Cytomegalovirus
Oleh:
Muhammad Reyhan
04111401068
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
CYTOMEGALOVIRUS
Etiologi 1 Stagno, sergio. Cytomegalovirus. Dalam Behrman RE, et al. Nelson textbook of
pediatrics; ed 17. Philadelphia : WB Saunders Company. 2004; 1066- 1069
Human Cytomegalovirus (CMV) adalah anggota dari famili Herpes-viridae dengan
penyebaran luas. Sebagian besar infeksi CMV tidak khas, tetapi virus ini dapat
menyebabkan berbagai penyakit klinis dari derajat ringan sampai fatal. CMV merupakan
penyebab infeksi kongenital yang paling sering, diperkirakan 0,2 2,2% janin terinfeksi
intrauterin dan juga dapat menyebabkan sindrom Cytomegalic Inclusion Disease
(hepatosplenomegali, ptekie, purpura, mikrosefal, demam). Pada orang dewasa yang
immunokompeten, infeksi ini kadang ditandai oleh sindrom yang mirip infeksi
mononukleosis. Sering terjadi pada individu dengan defisiensi imunologis, termasuk
resipien transplantasi dan pasien dengan AIDS, CMV pneumonitis, retinitis, dan penyakit
gastrointestinal umum yang dapat berakibat fatal.1
Infeksi primer muncul pada indiviu yang rentan dan seronegatif. Infeksi ulangan
merupakan reaktivasi dari infeksi laten dan reinfeksi pada individu dengan defisiensi imun
dan seropositif. Penyakit ini dapat merupakan akibat dari infeksi primer atau infeksi ulang.
Infeksi primer lebih sering sebagai penyebab penyakit berat.
CMV adalah herpesvirus terbesar, dengan genome sebesar 240 kb dan diameter 200
nm. Berisi DNA untai ganda pada inti 64 nm diselimuti oleh capsid ikosahedral terbentuk
dari 162 capsomer. Inti terbentuk dari nukleussel host. Capsid dikelilingi oleh amorphous
tegument, dimana tegumen ini dikelilingi oleh suatu selubung yang berisi lemak. Selubung
ini terbentuk selama proses pertunasan melalui membran nuklir ke dalam vakuola
sitoplasma, yang berisi komponen protein. Virus dewasa keluar dari sel melalui proses
pinocytosis terbalik.
Tes serologi tidak dapat mengidentifikasi serotipe yang spesifik. Berbeda dengan
analisa restriksi endonuklease dari DNA CMV, ini menunjukkan bahwa meskipun semua
ketahanan manusia yang diketahui secara genetis sebangun, tidak ada satupun yang
identik.
Replikasi CMV dan nukleokapsid dibentuk dalam nukelus, selubung virus terdapat
dalam sitoplasma. Setelah lepas dari sel, virus dapat ditemukan dalam urin, dan terkadang
dalam cairan tubuh, menyerap 2 mikroglobulin, suatu rantai sederhana dari kelas I
molekul antigen lekosit manusia (HLA). Substansi ini melindungi antigen virus dan
mencegah netralisasi oleh antibodi, sehingga meningkatkan aktifitasnya.
Epidemiologi1
Survei seroepidemologis menggambarkan infeksi CMV pada setiap populasi yang
diuji di seluruh dunia. Prevalensi infeksi, yang meningkat sesuai umur penderita, lebih
tinggi di negara berkembang dan pada strata ekonomi lemah di negara maju.
Kejadian infeksi kongenital berkisar antara 0.2 2.4% dari kelahiran hidup, dengan
skala yang lebih tinggi pada negera dengan standar hidup yang lebih rendah. Janin dapat
terinfeksi sebagai konsekuensi infeksi primer atau infeksi maternal. Risiko infeksi pada
janin adalah yang terbesar dengan infeksi CMV primer maternal (40%) dan jauh lebih
rendah dengan infeksi ulang (<1%). Di Amerika, antara 1 4% wanita hamil terinfeksi
CMV primer, yang setara dengan 8000 kelahiran dengan kelainan perkembangan sistem
saraf yang disebabkan oleh infeksi CMV kongenital.
Media transmisi CMV antara lain saliva, ASI, sekresi vaginal dan cervical, urin,
semen, darah, dan feses.1,3 Penyebaran CMV membutuhkan kontak yang amat dekat/ intim,
dapat melalui ASI, transplantasi organ dan jarang melalui tranfusi.
