T DENGAN THYPOID
DI RUANG INAYAH KAMAR 11
PKU MUHAMMADIYAH GAMBONG
PENGKAJIAN
Tanggal masuk RS
: 10-05-2011
Jam masuk RS
Tanggal pengkajian
Jam pengkajian
: 19.45 WIB
: 15-05-2011
: 20.30 WIB
Pengkaji
1.
IDENTITAS KLIEN
Nama Klien
Tempat/tgl lahir
: An.T
: Kebumen,06-11-2006
Umur
: 4,6 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Suku
Bahasa yang dimengerti
: Jawa
: Jawa/Indonesia
Dx Medis
No Rekam Medis
: 0198092
Orang tua/wali
Nama ayah/ibu/wali
Pekerjaan ayah/ibu/wali
Alamat ayah/ibu/wali
2.
: Thypoid
: Tn.K
: Buruh
: Wonorejo,1/2 karanganyar
KELUHAN UTAMA
Pasien panas .
3.
Pada tanggal 10 mei 20011 pukul 19.45 WIB klien di bawa ke IGD PKU Muhammadiyah
Gombong dengan keluhan panas sejak 5 hari yang lalu,pusing,mual,lemes,.Pada saat di IGD
pasien mendapatkan terapy Aminopilin 2x300 g/l, amoxilin g/l, Infus RL 12tpm, puyer
(Paracetamol 250mg 3x1).Tanda tanda vital Nadi di IGD; 110 x/mnt, suhu; 40 C, RR ; 16x/mnt.
BB: 12Kg
Pasien dibawa ke bangsal inayah sekitar jam 20.00 WIB. Pada saat di ruangan Kondisi klien
tampak lemas,akral hangat,pusing,pasien mual,tidak mau makan, tanda tanda vital; S: 3880C, N:
100x/m, R:20x/m.
4.
1.
Selama kehamilan ibu klien melakukan ANC ke bidan secara teratur sesuai dengan anjuran dari
bidan, selama hamil tidak ada keluhan dan penyakit yang diderita ibu klien
2.
4.
Hospitalisasi/tindakan operasi
Injuri/kecelakaan
Alergi
Ibu klien mengatakan anaknya tidak mempunyai riwayat alergi demikian juga dengan keluarga,
tidak ada yang mempunyai riwayat alergi.
7.
8.
Pengobatan
RIWAYAT SOSIAL
1.
Yang mengasuh
3.
1.
RIWAYAT KELUARGA
Sosial ekonomi :
Ibu klien sebagai seorang ibu rumah tangga dan bapak klien sebagai buruh.
2.
Lingkungan rumah
Ibu klien mengatakan lingkungan rumahnya cukup bersih dan ventilasi udara cukup, lantai
rumah dari semen, jumlah jendela 6 buah, tidak ada sumber polusi yang dekat dengan rumahnya.
3.
Penyakit keluarga
Tidak ada anggota keluarga, saudara yang mempunyai penyakit menular ataupun menurun.
7.
1.
2.
Motorik halus
Pada usia 4,6 tahun sesuai DDST klien sudah bisa membuat menara dari 6 kubus,meniru garis
vertikal.
3.
Bahasa
Pada usia 4,6 tahun sesuai DDST klien sudah bisa bicara cukup mengerti, menyebut 4 gambar,
mengatakan 2 nama kegiatan
4.
Motorik kasar
Pada usia 4,6 tahun sesuai DDST klien sudah bisa melompat dan melempar bola lengan ke atas
Interpretasi
Pertumbuhan dan perkembangan normal
8.
1.
2.
Nutrisi :
Saat ini klien mendapatkan diet bubur kasar ,ibu klien mengatakan klien susah makan sejak
sebelum sakit biasanya hanya makan pagi dan sore saja dan paling hanya 8- 10 sendok makan,
pada saat dikaji ibu klien mengatakan klien makan hanya 1-3 sendok. Ibu klien mengatakan
anaknya muntah.
3.
Cairan :
Sebelum sakit klien minum susu 1-3 gelas perhari, selama sakit klien minum susu 1 gelas dan
kadang minum air putih serta mendapatkan terapi cairan IV RL.
4.
Aktivitas :
Sebelum sakit klien tidak ada keluhan dalam aktifitasnya, dapat bermain dengan teman-teman
sebayanya di rumah, sekarang klien hanya tiduran, tidak bisa beraktifitas seperti biasanya, ADL
dibantu oleh ibunya dan perawat.
5.
6.
Eliminasi :
Sebelum sakit klien biasanya BAB 1x /hari BAK: 4-6x/hari
Pada saat dikaji klien BAB 1x konsistensi padat dan BAK 3-4x/hari
7.
