Anda di halaman 1dari 28

9

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Medis
1. Pengerian
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4
kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak ; konsistensi
fecec encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur
lendir dan darah atau lender saja (Ngastiyah, (2005)).
Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang
tidak biasa( lebih dari 3 kali sehari ), juga perubahan dalam
jumlah dan konsistensi( Brunner & Suddarth, (2002)).
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara
berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih
buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau
cair(Suriadi, (2001)).
Kesimpulan diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang
tidak biasa (lebih dari 4 kali) karena terjadinya inflamasi membrane mukosa
lambung dan usus halus yang ditandai dengan tinja yang encer atau cair
dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.

a. Macam-macam diare
Menurut ashwill and Droske dalam Suriadi,
dikelompokan menjadi ;

(2010), diare dapat

10

1) Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling
lama 3-5 hari
2) Diare berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari 7 hari.
3) Diare kronik bila diare berangsur lebih dari 14 hari

2. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan


a. Anatomi Sistem Pencernaan
Menurut Syaifuddin (2006), saluran pencernaan makanan merupakan
saluran yang menerima makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk
diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan (pengunyahan,
penelanan, dan pencampuran) dengan enzim dan zat cair yang
terbentang mulai dari mulut sampai anus.
Susunan saluran pencernaan terdiri dari :
1)

Mulut
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2
bagian yaitu :
a) Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang diantara gusi,
gigi, bibir dan pipi.
b) Bagian rongga mulut bagian dalam, yaitu rongga mulut yang
dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris, palatum, dan mandibularis,
disebelah belakang bersambung dengan faring.
Selaput lendir mulut yang ditutupi epithelium yang berlapis-lapis,
dibawahnya terletak kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan
lendir. Selaput ini kaya akan pembuluh darah dan juga memuat
banyak ujung akhir saraf sensoris. Disebelah luar mulut ditutupi

11

oleh kulit dan disebelah dalam ditutupi oleh selaput lendir


(mukosa). Otot orbikularis menutupi bibir. Levator anguli oris
mengangkat dan depressor anguli oris menekan ujung mulut.
a) Gigi Geligi
Geligi ada 2 macam :
(1) Gigi sulung, mulai tumbuh pada anak-anak umur 6-7bulan.
Lengkap pada umur 2,5 tahun jumlahnya 20 buah disebut juga
gigi susu, terdiri dari 8 buah gigi seri (densinsisivus), 4 buah
gigi taring (denskaninus), dan 8 buah gigi geraham (molare).
(2) Gigi tetap (gigi permanen) tumbuh pada umur 6-18 tahun,
jumlahnya 32 buah, terdiri dari : 8 buah gigi seri (dens
insisivus), 4 buah gigi taring (dens kaninus), 12 belas buah gigi
geraham (molare), dan 8 buah gigi geraham (premolare).
Fungsi gigi terdiri dari : gigi seri untuk memotong makanan,
gigi taring gunanya untuk memutus makanan yang keras dan
liat, dan gigi geraham gunanya untuk mengunyah makanan
yang sudah dipotong-potong.
b) Lidah
Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir,
kerja otot lidah ini dapat digerakan keseluruh arah. Lidah dibagi
atas tiga bagian, radiks lingua (pangkal lidah), dorsum lingua
(punggung lidah), dan apeks lingua (ujung lidah). Pada pangkal
lidah yang belakang terdapat epiglotis yang berfungsi untuk

12

menutup jalan nafas pada waktu menelan makanan, supaya


makanan jangan masuk ke jalan nafas.
Fungsi lidah yaitu mengaduk makanan, membentuk suara, sebagai
alat pegecap dan menelan, serta merasakan makanan.
c) Kelenjar ludah
Kelenjar ludah merupakan kelenjar yang mempunyai duktus yang
bernama duktus wartoni dan duktus stensoni. Kelenjar ludah ini
ada 2 yaitu kelenjar ludah bawah rahang (kelenjar submaksilaris)
yang terletak dibawah tulang rahang atas pada bagian tengah dan
kelenjar ludah bagian bawah lidah (kelenjar sublingualis) yang
terdapat disebelah depan bawah lidah.
Otot-otot ekxtrinsik lidah berasal

dari

rahang

bawah

(M.mandibularis, os hyoid, dan prosesus stiloid) menyebar


kedalam lidah membentuk anyaman bergabung dengan otot
intrinsic yang terdapat pada lidah.
2) Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan (esophagus). Didalam lengkung faring terdapat tonsil
(amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung
limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi. Disisni terdapat
persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya
dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang
belakang. Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga
hidungdengan perantaraan lubang bernama koana. Keadaan telak

13

berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang


3)

disebut ismus fausium.


