Anda di halaman 1dari 21

1

A. Latar Belakang Masalah


Sejarah merupakan suatu rujukan yang sangat penting saat
kita akan membangun masa depan. Berkaitan dengan itu kita bisa
tahu apa dan bagaimana perkembangan islam pada masa lampau.
Namun, kadang kita sebagai umat islam malas untuk melihat
sejarah. Sehingga kita cenderung berjalan tanpa tujuan dan
mungkin mengulangi kesalahan yang pernah ada dimasa lalu.
Pendidikan Islam mengutamakan segi kerohanian dan
moral, maka segi pendidikan mental, jasmani, matematik, ilmu
sosial dan jurusan-jurusan praktis tidak diabaikan begitu saja,
sehingga

dengan

pendidikan

yang

demikian

pendidikan

komplit

dan

tersebut

pendidikan

merupakan

tersebut

telah

meninggalkan bekas yang tidak dapat dibantah dibidang keimanan,


aqidah dan pencapaian ilmu karena zat ilmiah itu sendiri. Pada
masa Rasul telah memiliki perkembangan diberbagai bidang,
misalnya ilmiah, kesusasteraan dan kebendaan, tetapi belum
sampai ke tingkah rohaniah dan akhlak yang tinggi seperti yang
pernah dicapai oleh kaum muslimin di masa kejayaannya.
Sejarah pendidikan Islam pada hakekatnya tidak terlepas
dari sejarah Islam. Oleh sebab itu periodesasi sejarah pendidikan
Islam dapat dikatakan berada dalam periode-periode sejarah Islam
itu sendiri. Dengan masa pembinaan pendidikan Islam, yang
dimaksudkan

adalah

masa

dimana

proses

pembudayaannya

(masuknya kedalam kebudayaan manusiawi, sehingga diterima dan


menjadi

unsur

berlangsung.

yang

Masa

menyatu
tersebut

dalam

kebudayaan

berlangsung

sejak

manusia)

Muhammad

menerima wahyu dan menerima pengangkatannya sebagai rasul.


Datangnya ajaran Islam yang dibawa oleh para rasul yang telah di
utus

oleh

Allah

adalah

untuk

meluruskan

dan

memacu

perkembangan budaya umat manusia. Demikian pula halnya


dengan ajaran Islam yang dibawa oleh Muhammad, berfungsi
meluruskan

perkembangan

budaya

umat

manusia.

Dengan

demikian tugas Muhammad adalahmenata kembali unsur-unsur


budaya yang telah ada dikalangan bangsawan dan meletakkan
unsur-unsur baru yang akan menjadi dasar

bagi perkembangan

berikutnya.
Jadi dengan mempelajari Sejarah Pendidikan Islam kita
dapat mengetahui sebab kemajuan dan kemunduran islam baik dari
cara didikannya maupun cara ajarannya. Khusunya pendidikan
islam pada zaman Nabi Muhammad SAW. Sebagai umat islam,
hendaknya

kita

mengetahui

sejarah

tersebut

guna

menumbuhkembangkan wawasan generasi mendatang di dalam


pengetahuan sejarah tersebut. Dan di dalam makalah ini kami akan
membahas tentang pendidikan Islam Muhammad di Makkah dan
Madinah.
B. Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah
Nabi Muhammad dilahirkan pada hari senin tanggal 12 Rabiul
awal, tahun gajah, kira-kira 571 masehi. Dinamakan tahun Gajah
karena pada waktu kelahiran beliau, ada seorang gubernur dari
keraan Nasrani Abisinia yang memerintah di Yaman bermaksud
menghancurkan Kabah dengan bala tentaranya yang mengendarai
Gajah. Belum tercapai tujuannya tentara tersebut, Allah telah
menghancurkan

mereka

dengan

mengirimkan

burung

Ababil.

Karena pasukan itu menggunakan Gajah, maka tahun tersebut


dinamakan tahun Gajah.1

1 H.Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Era


Rasulullah Sampai Indonesia, Jakarta: Prenada Media Group, 1999), hal. 24.

