Anda di halaman 1dari 45

PANDUAN PELAKSANAAN

PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN


IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
JENJANG SMP TAHUN 2016

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa bahwa Direktorat
Pembinaan SMP, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah berhasil menyusun Panduan
Pelaksanaan Pelatihan dan Pendampingan Implementasi K13 Jenjang SMP
Tahun 2016. Kegiatan Pelatihan dan Pendampingan Implementasi K13 di SMP
merupakan salah satu bentuk dukungan Direktorat PSMP (Pemerintah) untuk
SMP dalam mempersiapkan dan melaksanakan K13.
Panduan ini memberikan acuan bagi Direktorat PSMP, Dinas Pendidikan
Provinsi,
Dinas
Pendidikan
Kabupaten/Kota,
Tim
Pendamping
Kurikulum/instruktut Pusat, Provinsi maupun Kabupaten/Kota, induk cluster,
dan sekolah imbas dalam penyiapan, pelaksanaan, maupun evaluasi
pelaksanaan pelatihan dan pendampingan. Panduan ini akan disempurnakan
dari tahun ke tahun dengan antara lain memperhatikan masukan-masukan
dari berbagai pihak, perubahan peraturan-peraturan terkait dengan
penyelenggaraan pendidikan (terutama kurikulum) di tingkat SMP, dan
pengalaman empiris pelaksanaan pelatihan dan pendampingan pelaksanaan
kurikulum.
Direktorat PSMP menyampaikan penghargaan kepada semua pihak atas
waktu, tenaga, dan sumbangan pemikirannya dalam penyusunan panduan
ini. Semoga panduan ini dapat memandu penyelenggaraan pelatihan dan
pendampingan implementasi K13 dengan baik. Diharapkan setelah
memperoleh pelatihan dan pendampingan kesiapan sekolah menjadi
optimum dan pelaksanaan K13 berjalan dengan mantap.
Jakarta,
Maret 2016
Direktur Pembinaan SMP

Dr. Supriano, M.Ed.


NIP. 19620816 199103 1 001

DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ......................................................................................................
....... ii
DAFTAR
ISI .....................................................................................................................
........ iii
BAB I
PENDAHULUAN .................................................................................................
...... 1
A. Latar
Belakang ............................................................................................
........... 1
B. Landasan
Hukum ................................................................................................
2
C. Tujuan
Panduan .............................................................................................
......
3
D. Sasaran
Panduan .............................................................................................
.....
4
BAB II PELATIHAN IMPLEMENTASI
K13 ......................................................................

A. Konsep Dasar
Pelatihan .......................................................................................
5
B. Durasi, Materi, dan Metode
Pelatihan .............................................................. 6
C. Pelaksanaan
Pelatihan .........................................................................................
8
D. Penilaian Kinerja Peserta
Pelatihan ................................................................... 16
E. Pendanaan ..........................................................................................
.................... 17
F. Peran dan Tanggung
Jawab ............................................................................... 17
G. Monitoring, Evaluasi, Pelaporan, dan Layanan
Informasi ........................... 19
3

BAB III PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI


K13 .......................................................... 23
A. Konsep Dasar Pendampingan Implementasi
K13 .......................................... 23
B. Strategi, Materi, dan Aktivitas Pendampingan
K13 ....................................... 24
C. Pendanaan ..........................................................................................
................. 31
D. Monitoring, Evaluasi, Pelaporan, dan Layanan
Informasi .......................... 34
BAB IV
PENUTUP ..........................................................................................................
...... 38

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasal 4 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 160 Tahun 2014 Tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan
Kurikulum 2013 menyatakan bahwa: Satuan pendidikan dasar dan
pendidikan menengah dapat melaksanakan Kurikulum Tahun 2006 paling
lama sampai dengan tahun pelajaran 2019/2020. Ketentuan ini memberi
kesempatan kepada sekolah yang belum siap melaksanakan K13 untuk
tetap melaksanakan Kurikulum 2006 sambil melakukan persiapanpersiapan sehingga selambat-lambatnya pada tahun 2019/2020 sekolah
tersebut telah mengimplementasikan K13 setelah mencapai kesiapan
yang optimal.
Untuk memfasilitasi sekolah (SMP) meningkatkan kompetensi kepala
sekolah dan guru serta membantu sekolah mengimplementasikan K13,
Direktorat PSMP menyelenggarakan pelatihan dan pendampingan
pelaksanaan K13 bagi SMP. Pelatihan dan pendampingan pelaksanaan
K13 tersebut dengan sejumlah program pendukung lainnya
diharapkan mampu menjadikan jumlah SMP pelaksana K13 naik secara
signifikan setiap tahun. Pada tahun 2016 ditargetkan sekitar 9.319 (25%)
SMP telah melaksanakan K13, sementara tahun 2017 diharapkan 22.091
SMP (60%), tahun 2018 sebanyak 36.819 SMP (100%) di seluruh wilayah
Indonesia.
Pelatihan dan pendampingan implementasi K13 diselenggarakan dengan
melibatkan peranserta Direktorat PSMP, Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota, LPMP, sekolah induk, dan sekolah imbas
dengan peran/tugas masing-masing. Agar semua pihak yang terlibat
dalam penyelenggaraan pelatihan dan pendampingan tersebut dapat
menjalankan peran/tugasnya dengan baik, perlu dibuat panduan
pelaksanaan pelatihan dan pendampingan pelaksanaan K13 di SMP.
Panduan tersebut antara lain mengatur ketentuan mengenai tujuan,
sasaran/peserta, struktur program, materi, strategi, pendanaan,
pengelolaan, dan pelaporan pelaksanaan pelatihan dan pendampingan.
Panduan ini memuat ketentuan-ketentuan mengenai pelaksanaan
pelatihan dan pendampingan implementasi K13 pada tingkat SMP pada
tahun 2016 yang memuat butir-butir di atas.

B. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4301);
2. Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;
3. Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Nasional Tahun 2005-2025;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan;
5. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan jo Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan jo Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan;
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 54 Tahun
2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan
Menengah;
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 160 Tahun 2014 Tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006
dan Kurikulum 2013
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 SMP/MTs;
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 61 Tahun 2014 Tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 62 Tahun 2014 Tentang Kegiatan Ekstrakurikuler pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 63 Tahun 2014 Tentang Pendidikan Kepramukaan Sebagai
Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah;
12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 79 Tahun 2014 tentang Mutan Lokal Kurikulum 2013;
13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar
dan Pendidikan Menengah;
14. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 105 Tahun 2014 tentang Pendampingan Pelaksanaan Kurikulum
2013 pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;
15. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Standar Sarana dan Prasarana Sekolah/Madrasah Pendidikan Umum;
6

16. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 129a/U/2004 tentang


Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan;
17. Peraturan Bersama Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Direktur
Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 5496/C/KR/2014 dan Nomor 7915/D/KP/2014
Tentang Petunjuk Teknis Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan
Kurikulum 2013 pada Sekolah Jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah;
18. Permendikbud No. 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti;
19. Permendikbud No. ... Tahun Tentang ... Kompetensi Inti dan Kompetensi
Dasar Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs)
semua mata pelajaran (2015);
20. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 53 Tahun 2015 Tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik dan
Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 57 Tahun 2015 Tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah
Melalui Ujian Nasional, dan Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan
Pendidikan Melalui Ujian Sekolah/Madrasah/Pendidikan Kesetaraan
pada SMP/MTs atau yang Sederajat dan SMA/MA/SMK atau yang
Sederajat.
C. Tujuan Panduan
Panduan ini disusun dengan tujuan utama sebagai berikut:
1. memberi petunjuk operasional kepada Direktorat PSMP dalam
pelaksanaan pelatihan dan pendampingan implementasi K13 sesuai
tugas dan perannya;
2. memberi petunjuk operasional kepada Dinas Pendidikan Provinsi dalam
pelaksanaan pelatihan dan pendampingan implementasi K13 sesuai
tugas dan perannya;
3. memberi petunjuk operasional kepada LPMP dalam mempersiapkan,
melaksanakan, mengevaluasi, dan melaporkan pelaksanaan pelatihan
instruktur Kabupaten/Kota (TPK Kabupaten/Kota), pelatihan sekolah
sasaran, dan pendampingan implementasi K13;
4. memberi petunjuk operasional kepada sekolah induk dalam
mempersiapkan, melaksanakan, mengevaluasi, dan melaporkan
pelaksanaan pendampingan IN;
5. memberi petunjuk operasional kepada sekolah imbas dalam
mempersiapkan, melaksanakan, mengevaluasi, dan melaporkan
pelaksanaan pendampingan ON.

