenis makanan tertentu, klien minum
1800 cc sehari dan minum saat merasa haus.
Antropometri : BB : 55 kg
TB : 155 cm

46

1.55

2
IMT :

55

(Kategori normal, status gisi baik (IMT 118.5-25.0))
b. Saat dikaji : klien tetap antusias untuk makan karena jika ibu tidak
makan bayinya tidak mendapatkan nutrisi, klien mengatakan akan
makan teratur untuk kesehatan bayinya. Klien makan 3x sehari dengan
komposisi nasi, lauk, sayur yang disediakan oleh rumah sakit. Klien
makan dengan 1 porsi habis, klien minum hanya 850 cc sehari, terdiri
dari air putih dan 200 cc teh setiap pagi, klien minum kalau merasa
haus. Antropometri : BB : 51 kg
1.55

2
IMT :

51

TB : 155 cm

(Kategori normal, status gisi baik (IMT 118.5-25.0))


Biokimia : Hasil laboratorium tanggal 8/1/2015 Hemoglobin
=11.0 gr/dL Normal (12-16)
leukosit : 8,4 gr/dl ( 4,0-12)
Trombosit : 179 10/ul (150-400)
Clinical sign : Keadaan umum baik, turgor kulit baik, lubrikasi
rambut lembab, rambut tidak mudah rontok,
konjungtiva tidak anemis, CRT 2 detik
Diet : TKTP (bubur nasi kasar, lauk, sayur)
3. Pola eliminasi
a. Selama Hamil : klien mengatakan biasanya BAB 1- 2 x sehari, waktu
BAB tidak teratur, feses lunak, tidak ada darah mapun lendir. Klien
BAK sebanyak 4 7 kali sehari, dengan pancaran urin kuat, bau khas,
urin berwarna kuning jernih dan tidak bercampur darah.
b. Saat dikaji : klien mengatakan setelah operasi klien tidak BAB karena
puasa setelah operasi dan sampai saat dilakukan pengkajian, klein

47

terpasang kateter ukuran 16, urin berwarna kuning pekat dan jumlah
urin 1200cc dalam sehari.
4. Pola istirahat tidur
a. Selama Hamil : klien mengatakan tidur 5 7 jam perhari, tidur
siang 1 jam perhari dan malam hari 5 6 jam mulai dari pukul 20.00
05.00 WIB kualitas tidur nyenyak tidak sering terbangun.
b. Saat dikaji : klien mengatakan tidak bisa tidur, tidur hanya 3-4 jam
karena merasakan nyeri diperut bekas operasi. Ekspresi wajah tampak
lelah dan pucat. Klien sering terbangun saat tidur malam hari karena
merasakan nyeri, butuh 3- menit untuk dapat tidur kembali
5. Pola aktivitas dan latihan
a. Selama Hamil : klien mengatakan sehari hari sebagai ibu rumah
tangga. Dalam melakukan aktivitas seperti makan, minum, toileting
dapat dilakukan secara mandiri oleh klien
b. Saat dikaji : klien lebih banyak menggunakan waktunya berbaring
ditempat tidur karena klien harus banyak beristirahat diatas tempat
tidur. Klien belum berani bergerak ( miring) karena takut sakit, klien
mengatakan luka bekas jahitan masih terasa nyeri dengan skala 6,
terasa perih dan seperti disayat sayat, nyeri bertambah jika bergerak
dan berkurang bila tidur, nyeri terasa hilang timbul.

48

Aktivitas

Sebelum
Nilai Ketergantungan
0
1
2
3
1. Makan

2. Minum
H
3. BAB

4. BAK
D
5. Berpakaian

6. Berpindah
D
7. Ambulasi /

ROM
h

Sesudah
Nilai Ketergantungan
0
1
2
3

Keterangan

= 0 : Mandiri
1 : Dibantu alat
2 : Dibantu orang lain
3 : Di bantu orang lain dan alat
4 : Tergantung total

6. Pola Persepsi Dan Kognitif


Selama Hamil = klien mampu berkomunikasi dengan baik ( berbicara dan
mengerti pembicaraan), tidaki ada gangguan orientasi, tidak
ada masalah dalam hal penciuman, perabaan, dan
pengecapan.
Saat dikaji = klien mampu berkomunikasi dengan baik ( berbicara dan
mengerti pembicaraan), tidaki ada gangguan orientasi, tidak
ada masalah dalam hal penciuman, perabaan, dan
pengecapan. Klien mengikuti saran yang diberikan oleh tim
medis dan mau menerima program terapi yang diberikan.
7. Pola Konsep Diri