Esophagus
Esophagus merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan
lambung, panjangnya 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk
kardiak dibawah lambung. Lapisan dinding dari dalam keluar adalah
lapisan selaput lendir (mukosa), lapisan submukosa, lapisan
melingkar sirkuler, dan lapisan otot memanjang longitudinal.
Esophagus terletak dibelakang trakea dan didepan tulang punggung,
setelah melalui thoraks menembus diafragma masuk kedalam

4)

abdomen menyambung dengan lambung.


Lambung
Lambung atau gaster merupakan bagian dari saluran cerna yang dapat
mengembang paling banyak terutama didaerah epigaster. Lambung
terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan dengan esophagus
melalui orifisium pilorik. Terletak dibawah diafragma didepan
pancreas dan limpa, menempel disebelah kiri fundus uteri.
Fungsi lambung :
a) Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan
makanan oleh peristaltik lambung dan getah lambung.
b) Getah cerna lambung yang dihasilkan.
(1) Pepsin, fungsinya memecah putih telur menjadi asam amino
(albumin dan pepton).
(2) Asam garam (HCL), fungsinya mengasamkan makanan
sebagai anti septik dan desinfektan, dan membuat suasana
asam pada pepsinogen sehingga menjadi pepsin.

14

(3) Rennin, fungsinya sebagai ragi yang membekukan susu dan


membentuk kasein dari kasinogen (kasinogen dan protein
susu).
(4) Lapisan lambung jumlahnya sedikit memecah lemak menjadi
asam lemak yang merangsang sekresi getah lambung.
5) Usus Halus
Usus halus atau intestinum minor adalah bagian dari sistem
pencernaan makanan yang berpangkal pada pylorus dan berakhir pada
sekum panjangnya 6 meter, merupakan saluran paling panjang tempat
proses pencernaan dan adopsi hasil pencernaan yang terdiri dari
lapisan usus halus (lapisan mukosa, lapisan otot meligkar, lapisan otot
memanjang, dan lapisan serosa)
a) Duodenum, disebut juga usus dua belas jari, panjangnya 25 cm,
berbentuk sepatu kuda melengkung kekiri, pada lengkungan ini
terdapat pancreas. Pada bagian kanan duodenum terdapat selaput
lendir, yang membukit disebut papilla vateri. Pada papilla vateri
bermuara saluran empedu dan saluran pancreas.
b) Jejenum dan Ileum, mempunyai panjang sekitar 6 meter. Dua
perlima bagian atas adalah jejenum dengan panjang 23 meter dan
ileum dengan panjang 4-5 meter. Lekukan jejenum dan ileum
melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan
lipatan peritoneum yang berbentuk kipas dikenal sebagai
mesenterium.

15

c) Mukosa usus halus, yaitu permukaan epitel yang sangat luas


melalui lipatan mukosa dan mikrovili memudahkan pencernaan
dan absorbsi. Lipatan ini dibentuk oleh mukosa dan submukosa
yang dapat meperbesar permukaan usus. Pada penampang
melintang, vili dilapisi oleh epitel dan kripta yang menghasilkan
bermacam-macam hormone jaringan dan enzim yang memegang
peranan aktif dalam pencernaan.
Fungsi usus halus meliputi :
(1) Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap
melalui kapiler-kapiler darah dan saluran-saluran limfe.
(2) Menyerap protein dalam bentuk asam amino.
(3) Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida.
Gambar 2.1
Usus Halus

Sumber : (Watson, Roger, 2002)

6) Usus Besar

16

Usus besar atau intestinum mayor panjangnya 1,5 meter, lebarnya 5-6
cm. lapisan-lapisan susu besar dari dalam keluar : selaput lendir,
lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang, jaringan ikat. Fungsi
usus besar adalah menyerap air dan makanan, tempat tinggal bakteri
coli, tempat faeses.
a) Sekum
Dibawah sekum terdapat apendiks vermiformis yang berbentuk
seperti cacing sehingga disebut juga umbai cacing, panjangnya 6
cm. seluruhnya ditutupi oleh peritoneum mudah bergerak
walaupun tidak mempunyai mesenterium dan dapat diraba melalui
dinding abdomen pada orang yang masih hidup.
b) Kolon Asenden
Panjangnya 13 cm, terletak dibawah abdomen sebelah kanan,
membujur keatas dari ileum kebawah hati.Dibawah hati
melengkung kekiri, lengkungan ini disebut fleksura hepatica,
dilanjutkan sebagai kolon transversum.
c) Apendiks (usus buntu)
Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari ujung
sekum mempunyai pintu keluar yang sempit tetapi masih
memungkinkan dapat dilewati oleh beberapa isi usus.
d) Kolon tranversum
Panjangnya 38 cm, membujur dari kolon asenden ke kolon
desenden berada dibawah abdomen, sebelah kanan terdapat
fleksura hepatica dan sebelah kiri fleksura lienalis.
e) Kolon desendens