Pola hubungan :
Hubungan dengan orang tua baik, dengan orang lain dan perawat baik.
8.
Orang tua klien memberikan kebebasan kepada anaknya untuk bermain bersama temantemannya asalkan tidak melebihi waktunya beristirahat.
9.
10.
Konsep diri :
Ibu klien mengatakan pingin anaknya cepat sembuh karena tidak tega melihat anaknya sakit.
11.
12.
Nilai :
Tidak ada nilai-nilai keluarga yang bertentangan dengan kesehatan.
9.
PEMERIKSAAN FISIK :
1.
Keadaaan umum :
1.
2.
3.
2.
Kulit :
Warna sawo matang, kulit teraba hangat, kuku pendek dan bersih, turgor kulit menurun,
3.
Kepala :
Bentuk mesochepal, warna rambut hitam, lurus, tersisir rapi dan bersih.
4.
Mata :
Simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis.
5.
Telinga :
Simetris, discharge (-) bersih, bentuk normal.
6.
Hidung :
Simetris, discharge (-), bentuk normal,
7.
Mulut :
Simetris, mukosa bibir kering, gigi normal, bersih, karies (-),
Lidah kotor/ putih
8.
Leher :
Dada :
Paru-paru
I
: sonor
: vesikuler
Jantung
S1-S2 murni, tak ada murmur, bising (-).
10.
Payudara :
Tak ada keluhan, simetris.
11.
12.
Abdomen :
I
: terlihat membesar
:bunyi thimpany
Genetalia :
Tak ada keluhan.
13.
Muskuleskeletal :
Tak ada keluhan, pergerakan sendi sesuai jenis, ROM baik.
14.
Neurologi :
Normal, tak ada keluhan.
10. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PENUNJANG
a.Lab darah
Tanggl
:15-05-2011
Pukul
:10.44 WIB
Pemeriksaan Hasil
Bilirubin total 0,90 mg/dl
Bilirubin direk0.30 mg/dl
SGOT
22.0 u/l
Nilai normal
0.00-1.00
< 0,20
40.0 u/l
SGPT
Leokosit
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
MCV
MCH
Trombosit
HbSag
Gol. Darah
Widal (+)
C. Terapi
Tanggal
23.0 u/l
12.61
4.52
11,9 g/dl
34.9 %
77.2
34.1 g/dl
178x 10 /ul
Negative
O
41.0 u/l
4.80-10.80
4.20- 5.40
12-16 g/dl
37-47 g/dl
79-99
33.0-47.0
82.0-95.0
negatif
-
Per-oral
Paracetamol 250 mg
Ctm
3x1
Curliv 2x1
1.
Per-interal
Ceftriaxon 2x 3 mg
Dexa 3 x2 mg
Sotatic 2x 1
N. 500 /drip
Inffus RL 20 tpm
D5 15 tpm
ANALISA DATA
No
Data
Etiologi
Problem
1 DS : ibu Klien mengatakan anaknya Proses
infekksi Hipertermi
badan nya panas
salmonella thypi
DO :
klien tampak lemas,
akral teraba hangat
Suhu: 3880C
Nadi: 100x/ menit
RR: 20x/ menit
2 DS:
P: ibu pasien mengatakan anak nya
nyeri bila untuk beraktifitas/bergerak
hilang apabila saat beristirahat.
Q : ibu pasien mengatakan nyeri anak
nya seperti ditusuk-tusuk
R: ibu Pasien mengatakan nyeri anak
tampak gelisah, ps
merintih kesakitan
Nafsu makan menurun, mual (+)
Konjungtiva anemis
Akral hangat
Pasien menangis
3 DS : - ibu klien mengatakan klien Anoreksia ( mual Resiko nutrisi
makan susah hanya 1-3 sendok.
dan muntah)
kurang dari
Ibu klien mengatakan anaknya
kebutuhan
muntah 2-3x setiap makan
ibu Klien mengatakan anaknya badan
nya panas
DO :
klien muntah
BB : 11 kg
Porsi makan dari RS hanya dimakan
1-3 sendok
2.
3.
PRIORITAS MASALAH
1.
salmonella thypi
2.