D. Sasaran Panduan
Sasaran panduan ini adalah:
1. Pengelola kegiatan pelatihan dan pendampingan di pusat (Direktorat
PSMP);
2. Dinas Pendidikan Provinsi;
3. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP);
4. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota;
5. Pengelola kegiatan pendampingan di sekolah induk;
6. Pengelola kegiatan pendampingan di sekolah imbas.

BAB II
PELATIHAN IMPLEMENTASI K13
A. Konsep Dasar Pelatihan
1. Pengertian pelatihan
Pelatihan implementasi kurikulum 2013 dalam panduan ini
didefinisikan sebagai proses fasilitasi pemerolehan dan/atau
peningkatan kompetensi guru dan kepala sekolah dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pelaksanaan
Kurikulum 2013.
2. Tujuan umum pelatihan
Pelatihan pelaksanaan Kurikulum 2013 TERUTAMA bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan peserta dalam:
a. menyusun RPP;
b. menyusun instrumen penilaian;
c. melaksanakan pembelajaran antara lain dengan pendekatan
saintifik, problem-based learning, project-based learning, dan
discovery learning dengan integrasi penumbuhan budi
pekerti;
d. melaksanakan penilaian dan mengelola hasil penilaian sikap,
pengetahuan, dan keterampilan;
e. memberi pelatihan implementasi K13; dan
f. memberi pendampingan implementasi K13.
3. Prinsip-prinsip pelatihan
Pelatihan pelaksanaan kurikulum
dengan prinsip-prinsip berikut:

diberikan

oleh

instruktur

a. Profesional,
yaitu
instruktur
memiliki
kompetensi
(penguasaan mengenai pelaksanaan kurikulum) yang
memadai dan memberikan pelatihan dengan baik;
b. Berdasarkan kebutuhan, yaitu materi pelatihan adalah
butir-butir yang relevan dan masih belum dikuasai dan/atau
memerlukan penguatan;
c. Integral, yaitu materi dan aktivitas pelatihan memfasilitasi
peserta memperoleh kesatuan kompetensi utuh yang
diperlukan dalam mengimplementasikan K13;
d. Kolegial, yaitu hubungan kesejawatan antara instruktur dan
peserta pelatihan; dan
9

e. Berkelanjutan,
yaitu
bahwa
pelatihan
pelaksanaan
kurikulum dilanjutkan oleh guru/sekolah sendiri dan/atau
melalui MGMP, MGBK, MKKS, dan forum lainnya yang relevan.
4. Jenjang Pelatihan
Pelatihan dilaksanakan secara berjenjang dengan urutan
pelatihan Instruktur Nasional, pelatihan Instruktur Provinsi,
pelatihan Instruktur Kabupaten/Kota, dan pelatihan Sekolah
Sasaran.
B. Durasi, Struktur Program, dan Materi Pelatihan
Pelatihan Kurikulum 2013 diselenggarakan untuk Instruktur
Nasional, Instruktur Provinsi, Instruktur Kabupaten/Kota, dan
Sekolah Sasaran. Durasi, struktur program, materi, dan aktivitas
pelatihan semua tingkat pelatihan tersebut pada dasarnya sama.
Berikut adalah deskripsi durasi, struktur program, materi, dan
aktivitas pelatihan tersebut.
1. Durasi
Pelatihan Instruktur Nasional, pelatihan Instruktur Provinsi,
pelatihan Instruktur Kabupaten/Kota, dan pelatihan Sekolah
Sasaran diselenggarakan dengan durasi 52 jam pelatihan (@ jam
pelatihan 45 menit).
2. Struktur program
Struktur program pelatihan Instruktur Nasional, Instruktur
Provinsi, Instruktur Kabupaten/Kota, dan Sekolah Sasaran pada
dasarnya sama. Materi pelatihan dikelompokkan menjadi 3 (tiga),
yaitu materi umum, materi pokok, dan meteri penunjang. Materi
umum diberikan kepada semua peserta dengan isi dan metode
yang sama dalam sidang/sesi pleno, materi khusus diberikan
kepada kelompok-kelompok guru mata pelajaran dengan materi
sesuai kebutuhan mata pelajaran masing-masing, dan materi
penunjang
merupakan
pelengkap
dari
penyelenggaraan
pelatihan. Tabel 2.1 menyajikan struktur program pelatihan
tersebut.

10

Tabel 2.1: Struktur Program Pelatihan


No
.

Materi

Materi Umum
1.1. Gerakan Penumbuhan Budi Pekerti
1.2. Kebijakan dan Dinamika Perkembangan
Kurikulum
1.3. Gerakan Literasi di SMP
1.4. Kompetensi, Materi, dan Pembelajaran
1.5. Penilaian Hasil Belajar dan Pengelolaan Nilai
1.6. Penyelenggaraan Pelatihan dan
Pendampingan Berbasis Sekolah

14
2
2

Materi Pokok
2.1. Analisis Kompetensi, Materi, Pembelajaran,
dan Penilaian
a. Analisis Dokumen: SKL, KI-KD, Silabus, dan
Pedoman Tematik/Mapel
b. Analisis Materi dalam Buku Teks Pelajaran
c. Analisis Penerapan Model Pembelajaran
d. Analisis Penilaian Hasil Belajar
2.2. Perancangan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP)
2.3. Praktik Pembelajaran dan Penilaian
a. Praktik Pembelajaran dan Penilaian
b. Review Hasil Praktik
2.4. Praktik Pengolahan dan Pelaporan Penilaian
Hasil Belajar

34

Materi Penunjang
3.1. Tes Awal
3.2. Pembukaan: Kebijakan Peningkatan Mutu
Pendidikan
3.3. Tes Akhir
3.4. Penutupan: Review dan Evaluasi Pelatihan
TOTAL JAM PELATIHAN

4
1
1

Alokasi Waktu
(JP @45 Menit)

2
2
2
4

4
4
4
4
6
6
2
4

1
1
52

3. Materi pelatihan
Untuk menjamin mutu pelaksanaan pelatihan di setiap tingkat,
telah disusun silabus dan materi untuk setiap mata latih. Setiap
materi mata latih berisi rumusan tujuan sesi, uraian materi,
skenario dan aktivitas pelatihan yang dilengkapi dengan LK, dan
teknik penilaian kinerja peserta pelatihan.

11

C. Pelaksanaan Pelatihan
1. Pelatihan Instruktur Nasional
a. Tujuan khusus
Pelatihan
Instruktur
Nasional
diselenggarakan
untuk
menghasilkan Instruktur Nasional dengan kompetensi berikut:
1)
2)
3)
4)
5)

mampu menyusun RPP;


mampu melatih penyusunan RPP;
menyusun instrumen penilaian;
mampu melatih penyusunan instrumen penilaian;
melaksanakan
pembelajaran
antara
lain
dengan
pendekatan saintifik, problem-based learning, projectbased learning, dan discovery learning dengan integrasi
penumbuhan budi pekerti;
6) mampu melatih pelaksanaan pembelajaran dengan
pendekatan saintifik, problem-based learning, projectbased learning, dan discovery learning dengan integrasi
penumbuhan budi pekerti
7) mampu melaksanakan penilaian dan mengelola hasil
penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
8) mampu melatih pelaksanaan penilaian dan mengelola hasil
penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
9) mampu melatih penyelenggaraan pelatihan yang terdiri
atas persiapan, pelaksanaan, evaluasi, dan pelaporan; dan
10)
mampu melatih penyelenggaraan pendampingan
yang terdiri atas persiapan, pelaksanaan, evaluasi, dan
pelaporan.
b. Peserta
1) Jumlah dan unsur peserta
Jumlah peserta pelatihan Instruktur Nasional adalah 140
orang yang terdiri unsur-unsur berikut:
a) Tim Pengembang Kurikulum (Penulis KI dan KD, Penulis
Buku Mata Pelajaran, Penulis Pedoman Penilaian);
b) Praktisi Pendidikan (Guru, Kepala Sekolah, Pengawas);
c) Akademisi
(Dosen
LPTK,
Widyaiswara
LPMP,
Widyaiswara P4TK);
d) Manajemen (Direktorat, Puskurbuk, Puspendik, Dinas
Pendidikan, dan LPMP) serta unsur yang berasal dari
Mitra Insternasional; dan
12

e) Unsur lainnya, antara lain yayasan/lembaga/himpunan


pendidikan.
2) Kriteria
Kriteria peserta pelatihan Instruktur Nasional adalah:
a) Telah mengikuti pelatihan pelaksanaan Kurikulum 2013;
b) Pendidikan sekurang-kurangnya S1/D4 di bidang
pendidikan diutamakan S2 atau S3;
c) Telah mengajar sekurang-kurangnya 10 tahun;
d) Diutamakan memiliki prestasi akademik pada tingkat
kabupaten/kota atau lebih tinggi;
e) Diutamakan telah memiliki pengalaman sebagai
narasumber/pendamping/fasilitator pelaksanaan K13;
f) Bersedia melaksanakan pelatihan dengan prosedur dan
mekanisme yang ditetapkan Direktorat Pembinaan SMP;
g) Berkepribadian baik; dan
h) Diijinkan oleh atasan yang berwenang.
c. Waktu dan tempat pelatihan
Pelatihan Instruktur Nasional direncanakan dilaksanakan pada
minggu ketiga bulan Maret 2016 di Jakarta.
d. Narasumber
Narasumber pelatihan Instruktur Nasional adalah para pejabat
dan staf Direktorat PSMP, Puspendik, dan Puskurbuk, dan para
penyusun panduan dan bahan pelatihan dan pendampingan
implementasi K13 yang terdiri atas unsur dosen, guru, kepala
sekolah, pengawas, dan widyaiswara.
e. Pelaksana
Pelatihan Instruktur Nasional dilaksanakan oleh Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Biaya kegiatan ini berasal dari Pemerintah Pusat
(APBN) melalui Satuan Kerja Peningkatan Mutu Pembelajaran
SMP Tahun anggaran 2016.

