BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Medis
1. Pengerian
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4
kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak ; konsistensi
fecec encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur
lendir dan darah atau lender saja (Ngastiyah, (2005)).
Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang
tidak biasa( lebih dari 3 kali sehari ), juga perubahan dalam
jumlah dan konsistensi( Brunner & Suddarth, (2002)).
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara
berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih
buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau
cair(Suriadi, (2001)).
Kesimpulan diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang
tidak biasa (lebih dari 4 kali) karena terjadinya inflamasi membrane mukosa
lambung dan usus halus yang ditandai dengan tinja yang encer atau cair
dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.
a. Macam-macam diare
Menurut ashwill and Droske dalam Suriadi,
dikelompokan menjadi ;
10
1) Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling
lama 3-5 hari
2) Diare berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari 7 hari.
3) Diare kronik bila diare berangsur lebih dari 14 hari
Mulut
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2
bagian yaitu :
a) Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang diantara gusi,
gigi, bibir dan pipi.
b) Bagian rongga mulut bagian dalam, yaitu rongga mulut yang
dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris, palatum, dan mandibularis,
disebelah belakang bersambung dengan faring.
Selaput lendir mulut yang ditutupi epithelium yang berlapis-lapis,
dibawahnya terletak kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan
lendir. Selaput ini kaya akan pembuluh darah dan juga memuat
banyak ujung akhir saraf sensoris. Disebelah luar mulut ditutupi
11
12
dari
rahang
bawah
13
4)
14
15
6) Usus Besar
16
Usus besar atau intestinum mayor panjangnya 1,5 meter, lebarnya 5-6
cm. lapisan-lapisan susu besar dari dalam keluar : selaput lendir,
lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang, jaringan ikat. Fungsi
usus besar adalah menyerap air dan makanan, tempat tinggal bakteri
coli, tempat faeses.
a) Sekum
Dibawah sekum terdapat apendiks vermiformis yang berbentuk
seperti cacing sehingga disebut juga umbai cacing, panjangnya 6
cm. seluruhnya ditutupi oleh peritoneum mudah bergerak
walaupun tidak mempunyai mesenterium dan dapat diraba melalui
dinding abdomen pada orang yang masih hidup.
b) Kolon Asenden
Panjangnya 13 cm, terletak dibawah abdomen sebelah kanan,
membujur keatas dari ileum kebawah hati.Dibawah hati
melengkung kekiri, lengkungan ini disebut fleksura hepatica,
dilanjutkan sebagai kolon transversum.
c) Apendiks (usus buntu)
Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari ujung
sekum mempunyai pintu keluar yang sempit tetapi masih
memungkinkan dapat dilewati oleh beberapa isi usus.
d) Kolon tranversum
Panjangnya 38 cm, membujur dari kolon asenden ke kolon
desenden berada dibawah abdomen, sebelah kanan terdapat
fleksura hepatica dan sebelah kiri fleksura lienalis.
e) Kolon desendens
17
18
19
Sumber : http://www.google.co.id/imgres?q=sistem+pencernaan&hl=id
3. Etiology
Menurut Suriadi (2001), factor penyebab diare adalah :
Faktor Infeksi :
a. Bakteri
: Enterophathogenic Escherichia coli, salmonella,
shigella, yersinia enterocolitica.
b. Virus
: Enterovirus, Echoviruses, Adenovirus, human
retrovirua seperti agen, rota virus.
c. Jamur
: Candida enteritis
d. Parasit
: Giardia clamblia, cryptosporidium
Bukan faktor infeksi :
a. Alergi makanan : susu, protein
b. Gangguan metabolic atau malabsorbsi : penyakit celiac, cystic fibrosis
c.
d.
e.
f.
g.
pada pancreas
Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan
Obat-obatan : antibiotic
Penyakit usus : colitius ulcerative, chorn disese, enterocolitis
Emosional atau stress
Obstruksi usus
Penyakit infeksi : otitis media, infeksi saluran nafas atas, infeksi
saluran kemih.
20
4. Patofisiologi
Menurut Bruner & Suddarth,
yang
21
6. Komplikasi
Menurut Ngastiyah (2005) komplikasi yang timbul akibat diare akut
adalah:
a.
Dehidrasi
ringan,
Rejatan
hipovolemik
22
c.
Hipokalemia
dengan
e.
Malnutrisi
akibat
muntah, diare )
7. Test Diagnosis
Menurut suriadi (2006), test diagnosit diare ;
a. Riwayat alergi pada obat-obatan dan makanan.
b. Kultur tinja
c. Pemeriksaan tinja
d. Evaluasi feses terhadap telur cacing dan parasit.
e. Evaluasi feses terhadap volume, warna, konsistensi, adanya pus.
f. Hitung darah lengkap
g. Uji antigen immunoassay enzim : untuk memastikan adanya rotavirus
8. Penatalaksanaan medis
Menurut Ngastiyah, (2005), penatalaksanaan medis diare adalah bila
anak hanya mengalami dehidrasi ringan, dehidrasi dapat dilakukan
peroral seperti seperti untuk pasien rawat jalan dengan larutan dehidrasi
oral (pedialyte, ricelyte). Cairan rehidrasi oral diberikan sedikit tapi
sering (5 sampai 15 ml), meski terdapat muntah. Dalam hal dehidrasi
berat, anak dirawat dirumah sakit untuk mendapatkan therapy intra vena
(IV) demi mengatasi dehidrasinya. Jumlah dehidrasi dihitung dan cairan
diganti dalam 24 jam, bersamaan dengan pemberian cairan rumatan.