17

Panjangnya 25 cm, terletak dibawah abdomen sebelah kiri


membujur dari atas kebawah dan fleksura lienalis sampai kedepan
ileum kiri, bersambung dengan kolon sigmoid.
f) Kolon sigmoid
Merupakan lanjutan dari kolon desendens, terletak miring dalam
rongga pelvis sebelah kiri, berbentuk menyerupai huruf S, ujung
bawahnya berhubungan dengan rectum.
g) Rectum
Rectum terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan
intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis
didepan os sacrum dan os koksigis.
h) Anus
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan
rectum dengan dunia luar (udara luar). Terletak didasar pelvis,
dindingnya diperkuat oleh 3 sfingter yaitu :
a) Sfingter ani internus (sebelah atas), bekerja tidak menurut
kehendak.
b) Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak.
c) Sfingter externus (sebelah bawah), bekerja menurut kehendak.
b. Fisiologi Sistem Pencernaan
Fungsi system pencernaan adalah memindahkan zat nutrient (zat yang
sudah dicerna), air dan garam yang berasal dari makanan yang
didistribusikan ke sel-sel melalui system sirkulasi. Zat makanan merupakan
sumber energi bagi tubuh seperti ATP yang dibutuhkan oleh sel-sel untuk
melaksanakan tugasnya. Agar makanan dapat dicerna secara optimal dalam

18

saluran pencernaan, maka saluran cerna harus mempunyai persediaan air,


elektrolit dan zat makanan yang terus menerus. Untuk itu dibutuhkan :
1) Pergerakan makanan melalui saluran cerna
2) Sekresi getah pencernaan
3) Absorbsi hasil pencernaan, air, dan elektrolit
4) Sirkulasi darah melalui organ gastrointestinal yang membawa zat yang
diabsorbsi
5) Pengaturan semua fungsi oleh sistem saraf dan hormone
Dalam lumen saluran gastrointestinal harus diciptakan suatu
lingkungan khusus supaya saluran pencernaan dan absorbsi dapat
berlangsung. Sekresi kelenjar dan kontraksi otot harus dikembalikan
sedemikian rupa supaya tersedia lingkungan yang optimal. Mekanisme
pengendalian lebih banyak dipengaruhi oleh volume dan komposisi
kandungan lumen gastrointestinal.
Sistem pengendalian harus dapat mendeteksi keadaan lumen.Sistem ini
terdapat dalam dinding saluran gastrointestinal. Kebanyakan refleks GI
dimulai oleh sejumlah rangsangan dilumen yaitu regangan dinding
oleh isi lumen, osmolaritas kimus atau konsentrasi zat yang terlarut,
keasaman kimus atau konsentrasi ion H, dan hasil pencernaan
karbohdarat,lemak, protein (monosakarida, asam lemak dan peptide
dari asam amino).
Gambar 2.2
Sistem Pencernaan

19

Sumber : http://www.google.co.id/imgres?q=sistem+pencernaan&hl=id

3. Etiology
Menurut Suriadi (2001), factor penyebab diare adalah :
Faktor Infeksi :
a. Bakteri
: Enterophathogenic Escherichia coli, salmonella,
shigella, yersinia enterocolitica.
b. Virus
: Enterovirus, Echoviruses, Adenovirus, human
retrovirua seperti agen, rota virus.
c. Jamur
: Candida enteritis
d. Parasit
: Giardia clamblia, cryptosporidium
Bukan faktor infeksi :
a. Alergi makanan : susu, protein
b. Gangguan metabolic atau malabsorbsi : penyakit celiac, cystic fibrosis
c.
d.
e.
f.
g.

pada pancreas
Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan
Obat-obatan : antibiotic
Penyakit usus : colitius ulcerative, chorn disese, enterocolitis
Emosional atau stress
Obstruksi usus
Penyakit infeksi : otitis media, infeksi saluran nafas atas, infeksi
saluran kemih.