Dakwah pertama beliau adalah pada keluarga dan temantemannya. Dengan turunnya wahyu ini, maka jelaslah apa yang
harus Rasulullah kerjakan dalam menyampaikan risalah-Nya yaitu
mengajak umat manusia menyembah Allah SWT yang maha Esa,
yang tiada beranak dan tidak pula diberanakkan serta tiada sekutu
bagi-Nya.
1. Penyiaran Islam secara Sembunyi-Sembunyi
Ketika wahyu pertama turun, Nabi belum diperintah untuk
menyeru umat manusia menyembah dan mengesakan Allah SWT.
Jibril tidak lagi datang untuk beberapa waktu lamanya. Pada saat
sedang menunggu itulah kemudian turun wahyu yang kedua (Qs.
Al-Mudatstsir:1-7) yang menjelaskan akan tugas Rasulullah SAW
yaitu

menyeru

ummat

manusia

untuk

menyembah

dan

mengesakan Allah SWT. Dengan perintah tersebut Rasulullah SAW


mulai berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Dakwah pertama
beliau adalah pada keluarga dan sahabat-sahabatnya. Orang
pertama yang beriman kepada-Nya ialah Siti Khodijah (isteri Nabi),
disusul Ali bin Abi Thalib (putra paman Nabi) dan Zaid bin Haritsah
(budak Nabi yang dijadikan anak angkat). Setelah itu beliau
menyeru Abu Bakar (sahabat karib Nabi). Kemudian dengan
perantaraan Abu Bakar banyak orang-orang yang masuk Islam.2
2. Menyiarkan Islam secara Terang-Terangan
Penyiaran secara sembunyi-sembunyi berlangsung selama
3 tahun, sampai kurun waktu berikutnya yang memerintahkan
dakwah

secara

terbuka

dan

terang-terangan.3

Ketika

wahyu

2 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah, (Jakarta: PT. Raja
Grapindo Persada, 2007), hal. 31-32
3 A. Zainudin dan Muhammad Jamhari, Al-Islam I Akidah dan Ibadah,
(Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), hal. 34.

tersebut beliau mengundang keluarga dekatnya untuk berkumpul


dibukit Safa, menyerukan agar berhati-hati terhadap azab yang
keras di kemudian hari (Hari Kiamat) bagi orang-orang yang tidak
mengakui Allah sebagai tuhan Yang Maha Esa dan Muhammad
sebagai utusan-Nya.
Tiga tahun lamanya Rasulullah SAW melakukan dakwah
secara rahasia. Kemudian turunlah firman Allah SWT, surat Al-Hijr :
94 yang memerintahkan agar Rasulullah berdakwa secara terang
terangan. Pertama kali seruan yang bersifat umum ini beliau
tujukan

pada

kerabatnya,

kemudian

penduduk

Makkah

baik

golongan bangsawan, hartawan maupun hamba sahaya. Setelah itu


pada kabilah-kabilah Arab dari berbagai daerah yang datang ke
Makkah untuk mengerjakan haji. Sehingga lambat laun banyak
orang Arab yang masuk Agama Islam. Demikianlah perjuangan Nabi
Muhammad SAW dengan para sahabat untuk meyakinkan orang
Makkah bahwa agama Islamlah yang benar dan berasal dari Allah
SWT, akan tetapi kebanyakan orang-orang kafir Quraisy di Mekkah
menentang ajaran Nabi Muhammad SAW tersebut. Dengan adanya
dakwah Nabi secara terang-terangan kepada seluruh penduduk
Makkah, maka banyak penduduk Makkah yang mengetahui isi dan
kandungan al-Quran yang sangat hebat, memiliki bahasa yang
terang (fasihat) serta menarik. Sehingga lambat laun banyak orang
Arab yang masuk Agama Islam. Dengan usaha yang serius pengikut
Nabi SAW bertambah sehingga pemimpin kafir Quraisy yang tidak
suka bila Agama Islam menjadi besar dan kuat berusaha keras
untuk menghalangi dakwah Nabi dengan melakukan penyiksaanpenyiksaan terhadap orang mukmin. Banyak hal yang dilakukan
para pemimpin Quraisy untuk mencegah dakwah Nabi. Pada
mulanya mereka mengira bahwa kekuatan Nabi terletak pada

perlindungan dan pembelaan Abu Thalib. Mereka mengancam dan


menyuruh Abu Thalib untuk memilih dengan menyuruh Nabi
berhenti berdakwa atau menyerahkannya pada orang kafir Quraisy.
Karena caracara diplomatik dan bujuk rayu gagal dilakukan,
akhirnya para pemimpin Quraisy melakukan tindakan fisik yang
sebelumnya

memang

sudah

dilakukan

namun

semakin

ditingkatkan.4
Apabila orang Quraisy tahu bahwa dilingkungannya ada
yang masuk Islam, maka mereka melakukan tindakan kekerasan
semakin intensif lagi. Mereka menyuruh orang yang masuk Islam
meskipun anggota keluarga sendiri atau hamba sahaya untuk di
siksa

supaya

kembali

kepada

agama

sebelumnya

(murtad).