3.
anoreksia ( mual & muntah)
RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnoses
Tujuan
intervensi
1 Hipertermi
Setelah
dilakukan Mengobserfasi tanda tanda
berhubungan tindakan keperawatan
vital
dengan proses selama 2 x 24 jam
ifeksi
diharapkan suhu tubuh Pantau aktifitas kejang
salmonella
normal engan KH:
Pantau hidrasi
thypi
Mempertahaankan suhu
tubuh
dalam
batas Berikan kompres air biasa
normal
Pemberian terapi 0bat anti
2
Nyeri
b.d Setelah
proses
tindakan
inflamasi
selama
2x24
diharapkan
teknik
distraksi
nampak
lebih e.posisikan
pasien
senyaman
mungkin
Pasien
mampu f.kolaborasi dengan tim medis
mengontrol nyeri
pemberian obat analgesik
3 Resiko nutrisi Setelah
dilakukan Kaji pola dan kebiasaan makan
kurang
dari tindakan keperawatan
Observasi adanya muntah
kebutuhan b.d selama 2 x 24 jam
anoreksia
kebutuhan
nutrisi Menganjurkan keluarga untuk
(
mual, adekuat dengan kriteria
memberi makanan dalam porsi
muntah)
hasil :
Klien tidak muntah
kecil tapi sering dan tidak
3. Porsi makan yang
merangsang produksi asam
disediakan habis
(biskuit)
Memberikan terapi pemberian
cairan
dan
nutrisi
sesuai
program
Memberikan terapi pemberian
anti emetik sesuai program
1.
IMPLEMENTASI
1.
sering
memberikan kompres hangat
Terapi diberikan
S: 36,8C, N: 100x/m, R:20x/m.
tanda vital
Memantau kembali aktifitas
Pasien tidak mengalami kejang
kejang
Menganjurkan kembali
keluarga untuk memberikan
Respon pasien
Keadaan pasien lemah
N : 100 x/mnt
R : 20 x/mnt
S : 37 C
Ttd
Ttd
1.
-terapi masuk
muntah
Menganjurkan keluarga untuk Ibu klien mengatakan anaknya masih
susah makan
memberi makanan dalam porsi
kecil tapi sering dan tidak
merangsang
produksi
asam
(biskuit)
Memberikan terapi pemberian
cairan
dan
nutrisi
sesuai
program
16-05-2011
Terapi diberikan
Mengkaji kembali pola dan Klien menghabiskan porsi dari RS
kebiasaan makan
Mengobservasi
kembali
Klien sudah tidak muntah terus
adanya muntah
Menganjurkan kembali pada
keluarga
untuk
memberi
Ttd
sesuai program
Terapi diberikan
2.
EVALUASI
Hari / tanggal
Rabu
18-05-2011
SOAP
S: ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak panas
O: klien masih tampak lemas,
klien sudah tdak muntah
Suhu: 36 C
Nadi: 90x/ menit
RR: 20x/ menit
A: masalah teratasi sebagian
P: pertahankan intervensi
Ttd
Rabu
18-05-2011
Rabu
18-5-2011
S:
- S: ibu klien mengatakan ,klien setiap habis makan
sudah berkurang muntah nya.
O: klien masih muntah 1x
BB : 11kg
Porsi makan dari RS hanya dimakan porsi
A: masalah teratasi
P: pertahankan intervensi
Oleh :
Pupupt Dwi Utmi
( A1.0800462 )
PENGESAHAN
Lembar pengesahan :
Laporan Kasus
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.T DENGAN THYPOID DI RUANG INAYAH
KAMAR 11 PKU MUHAMMADIYAH GAMBONG
Pembimbing lahan
Mahasiswa
Pembimbing Akademik
(Tyas, S.kep.Ns)
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Di Indonesia demam thypoid jarang dijumpai secara epidemic , tetapi lebih sering
bersifat seporadis, terpencar-pencar di suatu daerah, dan jarang menimbulkan lebih dari satu
kasus pada orang-orang serumah. Pasien anak yang ditemukan berumur diatas 1 tahun.
Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan
bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan
mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum. (Soegeng Soegijanto, 2002)
Masa inkubasi demam thypoid berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi antara 3-60 hari)
bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan. Selama masa inkubasi penderita tetap dalam
keadaan asimtomatis. (Soegeng soegijanto, 2002)
BP RSUD Kebumen adalah salah satu Rumah Sakit daerah yang mengelola berbagai
penyakit, termasuk penyakit thipoid. Bangsal Melati adalah salah satu bangsal di BP RSUD
Kebumen yang mengelola pasien anak. Di Bangsal Melati pada bulan april terdapat 10 pasien
anak yang menderita penyakit thypoid.
Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut pada
umumnya seperti demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi, serta suhu
badan yang meningkat.
Pada minggu kedua maka gejala/tanda klinis menjadi makin jelas, berupa demam
remiten, lidah tifoid, pembesaran hati dan limpa, perut kembung, bisa disertai gangguan
kesadaran dari ringan sampai berat. Lidah tifoid dan tampak kering, dilapisi selaput kecoklatan
yang tebal, di bagian ujung tepi tampak lebih kemerahan. (Ranuh, Hariyono, dan dkk. 2001)
2.