49

Gambaran Diri = klien menerima rasa sakit dan luka pada tubuhnya dan
tidak malu degan keadaannya, tetapi klien merasa cemas
tentang keadaan dirinya.
Klien merasa senang dengan kelahiran anaknya yang lahir
dengan selamat tanpa ada kecacatan.
Ideal Diri = klien berharap segera sembuh dari sakitnya dan segera dapat
merawat anaknya dan menyusuinya tanpa ada hambatan
rasa nyeri serta dapat segera menggendong anaknya.
Peran Diri = klien mengatakan belum bisa menjalankan peranannya
sebagai seorang ibu karena klien masih dalam perawatan
intensif begitu juga dengan anaknya.
Harga Diri = klien sangat senang dengan kelahiran anak yang ke 3 dan
bangga sebagai seoarang wanita dan sebagai ibu bagi anak
anak nya.
Identitas diri = klien adalah seorang wanita yang sudah melahirkan anak
pertamanya dan klien merasa lebih lengkap dengan
kehadiran anaka.
8. Pola Peran Dan Hubungan
a. Sebelum hamil
Klien mengatakan hubungan dengan orang terdekat tidak ada masalah
dan hubungannya sant baik. banyak yang menitip salam untuk klien
dan mendoakan segera pulih melalui pesan yang disampaikan melalui
suaminya.
b. Saat di kaji
Klien sangat kooperatif Interaksi dengan tenaga medis, keluarga dan
masyarakat terjalin dengan baik, klien tampak kooperatif, komunikasi
dengan orang lain lancar.
9. Pola Seksual Dan Reproduksi
Status seksualitas klien sudah menikah. menikah pada usia 18 tahun. Klien
baru menjalani perslinan pertama kali. Klien mengalami haid pertama kali
(menarche) pada usia 14 tahun. Lama haidnya 7-8 hari dan siklusnya 28
hari. Klien tidak merasakan nyeri haid (disminore).

50

10. Pola Mekanisme Koping


a. Sebelum hamil
Klien mengatakan jika mengalami stres karena adanya masalah, klien
membahasnya dengan suami untuk mencari solusinya. Saat ada
masalah klien merenung dan sedih, tidak bis tersenyum dan banyak
diam karena memikirkannya. Setiap klien menanggapi masalah klien
selalu berusaha optimis bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluar
dan disertai berdoa.
b. Saat dikaji
Selama dirumah sakit sikap yang ditunjukkan klien yaitu klien terlihat
cemas karena klien takut akan sakit yang dideritanya. Klien selalu
bertanya apakah sakitnya itu bisa disembuhkan?
11. Pola Nilai Kepercayaan
a. Sebelum hamil
Klien adalah seorang penganut agama islam. Sebelum hamil dan
selama hamil klien selalu menjalankan sholat 5 waktu.
b. Pada saat dikaji
Klien mengatakan sangat bersyukur terhapap allah atas anugrah yang
ketiga kali dikarenakan lahirnya bayi laki-laki. Klien tidak
mempunyai riwayat melahirkan didukun karena klien lebih percaya
dengan tenaga tim medis / dokter apalagi kehamilannya ada gangguan
dalam proses perslinannya yaitu karena pre eklamsi berat (PEB).
Klien selalu berdzikir dan berdoa agar cepat segera pulih dan
ankanya tidak ada gangguan kesehatan.

I. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : composmentis
TTV : TD = 180/100 mmHg
S = 36,6 C
N = 148 x/menit
RR = 48 x/menit
BB = 55 kg
TB = 155 cm

51

2. Kepala
a. Rambut = hitam, lembab, rambut tidak mudah rontok, dan tidak ada
lesi di kulit kepala
b. Alis = tidak mudah dicabut
c. Mata = konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor,
reaksi terhadap cahaya mengecil, visus bisa membaca tulisan times
new roman 12 dalam jarak 30 m
d. Muka = tidak terdapat oedema dan tidak pula terdapat cloasma
gravidarum.
e. Hidung = bersih, tidak ada sekret, tidak ada perdarahan dan tidak
pembesaran polip
f. Mulut = bersih, tidak ada peradangan, tidak bau mulut, tidak terdapat
stomatitis, tidak ada karies gigi, lidah lembab, warna pink dan bersih
g. Telinga = simetris, bersih, tida ada serumen, fungsi pendengaran baik
3. Leher = tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada pembesaran
kelenjar limfe, dan tidak ada peningkatan vena jugularis
4. Dada
a. Jantung
Inspeksi :tidak tampak pulsasi ictus kordis
Palpasi : Ictus cordis teraba di antara ICS 4, mid clavicula sinistra