Kekejaman yang dilakukan oleh peduduk Mekkah terhadap kaum


muslimin mendorong Nabi SAW untuk mengungsikan sahabat
sahabatnya keluar Makkah. Sehingga pada tahun ke-5 kerasulan
Nabi Muhammad SAW menetapkan Habsyah (Etiopia) sebagai
negeri tempat untuk mengungsi, karena rajanya pada saat itu
sangat adil. Namun kafir Quraisy tidak terima dengan perlakuan
tersebut, maka mereka berusaha menghalangi hijrah ke Habsyah
dengan

membujuk

raja

Habsyah

agar

tak

menerima

kaum

muslimin, namun gagal. Ditengah-tengah sengitnya kekejaman itu


dua orang kuat Quraisy masuk Islam yaitu Hamzah dan Umar bin
khattab

sehingga

memperkuat

posisi

umat

Islam.

Hal

ini

memperkeras reaksi kaum Quraisy Mereka menyusun strategi baru


untuk melumpuhkan kekuatan Muhammad SAW yang bersandar

4 A. Zainudin dan Muhammad Jamhari, Al-Islam I Akidah dan Ibadah, (Bandung:


CV. Pustaka Setia, 1999), hal. 37-40.

pada perlindungan Bani Hasyim. Cara yang ditempuh adalah


pemboikotan.5
Mereka memutuskan segala bentuk hubungan dengan suku
ini. Persetujuan dilakukan dan ditulis dalam bentuk piagam dan
disimpan

dalam

kabah.

Akibatnya

Bani

Hasyim

mengalami

kelaparan, kemiskinan dan kesengsaraan yang tiada bandingnya.


Hal ini terjadi pada tahun ke 7 ke Nabian dan berlangsung selama
3

tahun

yang

merupakan

tindakan

paling

menyiksa

dan

melemahkan umat Islam. Pemboikotan ini berhenti setelah para


pemimpin Quraisy sadar terhadap tindakan mereka yang terlalu.
Namun selang beberapa waktu Abu Thalib meninggal Dunia, tiga
hari

kemudian

istrinya,

Siti

Khodijah

pun

wafat.

Tahun

itu

merupakan tahun kesedihan bagi Nabi (Amul Huzni). Sepeninggal


dua orang pendukung tersebut kaum Quraisy tak segansegan
melampiaskan amarahnya. Karena kaum Quraisy tersebut Nabi
berusaha menyebarkan Islam keluar kota, namun Nabi malah di
ejek, di sorak bahkan dilempari batu hingga terluka di bagian kepala
dan badan. Untuk menghibur Nabi, maka pada tahun ke 10
keNabian,

Allah

mengisramirajkannya.

Berita

ini

sangat

menggemparkan masyarakat Makkah. Bagi orang kafir hal itu


dijadikan sebagai propaganda untuk mendustakan Nabi, namun
bagi umat Islam itu merupakan ujian keimanan. Setelah peristiwa
ini dakwah Islam menemui kemajuan, sejumlah penduduk Yastrib
datang ke Makkah untuk berhaji, mereka terdiri dari suku Khozroj
dan Aus yang masuk Islam dalam tiga golongan:
a. Pada tahun ke 10 keNabian. Hal ini berawal dari pertikaian antara
suku Aus dan Khozroj, dimana mereka mendambakan suatu
perdamaian.
5 Harun Nasution, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal. 24.

b.

Pada tahun ke -12 ke-Nabian. Delegasi Yastrib (10 orang suku


Khozroj, 2 orang Aus serta seorang wanita) menemui Nabi disebuah
tempat yang bernama Aqabah dan melakukan ikrar kesetiaan yang
dinamakan

perjanjian

Aqabah

pertama.