20

4. Patofisiologi
Menurut Bruner & Suddarth,

(2001). Proses terjadinya gastoenteritis

dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan faktor diantaranya pertama


faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman)
yang masuk ke dalam saluran pencernaan kemudian berkembang dalam
usus

dan merusak sel mukosa usus

yang dapat menurunkan daerah

permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus

yang

akhirnya menyebabkan gangguan fungsi usus dalam absorpsi cairan dan


elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri akan menyebabkan
sistem transpor aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi
yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat. Kedua, factor
malabsorpsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorpsi yang
mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air
dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus
sehingga terjadilah diare. Ketiga, factor makanan, ini dapat terjadi apabila
toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik. Sehingga terjadi
peningkatan peristaltik usus yang menyebabkan diare. Keempat, factor
psikologis dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus
yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat
menyebabkan diare.

21

Ada 3 macam diare yang pertama, diare sekresi disebabkan oleh


peningkatan produksi dan sekresi air serta elektrolit oleh mukosa usus ke
dalam lumen usus. Diare osmotik terjadi bila air terdorong dalam usus oleh
tekanan osmotik dari partikel yang tidak dapat diabsorpsi. Diare campuran
disebabkan oleh peningkatan kerja peristaltik dari usus, dan kombinasi
peningkatan sekresi atau penurunan absorpsi dalam usus.
5. Tanda dan gejala
Menurut suriadi (2001), tanda dan gejala diare adalah :
a. Konsistensi feses cair dan frekuensi defekasi meningkat
b. Muntah
c. Demam (mungkin ada atau tidak)
d. Kram abdomen, tenesmus
e. Membrane mukosa kering
f. Fontanel cekung (pada bayi)
g. Berat badan turun
h. Malaise
i. Anorexia
j. Pucat

6. Komplikasi
Menurut Ngastiyah (2005) komplikasi yang timbul akibat diare akut
adalah:
a.

Dehidrasi

ringan,

Rejatan

hipovolemik

sedang, berat ) akibat kehilangan cairan


b.
akibat kehilangan elektrolit

22

c.

Hipokalemia

dengan

gejala meteorismus, hipotonus otot lemah, bradikardia, perubahan


elektrokardiogram )
d.

Kejang akibat dehidrasi


hipertonik

e.

Malnutrisi

akibat

muntah, diare )
7. Test Diagnosis
Menurut suriadi (2006), test diagnosit diare ;
a. Riwayat alergi pada obat-obatan dan makanan.
b. Kultur tinja
c. Pemeriksaan tinja
d. Evaluasi feses terhadap telur cacing dan parasit.
e. Evaluasi feses terhadap volume, warna, konsistensi, adanya pus.
f. Hitung darah lengkap
g. Uji antigen immunoassay enzim : untuk memastikan adanya rotavirus
8. Penatalaksanaan medis
Menurut Ngastiyah, (2005), penatalaksanaan medis diare adalah bila
anak hanya mengalami dehidrasi ringan, dehidrasi dapat dilakukan
peroral seperti seperti untuk pasien rawat jalan dengan larutan dehidrasi
oral (pedialyte, ricelyte). Cairan rehidrasi oral diberikan sedikit tapi
sering (5 sampai 15 ml), meski terdapat muntah. Dalam hal dehidrasi
berat, anak dirawat dirumah sakit untuk mendapatkan therapy intra vena
(IV) demi mengatasi dehidrasinya. Jumlah dehidrasi dihitung dan cairan
diganti dalam 24 jam, bersamaan dengan pemberian cairan rumatan.
Jika ada syok, segera harus dilakukan resusitasi cairan (20 ml/kg larutan
salin normal atau larutan ringer laktat : ulangi bila perlu). Pada kasuskasus ini, bila pemasangan jalur IV tidak berhasil, rute intraoseus dapat

23

dipakai untuk memberikan cairan dalam keadaan darurat pada anak yang
berusia kurang dari 6 tahun. Bila perfusi sistemik telah membaik, berarti
koreksi dehidrasi telah dimulai.
Setelah rehidrasi selesai, diet dapat dilakukan dengan diet biasa yang
mudah dicerna. Makanan yang mudah dicerna seperti pisang, nasi atau
bubur, roti bakar dan susu ibu. Pemberian cairan rehidrasi dari ASI dan
makanan

peroral

telah

dilaporkan

menurunkan

durasi

diare.