52

Perkusi

:batas atas pekak pada ICS II kiri agak ke medial linea mid
clavicula kiri (kesimpulan: tidak ada pembesaran

jantung)
Auskultasi :terdengar regular baik SI dan SII, tidak terdengar bunyi
tambahan, gallop maupun murmur
b. Paru-paru
Inspeksi :simetris, pernafasan teratur, pergerakkan dada saat bernapas
sama antara dada kanan dan dada kiri
Palpasi :traktil fremitus teraba sama kuat antara kanan dan kiri
Perkusi :bunyi sonor diseluruh lapang paru
Auskultasi:bunyi nafas normal, terdengar vesikuler tidak ada suara
napas tambahan seperti ronchi dan wheezing
c. Payudara = bentuk payudara simetris, payudara membesar, puting
susu menonjol (erektil), aerola hiperpigmentasi dan bersih, tidak
terdapat pembengkakan / benjolan yang abnormal, produksi ASI
masih belum lancar.
5. Abdomen
Inspeksi : terdapat luka post SC tipe peritonialis ( vertikal), luka jahitan
ukuran 15 cm, jumlah jaitan 12.
REEDA : Redness (kemerahan) = tidak ada tanda kemerahan
Edema (bengkak)
= tidak terjadi bengkak
Echimosis
= tidak ada
Drainage (rembes)
= tidak terdapat rembesan
Approximately (jahitan tak menyatu) = tidak ada

Auskultasi: bising usus 12 x/menit


Palpasi
: kontraksi uterus keras, TFU 1 jari di bawah pusat
Perkusi : tympani di setiap kuadran
6. Ekstermitas
Superior = simetris, kuku bersih dan pendek, tangan kiri terpasang infus
RL 20 tetes/menit, kekuatan otot 5 (Kategori normal, status
gisi baik (IMT 118.5-25.0)), kuku bersih dan pendek, tidak
53

pucat, tidak ada varises, tidak ada oedema, kuku kokoh, sudut
kuku 160 normal.
Inferior = kaki kanan dan kaki kiri simetris, kekuatan otot kedua kaki 5
(Kategori normal, status gisi baik (IMT 118.5-25.0)), kuku
bersih dan pendek, tidak pucat, tidak ada varises, tidak ada
oedema, kuku kokoh, sudut kuku 160 normal.
7. Genetalia
a. Perinium = Tidak ada luka perinium
b. Lochea rubra = warna merah, berbau khas, jumlah perdarahan 50 cc,
c. Rectum = terdapat penonjolan anus
d. Genitourinarya= terpasang kateter, volume urin dari jam 12.00- jam
16.00 wib 1200 cc. Karakteristik urin kuning pekat, agak kemerahan.

54

J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil laboratorium pada tanggal 8 januari 2015
Pemeriksaan hematologi
a. Hemoglobin
= 11.0 gr/dL

Normal (12-16)

Hasil laboratorium pada tanggal 7 januari 2015


1. Pemeriksaan Laborat
a.
Hematologi hasil dari Laboratorium

b.

Normal

1) HB

= L 10,6 gr / dl

( 12 16 )

2) Eritrosit

= 3,91 jt/ui

( 4-5,1 )

3) Hematokrit

= 32,7 %

( 36-47 )

4) Trombosit

= H 179 10^3/ui

( 150-400 )

5) Lekosit

= 8,4 10^3/ui

( 4-12 )

6) Netrofil

= 70,5 %

( 50-70 )

7) Limfosit

= L 23,1 %

( 25 40 )

8) Monosit

= 4,3 %

(28)

9) Eosinofil

= L 1,2 %

(24)

10) Basofil

= 0,4 %

(01)

11) MCH

= L 27,1 pg

( 27 - 31 )

12) MCHC

= L 32,4 gr/dl

( 33 - 37 )

