DISUSUN OLEH
I WAYAN DARSANA
(1520025013)
(1520025025)
(1520025045)
(1520025049)
(1520025051)
M. FAKHRURROZI
(1520025066)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Manusia
memerlukan
nutrisi
dalam
proses
pertumbuhan
dan
bagi
tubuh.
Sistem
pencernaan
bekerja
dengan
mencerna
melewati
organ-organ
pencernaan
lainnya
seperti
kerongkongan, lambung, usus halus, dan usus besar. Struktur dan fungsi organ
pencernaan yang dilewati makanan/minuman akan menentukan bagaimana
makanan/minuman tersebut dicerna.
Mengingat pentingnya peran sistem pencernaan tersebut, maka
penulis tertarik untuk membahas struktur dan fungsi sistem pencernaan tubuh
manusia secara lebih mendalam. Selain itu, pembahasan lain yang akan
dimuat
dalam
pencernaan
makalah
dan
ini
aplikasi
antara
sistem
lain
penyakit/kelainan
pencernaan
dalam
pada
praktik
sistem
kesehatan
serta
kaitannya
dengan
cabang
ilmu
kesehatan
masyarakat lainnya?
2
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui struktur dan fungsi organ penyusun sistem pencernaan
manusia.
1.3.2 Mengetahui penyakit/kelainan pada sistem pencernaan dan cara
pencegahannya.
1.3.3 Mengetahui penerapan sistem pencernaan dalam praktik kesehatan
masyarakat serta kaitannya dengan cabang ilmu kesehatan
masyarakat lainnya.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Menambah
pencernaan manusia.
Dapat membantu menerapkan konsep-konsep sistem pencernaan
wawasan
dan
pengetahuan
mengenai
sistem
Memberikan
informasi
lebih
mendalam
mengenai
sistem
sistem pencernnaan.
Membantu
meningkatkan
kesehatan
masyarakat
melalui
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Struktur dan Fungsi Organ Penyusun Sistem Pencernaan
2.1.1 Rongga Mulut
Rongga mulut adalah sebuah ruangan yang dikelilingi oleh jaringan
lunak dan keras khususnya bibir, pipi, lidah, palatum (langit-langit mulut), dan
gigi (Shaker dkk, 2013). Proses pencernaan makanan secara fisik dan kimiawi
dimulai dalam rongga mulut (Campbell dkk, 2004). Selain sebagai salah satu
organ dalam sistem pencernaan, rongga mulut juga berperan dalam proses
bicara dan pernafasan.
Tahap awal proses pencernaan yang terjadi pada rongga mulut adalah
mastikasi (pengunyahan) dan penelanan. Mastikasi dikendalikan oleh sistem
saraf pusat dan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal
yang mempengaruhi adalah struktur gigi dan produksi saliva (air liur).
Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi adalah struktur makanan
yang dikonsumsi. Proses mastikasi merupakan koordinasi dari gerakan rahang,
lidah, palatum lunak, dan tulang hyoid yang membantu melembutkan
makanan yang dikonsumsi sebelum dibentuk menjadi bolus dan ditelan. Proses
mastikasi dibantu oleh saliva (air liur) yang memberikan lubrikasi pada
makanan. Lubrikasi pada makanan berguna untuk memudahkan pembentukan
bolus dan melancarkan proses penelanan (Shaker dkk, 2013).
Fase penelanan (swallowing) merupakan tahap pencernaan yang terjadi
setelah proses mastikasi (pengunyahan). Proses penelanan dibagi menjadi tiga
fase yaitu fase bukal, fase faring, dan fase esofagus (kerongkongan). Fase
bukal terjadi secara sadar di dalam mulut ketika lidah menggerakkan
gumpalan makanan (bolus) ke dalam faring. Fase faring terjadi secara tidak
sadar ketika makanan memasuki faring. Palatum lunak dan uvula tertekuk ke
atas menutup nasofaring untuk mencegah masuknya makanan ke rongga
hidung. Epiglotis menekuk ke bawah sementara laring naik. Akibatnya, lubang
menuju laring (saluran pernafasan) tertutup dan makanan hanya dapat masuk
ke esofagus (saluran pencernaan). Fase esofagus terjadi secara tidak sadar di
dalam esofagus. Otot lingkar esofagus yang biasanya tertutup menjadi terbuka
untuk memungkinkan lewatnya makanan ketika laring naik selama penelanan.