Pengembalian ke makanan oral adalah penting, khususnya pada kasus


sebelum terjadinya malnutrisi.
9. Tumbuh kembang
Menurut, ngastiyah (2005), tumbuh kembang anak mencakup 2 peristiwa
yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan yaitu
mengenai pertumbuhan dan perkembangan. Sedangkan apa yang
dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan per definisinya
sebagai berikut ;
a. Perkembangan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam
besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun
individu, yang dapat diukur dengan ukuran berat ( gram, pond, kg),
ukuran panjang dengan centi meter atau meter.
b. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuaan (skiil) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut
adnya poroses diferensasi sel-sel tubuh, organ dan system organ yang
berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat

24

memenuhi fungsinya. Termasuk perkembangan emosi, intelektual,


dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.
An. berusia 5 bulan
a). Motorik kasar
Di usia ini bayi pada umumnya sudah dapat duduk tanpa
pegangan, berdiri dengan pegangan, bangkit duduk dengan
kepala tegak, mulai belajar berdiri (dengan cara dipegang).
b)
Motorik halus
Di usia ini bayi sudah mulai duduk dan memperhatikan benda
yang ada disekitarnya, duduk dan mengambil 2 kubus,
mengambil mainan dengan berhasil, memindahkan kubus dari
c)

tangan datu ke tangan yang lainnya.


Hubungan social
Dapat memakan biscuit sendiri, marah bila mainan di ambil,

d)

berusaha menggapai mainan yang agak jauh.


Bahasa
Menoleh terhadap panggilan.

10. Dampak terhadap kebutuhan dasar manusia


Menurut Ngastiyah (2005), dampak terhadap kebutuhan dasar manusia
adalah :
a. Sirkulasi
Diare menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit, mengakibatkan
pasien menderita dehidrasi dan jika tidak segera diatasi akan
menyebabkan terjadinya dehidrasi asidosis, gangguan sirkulasi darah
dan pasien akan jatuh dalam keadaan rejatan (syok).
b. Nutrisi
Pasien yang menderita diare biasanya juga menderita anorexia
sehingga masukan nutrisinya juga menjadi kurang. Kekurangan

25

kebutuhan nutrisi akan terjadi jika pasien juga menderita muntahmuntah atau diare lama. Keadaan ini menyebabkan makin menurunnya
daya tahan tubuh sehingga proses penyembuhan tidak lekas tercapai,
bahkan dapat timbul komplikasi.
c. Rasa aman dan nyaman
Pasien yang menderita diarre akan merasakan gangguan rasa aman dan
nyaman karena sering buang air besar sehingga melelahkan. Apalagi
pada pasien kolera yang defekasinya terus-menerus disertai muntah.
Untuk mengurangi kelelahan pasien tersebut sebaiknya dirawat diatas
eltorbed, yaitu tempat tidur dari terpal yang dilubangi ditengahnya dan
dibawahnya ditempatkan ember penampung kotoran.
d. Pola eliminasi
Pada pasien Gastroenteritis Sering buang air besar mencret lebih dari 4
x dan Buang air kecil sedikit dan pekat ( bila terjadi dehidrasi )
e. Aktifitas latihan
Pada pasien Gastroenteritis biasanya mengalami Kelemahan tubuh
akibat dari kurang nutrisi dan cairan.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


Menurut Nursalam, (2001). Proses keperawatan adalah suatu proses
pemecahan masalah yang dinamis dalm usaha memperbaiki atau memelihara
kesehatan klien sampai tahap optimal melalui suatu pendekatan yang sifatnya

26

sistematis untuk mengenal dan membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhan


1.

khusus klien.
Pengkajiaan
Menurut Nursalam,

(2001)

Pengkajian adalah tahap awal dari proses

keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan


data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi
status keseehatan klien.
a. Identitas klien/biodata
Identitas klien/biodata meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, suku bangsa, alamat, nomor medrek, ruang rawat, diagnose
medis, tanggal masuk, dan tanggal pengkajian.
b. Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab meliputi nama, umur, pekerjaan, dan
hubungan dengan klien.
c. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Gastroenteritis biasanya mengeluh buang air besar mencret lebih dari 6
x, mual muntah, nafsu makan menurun dan perut kram.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Mulai timbulnya masalah sampai datangnya ke rumah sakit, meliputi :
tanggal mulainya timbul/lamanya penyakit, bentuk serangan apakah
akut atau kronik, lokasi penyebarannya, kualitas penyebarannya (sakit,
terbakar, tertekan), kuantitas, frekuensi (setiap hari, terus-menerus,
kadang-kadang), factor yang memperberat atau mengurangi masalah
(obat, istirahat, posisi tidur, dll). Dijabarkan berdasarkan format
PQRST