13) MCV

= L 63,6 fL

( 79 - 99 )

14) RDW

= H 14,3 %

( 10 15 )

15) MPV

= 11,9 fL

( 6,5 11 )

16) PDW

= L 14,6 fL

(10 18 )

Kimia Klinik
1) GDS

= 64 mg / dl

( 74 110 )

2) Ureum

= 16,8 mg / dl

( 19 - 44 )

3) Creatinum

= 0,7 mg / dl

( 0,6 1,3 )

4) Trigliserida

217 mg/dl

<160

5) Protein total

L5,6 g/dl

6,0-8,0

55

6) Albumin

= L 3,1 g / dl

( 3,5 5,2 )

7) Globulin

= 2,5 g/dl

1,3-3,3

8) Bilirubin total

= 0,31 mg/dl

(0,20-1,20)

9) Bilirubin direk

= 0,13 mg/dl

(0,0-0,40)

10) Bilirubin indirek

= 0,18 mg/dl

(0-0,75)

11) SGOT

= H 17 u / L

( 0 - 50 )

12) SGPT

= 13 u / L

( 0 - 50 )

c.

Imunologi
HbSag = non reaktif
2. Cek Urine bakar
tanggal 7 Januari jam 21.30 hasil (-)
Cek ulang urine bakar tanggal 03.25 hasil +2
B. Terapi
7-8 Januari 2015
Infus parenteral RL 20 tetes/menit + MgSO4 (IV)
10 Januari 2015
Infus parenteral RL 20 tetes/menit + MgSO4 (IV)
Infus Metronidazole 3x500mg (IV)
Terapi injeksi
Injeksi cefotaxime 3x1 gr/hari ( IV)
Injeksi tramadol 3x100 mg/hari ( IV)
C. Balance cairan
Input : infus + injeksi + air metabolik + makan + minum
1500 + 17 + 275 = 1792
Output : urine + IWL
1200 + 825 = 2025
BC = input-output = 1792-2025 = -223

56

non reaktif

I.

ANALISA DATA
Nama = Ny. S
Umur = 24 Tahun

No. Registrasi =

700869

Dx Medis

P1A0 dengan post SC H+1

N Hari/Tanggal/J
Data Fokus
Problem
o
am
I Jumat,
9 DS : Klien mengatakan nyeri Nyeri
pada perut bekasluka
Januari 2015
Akut
operasi
Pukul :
P : luka post operasi Sectio
09.30
caesarea , ketika
digunakan untuk bergerak
(alihposisi)
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : bekas luka jahitan
operasi SC
S:6
T : terus menerus
DO: klien tampak
menyeringai, meringis,
nyeri skala 6, klien
tampak mengelus-elus
dan memegangi perut
TD : 180/100 mmHg
RR : 24 x per menit
HR : 88 x per menit
Suhu : 36,5 C
II

Jumat,
9 DS : - Klien mengatakan
lemas
Januari 2015
Klien mengatakan
Pukul :
Hambatan
masih
takut
untuk
09.35 WIB
Mobilitas
bergerak karena rasa
fisik
sakit di bagian luka
bekas operasinya
- Klien juga mengatakan
belum bisa miring ke
kanan dan ke kiri untuk
alih posisi
DO: - Klien tampak lemah,
- Klien tampak hanya
tiduran saja dengan
posisi supinasi
(terlentang)

57

Etiologi
Kerusaka
n jaringan
(luka post
op sectio
caesarea

Ketidak
nyamanan
luka post
op sectio
caesarea

TTD

- Untuk BAK klien


terpasang kateter
- Klien belum dapat
miring ke kanan/kiri
(alih posisi)
- Tangan kiri terpasang
infus RL

III

Jumat,
9 DS : - klien mengatakan
kuang pengetahuan
Januari 2015
mengenai bagaimana
Pukul :
cara menyusui yang
09.40 WIB
baik dan benar, karena
ini adalah kehamilan
pertamanya. Dan klien Defisiensi
juga menyatakan tidak Pengetahuan
tau tentang asi ekslusif
DO: - ketika ditanya apa itu
asi ekslusif dan
bagaimana cara
menyusui yang baik dan
benar klien tampak diam
saja dan tidak bisa
menjawabnya, klien
menyatakan
ketidaktahuannya
mengenai menyusui yang
baik dan benar