13

2. Pelatihan Instruktur Provinsi


a. Tujuan khusus
Pelatihan
Instruktur
Provinsi
diselenggarakan
menghasilkan instruktur dengan kompetensi berikut:

untuk

1)
2)
3)
4)
5)

mampu menyusun RPP;


mampu melatih penyusunan RPP;
menyusun instrumen penilaian;
mampu melatih penyusunan instrumen penilaian;
melaksanakan
pembelajaran
antara
lain
dengan
pendekatan saintifik, problem-based learning, projectbased learning, dan discovery learning dengan integrasi
penumbuhan budi pekerti;
6) mampu melatih pelaksanaan pembelajaran dengan
pendekatan saintifik, problem-based learning, projectbased learning, dan discovery learning dengan integrasi
penumbuhan budi pekerti
7) mampu melaksanakan penilaian dan mengelola hasil
penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
8) mampu melatih pelaksanaan penilaian dan mengelola hasil
penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
9) mampu melatih penyelenggaraan pelatihan yang terdiri
atas persiapan, pelaksanaan, evaluasi, dan pelaporan; dan
10)
mampu melatih penyelenggaraan pendampingan
yang terdiri atas persiapan, pelaksanaan, evaluasi, dan
pelaporan.
b. Peserta
1) Jumlah dan unsur peserta
Peserta pelatihan Instruktur Provinsi dogolongkan menjadi
2 (dua kelompok), yaitu kelompok Instruktur Provinsi dan
kelompok Pengelola Kegiatan Pelatihan dan Pendampingan
implementasi K13.
a) Peserta kelompok Instruktur Provinsi
Secara keseluruhan jumlah peserta pelatihan kelompok
ini adalah 795 orang (53 tim TPK Provinsi @ 15 orang).
Satu tim TPK Provinsi terdidi atas guru mata pelajaran
Bahasa Indonesia, PPKn, Matematika, IPA, Bahasa
14

Inggris, IPS, Seni Budaya, Penjasorkes, Prakarya,


Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, Pendidikan
Agama Kristen dan Budi Pekerti, Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti, Pendidikan Agama Hindu dan
Budi Pekerti, Pendidikan Agama Buddha dan Budi
Pekerti, Pendidikan Agama Konghucu dan Budi Pekerti @
satu orang).
b) Peserta kelompok pengelola kegiatan pelatihan dan
pendampingan
Secara keseluruhan jumlah peserta pelatihan kelompok
ini adalah 614 orang yang terdiri atas 34 Kasikur
Provinsi
(yang
menangani
SMP),
514
Kasikur
Kabupaten/Kota (yang menangani SMP.
2) Kriteria
Peserta pelatihan kelompok Instruktur Provinsi adalah
dosen, guru, kepala sekolah, pengawas dengan kriteria:
a) Telah mengikuti pelatihan pelaksanaan Kurikulum 2013;
b) Pendidikan sekurang-kurangnya S1/D4 di bidang
pendidikan;
c) Telah mengajar sekurang-kurangnya 10 tahun;
d) Diutamakan memiliki prestasi akademik pada tingkat
kabupaten/kota atau lebih tinggi;
e) Diutamakan telah memiliki pengalaman sebagai
narasumber/pendamping/fasilitator pelaksanaan K13;
f) Bersedia melaksanakan pelatihan dengan prosedur dan
mekanisme yang ditetapkan Direktorat Pembinaan SMP;
dan
g) Berkepribadian baik.
c. Waktu dan tempat pelatihan
Pelatihan Instruktur Provinsi direncanakan dilaksanakan dalam
6 (enam) angkatan pada Maret - April 2016.
d. Narasumber
Narasumber pelatihan Instruktur Provinsi adalah Instruktur
Nasional yang telah mengikuti pelatihan Instruktur Nasional
dengan nilai sekurang-kurangnya BAIK.
e. Pelaksana
15

Pelatihan Instruktur Provinsi dilaksanakan oleh Direktorat


Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Biaya kegiatan ini berasal dari Pemerintah Pusat
(APBN) melalui Satuan Kerja Peningkatan Mutu Pembelajaran
SMP Tahun anggaran 2016.
3. Pelatihan Instruktur Kabupaten/Kota
a. Tujuan khusus
Pelatihan Instruktur Kabupaten/Kota diselenggarakan untuk
menghasilkan instruktur dengan kompetensi berikut:
1)
2)
3)
4)
5)

mampu menyusun RPP;


mampu melatih penyusunan RPP;
menyusun instrumen penilaian;
mampu melatih penyusunan instrumen penilaian;
melaksanakan
pembelajaran
antara
lain
dengan
pendekatan saintifik, problem-based learning, projectbased learning, dan discovery learning dengan integrasi
penumbuhan budi pekerti;
6) mampu melatih pelaksanaan pembelajaran antara lain
dengan pendekatan saintifik, problem-based learning,
project-based learning, dan discovery learning dengan
integrasi penumbuhan budi pekerti
7) mampu melaksanakan penilaian dan mengelola hasil
penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
8) mampu melatih pelaksanaan penilaian dan mengelola hasil
penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
9) mampu melatih penyelenggaraan pendampingan IN yang
terdiri atas persiapan, pelaksanaan, evaluasi, dan
pelaporan; dan
10)
mampu melatih penyelenggaraan pendampingan ON
yang terdiri atas persiapan, pelaksanaan, evaluasi, dan
pelaporan.

16

b. Peserta
1) Jumlah dan unsur
Jumlah peserta pelatihan instruktur kabupaten/kota seluruh
Indonesia adalah 17.520 orang (1.168 tim TPK
Kabupaten/Kota @ 15 orang). Satu tim TPK Kabupaten/Kota
terdidi atas unsur guru, kepala sekolah dan/atau pengawas
dengan latar belakang mata pelajaran Bahasa Indonesia,
PPKn, Matematika, IPA, Bahasa Inggris, IPS, Seni Budaya,
Penjasorkes, Prakarya, Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti, Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti,
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti, Pendidikan
Agama Hindu dan Budi Pekerti, Pendidikan Agama Buddha
dan Budi Pekerti, Pendidikan Agama Konghucu dan Budi
Pekerti @ satu orang.
Peserta pelatihan dari masing-masing Kabupaten/Kota
berkisar 1 (satu) hingga 3 (tiga) tim TPK, proporsional
dengan jumlah sekolah yang telah mengimplementasikan
K13.
2) Kriteria
Peserta pelatihan kelompok Instruktur kabupaten/kota
adalah guru, kepala sekolah, dan pengawas dengan
kriteria:
a) Telah mengikuti pelatihan pelaksanaan Kurikulum 2013;
b) Pendidikan sekurang-kurangnya S1/D4 di bidang
pendidikan diutamakan S2 atau S3;
c) Telah mengajar sekurang-kurangnya 10 tahun;
d) Diutamakan memiliki prestasi akademik pada tingkat
kabupaten/kota atau lebih tinggi;
e) Diutamakan telah memiliki pengalaman sebagai
narasumber/pendamping/fasilitator pelaksanaan K13;
f) Berasal dari sekolah yang telah mengimplementasikan
K13;
g) Diutamakan Bersedia melaksanakan pelatihan dengan
prosedur dan mekanisme yang ditetapkan Direktorat
Pembinaan SMP;
h) Berkepribadian baik; dan
i) Diijinkan oleh atasan yang berwenang.
c. Waktu dan tempat pelatihan
17