Makanan menuruni esofagus dibantu dengan gerakan peristaltik (meremasremas). Ketika makanan mencapai bagian bawah esofagus, otot lingkar
4
dasar rongga mulut dan mengalir di dasar rongga mulut (Priyanto dan Lestari,
2008)
4. Faring
Faring adalah tabung fibromuskular yang melekat pada dasar tengkorak
di atas dan berhubungan dengan esofagus di bagian bawah. Faring terdiri dari
tiga bagian yaitu nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Sebelum makanan
memasuki
esofagus,
makanan
terlebih
dahulu
melewati
orofaring
dan
adalah
tabung
sepanjang
25
cm
yang
dimulai
dari
daerah berbentuk kubah yang menonjol ke bagian kiri di atas kardia. Badan
merupakan suatu rongga longitudinal yang berdampingan dengan fundus dan
merupakan bagian terbesar dari lambung. Antrum merupakan bagian lambung
yang menghubungkan badan ke pilorik dan terdiri dari otot yang kuat. Pilorik
adalah suatu struktur tubular yang menghubungkan lambung dengan usus
duabelas jari (duodenum) dan mengandung spinkter pilorik (Schmitz dan
Martin, 2008).
b. Histologi Lambung
DInding lambung tersusun dari 4 lapisan dasar sama halnya dengan
lapisan saluran cerna lainnya secara umum dengan modifikasi tertentu, yaitu
lapisan mukosa, sub mukosa, muskularis eksterna, dan serosa (Schmitz dan
Martin, 2008). Adapun keempat lapisan tersebut yaitu:
1. Lapisan mukosa terdiri atas epitel permukaan, lamina propia,
danmuskularis mukosa. Epitel permukaan yang berlekuk ke dalam
lamina propia dengan kedalaman yang bervariasi yang membentuk
sumur-sumur lambung yang disebut dengan fovela gastrika. Epitel
yang menutupi permukaan dan melapisi lekukan-lekukan tersebut
merupakan epitel selapis, silindris, dan semua selnya mensekresi
mucus alkalis. Lamina propia lambung terdiri atas jaringan ikat
longgar yang disusupi oleh sel otot polos dan sel limfoid (Tortora dan
Derrickson, 2009).
2. Lapisan sub mukosa mengandung jaringan ikat, pembuluh daah,
sistem limfatik, limfosit, sel plasma dan sebagai tambahan terdapat
pleksus sub mukosa (Schmitz dan Martin, 2008).