58

Kurang
informasi

II.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama = Ny. S
No. Registrasi
Umur = 24 Tahun
No
Hari / Tanggal
DP

Dx Medis

= 700869
= P1A0 dengan post SC H+1

Diagnosa Keperawatan

Tanggal
Teratasi

Jumat,
9 - Nyeri akut berhubungan dengan Minggu,
Januari 2015
terputusnya continuitas jaringan kulit Januari 2015
(luka post op sectio caesarea)
Pukul 09.30
WIB

11

II

Jumat,
9 - Hambatan
mobilitas
fisik Sabtu, 10 Januari
Januari 2015
berhubungan
dengan
ketidak 2015
nyamanan luka post op sectio
Pukul 09. 35
caesarea
WIB

III

Jumat,
Januari

9 - Defisiensi Pengetahuan berhubungan Jumat, 9 Januari


dengan kurangnya informasi
2015

Pukul
2015
16.50 WIB

III.

No
DP
I

PERENCANAAN KEPERAWATAN
Nama : Ny. S
No. Registrasi :700869
Umur :24 th
Dx Medis
: P1A0 dengan post SC H+1
Hari/
TUJUAN
INTERVENSI
EBN
Tanggal
Jumat, 9 Setelah
dilakukan 1. Observasi
tanda- 1. Indikator melakukan
Januari
tindakan keperawatan
tanda vital
tindakan
2015
selama
3x24
jam
keperawatan.
Pukul :
diharapkan
nyeri
2. Lakukan pengkajian 2. Penilaian awal ini
10.00
berkurang,
dengan
nyeri
secara
mencakup
semua
WIB
kriteria hasil:
komprehensif
informasi rasa sakit
- skala nyeri 3
termasuk
lokasi,
dari data pasien
- pasien tampak rileks
karakteristik, durasi,
untuk
frekuensi, kualitas
mengembangkan
59

dan
presipitasi.

faktor

rencana pengelolaan
nyeri
individual.
Laporan
ini
dianggap
sebagai
indikator
yang
paling
dapat
diandalkan

3. Ajarkan
tentang 3. teknik
teknik distraksi dan
farmakologi
relaksasi
dipercaya
menurunkan
nyeri
4. Kolaborasi
pemberian analgetik
II

Jumat, 9 1. Setelah dilakukan 1.


Januari
tindakan
2015
keperawatan
Pukul :
selama 3x 24 jam,
10.15
diharapkan klien
WIB
dapat
menunjukkan
2.
peningkatan
kemampuan gerak
dan
reposisi,
dengan
kriteria
hasil:
KU dan TTV normal,
TD = 120/80 mmHg
N = 60 100 x /
menit
RR = 16 24 x / 3.
menit
S = 36,5 37,5oC
- Klien
dapat
mandiri
dalam
melakukan gerak

60

Monitor KU
vital sign klien

non
dapat
skala

4. Terapi dan dosis

dan 1. Menentukan
penyebab masalah,
dapat
membantu
intervensi yang tepat
secara langsung.

Kaji
kemampuan 2. ketidaknyamanan
dapat
membatasi
pasien
dalam
pasien
untuk
mobilisasi
meningkatkan
ambulasi
dan
mencapai
tingkat
aktivitas
yang
maksimal

Monitor dan catat


kemampuan untuk
mentoleransi
aktifitas

3. kemampuan
mentoleransi
aktivitas
mampu
membantu
peningkatan tingkat
ambulasi
dan
aktivitas

ROM
posisi

III

9 januari
2015
Pukul
10.30
WIB

dan

alih
4. Ajarkan
pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan
jika
diperlukan

4. cara ambulasi yang


benar dan tepat
membantu
meningkatkan
ambulasi
dan
kenyamanan

1. Kaji
pengetahuan 1. tingkat pengetahuan
pasien
menunjukkan
tingkat pemahaman
pasien
2.
penkes membantu
2. Berikan
penkes
meningkatkan
tentang asi ekslusif
tingkat pemahaman
dan bagaimana cara
pasien
menyusui
dengan
baik dan benar

Setelah dilakukan
1x1
jam
tindakan
keperawatan,
diharapkan
pasien
paham/pengetahuan
pasien
meningkat
dengan kriteria hasil :
1. Pasien menyatakan
pemahaman tentang
asi ekslusif dan 3. Ajarkan breastcare
cara menyusui yang
baik dan benar
2. Pasien
mampu
menyebutkan
definisi asi ekslusif
dan
menjelaskan
bagaimana
cara
menyusui yang baik
dan benar
3. Pasien
mampu
memperagakan
yang
telah
dijelaskan

61

3. breastcare
membantu
memeperlancar
keluarnya asi

IV.