Pelatihan jenjang ini direncanakan dilaksanakan pada bulan


April - Mei 2016 di LPMP setempat dan/atau sekolah, sanggar,
atau gedung lainnya yang memiliki fasilitas memadai yang
terjangkau lokasinya oleh para peserta tanpa menginap.
d. Narasumber
Narasumber pelatihan Instruktur Kabupaten/Kota adalah
Instruktur Provinsi (TPK Provinsi) yang telah mengikuti
pelatihan Instruktur Provinsi dengan nilai sekurang-kurangnya
BAIK.
e. Pelaksana
Pelatihan Instruktur Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh LPMP.
Biaya kegiatan ini berasal dari DIPA LPMP tahun anggaran
2016.
4. Pelatihan Sekolah Sasaran
a. Tujuan khusus
Pelatihan bagi sekolah sasaran diselenggarakan untuk
memfasilitasi guru dan kepala sekolah memperoleh dan/atau
meningkatkan kompetensinya dalam:
1) menyusun RPP;
2) menyusun instrumen penilaian;
3) melaksanakan
pembelajaran
antara
lain
dengan
pendekatan saintifik, problem-based learning, projectbased learning, dan discovery learning dengan integrasi
penumbuhan budi pekerti;
4) melaksanakan
penilaian
sikap,
pengetahuan,
dan
keterampilan;
5) mengelola hasil penilaian sikap, pengetahuan, dan
keterampilan;
6) menyelenggarakan pendampingan IN yang terdiri atas
persiapan, pelaksanaan, evaluasi, dan pelaporan; dan
7) menyelenggarakan pendampingan ON yang terdiri atas
persiapan, pelaksanaan, evaluasi, dan pelaporan.
b. Peserta
1) Sekolah sasaran
18

Peserta pelatihan sekolah sasaran adalah semua SMP yang


mulai (kembali) mengimplementasikan K13 pada tahun
2016 yang berjumlah 5.320 sekolah di seluruh Indonesia.
2) Peserta dari setiap sekolah
a) Jumlah
Jumlah peserta dari setiap sekolah adalah 11 orang
yang terdiri dari guru mata pelajaran Bahasa Indonesia,
PPKn, Matematika, IPA, Bahasa Inggris, IPS, Seni
Budaya, Penjasorkes, Prakarya, Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti (@ 1 orang) dan 1 (satu) orang guru
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti, Pendidikan
Agama Katolik dan Budi Pekerti, Pendidikan Agama
Hindu dan Budi Pekerti, Pendidikan Agama Buddha dan
Budi Pekerti, atau Pendidikan Agama Konghucu dan Budi
Pekerti. Guru Pendidikan Agama dan Budi Pekerti selain
Islam yang dikirim adalah yang peserta didiknya paling
banyak di sekolah sasaran yang bersangkutan.
Salah satu dari 11 peserta tersebut adalah kepala
sekolah yang mewakili guru mata pelajaran yang
diampunya
sesuai
dengan
latar
belakang
pendidikannya.
b) Kriteria
Peserta pelatihan dari masing-masing sekolah sasaran
dipilih dengan ketentuan berikut:
i. Guru mata pelajaran yang mengajar kelas VII;
ii. Kepala sekolah yang sekaligus mewakili guru mata
pelajaran yang diampunya;
iii. Pendidikan sekurang-kurangnya S1/D4 di bidang
pendidikan;
iv. Dapat menggunakan komputer (laptop) terutama
Word, PPt, dan internet;
v. Diutamakan PNS;
vi. Berkepribadian baik;
vii.Sehat; dan
viii.
Diijinkan oleh atasan yang berwenang.
c. Waktu dan tempat pelatihan

19

Pelatihan sekolah sasaran dilaksanakan dengan durasi 52 Jam


Pelatihan (@ 45 menit). Pelatihan ini direncanakan
dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2016 di LPMP, sekolah,
sanggar, atau gedung lainnya yang memiliki fasilitas
memadai yang terjangkau lokasinya oleh para peserta tanpa
menginap.
d. Narasumber
Narasumber pelatihan Sekolah Sasaran adalah Instruktur
Kabupaten/Kota (TPK Kabupaten/Kota) yang telah mengikuti
pelatihan Instruktur Kabupaten/Kota dengan niai sekurangkurangnya BAIK.
e. Pelaksana
Pelatihan sekolah sasaran dilaksanakan oleh LPMP. Biaya
kegiatan ini berasal dari DIPA LPMP tahun anggaran 2016.
D. Penilaian Kinerja Peserta Pelatihan
1. Cakupan/aspek penilaian
Selama mengikuti pelatihan, peserta pelatihan Instruktur
Nasional, Instruktur Provinsi, Instruktur Kabupaten/Kota, dan
sekolah sasaran dinilai kinerjanya. Kinerja yang dimaksud
mencakup aspek proses dan produk. Dalam aspek proses,
penilaian meliputi kedisiplinan, partisipasi, gagasan, dan
kerjasama. Sementara itu, dalam hal produk, penilaian meliputi
pengetahuan yang dikuasai oleh peserta pada akhir pelatihan
dan kualitas dokumen-dokumen yang dihasilkan selama
pelatihan, terutama RPP dan instrumen penilaian.
2. Teknik dan instrumen penilaian
Penilaian proses dilakukan dengan teknik observasi dengan
menggunakan instrumen berupa lembar observasi. Pelatih
mengamati dan menilai kinerja setiap peserta selama sesi-sesi
pelatihan berlangsung.
Penilaian produk dilakukan dengan menggunakan teknik tes,
yaitu dengan pre-test dan post-test. (Instrumen pre-test dan
post-test TIDAK dilampirkan pada panduan ini agar tidak bocor).
Dokumen-dokumen
hasil
pelatihan
dinilai
dengan
memperhatikan kelayakan dokumen.
20

Instruktur merata-rata hasil penilaian proses dan produk dan


memberi nilai kepada setiap peserta pelatihan dengan
ketentuan:

21

a.
b.
c.
d.

Nilai
Nilai
Nilai
Nilai

86 100 : SANGAT BAIK


71 85 : BAIK
56 70 : CUKUP
< 56
: KURANG

3. Sertifikat
Setiap peserta memperoleh sertifikat Instruktur Nasional,
Instruktur Provinsi, Instruktur Kabupaten/Kota, atau Peserta
Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 sesuai dengan pelatihan
yang diikuti. Dalam sertifikat disebutkan nilai yang dicapainya
dengan sebutan SANGAT BAIK, BAIK, CUKUP, atau KURANG
berdasarkan penilaian kinerja yang dilakukan oleh instruktur.
E. Pendanaan
Dana pelatihan untuk pelatihan Instruktur Nasional dan Instruktur
Provinsi bersumber dari APBN Pusat melalui DIPA Kegiatan
Peningkatan Mutu Pembelajaran, Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Pertama Tahun Anggaran 2016. Sementara itu
Bimbingan Teknis Instruktur Kabupaten/Kota dan pelatihan Sekolah
Sasaran berasal dari DIPA LPMP Tahun Anggaran 2016.
F. Peran dan Tanggung Jawab
1. Pusat
a. Menyiapkan
panduan
pelaksanaan
pelatihan
dan
pendampingan implementasi Kurikulum 2013;
b. Menyiapkan materi pelaksanaan pelatihan implementasi
Kurikulum 2013;
c. Melakukan sosialisasi kegiatan pelatihan dan pendampingan
implementasi Kurikulum 2013;
d. Melaksanakan pelatihan Instruktur Nasional;
e. Melaksanakan pelatihan Instruktur Provinsi;
f. Melakukan penjaminan kualitas pelaksanaan pelatihan
implementasi Kurikulum 2013 baik pelatihan Instruktur
Nasional, pelatihan Instruktur Provinsi, pelatihan Instruktur
Kabupaten/Kota,
pelatihan
Sekolah
Sasaran,
maupun
pelaksanaan pendampingan;
g. Menetapkan kuota pelaksana K13 di setiap Kabupaten/Kota
dan menetapkan SMP pelaksana K13 di setiap Kabupaten/Kota
dengan
memperhatikan
usulan
Dinas
Pendidikan
Kabupaten/Kota;
h. Menetapkan SMP Induk Kluster;
22

i. Melakukan koordinasi pelaksanaan pelatihan dengan Dinas


Pendidikan Provinsi dan LPMP; dan
j. Merangkum
laporan
pelatihan
dan
pendampingan
pelaksanaan kurikulum dari LPMP.
2. Provinsi
a. Dinas Pendidikan Provinsi melakukan tugas-tugas koordinasi
sesuai dengan kewenangannya;
b. Melakukan penjaminan kualitas pelaksanaan pelatihan
implementasi Kurikulum 2013 baik pelatihan Instruktur
Kabupaten/Kota,
pelatihan
Sekolah
Sasaran,
maupun
pelaksanaan pendampingan.
3. LPMP
a. Melaksanakan pelatihan Instruktur Kabupaten/Kota;
b. Melaksanakan pelatihan Sekolah Sasaran;
c. Melakukan penjaminan kualitas pelaksanaan pelatihan
implementasi Kurikulum 2013 bagi Sekolah Sasaran dan
pelaksanaan pendampingan;
d. Menyiapkan dan menandatangani Surat Perjanjian Pemberian
Bantuan Pemerintah bersama-sama dengan sekolah induk;
e. Menyalurkan Bantuan Pemerintah kepada sekolah induk
setelah persyaratan dipenuhi;
f. Melakukan
koordinasi
pelaksanaan
pelatihan
dengan
Direktorat PSMP, Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota; dan
g. Melaporkan pelaksanaan pelatihan dan pendampingan
pelaksanaan K13.
4. Kabupaten/Kota
a. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota melakukan tugas-tugas
koordinasi sesuai dengan kewenangannya;
b. Mengusulkan sekolah-sekolah pelaksana K13 tahun 2016
kepada Direktorat PSMP;
c. Mengajukan sekolah-sekolah yang diusulkan sebagai sekolah
induk dan imbas kepada Direktorat PSMP; dan
d. Melakukan penjaminan kualitas pelaksanaan pendampingan
implementasi K13.