Konsep Dasar
1.
Definisi
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi.
Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan
urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella.
( Bruner and Sudart, 1994 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella
Thypi
( Arief Maeyer, 1999 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella
thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan
paratyphoid abdominalis
( Syaifullah Noer, 1996 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, typhoid disebut juga paratyphoid fever,
enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis
(.Seoparman, 1996).
Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang
disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral
melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi
(Mansoer Orief.M. 1999).
Dari beberapa pengertian diatasis dapat disimpulkan sebagai berikut, Typhoid adalah
suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A. B dan C yang dapat
menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi.
2.
ETIOLOGI
Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C. Ada dua sumber
penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier
adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi
dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.
C.PATOLOGI ANATOMI
Susunan saluran pencernaan terdiri dari : Oris (mulut), faring (tekak), esofagus
(kerongkongan), ventrikulus (lambung), intestinum minor (usus halus), intestinum mayor (usus
besar ), rektum dan anus.
halus (intestinum minor). Intestinum minor adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang
berpangkal pada pilorus dan berakhir pada seikum, panjangnya 6 cm, merupakan saluran
paling panjang tempat proses pencernaan dan absorbsi hasil pencernaan yang terdiri dari :
lapisan usus halus, lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (M sirkuler), lapisan
otot memanjang (muskulus longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah luar).
Usus halus terdiri dari duodenum (usus 12 jari), yeyenum dan ileum. Duodenum disebut
juga usus dua belas jari, panjangnya 25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri pada
lengkungan ini terdapat pankreas. Dari bagian kanan duodenum ini terdapat selapu t lendir yang
membukit yang disebut papila vateri. Pada papila vateri ini bermuara saluran empedu (duktus
koledikus) dan saluran pankreas (duktus wirsung/duktus pankreatikus). Dinding duodenum ini
mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar, kelenjar ini disebut kelenjar
brunner yang berfungsi untuk memproduksi getah intestinum.
Yeyenum dan ileum mempunyai panjang sekitar 6 meter. Dua perlima bagian atas adalah
yeyenum dengan panjang 23 meter dari ileum dengan panjang 4 5 m. Lekukan yeyenum dan
ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritonium yang
berbentuk kipas dikenal sebagai mesenterium.
Akar mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya cabang-cabang arteri dan vena
mesenterika superior, pembuluh limfe dan saraf ke ruang antara 2 lapisan peritonium yang
membentuk mesenterium. Sambungan antara yeyenum dan ileum tidak mempunyai batas yang
tegas.
Ujung dibawah ileum berhubungan dengan seikum dengan perantaraan lubang yang bernama
orifisium ileoseikalis. Orifisium ini diperlukan oleh spinter ileoseikalis dan pada bagian ini
terdapat katup valvula seikalis atau valvula baukhim yang berfungsi untuk mencegah cairan
dalam asendens tidak masuk kembali ke dalam ileum.
Mukosa usus halus. Permukaan epitel yang sangata luas melalui lipatan mukosa dan
mikrovili memudahkan pencernaan dan absorbsi. Lipatan ini dibentuk oleh mukosa dan sub
mukosa yang dapat memperbesar permukaan usus. Pada penampang melintang vili dilapisi oleh
epitel dan kripta yag menghasilkan bermacam-macam hormon jaringan dan enzim yang
memegang peranan aktif dalam pencernaan.
Didalam dinding mukosa terdapat berbagai ragam sel, termasuk banyak leukosit. Disana-sini
terdapat beberapa nodula jaringan limfe, yang disebut kelenjar soliter. Di dalam ilium terdapat
kelompok-kelompok nodula itu. Mereka membentuk tumpukan kelenjar peyer dan dapat berisis
20 sampai 30 kelenjar soliter yang panjangnya satu sentimeter sampai beberapa sentimeter.
Kelenjar-kelenjar ini mempunyai fungsi melindungi dan merupakan tempat peradangan pada
demam usus (tifoid). Sel-sel Peyers adalah sel-sel dari jaringan limfe dalam membran mukosa.
Sel tersebut lebih umum terdapat pada ileum daripada yeyenum. ( Evelyn C. Pearce, 2000)
D.PATOFISIOLOGI
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan
5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui
Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi
kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan
hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang
memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman
salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke
dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk
ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman
berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel
retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan
bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh
endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia
bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada
patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam
disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat
pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
E..KOMPLIKASI
a. Komplikasi intestinal
1) Perdarahan usus
2) Perporasi usus
3) Ilius paralitik
Perawatan
Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah komplikasi
perdarahan usus.
2.
Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi
perdarahan.
2.
Diet
Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
2.
3.
Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.