No.
DP
I, II,
III

CATATAN KEPERAWATAN
Nama

Ny.S

No. Register : 700869

Umur

24 Tahun

Dx. Masuk

HARI/TGL/JA
M
Jumat, 09 Januari
2015
Pukul 12.30
WIB

TINDAKAN

: P1A0 dengan post SC H+1


RESPON HASIL

Memonitor
keadaan S : Klien mengatakan masih
umum klien dan Vital
lemas
sign
O : Klien tampak lemah
TD:180/100mmHg
RR: 24 x/menit
N : 88 x/menit
S : 36,5o C

Jumat, 09 Januari Mengkaji nyeri secara S : Klien mengatakan nyeri


2015
komprehensif
pada bagian luka post
Pukul 12.35
op SC
WIB
P : karena luka operasi
dan saat bergerak
Q : seperti di tusuktusuk
R : pada bekas luka
jahitan
S:6
T : terus menerus
O : Klien tampak meringis
kesakitan, klien tampak
tidak nyaman

II

Jumat, 09 Januari Mengkaji


kemampuan S : Klien mengatakan belum
2015
pasien dalam mobilisasi
mampu
merubah
Pukul 13.00
posisi,
klien
WIB
mengatakan takut bila
nyeri muncul ketika
melakukan alih posisi
O :Klien tampak terbaring
lemah, klien belum
mampu merubah posisi

62

TTD

III

Jumat , 09 Januari
2015
Pukul 13.15
WIB

Mengkaji pengetahuan S : Klien mengatakan belum


ibu
tentang
cara
mengetahui
tentang
memberikan
ASI
cara memberikan ASI
eksklusif dan bagaimana
eksklusif
dan
cara memberikan ASI
bagaimana
cara
dengan baik dan benar.
memberikan
ASI
dengan baik dan benar.
O: Klien tampak belum bisa
memberikan ASI secara
benar.

Jumat, 09 Januari Mengajarkan teknik non S: Klien mengatakan mau di


2015
farmakologis (distraksi
ajari teknik mengurangi
Pukul 13.30
relaksasi)
nyeri.
WIB
O: Klien tampak lebih
nyaman, klien tampak
senang dan tersenyum
melakukan yang di
anjurkan perawat.

Jumat, 09 Januari Mengajarkan breascare


2015
Pukul 13.40
WIB

I,II,
III

Jumat,
09 Januari 2015
pukul 15.00
WIB

Memonitor KU dan Vital S : Klien mengatakan masih


sign klien
lemas
O : Klien tampak lemah
TD :170/100 mmHg
RR: 22 x/menit
N : 88 x/menit
S : 36,4o C

Sabtu 10 Januari
2015
Pukul 15.10
WIB

Mengkaji nyeri secara S : Klien mengatakan nyeri


komprehensif
masih terasa pada perut
bagian bawah
P : karena luka operasi

63

S: Klien mengatakan mau


diajarkan
cara
memperlancar ASI
O:
Klien
tampak
memperhatikan yang di
ajarkan perawat, klien
tampak kooperatif.

dan saat melakukan


alih posisi
Q : seperti di tusuktusuk
R : pada bekas luka
jahitan
S:6
T : hilang timbul
O : Klien tampak meringis
kesakitan, klien tampak
tidak nyaman
I

Sabtu 10 Januari
2015
Pukul 15.15
WIB

Mengajarkan
kembali S: Klien mengatakan mau
teknik nafas dalam
diajarkan
kembali
teknik
mengurangi
nyeri, nyeri sedikit
mereda saat distraksi
relaksasi, klien senang
berpartisipasi
dalam
melakukan
teknik
dristaksi relaksasi
O: Klien melakukan teknik
distraksi
relaksasi,
klien tampak nyaman,
dan senang.