3. Lapisan muskularis propia terdiri dari tiga lapisan otot, yaitu
inner
masuk bersama makanan. pH lumen turun hingga 2 akibat sekresi HCl. Ion
hydrogen (H+) dan ion klorida (Cl-) secara aktif ditransportasikan oleh pompa
yang berbeda di membran plasma sel parietal 3. Ion H+ yang disekresikan
berasal dari proses-proses metabolisme di dalam sel parietal. Ion H +
disekresikan sebagai hasil dari pemecahan molekul H 2O menjadi H+ dan OH-. Di
sel parietal, H+ disekresikan ke lumen oleh pompa H + -K+-ATPase yang yang
berada di membran luminal sel parietal. Transport ini juga memompa K +
masuk ke dalam sel dari lumen. Ion K + yang telah ditransportkan secara pasif
kembali ke lumen melalui kanal sehingga jumlah K + tidak berubah setelah
sekresi H+. Sel-sel parietal memiliki banyak enzim karbonat anhidrase yang
mempermudah H2O untuk berikatan dengan CO2 yang diproduksi oleh sel
parietal melalui sel parietal melalui proses metabolism atau berdifusi masuk
dari darah. Kombinasi antara H2O dan CO2 menghasilkan H2CO3 yang secara
parsial terurai menjadi H+ dan HCO3-. HCO3- dipindahkan ke plasma oleh
antipoter Cl- - HCO3- pada membrane basolateral dari sel parietal yang
kemudian mengangkat Cl- dari plasma menuju lumen lambung. Pertukaran ini
mempertahankan netralitas listrik plasma selama sekresi HCl berlangsung
(Sherwood, 2010). Proses tersebut dapat dituliskan:
CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3-
11
membentang dari pilorus sampai katup ileosekal. Pada orang hidup panjang
usus halus sekitar 12 kaki (22 kaki pada kadaver akibat relaksasi). Usus ini
mengisi bagian tengah dan bawah abdomen. Ujung proksimalnya bergaris
tengah sekitar 3,8 cm, tetapi semakin kebawah lambat laun garis tengahnya
berkurang sampai menjadi sekitar 2,5 cm (Guyton & Hall, 2005).
Usus halus dibagi menjadi duodenum, jejenum, dan ileum. Pembagian
ini agak tidak tepat dan didasarkan pada sedikit perubahan struktur, dan yang
relatif lebih penting berdasarkan perbedaan fungsi. Duodenum panjangnya
sekitar 25 cm, mulai dari pilorus sampai kepada jejenum. Pemisahan
duodenum
dan
jejenum
ditandai
oleh
ligamentum
treitz,
suatu
pita
dan
berinsersio
pada
perbatasan
duodenum
dan
jejenum.
ke
daerah
articulatio
sacroiliaca
kanan.
Akar
messenterium
masuk. Proses dilanjutkan di dalam duodenum terutama oleh kerja enzimenzim pankreas yang menghidrolisis karbohidrat, lemak, dan protein menjadi
zat-zat yang lebih sederhana. Adanya bikarbonat dalam sekret pankreas
membantu menetralkan asam dan memberikan pH optimal untuk kerja enzimenzim. Sekresi empedu dari hati membantu proses pencernaan dengan
mengemulsikan lemak sehingga memberikan permukaan lebih bagus bagi
kerja lipase pankreas (Price & Wilson, 1994).
Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim dalam getah
usus (sukus enterikus). Banyak diantara enzim-enzim ini terdapat pada brush
border vili dan mencernakanzat-zat makanan sambil diabsorpsi (Price &
Wilson, 1994).
Isi usus digerakkan oleh peristalsis yang terdiri atas dua jenis gerakan,
yaitu segmental dan peristaltik yang diatur oleh sistem saraf autonom dan
hormon (Sjamsuhidajat & Jong, 2005). Pergerakan segmental usus halus
mencampur zat-zat yang dimakan dengan sekret pankreas, hepatobiliar, dan
sekresi usus, dan gerakan peristaltik mendorong isi dari salah satu ujung ke
ujung lain dengan kecepatan yang sesuai untuk absorpsi optimal dan suplai
kontinu isi lambung (Price & Wilson, 1994).
Absorpsi adalah pemindahan hasil-hasil akhir pencernaan karbohidrat,
lemak dan protein (gula sederhana, asam-asam lemak dan asam-asam amino)
melalui dinding usus ke sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sel-sel
tubuh. Selain itu air, elektrolit dan vitamin juga diabsorpsi. Absorpsi berbagai
zat berlangsung dengan mekanisme transpor aktif dan pasif yang sebagian
kurang dimengerti (Price & Wilson, 1994).