23

G. Monitoring, Evaluasi, Pelaporan, dan Layanan Informasi


1. Monitoring
a. Tujuan
Tujuan monitoring adalah untuk:
1) mengetahui apakah pelatihan dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan; dan
2) membantu memecahkan masalah/hambatan pelaksanaan
pelatihan (bila ada).
b. Cakupan/aspek
Monitoring dilakukan untuk semua tingkatan pelatihan dengan
cakupan/aspek monitoring minimal meliputi:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

materi pelatihan;
metode/aktivitas pelatihan;
waktu pelaksanaan dan durasi pelatihan;
instruktur;
peserta;
pendanaan;
akomodasi dan konsumsi; dan
manajemen.

c. Teknik dan instrumen pengumpulan data


Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket,
pengamatan, wawancara, dan studi dokumen. Instrumen yang
digunakan adalah kuesioner, lembar pengamatan, petunjuk
wawancara, dan rubrik analisis dokumen.
d. Pelaksana
Pelaksana monitoring adalah:
1) Direktorat PSMP untuk monitoring pelaksanaan pelatihan
Instruktur
Nasional,
Instruktur
Provinsi,
Instruktur
Kabupaten/Kota, sekolah sasaran.
2) Dinas Pendidikan Provinsi untuk monitoring pelaksanaan
pelatihan Instruktur Provinsi, Instruktur Kabupaten/Kota,
dan sekolah sasaran.
3) LPMP untuk monitoring pelaksanaan pelatihan Instruktur
Provinsi, Instruktur Kabupaten/Kota, sekolah sasaran.
24

4) Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk


pelaksanaan pelatihan sekolah sasaran.

monitoring

e. Waktu pelaksanaan
Monitoring dilaksanakan
berlangsung.

pada

saat

pelatihan

sedang

2. Evaluasi pelaksaaan pelatihan


a. Tujuan
Tujuan dilaksanakannya evaluasi pelaksanaan pelatihan
adalah:
1) mengetahui apakah pelatihan telah dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan;
2) mengetahui kesesuaian desain (terutama tujuan, meteri,
metode, durasi) pelatihan dengan kebutuhan peserta;
3) mengetahui tingkat ketercapaian tujuan pelatihan;
4) mengidentifikasi kelebihan-kelebihan pelatihan yang telah
dilaksanakan untuk; dan
5) mengidentifikasi kekurangan-kekurangan pelatihan yang
telah dilaksanakan.
b. Cakupan/aspek
Aspek-aspek yang dicakup dalam evaluasi pelaksanaan
pelatihan sekurang-kurangnya meliputi:
1) kesesuaian tujuan pelatihan
2) kesesuaian materi pelatihan;
3) kesesuaian metode/aktivitas pelatihan;
4) kesesuaian waktu pelaksanaan pelatihan
5) kecukupan durasi pelatihan;
6) kompetensi instruktur;
7) peserta;
8) kelayakan pendanaan;
9) kelayakan akomodasi dan konsumsi;
10)
kelayakan manajemen;
11)
ketercapaian tujuan pelatihan;
12)
kelebihan-kelebihan pelaksanaan pelatihan;
13)
kekurangan-kekurangan pelaksanaan pelatihan;
14)
saran-saran perbaikan pelaksanaan pelatihan; dan
15)
best practice.
25

c. Teknik dan instrumen pengumpulan data


Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket,
pengamatan, wawancara, dan studi dokumen. Instrumen yang
digunakan adalah kuesioner, lembar pengamatan, petunjuk
wawancara, dan rubrik analisis dokumen.
d. Pelaksana
Pelaksana evaluasi adalah panitia pelaksana pelatihan.
e. Waktu pelaksanaan
Evaluasi pelaksanaan pelatihan dilaksanakan pada setiap akhir
pelaksanaan setiap pelatihan.
3. Pelaporan
Sebagai salah satu bentuk akuntabilitas, pelaksana pelatihan
pada setiap tingkat pelatihan menyusun laporan, yaitu:
a. laporan pelaksanaan kegiatan
b. laporan keuangan
Kedua laporan tersebut selesai disusun selambat-lambatnya 1
(satu) bulan setelah kegiatan diselesaikan. Laporan kemudian
diserahkan kepada pengelola kegiatan di atasnya dengan
ketentuan:
a. Sekolah induk dan sekolah imbas menyerahkan laporan
kepada LPMP; dan
b. LPMP menyerahkan laporan kepada Direktorat PSMP.
4. Sanksi
Sanksi terhadap penyelenggaraan pelatihan yang tidak sesuai
dengan ketentuan akan dijatuhkan oleh aparat/pejabat yang
berwenang. Sanksi kepada oknum yang melakukan pelanggaran
dapat diberikan dalam berbagai bentuk sesuai tingkat keseriusan
pelanggaran. Berikut adalah beberapa contoh sanksi yang dapat
diberikan:
a. Penerapan sanksi kepegawaian sesuai dengan peraturan dan
undang-undang yang berlaku (pemberhentian, penurunan
pangkat, mutasi kerja).
26

b. Penerapan tuntutan perbendaharaan dan ganti rugi, yaitu


dana yang terbukti disalahgunakan agar dikembalikan kepada
kas negara.
c. Penerapan proses hukum, yaitu mulai proses penyelidikan,
penyidikan dan proses peradilan bagi pihak yang diduga atau
terbukti melakukan penyimpangan dana.
d. Pemblokiran dana dan penghentian sementara seluruh
bantuan pendidikan yang bersumber dari APBN pada tahun
berikutnya kepada LPMP dan sekolah bilamana terbukti
pelanggaran tersebut dilakukan secara sengaja dan tersistem
untuk memperoleh keuntungan pribadi, kelompok, atau
golongan.
5. Layanan informasi
Layanan informasi dan aduan ditangani oleh:
a. Direktorat Pembinaan SMP, Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan
alamat:
Subdit Pembelajaran, Dit.PSMP, Telp. 021 5725685, 57900083,
57900342
b. Dinas Pendidikan Provinsi setempat;
c. LPMP setempat; dan
d. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota setempat.

27

BAB III
PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI K13
A. Konsep Dasar Pendampingan Implementasi K13
1. Pengertian pendampingan
Pendampingan pelaksanaan kurikulum adalah pemberian
bantuan teknis operasional perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pelaksanaan kurikulum kepada sekolah (terutama guru
dan
kepala
sekolah)
yang
diberikan
oleh
Instruktur
Kabupaten/Kota (Tim Pengembang Kurikulum Kabupaten/Kota)
yang datang langsung ke sekolah induk kluster dan sekolah
imbas.
2. Tujuan pendampingan
Sasaran utama pendampingan adalah guru mata pelajaran dan
kepala sekolah. Bagi guru, tujuan utamanya adalah bahwa guru
meningkat keterampilan operasionalnya dalam:
a. menyusun RPP;
b. menyusun instrumen penilaian;
c. melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan saintifik,
problem-based learning, project-based learning, dan
discovery learning dengan integrasi penumbuhan budi
pekerti;
d. melaksanakan penilaian dan mengelola hasil penilaian sikap,
pengetahuan, dan keterampilan; dan
e. menyelesaikan hambatan-hambatan pelaksanaan
pembelajaran dan penilaian.
Sementara itu, bagi kepala sekolah, diharapkan
meningkat keterampilan praktiknya dalam:

mereka

a. menciptakan ekosistem pendidikan yang kondusif;


b. mengelola pelaksanaan kurikulum;
c. mengelola pemenuhan Standar Nasional Pendidikan untuk
mendukung pelaksanaan kurikulum; dan
d. menyelesaikan
hambatan-hambatan
pengelolaan
pelaksanaan Kurikulum 2013.