(Proaktif-Paliatif,

Qualitas-Quantitas,

Severity-Skala, Timing).
a.
Provokatif atau paliatif

Region-Radiasi,

27

Apa yang menjadi penyebab, yang membuat lebih baik atau lebih
buruk? Apakah disebabkan olh infeksi, makanan atau factor
malabsorsi? Apakah diare berkurang apabila diberi oralit dan
bertambah bila diberi susu kembali.
b.
Quality dan quantity
Bagaimana rasanya, tampaknya atau besarnya? Apakah diare
dikeluhkan sangat berat dan timbul lebih dari 4kali?
c.
Region atau radiasi
Dimana gejalanya? Apakah menyebar
d.
Skala
Apakah mengganggu aktifitas sehari-hari dan seberapa parah?
Apakah aktivitas bermain anak dan kebutuhan sehari-hari
e.

terganggu akibat diare dan muntah.


Timing
Kapan mulesnya, apakah mendadak atau bertahap? Apakah diare

dan muntah dirasakan terus dan berapa lama terjadinya.


3) Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit masa lalu (jenis penyakit apa saja yang pernah diderita),
perawatan dirumah sakit terakhir, riwayat pengobatan, riwayat alergi
4) Riwayat kesehatan keluarga
Mencakup apakah ada penyakit yang diakibatkan oleh herediter (asma,
diabetes,anemia sel sabit), kecenderungan penyakit keluarga (kanker,
hipertensi, penyakit jantung), dan penyakit lingkngan yang menular
5)

(TBC, penyakit kulit, dll).


Riwayat pre natal / kehamilan
Ibu pernah sakit, muntah yang berlebihan, perdarahan, kebiasaan minum
obat/jamu,

makanan

tertentu/minuman

ya/tidak
6) Riwayat intra natal / kelahiran

keras/merokok,

vaksinasi

28

Cukup bulan, kurang bulan, lewat bulan, spontan, mudah/sulit.Dengan


alat (vakum/forceps). Section caesarea. Ditolong oleh dukun / bidan /
lain-lain. Berat badan lahir, panjang badan lahir, partus lama, ketuban
pecah dini, ketuban warna hijau, cairan ketubah berlebih. Bayi nangis
langsung, bayi lama tidak menangis. Kelainan bawaan, trauma
kelahiran.
7) Riwayat post natal / setelah kelahiran
Menyusui (colostrums), icterus, perawatan tali pusat
8) Riwayat tumbuh kembang anak / DDST
Kemampuaan ; gerakan kasar, halus, berbicara/verbal, kecerdasaan,
menolong diri sendiri, bergaul/sosial.
9) Riwayat imunisasi
BCG, DPT I,II,III, polio I, II, III, campak, Hepatitis I, II, III.
d. Pemeriksaan fisik
1)
Keadaan umum
Keadaan sakit merupakan inspeksi pertama saat pengkajian. Tampak
tidak sakit, sakit ringan, sakit sedang, sakit berat.
2)
Tanda-tanda vital
a) Kesadaran
Pada gastroenteritis biasanya kesadaran penuh. Bila terjadi syok
hipovolemik akan mengalami penurunan kesadaran.
b) Nadi
: Biasanya cepat dan dalam
c) Suhu
: Terjadi peningkatan suhu
d) Respirasi Rate
: Terjadi peningkatan
3)
Antropometri / Pengukuran
Pada gastroenteritis klien biasanya terjadi penurunan berat badan.
4)
Pemeriksaan sistematik
a) Sistem pernafasan
Pada klien gastroenteritis biasanya terjadi peningkatan respirasi
rate.
b) Sistem kardiovaskuler dan limfe

29

Pada pemeriksaan jantung tidak ditemukan kelainan namun dapat


nadi cepat.
c) Sistem pencernaan
Pada gastrtroenteristis biasanya mengalami mual, muntah dan
tidak nafsu makan sehingga menimbulkan penurunan berat badan,
lidah kotor, buang air besar mencret, peristaltik usus meningkat.
d) Sistem persarafan
Pada klien gastroenteritis akut tidak terdapat nyeri kepala.
e) Sistem penglihatan
Pada klien gastroenteritis akut tidak ditemukan kelainan, mata
cekung
f) Sistem pendengaran
Pada klien gastroenteritis akut tidak ditemukan kelainan.
g) Sistem perkemihan
Pada klien gastroenteritis akut tidak ditemukan kelainan.
h) Sistem muscoluskeletal
Pada klien gastroenteritis tidak terdapat nyeri otot
i) Sistem integument
Pada klien gastroenteritis biasanya turgor kulit tidak elastis, kulit
kering.
5)