3
URL:file:///F:/Cytomegalovirus%20(CMV)%20Infection.htm. (2002)
Patogenesis1
Infeksi kongenital merupakan hasil penularan transplasenta selama masa viremia
ibu. Pada transmisi transplasenta, virus menyebar ke janin secara hematogen. Sepertinya
terdapat hubungan antara beratnya infeksi kongenital dengan infeksi intratuterin pada awal
umur kehamilan. Kecuali infeksi dihubungkan dengan transfusi darah, infeksi CMV natal
dan postnatal biasanya sekunder didapat dari naso-orofaring bayi dan virus didapat dari
sekresi genital ibu yang terinfeksi atau menyusui. Replikasi virus pada neonatus muncul
pada mucosa saluran pernapasan atau gastrointestinal, dan berlanjut menyebar ke target
organ. Terutama pada SSP, mata, hepar, paru dan ginjal.
Janin dapat membentuk respon imun humoral terhadap CMV, dengan adanya
kenaikan IgM dan IgM antibodi spesifik CMV pada serum umbilikal. Waktu yang
diperlukan untuk terbentuknya antibodi masih dalam penelitian. Respon imun awal,
immunosupresi dengan jumlah sel helper yang rendah pada infeksi natural dan setelah
transplantasi. Derajat respon imun berhubungan dengan adanya dan jumlah ekskresi virus
dan beratnya penyakit. Kemampuan limfosit untuk berprofilerasi sebagai respon imun akan
menghilang sampai 2 bulan setelah onset gejala.
Respon proteksi yang paling penting, adalah reaksi sitotoksik spesifik terhadap
CMV. Respon ini terjadi pada awal infeksi CMV, dua minggu setelah masuknya virus.
Resipien transplantasi organ yang gagal untuk menghasilkan sitotoksisitas spesifik
tersebut, menderita penyakit yang berat dan viremia berkepanjangan.
Belum begitu jelas apakah semua respon imun menguntungkan bagi host.
Peningkatan yang berlebihan dari natural killer sel (secara morfologi dinyatakan sebagai
limfosit granuler besar) dalam cairan Bronkhoalveolar, berhubungan dengan derajat
beratnya penyakit pneumonitis CMV.
Masa inkubasi penularan secara horisontal pada infeksi CMV pada lingkungan seisi
rumah belum diketahui. Infeksi biasanya timbul 3 sampai 12 minggu setelah tranfusi darah
dan antara 1 sampai 4 bulan setelah transplantasi organ.6
6
Pickering, Larry K. Red book: 2003 Report of the Committee on Infectious Disease; ed 26. American
Academy of Pediatrics. 2003; 259- 262
Transmisi Intrapartum
Sebagian besar bayi tertular CMV selama proses persalinan melalui jalan lahir.
Sumber penularan paling penting dari virus adalah sekresi traktus genital pada saat
melahirkan. Kira-kira 6 12% ibu-ibu yang seropositif menularkan CMV ke bayi-bayi
mereka melalui sekret servikal-vaginal. Beberapa dari infeksi ini kemungkinan merupakan
hasil dari kontak intrapartum dengan sekresi serviks yang terinfeksi, sedangkan bayi lain
ditularkan dengan menelan ASI yang mengandung virus segera setelah lahir. Pada wanita
dengan seropositif terhadap CMV, dapat mengalami infeksi ulangan dari strain CMV yang
berbeda sehingga dapat menyebabkan penularan via intrapartum dan infeksi kongenital
yang simtomatis.4
4
dalam urin dan saluran napas bagian atas. Meskipun hanya ada sedikit data, ada indikasi
bahwa penularan membutuhkan kontak yang erat. Bila virus terdapat dalam urin dan saliva
bayi, ada peluang untuk menyebar dari satu ke anak yang lain.
Transmisi perinatal umum terjadi, mencapai 10 60% pada usia 6 bulan. Pada
penelitian dengan menggunakan PCR, proporsi sampel ASI yang positif DNA
cytomegalovirus pada satu bulan setelah persalinan adalah 92%.
Setelah tahun pertama kehidupan, prevalensi infeksi tergantung pada aktivitas
kelompok, dengan kontribus terbesar penyebaran CMV oleh pusat pemeliharaan anak.