Lemak dalam bentuk trigliserida dihidrolisa oleh enzim lipase pankreas ;
hasilnya bergabung dengan garam empedu membentuk misel. Misel kemudian
memasuki membran sel secara pasif dengan difusi, kemudian mengalami
disagregasi, melepaskan garam empedu yang kembali ke dalam lumen usus
dan asam lemak seta monogliserida ke dalam sel. Sel kemudian membentuk
kembali trigliserida dan digabungkan dengan kolesterol, fosfolipid, dan
apoprotein untuk membentuk kilomikron, yang keluar dari sel dan memasuki
lakteal. Asam lemak kecil dapat memasuki kapiler dan secara langsung
menuju ke vena porta. Garam empedu diabsorpsi ke dalam sirkulasi
enterophepatik dalam ileum distalis. Dari kumpulan 5 gram garam empedu
yang memasuki kantung empedu, sekitar 0,5 gram hilang setiap hari;
13
kumpulan ini bersirkulasi ulang 6 kali dalam 24 jam (Sabiston, 1995; Schwartz,
2000).
Protein oleh asam lambung di denaturasi, pepsin memulai proses
proteolisis. Enzim protease pankreas (tripsinogen yang diaktifkan oleh
enterokinase
menjadi
tripsin,
dan
endopeptidase)
melanjutkan
proses
menyokong
sekitar
8-10
L/hari
cairan
tubuh,
kebanyakan
diabsorpsi. Air secara osmotik dan secara hidrostatik diabsorpsi atau melalui
difusi pasif. Natrium dan khlorida diabsorpsi dengan pemasangan zat terlarut
organik atau secara transport aktif. Bikarbonat diabsorpsi secara pertukaran
natrium/hidrogen. Kalsium diabsorpsi melalui transport aktif dalam duodenum
dan jejenum, dipercepat oleh hormon parathormon (PTH) dan vitamin D.
Kalium diabsorpsi secara difusi pasif (Schwartz, 2000).
2.1.5 Usus Besar
a.
huruf U terbalik sepanjang sisi rongga perut. Bagian usus besar yang pertama
disebut caecum (usus buntu) dengan appendix vermiformis (umbai cacing di
ujungnya). DI dalam usus besar terdapat Caecum yang merupakan lokasi
tempat bersarangnya cacing. Cacing yang sering ditemukan adalah cacing
gelang atau ascaris lumbricoides dan cacing tambang ( ankylostoma ).
Caecum melanjutkan diri sebagai colon ascendens yang menuju atas di sisi
14
Bila isi usus halus mencapai sekum maka semua zat makanan telah diabsorpsi
dan isinya cair. Selama perjalanan di dalam kolon isinya menjadi makin padat
karena air diabsorpsi dan ketika ektum dicapai maka feses bersifat padatlunak. Peristaltic di dalam kolon sangat lamban. Diperlukan waktu kira-kira 16
sampai 20 jam bagi isinya untuk mencapai flexura sigmoid. Fungsi kolon dapat
diringkas sebagai berikut :
15
yang
mempunyai
kebiasan
teratur
akan
merasa
kebutuhan
membuang air besar pada kira-kira waktu yang sama setiap hari. Hal ini
disebabkan oleh refleks gastro-kolika, yang biasanya bekerja sesudah makan
pagi. Setelah makanan ini mencapai lambung dan setelah pencernaan dimulai
maka peristaltic di dalam usus terangsang , merambat ke kolon mencapai
sekum, mulai bergerak. Isi kolon pelvis masuk ke dalam rektum; serentak
peristaltic keras terjadi di ddalam kolon dan terjadi perasaan di daerah
perineum. Tekanan intra-abdominal bertambah dengan penutupan glottis dan
kontraksi diafragma dan otot abdominal; sfinkter anus mengendor dan
kerjanya berakhir. (Daniel S. Wibowo, 2004)
2.1.6 Hepar (Hati)
a. Anatomi Hepar
Hepar
berstektur lunak, lentur, dan terletak di bagian atas cavitas abdominalis tepat