Pola Kebiasaan Sehari-Hari


a) Pola makan dan minum
Pada klien gastroenteritis, pola makan berubah karena adanya
anoreksia, mual, muntah.
b) Pola istirahat dan tidur
Pada klien gastroenteritis akut pola istirahat dan tidur terganggu
karena susah tidur.
c) Personal hygiene
Pada klien gastroenteritis akut, personal hygiene terganggu karena
akibat intoleransi aktivitas.
d) Eliminasi BAK dan BAB

30

Pada klien gastroenteritis akut kebiasaan buang air kecil akan


terjadi retensi bila dehidrasi karena panas yang meninggi, konsumsi
cairan yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
e) Pola aktivitas
Pada klien gastroenteritis, aktivitas akan terganggu akibat adanya
kelemahan fisik serta klien akan mengalami keterbatasan gerak
akibat penyakitnya.
6) Status psikologis
a) Status emosi
Saat sakit biasanya anak tidak mampu mengontrol emosinya,
cepat marah/menangis
b) Kecemasan klien
Saat sakit biasanya anak tampak menangis dan gelisah
c) Konsep diri
(1) Citra tubuh
Pada anak : pandangan orang tua tentang diri anaknya
(2) Peran
Pada anak : pandangan orang tua tentang perubahan diri pada
anaknya
(3) Identitas
Pada anak : bagaimana memperlakukan anaknya sesuai jenis
kelaminnya.
(4) Ideal diri
Pada anak : harapan orang tua tentang anaknya
(5) Harga diri
Pada anak : penilaian/penghargaan orang tua tentang anak
d) Koping mekanisme yang dipakai
Saat sakit biasanya anak akan menangis, marah.
7) Data penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium :
a) Hematest feses apakah tampak ada darah
b) Evalusi feses terhadap telur cacing dan parasit

31

c) Urinalisasi : berat jenis bertambah, organism shigella keluar melalui


urin
d) Test darah lengkap terhadap leukositisis, anemia, dll
e) Test kimia daarah terhadap penurunan natrium dan kalium.
8) Data terapi
Pada klien gastroenteritis, diberikan antibiotik dan diet rendah serat.
2.

Diagnosa keperawatan
Menurut Suriadi (2010),

diagnose

keperawatan

adalah

cara

mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien


serta respons terhadap masalah aktual dan resiko tinggi. diagnose
keperawatan yang muncul pada penyakit diare adalah :
a. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan seringnya buang air
besar dan encer.
b. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan seringnya buang
air besar.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
menurunnya absorbs makanan dan cairan
d. Cemas dan takut pada anak / orang tua berhubungan dengan
hospitalisasi dan kondisi sakit
e. Diare berhubungan dengan malabsorbsi usus
3.

Rencana keperawatan
Menurut Suriadi, (2001. Rencana keperawatan adalah deskripsi untuk
perilaku spesifik yang diharapkan dari pasien dan/atau tindakan yang harus
dilakukan oleh perawat .
Intervensi keperawatan :
a. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan seringnya buang air
besar dan encer.
Kriteria hasil :
1)
2)

Mata tidak cekung


buang air besar kembali dalam batas normal

32

Tabel 2.1
Intervensi Diagnosa Ke-1
No
1

Intervensi
Kaji tanda-tanda vital (TD,
suhu, nadi)

Rasional
Hipotensi
(termasuk
postural),
takikardia, demam dapat menunjukan
respon terhadap dan/atau efek
kehilangan cairan.

Ukur berat badan tiap hari

Indicator cairan dan status nutrisi

Pertahankan
pembatasan
peroral, tirah baring : hindari
kerja

Kolon
diistirahatkan
untuk
penyembuhan dan untuk menurunkan
kehilangan cairan usus

Kaji pengeluaran urin

Fungsi ginjal berpengaruh terhadap


kondisi dehidrasi

Pantau intake output

Memberikan
informasi
keseimbangan cairan

Berikan obat sesuai indikasi,


anti
diare,
antimetik,
antipiretik.