Sabtu
10 Januari 2015
Pukul 15.20
WIB

Mengajarkan
S: Klien mengatakan nyeri
kemandirian
untuk
sedikit mereda saat
melakukan teknik nafas
distraksi
relaksasi,
dalam
klien
senang
berpartisipasi
dalam
melakukan
teknik
dristaksi
relaksasi,
klien mengatakan mau
melakukan
teknik
tersebut secara mandiri
O: Klien melakukan yang
dianjurkan
perawat,
klien
berpartisipasi
dalam
tindakan

64

keperawatan

injeksi S : Klien mengatakan mau


diberi obat lewat cairan
infus (drip infus)
O : Tramadol masuk melalui
drip infus, klien tampak
nyaman

Sabtu 10 januari
2015 pukul
16.00 WIB

Memberikan
tramadol 100mg

III

Sabtu
10 Januari 2015
Pukul 17.15
WIB

Memberikan pendidikan S: Klien mengatakan sudah


mengerti tentang cara
kesehatan tentang cara
memberikan
ASI
memberikan
ASI
eksklusif
dan
eksklusif dan bagaimana
bagaimana
cara
cara memberikan ASI
memberikan
ASI
dengan baik dan benar
dengan baik dan benar
O: Klien tampak mengerti
dengan
apa
yang
dijelaskan
oleh
perawat, klien tampak
kooperatif.

II

Sabtu
10 Januari 2015
Pukul 16.05
WIB

Mengkaji
kemampuan S : Klien mengatakan masih
belum bisa merubah
pasien dalam mobilisasi
posisi/alih baring
O :Klien tampak terbaring
lemah, klien belum
mampu
merubah
posisi/alih baring

II

Sabtu
10 Januari 2015
Pukul 16.10
WIB

Klien
mengatakan
Mengajarkan
pasien S:
bersedia
diajarkan
bagaimana
merubah
merubah posisi
posisi
dan
berikan
O: Klien melakukan yang
bantuan jika diperlukan
dianjurkan perawat

II

Sabtu

Memotivasi klien untuk S: klien mengatakan belum

65

10 Januari 2015
Pukul 16.30
WIB

melakukan
mobilisasi
secara mandiri

Sabtu
10 Januari 2015
Pukul 16.00
WIB

Memotivasi klien untuk S : klien mengatakan mau


melakukan nafas dalam
melakukan nafas dalam
bari
O : klien mengikuti yang
disarankan
oleh
perawat

III

Sabtu
10 Januari 2015
Pukul 18.00
WIB

Mengkaji pengetahuan S : Klien mengatakan tidak


klien
tentang
ASI
tahu
tentang
ASI
eksklusif
dan
cara
eksklusif dan cara
menyusui
menyusui
O : Klien tampak bingung

Minggu
11 Januari 2015
Pukul 05.00
WIB

Memonitor KU dan TTV

bisa mobilisasi secara


mandiri
O: klien tampak masih
lemah

: Klien mengatakan
keadaannya
sudah
membaik
O : Klien tampak lebih
segar dan bersemangat
TD : 160/90 mmHg
RR : 24 x / menit
N : 88 x / menit
S : 36,2o C

Minggu 11
Januari 2015
pukul 08.00
WIB

Memberikan
tramadol

II

Minggu
11 Januari 2015
Pukul 09.30

Mengkaji
kemampuan S : Klien mengatakan sudah
pasien dalam mobilisasi
bisa
merubah
posisi/alih
baring

66

injeksi S : Klien mengatakn mau d


injeksi lewat cairan
infus
O : tramadol masuk melalui
drip infus, klien tampak
tenang

WIB

secara mandiri
O :Klien tampak sudah
mampu
merubah
posisi/alih
baring
secara mandiri

Minggu
11 Januari 2015
Pukul 10.00
WIB

Mengkaji kemandirian S : Klien mengatakan sudah


klien dan memotivasi
mandiri
untuk
klien untuk melakukan
melakukan teknik nafas
teknik nafas dalam
dalam.
O : klien mengikuti anjuran
perawat

III

Minggu
11 Januari 2015
Pukul 14.00
WIB

Mengkaji
kemampuan S : Klien mengatakan sudah
klien dalam melaukan
bisa melakukan teknik
breascare
pemijatan
pada
payudara agat ASI
lancar
O : ASI terlihat lancar, klien
tampak
menyusui
anaknya.