28

3. Prinsip-prinsip pendampingan
Pendampingan pelaksanaan kurikulum diberikan oleh Instruktur
Kabupaten/Kota dengan prinsip-prinsip berikut:
a. Profesional,
yaitu
instruktur
memiliki
kompetensi
(penguasaan mengenai pelaksanaan kurikulum) yang
memadai dan memberikan pendampingan dengan baik;
b. Berdasarkan kebutuhan, yaitu aspek-aspek pendampingan
adalah butir-butir yang guru atau kepala sekolah secara riil
perlu memperoleh asistensi praktis;
c. Integral, yaitu aspek-aspek dan aktivitas pendampingan
memfasilitasi guru dan kepala sekolah mengimplementasikan
K13 secara utuh;
d. Kolegial, yaitu hubungan kesejawatan antara instruktur,
guru, dan kepala sekolah; dan
e. Berkelanjutan, yaitu bahwa pendampingan pelaksanaan
kurikulum dilanjutkan oleh sekolah sendiri melalui mekanisme
yang dikembangkannya.
B. Strategi, Materi, dan Aktivitas Pendampingan K13
1. Strategi
Pendampingan implementasi K13 pada jenjang dilaksanakan
dengan strategi kegiatan IN dan kegiatan ON. Baik
pendampingan IN maupun ON masing-masing diberikan 3 (tiga)
kali dengan @ pendampingan 1 (satu) hari @ hari 7 jam
pelatihan. Berikut adalah urutan pelaksanaan pemberian
pendampingan IN dan ON:
IN 1 ON 1 IN 2 ON 2 IN 3 ON 3
2. Pendampingan IN
a. Pengertian
Pendampingan IN adalah asistensi implementasi Kurikulum
2013 yang diberikan kepada guru dan kepala sekolah (sebagai
wakil guru mata pelajaran yang diampunya) pada semua
sekolah dalam satu kluster secara klasikal di induk kluster.

29

b. Peserta
Peserta pendampingan IN sekurang-kurangnya sama dengan
peserta
pelatihan
sekolah
sasaran.
Jumlah
peserta
pendampingan IN dari setiap sekolah minimal 11 orang yang
terdiri dari guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, PPKn,
Matematika, IPA, Bahasa Inggris, IPS, Seni Budaya,
Penjasorkes, Prakarya, Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti (@ 1 orang) dan 1 (satu) orang guru Pendidikan
Agama Kristen dan Budi Pekerti, Pendidikan Agama Katolik
dan Budi Pekerti, Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti,
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti, ATAU Pendidikan
Agama Konghucu dan Budi Pekerti. Guru Pendidikan Agama
dan Budi Pekerti selain Islam yang dikirim adalah yang
peserta didiknya paling banyak di sekolah yang bersangkutan.
Salah satu dari 11 peserta tersebut adalah kepala sekolah
yang mewakili guru mata pelajaran yang diampunya sesuai
dengan latar belakang pendidikannya.
c. Instruktur
Instruktur pendampingan IN adalah Instruktur Kabupaten/Kota
(TPK Kabupaten/Kota) yang telah mengikuti pelatihan
Instruktur Kabupaten/Kota dengan nilai sekurang-kurangnya
BAIK.
d. Materi dan aktivitas
Materi (fokus) pendampingan IN 1, IN 2, dan IN 3 adalah
pelaksanaan pembelajaran dan penilaian sebagaimana
disajikan pada Tabel 3.1, Tabel 3.2, dan Tabel 3.3.
Tabel 3.1: Struktur Program Pendampingan IN 1
No.

Materi

JP

1.

Pembukaan dan Penjelasan Teknis Pendampingan IN

2.

Workshop Penyusunan RPP (untuk pembelajaran riil


pada ON 1)

3.

Workshop Penyusunan Instrumen Penilaian(untuk


pembelajaran riil pada ON 1)

4.

Simulasi Pelaksanaan Pembelajaran dan Penilaian


dan Refleksi

30

JUMLAH

Tabel 3.2: Struktur Program Pendampingan IN 2


No.

Materi

JP

1.

Refleksi lesson learned dari pendampingan ON 1

2.

Workshop Penyusunan RPP (untuk pembelajaran riil


pada ON 2)

3.

Workshop Penyusunan Instrumen Penilaian (untuk


pembelajaran riil pada ON 2)

4.

Simulasi Pelaksanaan Pembelajaran dan Penilaian


dan Refleksi

JUMLAH

Tabel 3.3: Struktur Program Pendampingan IN 3


No.

Materi

JP

1.

Refleksi lesson learned dari pendampingan ON 2

2.

Workshop Penyusunan RPP (untuk pembelajaran riil


pada ON 3)

3.

Workshop Penyusunan Instrumen Penilaian (untuk


pembelajaran riil pada ON 3)

4.

Simulasi Pelaksanaan Pembelajaran dan Penilaian


dan Refleksi

JUMLAH

e. Output
Produk yang diharapkan dihasilkan dari Pendampingan IN
disajikan dalam Tabel 3.4.
Tabel 3.4: Output Pendampingan IN
No.

1.

Pendam
Output
-pingan
IN 1
1. RPP untuk dilaksanakan pada ON 1;
31

2.

IN 2

3.

IN 3

2.
3.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.

Instrumen penilaian untuk dipakai pada ON 1;


Umpan balik simulasi.
Daftar best practice dari ON 1;
RPP untuk dilaksanakan pada ON 2;
Instrumen penilaian untuk dipakai pada ON 2;
Umpan balik simulasi.
Daftar best practice dari ON 2;
RPP untuk dilaksanakan pada ON 3;
Instrumen penilaian untuk dipakai pada ON 3;
Umpan balik simulasi.

f. Pelaksana
Pelaksana pendampingan IN adalah Sekolah Induk yaitu oleh
panitia pelaksana yang dibentuk melalui rapat pembentukan
panitia pelaksana pendampingan IN yang dihadiri oleh semua
kepala sekolah dalam satu kluster, wakil kepala sekolah
sekolah induk, dan para guru serta kepala dan staf TU sekolah
induk.
Struktur panitia pelaksana pendampingan IN adalah sebagai
berikut:
Penanggungjawab
Ketua
Sekretaris
rapat
Bendahara
Seksi akademik
Seksi sarpras
Seksi konsumsi

: Kepala Sekolah (sekolah induk)


: Wakaur Kurikulum
: Guru senior yang dipilih oleh forum
: Bendahara sekolah
: Guru yang dipilih oleh forum rapat
: Wakaur Sarpras
: Guru yang dipilih oleh forum rapat

g. Waktu dan tempat pelaksanaan


Pendampingan IN dilaksanakan pada Agustus s.d. Oktober
2016. Pendampingan IN dilaksanakan di sekolah induk.
3. Pendampingan ON
a. Pengertian Pendampingan ON
Pendampingan ON adalah asistensi pelaksanaan kurikulum
yang diberikan guru secara individual di sekolah yang
bersngkutan.
b. Peserta Pendampingan ON
32

Peserta pendampingan ON sekurang-kurangnya sama dengan


peserta pendampingan IN. Jumlah peserta pendampingan ON
dari setiap sekolah minimal 11 orang yang terdiri dari guru
mata pelajaran Bahasa Indonesia, PPKn, Matematika, IPA,
Bahasa Inggris, IPS, Seni Budaya, Penjasorkes, Prakarya,
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (@ 1 orang) dan 1
(satu) orang ATAU LEBIH guru Pendidikan Agama Kristen dan
Budi Pekerti, Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti,
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti, Pendidikan Agama
Buddha dan Budi Pekerti, ATAU Pendidikan Agama Konghucu
dan Budi Pekerti. Guru Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
selain Islam yang mengikuti adalah yang peserta didiknya
paling banyak di sekolah yang bersangkutan.
Salah satu dari 11 peserta tersebut adalah kepala sekolah
yang mewakili guru mata pelajaran yang diampunya sesuai
dengan latar belakang pendidikannya.
c. Instruktur Pendampingan ON
Instruktur
pendampingan
ON
adalah
Instruktur
Kabupaten/Kota (TPK Kabupaten/Kota) yang telah mengikuti
pelatihan Instruktur Kabupaten/Kota dengan nilai sekurangkurangnya BAIK.
d. Materi dan aktivitas Pendampingan ON
Materi (fokus) pendampingan ON adalah pelaksanaan
pembelajaran dan penilaian sebagaimana disajikan pada
Tabel 3.5, Tabel 3.6, dan Tabel 3.7.
Tabel 3.5: Struktur Program Pendampingan ON 1
No.