Menurunkan kehilangan cairan dari


usus, mengontrol mual dan muntah,
mengontrol demam.

b.

tentang

Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan


seringnya buang air besar.
Kriteria Hasil :
1) Keadaan kulit membaik
2) Tidak ditemukan kemerahan
3) Tidak ditemukan lecet
4) Daerah perineal kering/tidak lembab

Tabel 2.2
Intervensi Diagnosa Ke-2
No
1

Intervensi
Kaji kerusakan kulit

Rasional
Untuk mengetahui sejauh mana
kerusakan kulit

33

Kaji frekuensi BAB

Mengetahui factor resiko iritasi


kulit
Daerah yang lembab memudahkan
terjadinya iritasi

Hindari dari pakaian dan


pengalas tempat tidur yang
lembab

Ganti popok/kain apabila


lembab atau basah

Mengurangi resiko iritasi

Kolaborasi pemberian
lotion/cream

Mengobati iritasi kulit

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


menurunnya absorbsi makanan dan cairan.
Kriteria hasil :
1) Klien dapat minum susu dengan normal
2) Bising usus 6-12 x/menit

Tabel 2.3
Intervensi Diagnosa Ke-3
No
1

Intervensi
Timbang berat badan tiap
hari

Rasional
Memberikan informasi tentang
kebutuhan diet/keefektipan terapi

Dorong tirah baring dan/atau


pembatasan aktifitas selama fase
sakit akut

Menurunkan kebutuhan metabolic


untuk mencegah penurunan kalori
dan simpanan energy

Anjurkan istirahat sebelum


makan

Menenangkan
peristaltic
dan
menngkatkan energy untuk makan

Berikan kebersihan oral

Mulut
yang
besih
meningkatkan rasa makanan

Beri makanan dalam keadaan

Makanan hangat mengurangi mual

dapat

34

5
6

hangat
Berikan susu dalam keadaan
hangat
Berikan obat antiemetic

Mendorong nafsu makan


mengontrol mual dan muntah

d. Cemas dan takut pada anak/orang tuaberhubungan dengan hospitalisasi


pada anak dan kondisi sakit
Kriteria hasil :
1) Tingkat kecemasan ringan
2) Orang tua tidak takut dan tampak tenang
3) Orang tua tidak bertanya-tanya tentang penyakitnya

Tabel 2.4
Intervensi Diagnosa Ke-4
No
1

Intervensi
Kaji pengetahuan klien tentang
penyakit

Rasional
Mengetahui tingkat pengetahuan
klien

Catat petunjuk perilaku, misal :


gelisah

Indicator derajat stress

Dorong menyatakan perasaan.Beri


umpan balik

Membuat hubungan teurapetik.


Membantu pasien/orang terdekat
dalam mengidentifikassi masalah
yang mjenyebabkan stress. Pasien
dengan diare berat dapat raguragu untuk meminta bantuan
karena takut terhadap staf

Akui bahwa ansietas dan masalah


mirip dengan yang diekspresikan
orang lain.
Tingkatkan perhatian mendengar
pasien
Berikan informasi yang akurat dan
nyata apa yang dilakukan, missal :

Validasi bahwa perasaan normal


dapat membantu menurunkan
stress/isolasi dan menyakini
bahwa saya satu-satunya
Keterlibatan
pasien
dalam
perencanaan
perawatan
memberikan rasa control dan

35

tirah baring, pembatasan masukan


peroral dan prosedur
6

Berikan lingkungan yang


dan istirahat

tenang

Beri penyuluhan tentang penyakit


klien kepada orang tua

membantu menurunkan ansietas


Memindahkan pasien dari luar
stress meingkatkan relaksasi :
membantu menurunkan ansieas
Memberi informasi yang akurat
dapat mengurangi kecemasan

e. Diare berhubungan dengan malabsorbsi usus.


Kriteria hasil :
a. Konsistensi menjadi normal yaitu lunak
b. Bising usus 6 12

Tabel 2.5
Intervensi Diagnosa Ke-5
No
1

Intervensi
Kaji frekuensi BAB, konsistensi dan

Rasional
Dasar untuk evaluasi selanjutnya

warna
2

Kaji bising usus

Mendefinisikan berat dan ringan


masalahs

4.

Pantau intake output

Indicator balance cairan

Beri diit tinggi serat

Menstabilkan motilitas usus

Berikan obat anti diare

Indikasi diare berat

Implementasi keperawatan
Menurut Nursalam (2001). Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana
tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik . Tujuan dari pelaksanaan

36

adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan dan memfasilitasi koping
5.

Evaluasi keperawatan
Menurut Nursalam, (2001). Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk
melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh tindakan
keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.
Tujuan evaluasi adalah melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan

Anda mungkin juga menyukai