Skala infeksi 50 80% selama masa anak-anak. Untuk anak-anak yang tidak berhubungan
dengan anak lain, skala infeksi meningkat amat lambat selama 10 tahun pertama
kehidupan. Puncak kedua muncul pada masa remaja sebagai hasil kontak seksual. Pekerja
merawat anak seronegatif dan orang tua dari anak dengan CMV memiliki 10 20% resiko
untuk mendapat CMV, yang berlawanan dengan skala 1 3% resiko pada populasi umum.
Penyelenggara pelayanan kesehatan tidak beresiko tertular CMV dari pasien.
Bahaya infeksi nosokomial berasal dari transfusi darah dan produk darah. Pada populasi
dengan 50% prevalensi infeksi CMV, resiko kira-kira terdapat pada 2,7% per unit dari
seluruh darah. Transfusi lekosit memiliki resiko infeksi lebih tinggi. Infeksi biasanya
asimptomatik, meskipun begitu pada anak sehat dan orang dewasa mempunyai resiko
tertular penyakit bila penerima adalah seronegatif dan menerima banyak unit.
Pasien imunokompromais dan bayi prematur seronegatif memiliki resiko lebih
tinggi (10 30%). Infeksi CMV ditransmikikan pada organ hasil transplantasi (ginjal,
jantung, dsb). Setelah transplantasi, banyak pasien mengekskresikan CMV sebagai hasil
dari infeksi yang didapat dari organ donor atau reaktivasi dari infeksi laten yang
disebabkan oleh pemberian imunosupresan. Penerima organ seronegatif dari donor
seropositif mempunyai resiko paling besar untuk timbulnya penyakit.
Manifestasi klinis1
Tanda dan gejala infeksi CMV bervariasi menurut umur, jalur transmisi, dan status
imunologis dari pasien.
Manifestasi klinis meliputi hepatomegali, splenomegali, ptekie, purpura, mikrosefali,
korioretinitis, dan kalsifikasi serebral. Infeksi sifatnya subklinis pada sebagian besar
pasien. Pada anak-anak, infeksi CMV primer kadang menyebabkan pneumonitis,
hepatomegali, hepatitis, dan ruam ptekie. Pada anak yang lebih besar, remaja, dan dewasa,
CMV dapat menyebabkan sindrom seperti infeksi mononukleosis, ditandai oleh kelelahan,
malaise, mialgia, sakit kepala, demam, hepatosplenomegali, fungsi hati abnormal, dan
limfositosis atipik. Tampilan mononucleosis CMV biasanya ringan, berakhir 2 3 minggu.
Beberapa pasien menampakkan gejala demam berkepanjangan, hepatitis berat, ruam yang
mirip morbili, atau kombinasi semuanya. Infeksi ulang sifatnya asimptomatik pada
individu imunokompeten.
a.
b.
Infeksi Kongenital
Hanya 5% bayi dengan infeksi CMV kongenital simtomatik yang menjadi penyakit
inklusi CMV yang berat, 5% yang lain dengan gejala yang ringan, dan 90% infeksi
CMV kongenital subklinis, tetapi menjadi kronis.
Gejala pada bayi baru lahir biasanya mudah dideteksi. Hampir semua infeksi
kongenital memperlihatkan gejala dan sekuele, yang lebih banyak disebabkan oleh
infeksi primer daripada infeksi ulangan pada wanita hamil. Infeksi CMV kongenital
yang asimptomatik merupakan penyebab utama kehilangan pendengaran sensorineural,
kurang lebih pada kira-kira 7% bayi yang terinfeksi.
Tanda
dan
gejala
karakteristik
umum
termasuk
IUGR,
prematuritas,
Infeksi Perinatal
Infeksi CMV didapat melalui penularan dari traktus genital ibu pada saat persalinan
atau melalui ASI, sekalipun telah mendapat antibodi pasif. Kurang lebih 6 12% dari
ibu seropositif menularkan CMV pada bayi mereka karena adanya sekresi vaginalcervical, dan 50% melalui ASI. Mayoritas pada bayi masih asimptomatik dan tidak
memperlihatkan sekuele. Kadang-kadang, infeksi CMV didapat pada saat perinatal
dihubungkan dengan pneumonitis. Bayi prematur dan aterm yang sakit dapat
mengalami
sekuele
neurologi
dan
retardasi
psikomotor. Resiko
kehilangan
diagnosa.
Fiksasi
komplemen,
netralisasi,
antikomplemen
antibodi
karena
sifatnya
kuantitatif.