I,II

Minggu
11 Januari 2015
Pukul 15.30
WIB

Memonitor KU dan TTV, S : Klien mengatakan sudah


dan
mengkaji
nyeri
lebih membaik dan
secara komprehensif
lebih
sehat,
klien
melakukan
teknik
pengurangan
nyeri
secara mandiri
P: karena luka operasi
Q : seperti di gigit
semut
R : luka jahitan
S:3
T : kadang-kadang
O : Klien tampak lebih
segar dan bersemangat,
klien melakukan teknik
distraksi secara mandiri
TD :120/70 mmHg

67

RR: 22 x/menit
N : 82 x/menit
S : 36,5o C
I

Mengkaji skala nyeri S : Klien mengatakan sudah


lebih membaik dan
secara komprehensif
lebih sehat
P: karena luka operasi
Q : seperti di gigit semut
R : luka jahitan
S:2
T : kadang-kadang
O : Klien tampak lebih
segar dan bersemangat

68

V.

CATATAN PERKEMBANGAN
Nama

Ny.S

No. Register : 700869

Umur

24 Tahun

Dx. Medis

NO.DP
I

: P1A0 dengan post SC H+1

HARI/TGL/JA
EVALUASI
TTD
M
Sabtu, 10 Januari S : Klien mengatakan nyeri masih terasa
2015
pada perut bagian bawah
Pukul
07.00
P :
karena luka operasi dan saat
WIB
melakukan alih posisi
Q : seperti di tusuk-tusuk
R : pada bekas luka jahitan
S:6
T : terus menerus
O : Klien tampak meringis kesakitan, klien
tampak tidak nyaman
A: Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor keadaan umum klien dan TTV
klien
- Kaji skala nyeri kembali
- Ajarkan teknik non farmakologis
- Ajarkan kemandirian menggunakan
teknik distraksi relaksasi
- Kolaborasi pemberian analgetik

II

S: -Klien mengatakan masih lemas


-Klien mengatakan belum mampu
Sabtu, 10 Januari
merubah posisi
2015
Pukul
07.15 O: Klien tampak terbaring lemah, klien
belum mampu merubah posisi
WIB
A: Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor KU dan vital sign klien
- Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
-Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi
dan berikan bantuan jika diperlukan

69

III

II

S: Klien mengatakan sudah mengerti tentang


cara memberikan ASI Eksklusif dan
Sabtu, 10 Januari bagaimana cara memberikan ASI dengan
2015
baik dan benar
Pukul
11.00 O: Klien tampak mengerti cara memberikan
WIB
ASI dan cara memberikan ASI yang baik dan
benar
A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi
-motivasi klien untuk memberikan ASI
eksklusif kepada anaknya.
S : Klien mengatakan nyeri berkurang
P: karena luka operasi dan saat melakukan
Minggu,
alih posisi
11 Januari 2015 Q : seperti digigit semut
pukul
05.30 R : luka bekas jahitan
WIB
S:4
T : kadang-kadang
O : Klien tampak lebih nyaman ditunjukan
dengan raut muka tersenyum.
A: Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor keadaan umum klien dan TTV
klien
- kaji nyeri
- motivasi untuk mandiri melakukan
distraksi relaksasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
S: Klien mengatakan sudah bisa merubah
posisi/alih baring secara mandiri
Minggu,
O: Klien tampak sudah mampu merubah
11Januari 2015
posisi/alih baring secara mandiri
Pukul
10.00 A: Masalah teratasi
WIB
P : Pertahankan intervensi
- Monitor KU dan vital sign klien
- motivasi kemandirian melakukan alih
baring

70

S : Klien mengatakan sudah lebih membaik


Senin,
dan lebih sehat
12 januari 2015 P: karena luka operasi
pukul
10.00 Q : seperti di gigit semut
WIB
R : luka jahitan
S:2
T : kadang-kadang
O : Klien tampak lebih segar dan
bersemangat
A: Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
- Monitor keadaan umum klien dan TTV
klien
- kaji nyeri
- motivasi untuk mandiri melakukan
distraksi relaksasi
- Kolaborasi pemberian analgetik

71

DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono. (2008). Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina


Pustaka.
Winkjosastro, H. Dkk. (2010). Ilmu kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka
Bobak. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Carpenito- Moyet, Lynda juall. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi
10. Jakarta: EGC.
Nancy, dkk. (2011). Diagnosa Keperawatan NANDA NIC NOC- UAP.
Jakarta: ECG
Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan
Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Purwaningsih, Wahyu. (2010). Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddart Vol.2 Edisi 8. Jakarta : EGC.

72

Anda mungkin juga menyukai