di bawah diafragma. Hepar pada manusia terletak pada bagian atas cavum
abdominis, di bawah diafragma, di kedua sisi kuadran atas, yang sebagian
besar terdapat pada sebelah kanan. Beratnya 1200-1600 gram. Permukaan
atas terletak bersentuhan di atas organ-organ abdomen. Hepar difiksasi secara
erat oleh tekanan intraabdominal dan di bungkus oleh peritoneum kecuali di
daerah posterior-superior yang berdekatan dengan v.cava inferior dan
mengadakan kontak langsung dengan diafragma. (Snell,2006)
Secara anatomis, organ hepar terletak di hipochondrium kanan dan
epigastrium, dan melebar ke hipokondrium kiri. Hepar dikelilingi oleh vacuum
toraks dan bahkan pada orang normal tidak dapat dipalpasi (bila teraba berarti
ada pembesaran hepar). Bagian fungsional dari hepar di sebut sebagai lobulus
portal, yang terdiri dari 3 lobulus klasik (unit terkecil hepar atau lobulus hepar)
dan di tengahnya terdapat duktus interlobularis. Pada hepar terdapat unit
fungsional terkecil yang di sebut asinus hepar. Asinus hepar adalah bagian dari
16
hepar yang terletak diantara vena sentralis. Asinus hepar memiliki cabang
terminal arteri hepatica, vena porta dan sistem duktuli biliaris.
Hati disuplai oleh dua pembuluh darah yaitu :
a. Vena porta hepatica yang berasal dari lambung dan usus, yang kaya
akan nutrient seperti asam amino, monosakarida, vitamin yang larut
dalam air, dan mineral.
b. Arteri hepatica, cabang dari arteri kuliaka yang kaya akan oksigen.
Cabang-cabang pembuluh darah vena porta hepatica dan arteri hepatica
mengalirkan darahnya ke sinusoid. Hematosit menyerap nutrient, oksigen, dan
zat racun dari darah sinusoid. Di dalam hematosit zat racun akan dinetralkan
sedangkan nutrient akan ditimbun atau dibentuk zat baru, dimana zat tersebut
akan disekresikan ke peredaran darah tubuh.
b. Fisiologi hati
Menurut Guyton dan Hall (2008), hati mempunyai beberapa fungsi yaitu :
a. Metabolisme karbohidrat
Fungsi hati dalam metabolism karbohirta adalah menyimpan glikogen
dalam jumlah besar, mengkonversi galaktosa dan fruktosa menjadi
glukosa, gluconeogenesis, dalam membentuk banyak senyawa kimia yang
penting dari hasil perantara metabolisme karbohidrat.
b. Metabolisme lemak
Fungsi hati yang berkaitan dengan metabolism lemak, antara lain :
mongksidasi asam lemak untuk menyplai energy bagi fungsi tubuh yang
lain, membentuk sebagian besar kolesterol, fosfolipid, dan lipoproteinj
membentuk lemak dari protein dan karbohidrat.
c. Metabolism protein
Fungsi hati dalam metabolism protein adalah deaminasi asam amino,
pembentukan urem untuk mengeluarkan ammonia dari cairan tubuh,
pembentukan protein plasma, dan interkonversi beragam asam amino dan
membentuk senyawa lain dari asam amino.
d. Lain-lain
Fungsi hati yang lain diantaranya hati merupakan tempat penyimpanan
vitamin, hati membentuk zat-zat yang digunakan untuk koagulasi darah
dalam jumlah banyak dan hati mengeluarkan atau mengekskresikan obatobatan, hormon, dan zat lain. Sedangkan mineral yang disimpan di hepar
antara lain tembaga dan besi.
c. Patologi hepar
- Radang.
Merupakan proses perlawanan yang dilakukan tubuh terhadap benda
asing. Di tandai dengan ditemukannya sel fagosit seperti monosit dan sel
polimorfonuklear.