Jika ada syok, segera harus dilakukan resusitasi cairan (20 ml/kg larutan
salin normal atau larutan ringer laktat : ulangi bila perlu). Pada kasuskasus ini, bila pemasangan jalur IV tidak berhasil, rute intraoseus dapat
23
dipakai untuk memberikan cairan dalam keadaan darurat pada anak yang
berusia kurang dari 6 tahun. Bila perfusi sistemik telah membaik, berarti
koreksi dehidrasi telah dimulai.
Setelah rehidrasi selesai, diet dapat dilakukan dengan diet biasa yang
mudah dicerna. Makanan yang mudah dicerna seperti pisang, nasi atau
bubur, roti bakar dan susu ibu. Pemberian cairan rehidrasi dari ASI dan
makanan
peroral
telah
dilaporkan
menurunkan
durasi
diare.
24
d)
25
kebutuhan nutrisi akan terjadi jika pasien juga menderita muntahmuntah atau diare lama. Keadaan ini menyebabkan makin menurunnya
daya tahan tubuh sehingga proses penyembuhan tidak lekas tercapai,
bahkan dapat timbul komplikasi.
c. Rasa aman dan nyaman
Pasien yang menderita diarre akan merasakan gangguan rasa aman dan
nyaman karena sering buang air besar sehingga melelahkan. Apalagi
pada pasien kolera yang defekasinya terus-menerus disertai muntah.
Untuk mengurangi kelelahan pasien tersebut sebaiknya dirawat diatas
eltorbed, yaitu tempat tidur dari terpal yang dilubangi ditengahnya dan
dibawahnya ditempatkan ember penampung kotoran.
d. Pola eliminasi
Pada pasien Gastroenteritis Sering buang air besar mencret lebih dari 4
x dan Buang air kecil sedikit dan pekat ( bila terjadi dehidrasi )
e. Aktifitas latihan
Pada pasien Gastroenteritis biasanya mengalami Kelemahan tubuh
akibat dari kurang nutrisi dan cairan.
26
khusus klien.
Pengkajiaan
Menurut Nursalam,
(2001)
(Proaktif-Paliatif,
Qualitas-Quantitas,
Severity-Skala, Timing).
a.
Provokatif atau paliatif
Region-Radiasi,
27
Apa yang menjadi penyebab, yang membuat lebih baik atau lebih
buruk? Apakah disebabkan olh infeksi, makanan atau factor
malabsorsi? Apakah diare berkurang apabila diberi oralit dan
bertambah bila diberi susu kembali.
b.
Quality dan quantity
Bagaimana rasanya, tampaknya atau besarnya? Apakah diare
dikeluhkan sangat berat dan timbul lebih dari 4kali?
c.
Region atau radiasi
Dimana gejalanya? Apakah menyebar
d.
Skala
Apakah mengganggu aktifitas sehari-hari dan seberapa parah?
Apakah aktivitas bermain anak dan kebutuhan sehari-hari
e.
makanan
tertentu/minuman
ya/tidak
6) Riwayat intra natal / kelahiran
keras/merokok,
vaksinasi
28
29
30
31
Diagnosa keperawatan
Menurut Suriadi (2010),
diagnose
keperawatan
adalah
cara
Rencana keperawatan
Menurut Suriadi, (2001. Rencana keperawatan adalah deskripsi untuk
perilaku spesifik yang diharapkan dari pasien dan/atau tindakan yang harus
dilakukan oleh perawat .
Intervensi keperawatan :
a. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan seringnya buang air
besar dan encer.
Kriteria hasil :
1)
2)
32
Tabel 2.1
Intervensi Diagnosa Ke-1
No
1
Intervensi
Kaji tanda-tanda vital (TD,
suhu, nadi)
Rasional
Hipotensi
(termasuk
postural),
takikardia, demam dapat menunjukan
respon terhadap dan/atau efek
kehilangan cairan.
Pertahankan
pembatasan
peroral, tirah baring : hindari
kerja
Kolon
diistirahatkan
untuk
penyembuhan dan untuk menurunkan
kehilangan cairan usus
Memberikan
informasi
keseimbangan cairan
b.
tentang
Tabel 2.2
Intervensi Diagnosa Ke-2
No
1
Intervensi
Kaji kerusakan kulit
Rasional
Untuk mengetahui sejauh mana
kerusakan kulit
33
Kolaborasi pemberian
lotion/cream
Tabel 2.3
Intervensi Diagnosa Ke-3
No
1
Intervensi
Timbang berat badan tiap
hari
Rasional
Memberikan informasi tentang
kebutuhan diet/keefektipan terapi
Menenangkan
peristaltic
dan
menngkatkan energy untuk makan
Mulut
yang
besih
meningkatkan rasa makanan
dapat
34
5
6
hangat
Berikan susu dalam keadaan
hangat
Berikan obat antiemetic
Tabel 2.4
Intervensi Diagnosa Ke-4
No
1
Intervensi
Kaji pengetahuan klien tentang
penyakit
Rasional
Mengetahui tingkat pengetahuan
klien
35
tenang
Tabel 2.5
Intervensi Diagnosa Ke-5
No
1
Intervensi
Kaji frekuensi BAB, konsistensi dan
Rasional
Dasar untuk evaluasi selanjutnya
warna
2
4.
Implementasi keperawatan
Menurut Nursalam (2001). Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana
tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik . Tujuan dari pelaksanaan
36
adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan dan memfasilitasi koping
5.
Evaluasi keperawatan
Menurut Nursalam, (2001). Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk
melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh tindakan
keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.
Tujuan evaluasi adalah melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan