Anda di halaman 1dari 10

Apakah Penyakit Graves?

Penyakit Graves adalah kondisi medis yang ditandai dengan kadar hormon tiroid yang
berlebihan akibat produksi berlebihan oleh kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid adalah bagian dari
sistem endokrin yang terletak di bawah pita suara yang berperan dalam menghasilkan hormon,
seperti tiroid. Hormon tiroid membantu mengatur metabolisme tubuh, yang oleh karenanya
membantu mengatur suasana hati, berat badan dan kadar energi. Normalnya, kelenjar hipofise
menghasilkan suatu stimulating hormone, yang merangsang kelenjar tiroid untuk
mensekresikan hormon tiroid. Pada penyakit Graves, tubuh menghasilkan antibodi yang
menyerang sel-sel yang sehat dari kelenjar tiroid. Antibodi-antibodi ini juga meniru kerja dari
stimulating hormone yang dihasilkan oleh kelenjar hipofise, menyebabkan sekresi berlebihan
dari hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. Penderita penyakit Graves dapat menunjukkan gejala,
seperti rasa cemas, lekas marah, rasa lelah, kehilangan berat badan yang tidak diharapkan dan
bahkan penonjolan bola mata. Kondisi ini sering pada wanita, terutama yang berusia antara 20
dan 40 tahun. Perokok juga memiliki risiko tinggi dari penyakit Graves. Meskipun kondisi ini
secara umum tidak mengancam jiwa, penanganan diperlukan untuk mempertahankan kualitas
hidup karena jumlah berlebihan dari hormon tiroid di dalam tubuh dapat mempengarhui
suasana hati dan bahkan dapat menyebabkan depreso pada kasus berat.

Penyebab Graves' disease


Graves' disease tubuh mulai membuat antibodi yang menyebabkan kelenjar tiroid
membuat hormon yang lebih dari biasanya. Graves' disease adalah penyebab paling
umum Hipertiroidisme.
Di sini limfosit b dan t mulai membuat antibodi terhadap kelenjar tiroid disebut merangsang tiroid immunoglobulin (TSIs). Antibodi ini menargetkan 4 protein yang
berbeda dalam tiroid. Ini termasuk:
Thyroglobulin
Tiroid peroxidase
Natrium-iodida symporter
Tiroid merangsang hormon (TSH) reseptor
Dalam kondisi normal tiroid merangsang hormon (TSH) bertindak pada reseptor kecil
lebih dari kelenjar tiroid dan membuat tiroid menghasilkan hormon T3 dan T4.
Antibodi utama yang mengarah ke kuburan 's penyakit yang ditujukan terhadap
reseptor TSH.
Antibodi berperilaku seperti TSH dan mengikat TSH reseptor pada sel tiroid
menyebabkan kelenjar tiroid untuk tumbuh dalam ukuran menuju gondok atau
pembengkakan kelenjar tiroid. Selain itu, antibodi ini juga merangsang folikel tiroid
untuk menghasilkan lebih banyak hormon tiroid. Ini menimbulkan fitur
Hipertiroidisme.
Tiga antibodi lain memiliki kurang dari peran dalam patofisiologi Graves' disease
tetapi dapat dinilai untuk melihat perkembangan penyakit ini. Selain itu, sekitar 5%
dari mereka dengan anti-thyroid peroxidase antibodi dan TSI mungkin menjadi
hipotiroid dengan waktu. Ini berarti mereka kelenjar tiroid mensekresikan hormon
kurang daripada yang diperlukan. Beberapa pasien menghasilkan antibodi yang
memblokir daripada merangsang TSH reseptor dan ini juga dapat mengakibatkan
hipotiroidisme.

Yang Graves' disease mempengaruhi?


Perempuan lebih rentan terhadap kondisi autoimun. Kuburan adalah hingga delapan
kali lebih umum pada wanita daripada pria. Selain itu, mereka yang menderita dari

atau dengan anggota keluarga yang menderita kondisi lain autoimun seperti insulin dependent diabetes, rheumatoid arthritis, vitiligo dan karena pernicious anemia berada
pada risiko lebih besar mendapatkan Graves' disease.
Penyakit umumnya mempengaruhi orang-orang antara usia 20 dan 40. Namun Graves'
disease dapat mempengaruhi laki-laki dan orang-orang dari usia lain juga.

Gen dan Graves' disease


Gen mungkin juga memainkan peran adalah risiko Graves' disease. Beberapa keluarga
memiliki lebih dari satu kasus dan kondisi yang tampak berjalan dalam keluarga.
Beberapa gen yang diduga untuk membawa kondisi dari orang tua untuk keturunan
termasuk gen kode untuk CD40, CTLA-4, thyroglobulin, TSH reseptor dan PTPN22.
Lokus gen spesifik telah diidentifikasi. Ini dapat bervariasi di antara kelompok ras dan
etnis yang berbeda.

Graves' disease dan faktor-faktor lingkungan


Selain itu, beberapa bakteri seperti Yersinia enterocolitica, Escherichia colidan
organisme lain gram-negatif, telah ditemukan untuk memiliki situs-situs pengikatan
TSH. Ini juga dapat mengakibatkan masalah tiroid.
Faktor lingkungan lainnya yang menyebabkan kondisi tiroid seperti Graves' disease
meliputi:
merokok
stres
polusi
kehamilan
yodium terapi
Selenium asupan
cedera atau operasi dari kelenjar tiroid

injeksi obat tertentu seperti etanol, interferon beta-1b atau interleukin-4 terapi
dll (4)

Penyakit Graves
Penyakit Graves ialah kumpulan gejala karena pertumbuhan berlebih sel-sel kelenjar gondok
(tiroid). Penyakit Graves merupakan penyakit kelebihan hormon tiroid yang paling sering terjadi.
Penyakit Graves ditemukan oleh seorang dokter bernama Robert J. Graves pada tahun 1830.
Kelenjar gondok menghasilkan hormon T3 dan T4 yang berfungsi mengatur metabolisme basal
tubuh seperti mengatur kehangatan tubuh dan memfasilitasi pembentukan energi untuk
kelangsungan hidup sel-sel tubuh. Sedangkan yang terjadi pada penyakit Graves ialah hormon
T3 dan T4 yang berlebihan sehingga mengganggu metabolisme tubuh.
Salah satu yang paling mencolok dari penyakit ini ialah matanya yang melotot, namun tidak
semua orang dengan mata melotot menderita penyakit Graves maka jangan sesekali anda
memberitahu bos yang melotot pada anda bahwa dia menderita penyakit Graves.
Penyakit ini sering dilewatkan oleh orang awam karena gejala awalnya yang kurang nyata
bahkan dari pengalaman beberapa penderita ternyata dokternya baru dapat mendiagnosisnya
sebagai penyakit Graves setelah pemeriksaan ke sekian kali.
Bila anda mencurigai penyakit Graves maka anda dapat menghubungi dokter umum, dokter
spesialis penyakit dalam atau dokter subspesialis endocrinology.
GEJALA DAN TANDA
Gejala dan tanda dari penyakit Graves ialah:
Lemah, letih, lesu
Biasanya penderita sering merasa jantung berdebar-debar kencang dan cepat
Turunnya berat badan yang cepat
Banyak berkeringat
Kulit hangat dan lembab
Biasanya tremor (tangan bergetar terus), lemah otot
Sakit pinggang
Sakit dada
Bengkak
Susah bernafas
Sering buang air besar baik dengan konsistensi kotoran yang normal ataupun diare
Banyak keluar air mata, mata sensitif terhadap cahaya, sakit pada mata, mata yang melotot,

penglihatan ganda bahkan kehilangan penglihatan


Sering buang air kecil dan jumlah air seni banyak
Gampang memar
Menstruasi yang tidak teratur, jumlah menstruasi yang berkurang
Payudara laki-laki membesar
Gangguan ereksi
Berkurangnya nafsu birahi
Gelisah, cemas, lekas marah, dan tidak bisa tidur
Tulang gampang patah, osteoporosis
Otot yang mengecil
Kelenjar gondok yang membesar
Kelopak mata yang tertarik
PENYEBAB
Penyebab penyakit Graves ialah autoimun yaitu antibodi tubuh sendiri yang menyerang kelenjar
gondok sehingga menghasilkan banyak T3 dan T4 serta menghasilkan komponen radang.
Faktor risiko yang dapat menyebabkan kerentanan menderita penyakit ini ialah :
infeksi,
asupan yodium,
stres,
perempuan,
cedera pada kelenjar gondok,
obat steroid dan racun.
Merokok dapat memperburuk gejala penyakit Graves pada mata.
TERAPI
Terapi penyakit Graves ialah dengan:
Pemberian obat antitiroid thionamide, seperti propylthiouracil, carbimazole, dan methimazole.
Pemeriksaan fungsi tiroid dilakukan kembali 3-4 minggu kemudian untuk menilai kemajuan
pengobatan. Kebanyakan penderita mencapai kadar tiroid yang normal dalam 6-8 minggu,
namun obat tetap dipertahankan dalam dosis rendah hingga 18-24 bulan.
Radioiodine merupakan zat radioaktif yang berfungsi menghancurkan sel kelenjar gondok yang
berlebihan.
Operasi untuk mengangkat sebagian atau hampir seluruh dari kelenjar gondok.
KOMPLIKASI
Komplikasi penyakit Graves yang akut ialah terjadinya krisis tirotoksikosis yaitu kambuh dan
melonjaknya kadar tiroid yang membahayakan jiwa dengan gejala demam, mengigau, kejang,
koma, muntah, diare, dan kuning pada seluruh badan. Kematian biasanya terjadi karena gagal
jantung, gangguan irama jantung atau demam tinggi yang tidak bisa diturunkan dengan obat.
Komplikasi ini biasanya diawali dengan adanya penyakit berat yang mendadak terjadi (stroke,

infeksi, atau trauma), operasi, pengobatan dengan radioiodine.


Penyakit Graves juga dapat menyebabkan komplikasi mata karena kelopak mata yang tertarik
sehingga menyebabkan mata kering dan akhirnya kerusakan pada kornea dan bola mata.
Selain itu penyakit Graves juga dapat menyebabkan komplikasi gagal jantung kongestif yaitu
jantung tidak dapat memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh, dan tulang
menjadi rapuh.
PENCEGAHAN
Pencegahan dari penyakit Graves ialah dengan mencegah faktor risikonya seperti infeksi,
asupan yodium secukupnya jangan berlebihan ataupun kekurangan, hindari stres, hindari
cedera pada kelenjar gondok, dan hindari obat steroid.
Sumber: hhttp://septianwellys.blogspot.com/2013/06/pengertian-penyakit-graves.html

MIASTENIA GRAVIS ADALAH


Miastenia gravis adalah penyakit yang menyerang hubungan antara sistem saraf (nervus) dan
sistem otot (muskulus). Penyakit miastenis gravis ditandai dengan kelemahan dan kelelahan pada
beberapa atau seluruh otot, di mana kelemahan tersebut diperburuk dengan aktivitas terus menerus
atau aktivitas yang dilakukan berulang-ulang. Karakteristik dari miastenia gravis adalah kelemahan
semakin dirasakan semakin berjalannya hari (semakin siang atau sore semakin berat kelemahan
yang dirasakan). Kelemahan pada penyakit miastenia gravis akan menghilang dengan istirahat.
Penyakit miastenia gravis merupakan yang cukup jarang terjadi. Miastenia gravis secara statistik
menyerang sekitar 5 orang per 10.000 penduduk. Miastenia gravis dapat menyerang semua usia
dan jenis kelamin, namun lebih banyak terjadi pada wanita. Pada wanita, umumnya terjadi pada usia
20-30an. Sementara pada pria, umumnya terjadi pada usia 50-60an.
Penyakit miastenia gravis dapat bergejala ringan, yaitu hanya berupa kelemahan beberapa otot,
sampai gejala yang berat dan mengancam jiwa. Miastenia gravis jarang dapat disembuhkan secara
total atau permanen. Kekambuhan sangat sering terjadi pada penyakit miastenis gravis.

PENYEBAB
Penyakit miastenis gravis merupakan penyakit autoimun, yaitu di mana sistem kekebalan tubuh
seseorang menyerang tubuh orang tersebut. Pada orang normal, ada hubungan antara sistem saraf

dengan otot-otot. Hubungan antara keduanya terjadi melalui zat yang disebut neurotransmiter. Zat
neurotransmiter dikeluarkan dari sel saraf dan akan menempel dan bekerja pada sel otot sehingga
otot dapat bekerja dengan semestinya. Sistem kekebalan tubuh manusia dapat mengeluarkan
antibodi, suatu zat yang dipergunakan untuk melawan kuman penyakit.
Pada miastenia gravis, terdapat antibodi yang menghancurkan tempat neurotransmitter menempel
pada otot (reseptor). Sehingga dengan demikian, neurotransmitter yang dikeluarkan tidak dapat
menempel seluruhnya pada sel otot dan menyebabkan kelemahan dari otot.
Bagaimana bisa terjadi autoimun pada penderita miastenis gravis masih belum dimengerti
sepenuhnya. Sekitar 75% penderita miastenia gravis memiliki kelainan pada kelenjar timus
(thymus). Kelenjar timus adalah kelenjar kecil yang terdapat di belakang tulang dada (tulang
sternum) dan berfungsi membantu dalam system kekebalan tubuh. Sebagian diakibatkan
karena hiperaktivitas atau aktivitas yang berlebihan dari kelenjar timus, dan beberapa disebabkan
karena adanya timoma (kanker kelenjar timus).
Pada beberapa kasus miastenia gravis, ditemukan pula penyakit hipertiroid (hormon tiroid yang
berlebihan). Maka dari itu, penderita yang dicurigai perlu melakukan pemeriksaan hormon tiroid.
Seseorang berisiko menderita miastenis gravis bila terdapat riwayat miastenia gravis di dalam
keluarganya. Namun bukan berarti seseorang langsung menderita penyakit miastenia gravis.
Walaupun secara pasti belum diketahui tentang penyakit miastenis gravis, namun diyakini bahwa
miastenia gravis bukan penyakit menular.

GEJALA KLINIS
Penyakit miastenia gravis ditandai dengan adanya kelemahan dan kelelahan. Kelemahan otot terjadi
seiring dengan penggunaan otot secara berulang, dan semakin berat dirasakan di akhir hari. Gejala
ini akan menghilang atau membaik dengan istirahat.
Kelompok otot-otot yang melemah pada penyakit miastenis gravis memiliki pola yang khas. Pada
awal terjadinya miastenia gravis, otot kelopak mata dan gerakan bola mata terserang lebih dahulu.
Akibat dari kelumpuhan otot-otot tersebur, muncul gejala berupa penglihatan ganda (melihat benda
menjadi ada dua atau disebut diplopia) dan turunnya kelopak mata secaara abnormal (ptosis).
Miastenia gravis dapat menyerang otot-otot wajah, dan menyebabkan penderita menggeram saat
berusah tersenyum serta penampilan yang seperti tanpa ekspresi. Penderita juga akan merasakan
kelemahan dalam mengunyah dan menelan. Selain itu, terjadi gejala gangguan dalam berbicara,
yang disebabkan kelamahan dari langit-langit mulut dan lidah.
Sebagian besar penderita miastenia gravis akan mengalami kelemahan otot di seluruh tubuh,
termasuk tangan dan kaki. Kelemahan pada anggota gerak ini akan dirasakan asimetris (tidak sama
di kedua sisi).
Bila seorang penderita miastenia gravis hanya mengalami kelemahan di daerah mata selama 3
tahun, maka kemungkinan kecil penyakit tersebut akan menyerang seluruh tubuh. Penderita dengan
hanya kelemahan di sekitar mata disebut miastenia gravis okular.
Penyakit miastenia gravis dapat menjadi berat dan membahayakan jiwa. Miastenia gravis yang
berat menyerang otot-otot pernafasan sehingga menimbuilkan gejala sesak nafas. Bila sampai
diperlukan bantuan alat pernafasan, maka penyakit miastenia gravis tersebut dikenal sebagai krisis

miastenia gravisatau krisis miastenik. Umumnya krisis miastenik disebabkan karena adanya infeksi
pada penderita miastenia gravis.
Pada bayi yang lahir dari ibu dengan miastenis gravis, sebagian dapat mengalami gejala miastenia.
Namun, gejala yang timbul hanya bersifat sementara. Gejala yang timbul antara lain menangis
lemah, mnghisap dengan lemah, dan anggota gerak yang terkulai. Umunya gejala ini muncul saat
24-48 jam pertama, dan bertahan hingga beberapa hari sampai beberapa bulan. Hal ini disebabkan
oleh karena adanya transfer antibodi dari ibu ke janin. Miastenia gravis pada anak-anak jarang
terjadi.
Wanita dengan miastenia gravis dapat hamil dan melahirkan dengan sukses. Miastenia gravis tidak
memperngaruhi perkembangan dan pertumbuhan janin di dalam kandungan.
Bila terdapat gejala miastenia gravis pada seseorang, terdapat beberapa pemeriksaan yang dapat
dilakukan untuk memastikan penyakit miastenia gravis. Pemeriksaan darah untuk mengukur jumlah
antibodi, bila positif ditemukan antibodi tersebut, maka dapat dipastikan adanya penyakit miastenia
gravis. Namun, bila tidak ditemukan, belum tentu bukan miastenia gravis.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah perangsangan sel saraf. Sel saraf akan diberikan
rangsangan dan kemudian diukur aktivitas pada sel otot yang terjadi. Pada miastenia gravis,
terdapat penurunan aktivitas hingga 10-15% dibandingkan orang normal.
Salah satu pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah memberikan obat Edrophonium, suatu obat
yang mempertahankan zat neurotransmiter sehingga meningkatkan kemungkinan tertempel pada
sel otot. Obat ini bekerja dalam waktu cepat dan memiliki efek yang singkat. Pada penderita dengan
miastenia gravis, dengan pemberian obat edrophonium akan memberikan perbaikan dari gejalagejala kelemahan otot. Edrophonium dapat menimbulkan efek samping berupa mual, diare, air liur
yang berlebihan, dan gejala yang lebih berat seperti pingsan. Namun, hal ini jarang terjadi dan dapat
diatasi segera dengan pemberian obat penawar.

PENGOBATAN
Belum ada pengobatan secara total dan permanen untuk penyakit miastenia gravis. Dengan
pengobatan yang ada saat ini, hampir seluruh penderita miastenia gravis dapat kembali menjalani

kehidupan yang produktif. Beberapa pengobatan yang dapat diberikan meliputi:


Obat-obat jenis anticholinesterase : Obat-obatan anticholinesterase, seperti pyridostigmin,
meringankan gejala dari sebagian besar kasus miastenia gravis. Dosis dan cara pemakaian obat ini
didasarkan pada kebutuhan pasien. Namun, konsultasi dengan dokter tetap dibutuhkan agar tidak
terjadi dosis yang berlebihan. Gejala yang dapat timbul akibat dosis yang berlebih adalah
kelemahan yang bertambah parah, berkeringat dan air liur yang banyak, pupil mengecil (miosis),
dan gagal pernafasan. Selama pengobatan, dapat muncul beberapa gejala pada sebagian

penderita. Gejala tersebut adalah diare, kram pada perut, mual, dan air liur yang berlebihan.
Timektomi : Sebagian kasus miastenia gravis dihubungkan dengan kelenjar timus.
Pengobatan dengan timektomi (pengangkatan kelenjar timus) memberikan peningkatan kualitas
hidup yang dirasakan penderita. Keuntungan dari timektomi adalah pengobatan jangka panjang dan
pada beberapa kasus, penderita dapat terbebas dari obat-obatan. Timektomi dilakukan pada
penderita miastenia gravis dengan gejala di seluruh tubuh dengan usia di antara usia pubertas

sampai usia 55 tahun. Di luar dari kriteria di atas, keputusan untuk timektomi didasarkan
perhitungan keuntungan dan kerugian bagi penderita. Bila terdapat timoma, pembedahan perlu

dilakukan utnuk menghindari penyebaran sel kanker.


Terapi imunosupresi : Miastenia gravis adalah penyakit autoimun, di mana kekebalan
tubuh balik menyerang diri sendiri. Dengan dasar tersebut digunakan obatobatan imunosupresi (penekan kekebalan tubuh). Penggunaan obat imunosupresi efektif pada
hampir seluruh pasien miastenia gravis. Beberapa obat yang biasa digunakan
adalah glukokortikoid, azathioprine, siklosporin, takrolimus, dan lain-lain. Pemilihan obat yang

digunakan didasarkan pada keuntungan dan kerugian pada masing-masing pasien.


Plasmapheresis atau imunoglobulin : Cairan darah dalam tubuh manusia terbagi menjadi
dua, yaitu sel-sel darah (sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit) dan cairan plasma (cairan
yang membawa sel-sel darah mengelilingi tubuh). Plasmapheresis adalah proses pemisahan sel-sel
darah dengan plasma. Plasma yang telah dipisahkan akan diganti dengan pengganti plasma (terjadi
pertukaran plasma). Tujuan dari tindakan ini adalah untuk membuang antibodi yang ada di plasma,
dan menggantinya dengan yang baru, dengan demikian diharapkan antibodi yang menyebabkan
miastenia gravis dapat hilang.

Prosedur plasmapheresis berlangsung sekitar 1-3 jam setiap kali tindakan tergantung berat, tinggi,
dan jumlah plasma yang diganti. Seberapa sering atau frekuensi berapa kali
dilakukan plasmapheresistergantung hasil pemeriksaan dan konsultasi dengan dokter.
Tindakan plasmapheresis memberikan efek yang cepat, dalam beberapa hari dan dapat bertahan
hingga 1-2 bulan kemudian. Efek samping yang umum terjadi dari tindakaan ini adalah penurunan
tekanan darah, rasa pusing, kedinginan, berkeringat, penglihatan buram atau kram perut. Efek
samping yang jarang meliputi perdarahan, reaksi alergi berupa gatal, kemerahan, sampai sesak
nafas.
Penggunaan imunoglobulin memiliki tujuan yang sama dengan plasmapheresis, yaitu memberikan
perbaikan gejala dalam waktu singkat. Imunoglobulin biasanya diberikan 3-5 hari, dengan perbaikan
dirasakan saat mulai pengobatan atau dalam 1 minggu, dan dapat bertahan sampai beberapa
bulan.
Miastenia gravis yang berat seperti krisis miastenik merupakan keadaan gawat darurat. Pengobatan
pada krisis miastenik meliputi perawatan di ruangan intensif, alat bantu pernafasan, cairan dan
elektrolit, dan pencegahan atau penanganan infeksi. Miastenia gravis merupakan salah satu
penyakit yang menimbulkan kekambuhan. Banyak obat-obatan yang menimbulkan kekambuhan

pada miastenia gravis. Obat-obat tersebut sebaiknya dihindari, antara lain:


Antibiotik;

Obat relaksasi otot untuk anestesi saat operasi;

Beta-blocker (obat yang digunakan untuk menurunkan kinerja jantung, biasanya digunakan

pada penyakit darah tinggi, gangguan irama jantung, dan serangan jantung);
Obat anestesi lokal;
Obat golongan kuinin;

Obat epilepsi atau sakit ayan atau kejang-kejang;

Magnesium dan hipermagnesemia (kadar magnesium tinggi dalam darah);

Botulinum toxin, atau dikenal dengan Botox yang banyak digunakan untuk keperluan

kosmetik;
Penisilamin, yaitu hasil metabolism dari penisilin namun tidak memiliki efek antibiotic. Obat

jenis ini umumnya digunakan sebagai penekan sistem imun pada penyakit rheumatoid arthritis;
Allopurinol, obat untuk asam urat, dihindari pada pasien miastenia gravis dengan
penggunaanazathioprine. Kombinasi keduanya dapat menyebabkan kelainan sumsum tulang.

Obat-obatan di luar daftar tersebut bukan berarti aman bagi penderita miastenia gravis. Hal yang
harus diingat adalah menghindari obat-obatan diatas bila mungkin dan berhati-hati bila
mengkonsumsi obat baru, yang belum pernah digunakan sebelumnya. Selalu memberitahukan dan
melakukan konsultasi dengan dokter bila Anda penderita miastenia gravis dan akan menggunakan
obat-obatan di luar pengobatan miastenia gravis.

Anda mungkin juga menyukai