17
Fibrosis
Merupakan kerusakan sel yang tidak disertai dengan regenerasi, sehingga
dalam makroskopis dapat berupa atrofi maupun hipertrofi.
Degenerasi
Dibagi menjadi dua macam degenerasi yaitu degenerasi parenkimatosa
dan degenerasi hidropik. Degenerasi parenkimatosa adalah degenerasi
yang paling ringan derajatnya, bersifat reversible. Memiliki nama lain
degenerasi keruh, degenerasi albuminosa dan cloudly swelling. Memiliki
tanda pembengkakan dan kekeruhan sitoplasma akibat protein yang
mengendap. Kerusakan hanya terjadi pada sebagian kecil struktur sel.
Kerusakan ini menyebabkan oksidasi sel terganggu, sehingga proses
eliminasi air pun juga terganggu. Sehingga penimbunan air dalam sel.
Degenerasi hidropik adalah degenerasi yang terjadi pada hepar dengan
ciri-ciri sel hepsr membengkak sampai dua kali normal. Bersifat reversible
dan sering disebut juga balooming degeneration. Derajat keparahannya
lebih tinggi bila dibandingkan dengan degenerasi parenkimatosa. Memiliki
gambaran khas yaitu gambaran vakuola dari kecil sampai besar yang
terminal vena portal dan arteri hepatic, membawa darah kaya nutrisi dari
saluran pencernaan dan juga kaya oksigen dari jantung (Eroschenko,2010,
Junqueira et al, 2007)
Traktus portal terletak di sudut-sudut heksagonal. Pada traktus portal,
darah yang berasal dari vena portal dan arteri hepatic dialirkan ke vena
sentralis. Traktus portal terdiri dari 3 struktur utama yang disebut trias portal.
Struktur yang paling besar adalah venula portal terminal yang dibatasi oleh sel
endotel pipih. Kemudian terdapat arteriola dengan dinding yang tebal yang
merupakan cabang terminal dari arteri hepatic. Dan yang ketiga adalah duktus
biliaris yang mengalirkan empedu. Aliran darah di hati dibagi dalam unit
structural yang disebut asinus hepatic. Asinus hepatic berbentuk seperti buah
berry, terletak di traktus portal. Asinus ini terletak di antara 2 atau lebih
venula hepatic terminal, dimana darah mengalir dari traktus portalis ke
sinusoid, lalu ke venula tersebut. Asinus ini terbagi menjadi 3 zona, dengan
zona 1 terletak paling dekat dengan traktus portal sehingga paling banyak
menerima darah kaya oksigen, sedangkan zona 3 terletak paling jauh dan
hanya menerima sedikit oksigen. Zona 2 atau zona intermediet berada
diantara zona1 dan zona 3. Zona 3 ini paling mudah terkena jejas iskemik.
(Junquiera et al,2007)
2.2
Penyakit/Kelainan pada Sistem Pencernaan dan Upaya
Pencegahannya
Gangguan pada sistem pencernaan makanan dapat disebabkan oleh
pola makan yang salah, infeksi bakteri, dan kelainan alat pencernaan. Di
antara gangguan-gangguan ini adalah diare, sembelit, tukak lambung,
peritonitis, kolik, sampai pada infeksi usus buntu (apendisitis). Kelainan dan
penyakit pada sistem pencernaan antara lain sebagai berikut
2.2.1. Sakit Gigi
Di dalam gigi ada yang namanya pulpa gigi yang terdiri dari pembuluh
darah, jaringan, serta saraf-saraf yang sensitif. Sakit gigi terjadi ketika pulpa
mengalami radang.Peradangan itu sendiri penyebabnya bermacam-macam,
antara lain karena adanya tumpukan nanah di bagian dasar gigi akibat infeksi
bakteri (abses periapikal), gigi retak, penyusutan gusi, kerusakan gigi yang
mengakibatkan lubang, rusaknya tambalan, serta gigi yang terjepit di antara
gigi lainnya ketika tumbuh.Mereka yang menderita sakit gigi biasanya
mengalami gejala seperti nyeri di sekitar gigi dan rahang, pembengkakan,
sakit kepala, bahkan demam. Tingkat keparahan nyeri bisa bervariasi, mulai
19
dari ringan hingga hebat. Dan menurut pola kemunculannya, nyeri bisa timbul
dan
hilang
secara
berulang-ulang
atau
terasa
terus-menerus
Disentri adalah infeksi pada usus yang menyebabkan diare yang disertai
darah atau lendir. Ada dua jenis utama disentri yang digolongkan berdasarkan
penyebabnya, yaitu disentri basiler atau sigelosis yang disebabkan oleh
bakteri shigella dan disentri amoeba atau amoebiasis yang disebabkan oleh
amoeba (parasit bersel satu) bernama Entamoeba histolytica yang biasanya
ditemukan di daerah tropis. Disentri basiler biasanya lebih ringandibanding
dengan disentri amoeba.
2.2.8. Apendisitis
Apendisitis merupakan gangguan yang terjadi karena peradangan
apendiks. Penyebabnya ialah adanya infeksi bakteri pada umbai cacing (usus
buntu). Akibatnya, timbul rasa nyeri dan sakit.
2.2.9. Maag
Maag atau radang lambung atau tukak lambung adalah gejala penyakit
yang menyerang lambung dikarenakan terjadi luka atau peradangan pada
lambung yang menyebabkan sakit, mulas, dan perih pada perut.Penyebab
utama sakit maag ada dua, yakni bakteri helicobacter pylori (H. pylori) dan
penggunaan obat anti inflamasi non steroid (OAINS), seperti ibuprofen atau
aspirin dalam waktu yang cukup panjang. Bakteri H. pylori merupakan bakteri
yang dapat mengiritasi dan menyebabkan munculnya luka pada lambung atau
usus bagian
2.2.10. Tukak Lambung
Tukak lambung adalah luka yang muncul pada dinding lambung akibat
terkikisnya lapisan dinding lambung. Luka ini juga berpotensi muncul pada
dinding bagian pertama usus kecil (duodenum) serta kerongkongan (esofagus).
2.2.11. Radang Usus Buntu
Radang usus buntu (Appendicitis) merupakan nama penyakit yang
menyerang usus buntu. Appendicitis terjadi ketika appendix, nama lain dari
usus buntu telah meradang dan membuatnya rentan pecah, ini termasuk
darurat medis serius. Operasi dilakukan untuk penyembuhan radang usus
yang membengkak.
2.2.12. Demam Tifoid
Demam tifoid terjadi karena infeksi bakteri Salmonella typhi. Penyakit
yang banyak terjadi pada anak-anak ini dapat membahayakan nyawa jika tidak
ditangani dengan baik dan secepatnya. Demam Tifoid menular dengan cepat.
21
Infeksi dan demam tifoid terjadi ketika seseorang mengonsumsi makanan atau
minuman yang telah terkontaminasi sejumlah kecil tinja, atau yang lebih tidak
umum, urin yang terinfeksi bakteri.
2.2.13. Wasir Atau Hemoroid
Wasir atau hemoroid adalah pembengkakan yang berisi pembuluh darah
yang membesar. Pembuluh darah yang terkena wasir berada di dalam atau di
sekitar bokong, baik di dalam rektum atau di dalam anus. Kebanyakan
hemoroid adalah penyakit ringan dan bahkan tidak menimbulkan gejala.
2.2.14. Cacingan
Biasanya orang yang mengalami cacingan terjadi karena kurangnya
menjaga kebersihan sehingga memungkinkan telur-telur cacing akan masuk ke
dalam mulut dan hidup di dalam usus manusia, biasanya anak-anak yang
kurang menjaga kebersihan saat bermain di luar akan rentan tertular penyakit
cacingan ini.
2.3. Penerapan anatomi dan fisiologi sistem pencernaan dalam
praktik kesehatan masyarakat serta kaitannya dengan cabang
ilmu kesehatan masyarakat
Berdasarkan hasil diskusi kelompok, anatomi dan fisiologi sistem
pencernaan memiliki kaitan dengan cabang ilmu kesehatan masyarakat. Bila
ditinjau dari ilmu gizi, pemahaman masyarakat mengenai sistem pencernaan
akan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi makanan
dengan gizi yang seimbang. Apabila masyarakat memiliki pola makan tidak
teratur dengan gizi yang tidak seimbang, maka masyarakat akan rentan
terkena penyakit seperti diabetes mellitus dan jantung koroner. Sebab, sistem
pencernaan manusia tidak bisa menyeleksi zat gizi yang akan diserap.
Misalnya, seseorang memiliki lemak yang berlebih pada tubuhnya. Kemudian,
ia mengonsumsi makanan yang mengandung kadar lemak tinggi. Meskipun
telah diketahui bahwa orang tersebut memiliki lemak yang berlebih, sistem
pencernaan tubuh akan tetap menyerap lemak yang terkandung pada
makanan yang dikonsumsinya.
Bila ditinjau dari cabang ilmu epidemiologi dan kesehatan lingkungan,
pengetahuan mengenai sistem pencernaan manusia akan memudahkan
penanggulangan wabah penyakit terkait. Penyakit-penyakit dalam sistem
pencernaan yang rentan menjadi wabah antara lain diare dan disentri.
Penyakit tersebut pada umumnya disebabkan oleh keadaan lingkungan yang
22
23
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Saran
Saran yang dapat kami berikan adalah pemerintah dan masyarakat bersamasama
meningkatkan
pengetahuan
dan
kesadaran
masyarakat
tentang
pentingnya pola hidup yang sehat. Pola hidup sehat yang berkaitan dengan
sistem pencernaan adalah mengatur waktu makan secara teratur, menghitung
kalori dari makanan/minuman yang dikonsumsi, dan memastikan kualitas
makanan/minuman yang akan dikonsumsi.
24
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neill A., Jane B. Reece, dan Lawrence G. Mitchell. 2004. BIOLOGI
Edisi Kelima Jilid 3. Diterjemahkan oleh Wasmen Manalu. Jakarta:
Erlangga
Gibson,
John.
2002.
Fisiologi
dan
Anatomi
Modern
untuk
Perawat.
Arjun
S.
2013.
Pharynx
Anatomy.http://emedicine.medscape.com/article/1949347-overview.
Diakses pada 7 Mei 2016
Junqueira, L.C., 2007. Histologi Dasar: Teks & Atlas. Edisi. 10. Jakarta: EGC
Manif Niko, Kartadinata. 2008. Obstruksi Ileus - Cermin Dunia Kedokteran.
http://www.portalkalbe.com/files/obstruksiileus.pdf diakses pada 16 Mei
2016
Pack,
Phillip
E.
2007.
Cliffs
Quick
ReviewTM
Anatomi
dan
Fisiologi.
25
Schmitz, P.G., dan Martin, K.J. 2008. Internal Medicine: Just The Facts.
Singapore: The McGraw-Hill Companies
Shaker, Reza, Peter C. Belafsky, Gregory N. Postma, dan Caryn Easterling.
2013. Principles of Degluitition: A Multidisciplinary Text for Swallowing
and Its Disorders. New York: Springer
Sherwood, L. 2010. Human Physiology: From Cells to Systems. 7th Edition.
Canada: Yolanda Cossio
Sjamsuhidajat, R. dan De Jong W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Snell, R. S., 2006. Anatomi Klinik. Edisi 6. Jakarta: EGC
Tortora, G.J. dan Derrickson, B.H. 2009. Principles of Anatomy and Physiology.
Twelfth Edition. Asia: Wiley.
26