Materi

JP*

1.

Pembukaan dan Penjelasan Teknis Pendampingan IN


(1 kali)

2.

(Observasi) Pembelajaran dan Penilaian di dalam Kelas


A
(Observasi) Pembelajaran dan Penilaian di dalam Kelas
B
Refleksi Pembelajaran dan Penilaian dan Revisi RPP dan
Instrumen Penilaian
JUMLAH

3.
4.

33

2
2
7

34

Tabel 3.6: Struktur Program Pendampingan ON 2


No.

Materi

JP*

1.

Pembukaan dan Penjelasan Teknis Pendampingan IN


(1 kali)

2.

(Observasi dan refleksi) Pembelajaran dan Penilaian di


dalam Kelas A
(Observasi dan refleksi) Pembelajaran dan Penilaian di
dalam Kelas B
Pengolahan hasil penilaian

3.
4.

JUMLAH

2
2
7

Tabel 3.7: Struktur Program Pendampingan ON 3


No.

Materi

JP*

1.

Pembukaan dan Penjelasan Teknis Pendampingan IN


(1 kali)

2.

(Observasi dan refleksi) Pembelajaran dan Penilaian di


dalam Kelas A
(Observasi dan refleksi) Pembelajaran dan Penilaian di
dalam Kelas B
Penulisan rapor

3.
4.

JUMLAH

2
2
7

e. Output Pendampingan ON
Produk yang diharapkan dihasilkan dari Pendampingan ON 1
dan ON 2 disajikan dalam Tabel 3.8.
Tabel 3.8: Output Pendampingan ON
No.

1.
2.
3.

Pendam
-pingan
ON 1 1.
2.
4.
ON 2 1.
2.
3.
ON 3 1.

Output
Umpan balik pembelajaran;
Umpan balik penilaian;
RPP dan instrumen penilian yang telah direvisi.
Umpan balik pembelajaran;
Umpan balik penilaian;
Contoh pengolahan nilai.
Umpan balik pembelajaran;
35

2. Umpan balik penilaian;


3. Contoh penulisan pencapaian peserta didik
dalam rapor.

f. Pelaksana Pendampingan ON
Pelaksana pendampingan ON adalah Sekolah Imbas yaitu oleh
panitia pelaksana yang dibentuk melalui rapat pembentukan
panitia pelaksana pendampingan ON yang dihadiri oleh
kepala sekolah semua wakil kepala sekolah, dan para guru
serta kepala dan staf TU.
Struktur panitia pelaksana pendampingan ON adalah sebagai
berikut:
Penanggungjawab
Ketua
Sekretaris
rapat
Bendahara
Seksi akademik
Seksi sarpras
Seksi konsumsi

: Kepala Sekolah (sekolah induk)


: Wakaur Kurikulum
: Guru senior yang dipilih oleh forum
: Bendahara sekolah
: Guru yang dipilih oleh forum rapat
: Wakaur Sarpras
: Guru yang dipilih oleh forum rapat

g. Waktu dan tempat pelaksanaan Pendampingan ON


Pendampingan ON dilaksanakan pada September s.d.
November 2016. Pendampingan ON dilaksanakan di sekolah
imbas.
4. Penetapan induk kluster
a. Kriteria induk kluster
1) Telah melaksanakan K13 sekurang-kurangnya sejak tahun
pelajaran 2015/2016;
2) Memiliki manajemen yang baik;
3) Memiliki paling sedikit 15 ruang kelas dengan perabotan
(meja, kursi, papan tulis) yang layak;
4) Memiliki sumber daya listrik minimal 3.300 watt;
5) Memiliki sumber air bersih yang memadai;
6) Memiliki laboratorium IPA;
7) Memiliki perpustakaan;
8) Dapat dicapai dengan mudah dan cepat oleh anggotaanggota cluster;
36

9) Diutamakan memiliki sarana dan prasarana TIK dan akses


internet;
10)
Diutamakan memiliki aula;
11)
Diutamakan memiliki sarana dan prasarana
olahraga;
12)
Diutamakan memiliki ruang layanan BK;
13)
Diutamakan memiliki laboratorium bahasa.
b. SK induk kluster
Induk kluster ditetapkan oleh Direktorat PSMP melalui SK
penetapan Induk Kluster dengan memperhatikan usulan dari
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
C. Pendanaan
1. Pendanaan pendampingan induk kluster
a. Sumber dana
Biaya penyelenggaraan pendampingan yang dikelola oleh
induk kluster bersumber dari Pemerintah yang disalurkan
dalam bentuk Bantuan Pemerintah. Selain itu, biaya dapat
ditambah dengan dana yang bersumber dari Kabupaten/Kota
dan/atau Provinsi.
b. Besaran dana
Besar Bantuan Pemerintah yang disalurkan kepada induk
kluster berbeda antara daerah satu dan lainnya. Tabel 3.9
menyajikan besaran Bantuan Pemerintah tersebut.
Tabel 3.9: Besaran Bantuan Pemerintah pada Induk Kluster
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9

NAMA LPMP
LPMP
LPMP
LPMP
LPMP
LPMP
LPMP
LPMP
LPMP
LPMP

GORONTALO
DKI JAKARTA
JAWA BARAT
JAWA TENGAH
D.I.YOGYAKARTA
JAWA TIMUR
BALI
BENGKULU
BANTEN
37

@ BANTUAN
PEMERINTAH *

10 LPMP KALIMANTAN SELATAN


11 LPMP KALIMANTAN TIMUR
12 LPMP SULAWESI UTARA
13 LPMP SULAWESI TENGAH
14 LPMP SULAWESI SELATAN
15 LPMP SULAWESI TENGGARA
16 LPMP SULAWESI BARAT
17 LPMP KALIMANTAN TENGAH
18 LPMP KALIMANTAN BARAT
19 LPMP ACEH
20 LPMP SUMATERA UTARA
21 LPMP SUMATERA BARAT
22 LPMP RIAU
23 LPMP JAMBI
24 LPMP SUMATERA SELATAN
25 LPMP LAMPUNG
26 LPMP NUSA TENGGARA BARAT
27 LPMP KEPULAUAN RIAU
28 LPMP NUSA TENGGARA TIMUR
29 LPMP BANGKA BELITUNG
30 LPMP PAPUA BARAT
31 LPMP PAPUA
32 LPMP MALUKU
33 LPMP MALUKU UTARA
Keterangan :
* Besaran Bantah menunggu hasil revisi RKAKL
c. Penggunaan dana
Bantuan Pemerintah yang diterimakan kepada induk kluster
digunakan untuk:
1) penggandaan bahan pendampingan IN;
2) honor dan transport instruktur baik pada kegiatan
pendampingan IN maupun ON sesuai dengan ketentuan
daerah;
3) bantuan transport peserta pendampingan IN sesuai
dengan ketentuan daerah;
4) konsumsi pendampingan IN sesuai dengan ketentuan
daerah;
5) manajemen pendampingan IN; dan
6) ATK pendampingan IN.

38

d. Mekanisme penyaluran dana


1) Direktorat PSMP menerbitkan SK SMP pelaksana K13
dengan memperhatikan usulan Dinas Pendidikan Kab/Kota
dan kuota.
2) Direktorat PSMP menerbitkan SK kluster, sekolah induk,
dan sekolah imbas pelaksana K13 dengan memperhatikan
usulan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
3) LPMP menerbitkan SK sekolah induk penerima Bantuan
Pemerintah
untuk
pelaksanaan
pendampingan
pelaksanaan K13.
4) LPMP bersama sekolah induk menandatangani Surat
Perjanjian
Penerimaan
Bantuan
Pemerintah
untuk
Pelaksanaan Pendampingan Implementasi K13 termasuk
sekolah menandatangani kwitansi penerimaan Bantuan
Pemerintah dan menyampaikan nomor rekening sekolah di
bank pemerintah.
5) LPMP menyalurkan Bantuan Pemerintah kepada sekolah
induk SEKALIGUS segera setelah Surat Perjanjian
Penerimaan Bantuan Pemerintah untuk Pelaksanaan
Pendampingan Implementasi K13 dan kwitansi penerimaan
Bantuan Pemerintah ditandatangani dan nomor rekening
bank diberikan.
2. Pendanaan pendampingan sekolah imbas
a. Sumber
Biaya penyelenggaraan pendampingan yang dikelola oleh
sekolah imbas bersumber dari Pemerintah yang disalurkan
dalam bentuk Bantuan Pemerintah. Selain itu, biaya dapat
ditambah dengan dana yang bersumber dari Kabupaten/Kota
dan/atau Provinsi.
b. Besaran dana
Besar Bantuan Pemerintah yang disalurkan kepada sekolah
imbas adalah Rp.5.000.000,c. Penggunaan dan pemanfaatan dana
Bantuan Pemerintah yang diterimakan kepada sekolah imbas
digunakan untuk:
1) penggandaan bahan pendampingan ON;
39

2) konsumsi pendampingan ON sesuai dengan ketentuan


daerah;

40

3) manajemen pendampingan ON; dan


4) ATK pendampingan ON.
d. Mekanisme penyaluran dana
Dana untuk sekolah imbas disalurkan oleh LPMP melalui
sekolah induk kluster dari LPMP
D. Monitoring, Evaluasi, Pelaporan, dan Layanan Informasi
1. Monitoring pelaksanaan pendampingan
a. Tujuan
Tujuan dilakukannya monitoring adalah untuk:
1) mengetahui apakah pendampingan dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan; dan
2) membantu memecahkan masalah/hambatan pelaksanaan
pendampingan (bila ada).
b. Cakupan/aspek
Monitoring dilakukan untuk pelaksanaan pendampingan IN
maupun ON dengan cakupan/aspek monitoring minimal
meliputi:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

fokus pendampingan;
metode/aktivitas pendampingan;
waktu pelaksanaan dan durasi pendampingan;
instruktur;
peserta;
pendanaan;
konsumsi; dan
manajemen.

c. Teknik dan instrumen pengumpulan data


Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket,
pengamatan, wawancara, dan studi dokumen. Instrumen yang
digunakan adalah kuesioner, lembar pengamatan, petunjuk
wawancara, dan rubrik analisis dokumen.

41

d. Pelaksana
Pelaksana monitoring pelaksanaan pendampingan adalah:
1) Direktorat
PSMP
untuk
monitoring
pengelolaan
pendampingan oleh LPMP dan pelaksanaan pendampingan
di sekolah induk dan sekolah imbas;
2) Dinas Pendidikan Provinsi untuk monitoring pelaksanaan
pendampingan di sekolah induk dan sekolah imbas;
3) LPMP untuk monitoring pelaksanaan pendampingan di
sekolah induk dan sekolah imbas; dan
4) Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk monitoring
pelaksanaan pendampingan di sekolah induk dan sekolah
imbas.
e. Waktu pelaksanaan
Monitoring dilaksanakan pada saat pendampingan sedang
berlangsung.
2. Evaluasi pelaksaaan pendampingan
a. Tujuan
Tujuan dilaksanakannya evaluasi pelaksanaan pelatihan
adalah:
1) mengetahui apakah pendampingan telah dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan;
2) mengetahui kesesuaian desain (terutama tujuan, fokus,
metode, durasi) pendampingan dengan kebutuhan guru
dan kepala sekolah;
3) mengetahui tingkat ketercapaian tujuan pendampingan;
4) mengidentifikasi kelebihan-kelebihan pendampingan yang
telah dilaksanakan untuk; dan
5) mengidentifikasi kekurangan-kekurangan pendampingan
yang telah dilaksanakan.
b. Cakupan/aspek
Aspek-aspek yang dicakup dalam evaluasi
pendampingan sekurang-kurangnya meliputi:
1) kesesuaian tujuan pendampingan;
2) kesesuaian fokus pendampingan;
3) kesesuaian metode/aktivitas pendampingan;
42

pelaksanaan

4) kesesuaian waktu pelaksanaan pendampingan;


5) kecukupan durasi pendampingan;
6) kompetensi instruktur;
7) peserta;
8) kelayakan pendanaan;
9) kelayakan konsumsi;
10)
kelayakan manajemen;
11)
ketercapaian tujuan pendampingan;
12)
kelebihan-kelebihan pelaksanaan pendampingan;
13)
kekurangan-kekurangan pelaksanaan pendampingan;
14)
saran-saran perbaikan pelaksanaan pendampingan;
dan
15)
best practice.
c. Teknik dan instrumen pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket,
pengamatan, wawancara, dan studi dokumen. Instrumen yang
digunakan adalah kuesioner, lembar pengamatan, petunjuk
wawancara, dan rubrik analisis dokumen.
d. Pelaksana
Pelaksana evaluasi adalah panitia pelaksana pelatihan.
e. Waktu pelaksanaan
Evaluasi pelaksanaan pelatihan dilaksanakan pada setiap
akhir pelaksanaan setiap pelatihan.
3. Pelaporan
Sebagai
salah
satu
bentuk
akuntabilitas,
pendampingan menyusun laporan, yaitu:

pelaksana

a. laporan pelaksanaan kegiatan, dan


b. laporan keuangan.
Kedua laporan tersebut selesai disusun selambat-lambatnya 1
(satu) bulan setelah kegiatan diselesaikan. Laporan kemudian
diserahkan kepada pengelola kegiatan di atasnya dengan
ketentuan:
a. Sekolah induk dan sekolah imbas menyerahkan laporan
kepada LPMP; dan
b. LPMP menyerahkan laporan kepada Direktorat PSMP.
43

4. Sanksi
Sanksi terhadap penyelenggaraan pendampingan yang tidak
sesuai dengan ketentuan akan dijatuhkan oleh aparat/pejabat
yang berwenang. Sanksi kepada oknum yang melakukan
pelanggaran dapat diberikan dalam berbagai bentuk sesuai
tingkat keseriusan pelanggaran. Berikut adalah beberapa contoh
sanksi yang dapat diberikan:
a. Penerapan sanksi kepegawaian sesuai dengan peraturan dan
undang-undang yang berlaku (pemberhentian, penurunan
pangkat, mutasi kerja).
b. Penerapan tuntutan perbendaharaan dan ganti rugi, yaitu
dana yang terbukti disalahgunakan agar dikembalikan kepada
kas negara.
c. Penerapan proses hukum, yaitu mulai proses penyelidikan,
penyidikan dan proses peradilan bagi pihak yang diduga atau
terbukti melakukan penyimpangan dana.
d. Pemblokiran dana dan penghentian sementara seluruh
bantuan pendidikan yang bersumber dari APBN pada tahun
berikutnya kepada LPMP dan sekolah bilamana terbukti
pelanggaran tersebut dilakukan secara sengaja dan tersistem
untuk memperoleh keuntungan pribadi, kelompok, atau
golongan.
5. Layanan informasi
Layanan informasi dan aduan ditangani oleh:
a. Direktorat Pembinaan SMP, Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan
alamat:
Subdit Pembelajaran, Dit.PSMP, Telp. 021 5725685, 57900083,
57900342
b. LPMP setempat;
c. Dinas Pendidikan Provinsi setempat ;
e. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota setempat.

44

BAB IV PENUTUP
Implementasi Kurikulum 2013 memerlukan keterlibatan semua unsur sekolah
untuk saling mendukung dan berperan serta sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya masing-masing. Agar pelaksanaan Kurikulum 2013 sesuai dengan
kebijakan dan konsep yang diinginkan maka guru yang telah dilatih perlu
mendapatkan pendampingan dalam mengimplementasikan hasil pelatihan.
Melalui pendampingan akan terjadi interaksi dan kolaborasi antara
pendamping dan yang didampingi untuk saling berbagi melaksanakan
Kurikulum 2013. Interaksi tersebut diharapkan mampu memperkuat
pelaksanaan Kurikulum 2013 di sekolah.
Keberhasilan pelatihan dan pendampingan implementasi Kurikulum 2013
tahun 2016 sangat dipengaruhi oleh kualitas proses pelaksanaan mulai dari
persiapan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi dan pelaporan. Oleh karena
itu, agar pelatihan dan pendampingan implementasi Kurikulum 2013 di SMP
dapat terlaksana sesuai tujuan diperlukan adanya komitmen dari seluruh
pihak yang terkait baik unsur pusat, LPMP, provinsi, kabupaten/kota, SMP
Induk Klaster, maupun sekolah imbas untuk bersama-sama mengupayakan
keberhasilan
keseluruhan
kegiatan
pelatihan
dan
pendampingan
implementasi Kurikulum 2013, sesuai
dengan
tugas,
fungsi
dan
kewenangan masing-masing.
Melalui panduan ini diharapkan semua pihak yang terkait dengan pelatihan
dan pendampingan implementasi Kurikulum 2013 dapat melaksanakan tugas
dan perannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. SMP Induk Klaster dan
sekolah imbas dapat mengembangkan lebih lanjut kegiatan pendampingan
sesuai dengan kebutuhannya dengan tetap mengikuti rambu-rambu yang
ada dalam panduan ini. Bila menemukan permasalahan ataupun pertanyaan
yang terkait dengan pelaksanaan pelatihan dan pendampingan dapat
menghubungi Tim Kurikulum LPMP setempat dan/atau Direktorat Pembinaan
SMP melalui Subdit Kurikulum di nomor telepon 021- 57900083.

45

Anda mungkin juga menyukai