Berlawanan
dengn
hal
itu,
CT scan
Pada neonatus dengan infeksi CMV kongenital simtomatis, CT scan kepala
merupakan
prediktor
yang
baik
untuk
melihat
keluaran
perkembangan
neurodevelopmental.4,5
URL:file://F:\emedicine%20-%20Cytomegalovirus%20Infection%20%20Article%20by%20Ma. (2004)
Boppana, Suresh B. et al. Neuroradiographic findings in the newborn period and long term outcome in
children with symptomatic Congenital Cytomegalovirus infection. Pediatrics. 1997; 409- 414
Diagnosis Banding 7 Stagno S. Cytomegalovirus. Dalam Remington Jack S. et al. Infectious diseases of
the fetus & newborn infant; ed 4. WB Saunders Company. 1995; 312- 346
10
ikterik dan ptekie. Pada sepsis, ikterik sering sebagai akibat infeksi gram negatif dan
kadang-kadang pada infeksi streptokokus grup B. Ptekie lebih jarang pada sepsis.
Konfirmasi klinis tergantung pada hasil kultur darah yang positif. Sebagian besar bayi
dengan CID dan infeksi kongenital non bakterial lain harus diobati dengan antibiotik,
karena ketidakpastian diagnosis selama menunggu hasil kultur.
5. Siphilis Kongenital
Tanda yang paling sering timbul pada sifilis kongenital dini adalah osteokondritis
epifisitis pada rotgenogram tulang panjang. Rhinitis, kadang-kadang berhubungan
dengan laringitis, adalah tanda-tanda lain dari penyakit ini. Sering pula diikuti dengan
ruam makulopapuler merah tua. Hepatosplenomegali dapat timbul, tetapi lebih jarang
pada sifilis dibandingkan dengan CID. Kalsifikasi otak tidak karakteristik pada sifilis
kongenital. Koroiditis mungkin didapatkan.
Uji laboratorium untuk sifilis meliputi uji lapangan gelap pada discharge nasal
spirocheta-laden. Salah satu dari beberapa uji standar (treponemal atau reagin) harus
dikerjakan baik pada ibu maupun bayinya.
Terapi
Tidak ada terapi spesifik untuk infeksi CMV, meskipun banyak obat dan biologikal
termasuk acyclovir, adenine arabinose, cytosine arabinose, idoxuridine, interferon telah
diujikan pada penderita. Pemakaian acyclovir sebagai agen antiviral disukai karena
bereaksi spesifik dengan enzym thymidin kinase.
Dua agen antivirus yang dipakai yitu Ganciclovir dan Foscarnet. Ganciclovir
merupakan nuklosid trifosfat dan berfungsi sebagai suatu terminator DNA. Sedangkan
Foscarnet analog pirofosfat sebagai suatu inhibitor selektif terhadap DNA polimerase.
Ganciclovir dikombinasikan dengan immunoglobulin, yaitu immunoglobulin intravena
standar (IVIG) atau hiperimun CMV IVIG, telah digunakan untuk infeksi CMV pada
penderita dengan immunokompromais (penerima transplantasi sumsum tulang, ginjal,
jantung dan penderita dengan AIDS). Dua regimen yang dipublikasikan adalah :
ganciclovir (7,5 mg/kg/24 jam IV dibagi setiap 8 jam selama 14 hari), dengan CMV
IVIG (400 mg/kg pada hari ke-1, 2 dan 7 serta 200 mg/kg pada hari ke-14);
dan gaciclovir (7,5 mg/kg/24 jam IV dibagi setiap 8 jam selama 20 hari) dengan IVIG
500 mg/kg untuk hari sesudahnya selama 10 hari.
11
CMV retinitis dan penyakit gastrointestinal muncul dan secara klinis responsif terhadap
terapi, tetapi sering berulang. Toksisitas terhadap terapi, tetapi sering berulang. Toksisitas
dengan ganciclovir sering terjadi dan sering menjadi berat, termasuk neutropenia,
trombositopenia,
disfungsi
hati,
reduksi
pada
spermatogenesis,
dan
gangguan
12
Infeksi Kongenital
Prognosis pada infeksi kongenital CMV sulit diprediksi. Penderita dengan lingkar
kepala kurang pada saat lahir atau dengan kalsifikasi serebral pada saat 2 bulan pertama
kehidupan biasanya mempunyai retardasi psikomotor sedang sampai berat.
Prognosis untuk pertumbuhan normal pada penyakit cytomegalo simptomatik
sangat kecil. Lebih dari 90% dari anak-anak ini menunjukkan adanya kerusakan fungsi
saraf sentral dan pendengaran pada tahun-tahun sesudahnya. Pada bayi dengan infeksi
subklinis, penampakan lebih baik. Yang perlu diperhatikan adalah perkembangan
berikutnya dari kehilangan pendengaran sensorineural (5 10%), chorioretinitis (3 5%),
dan manifestasi lain seperti abnormalitas perkembangan, mikrosefal, dan defisit neurologi.
Pencegahan
Penggunaan komponen darah bebas CMV, terutama untuk bayi prematur, dan bila
mungkin, pemanfaatan organ dari donor bebas CMV untuk transplantasi yang merupakan
hal penting untuk mencegah infeksi CMV dan pada pasien resiko tinggi.
Wanita hamil dengan seropositif mempunyai resiko rendah melahirkan bayi
simptomatik. Jika mungkin, wanita hamil harus melakukan tes serologi CMV.
Mereka yang CMV seronegatif, harus diberitahu untuk mencuci tangan dengan baik dan
menjaga kebersihan lainnya dan mencegah kontak dengan sekresi oral dengan orang lain.
Vaksinasi tidak dapat diharapkan dapat memberikan pencegahan yang lebih baik
dibanding infeksi alamiah sebelumnya, dimana dapat mencegah infeksi kongenital.
a. Imunoprofilaksis Pasif
Pemanfaatan IVIG dan CMV IVIG untuk profilaksis terhadap infeksi, pada penderita
dengan transplantasi tulang belakang dan organ padat mengurangi resiko gejala
penyakit tetapi tidak melindungi dari infeksi. Manfaat dari profilaksis lebih nyata pada
saat resiko mendapat infeksi CMV primer besar, seperti pada transplantasi tulang
belakang.
Regimen yang direkomendasikan IVIG (1000 mg/kg) atau CMV IVIG (500 mg/kg)
diberikan intravena sebagai dosis tunggal dimulai dari 72 jam setelah transplantasi dan
sekali seminggu sampai hari ke 90 120 setelah operasi.
13
b. Imunisasi Aktif
Keuntungan imunisasi sifatnya substansial, seperti terlihat bahwa hampir semua
penyakit berat mengikuti infeksi primer, terutama pada infeksi kongenital, infeksi yang
didapat dari transfusi, dan infeksi pada penerima transplantasi. Kelompok yang perlu
mendapat vaksin CMV termasuk wanita seronegatif pada usia subur dan penerima
transplantasi seronegatif.
Vaksin hidup seperti prototipe rantai Towne sifatnya imunogenik, tetapi imuniotas
berkurang cepat. Virus vaksin tidak tampak transmissible. Vaksin tidak melindungi
penerima transplantasi ginjal dari infeksi CMV, tetapi terlihat bisa mengurangi
virulensi dari infeksi primer. Dalam penelitian tentang efikasi vaksin pada wanita
dewasa normal, vaksin rantai Towne tidak memberi proteksi terhadap infeksi alami.
Tipe vaksin lainnya, seperti vaksin subunit dan rekombinan, sedang diteliti pada
percobaan klinik.
14
KEPUSTAKA
1. Stagno S. Cytomegalovirus. Dalam Behrman RE, et al. Nelson textbook of
pediatrics; ed 17. Philadelphia : WB Saunders Company. 2004; 1066- 1069.
2. Boppana, Suresh B. et al. Neuroradiographic findings in the newborn period and
long term outcome in children with symptomatic Congenital Cytomegalovirus
infection. Pediatrics. 1997; 409- 414.
3. URL:file:///F:/Cytomegalovirus%20(CMV)%20Infection.htm. (2002)
4. Boppana, Suresh B. et al. Intrauterine transmission of cytomegalovirus to infants
of women with preconceptional immunity. N Engl J Med, 2001;344: 1366- 1371.
5. URL:file://F:\emedicine%20-%20Cytomegalovirus%20Infection%20%20Article
%20by%20Ma.. (2004)
6. Pickering, Larry K. Red book: 2003 Report of the Committee on Infectious
Disease; ed 26. American Academy of Pediatrics. 2003; 259- 262.
7. Stagno S. Cytomegalovirus. Dalam Remington Jack S. et al. Infectious diseases of
the fetus & newborn infant; ed 4. WB Saunders Company. 1995; 312- 346.
15