Mereka

kemudian

berdakwah dengan ini di temani seorang utusan Nabi yaitu Musab


c.

bin Umar.
Pada musim haji berikutnya. Jamaah haji Yastrib berjumlah 73
orang, atas nama penduduk Yastrib mereka meminta Nabi untuk
pindah ke Yastrib, mereka berjanji untuk membelah Nabi, perjanjian
ini kemudian dinamakan Perjanjian Baiah Aqabah II.6
Setelah mengetahui perjanjian tersebut, orang kafir Quraisy
melakukan tekanan dan intimidasi secara lebih gila lagi terhadap
kaum muslimin. Karena hal inilah, akhirnya Nabi memerintahkan
sahabatsahabatnya untuk hijrah ke Yastrib. Dalam waktu dua
bulan, 150 orang telah meninggalkan kota Makkah. Hanya Ali dan
Abu Bakar yang tetap bersama Nabi, akhirnya ia pun hijrah ke
Yastrib bersama mereka karena kafir Quraisy sudah merencanakan
pembunuhan terhadap Nabi SAW. Adapun cara-cara yang dilakukan
orang Quraisy dalam melancarkan permusuhan terhadap Rasulullah
SAW dan pengikutnya sebagai berikut:

a.

Mengejek, menghina dan menertawakan orang-orang Muslim

dengan maksud melecehkan kaum muslimin.


b. Mengejek ajaran Nabi, membangkitkan keraguan, menyebarkan
c.

anggapan-anggapanyang menyangsikan ajaran Nabi.


Melawan Al-Quran dengan dongeng-dongeng

d.

terdahulu.
Menyodorkan beberapa tawaran pada orang Islam yang mau

orang-orang

menukar keimanannya dengan kepercayaan orang kafir Quraisy.


6 Ahmadi, Sejarah Peradaban Islam, Buku Panduan Madrasah Aliyah Kelas XII,
(Solo: Tiga Serangkai Mandiri, 2010), hal. 34.

Menurut

Ahmad

Syalabi,

ada

lima

faktor

yang

menyebabkan orang-orang kafir Quraisy berusaha menghalangi


dakwah Islam yaitu: Pertama, Orang kafir Quraisy tidak dapat
membedakan

antara

keNabian

dan

kekuasaan.

Mereka

menganggap bahwa tunduk pada seruan Muhammad berarti tunduk


kepada

kepemimpinan

bani

Abdul

Muthallib.

Kedua,

Nabi

Muhammad SAW menyerukan persamaan antara bangsawan dan


hamba

sahaya.

Ketiga,

Para

pemimpin

Quraisy

tidak

dapat

menerima adanya hari kebangkitan kembali dan hari pembalasan di


akhirat. Keempat, Taklid pada nenek moyang adalah kebiasaan
yang berakar pada bangsa Arab. Kelima, Pemahat dan penjual
patung menganggap Islam sebagai penghalang rezeki mereka.7
C. Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah di Makkah
Nabi Muhammad SAW menerima wahyu yang pertama di
Gua Hira di Makkah pada tahun 610 M.dalam wahyu itu termaktub
ayat al-quran yang artinya: Bacalah (ya Muhammad) dengan
nama tuhanmu yang telah menjadikan (semesta alam). Dia
menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmu
maha pemurah. Yang mengajarkan dengan pena. Mengajarkan
kepada manusia apa yang belum diketahuinya.8
Kemudian disusul oleh wahyu yang kedua termaktub ayat
al-quran yang artinya: Hai orang yang berkemul (berselimut).
Bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah! dan
pakaianmu bersihkanlah. dan perbuatan dosa tinggalkanlah. dan
janganlah kamu member (dengan maksud) memperoleh (balasan)
7 Ahmadi, Sejarah Peradaban Islam, Buku Panduan Madrasah Aliyah Kelas XII,
(Solo: Tiga Serangkai Mandiri, 2010), hal. 35-37.

8 (Q.S. Al-Alaq: 1-5)

yang lebih banyak. dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu,


bersabarlah.9
Dengan turunnya wahyu itu Nabi Muhammad SAW telah
diberi tugas oleh Allah, supaya bangun melemparkan kain selimut
dan menyingsingkan lengan baju untuk member peringatan dan
pengajaran kepada seluruh umat manusia, sebagai tugas suci,
tugas mendidik dan mengajarkan islam.kemudian kedua wahyu itu
diikuti oleh wahyu-wahyu yang lain. Semuanya itu disampaikan dan
diajarkan oleh Nabi, mula-mula kepada karib kerabatnya dan teman
sejawatnya dengan sembunyi-sembunyi.
Setelah

banyak

orang

memeluk

islam,

lalu

Nabi

menyediakan rumah Al- Arqam bin Abil Arqam untuk tempat


pertemuan sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya. di tempat
itulah

pendiikan

islam

pertama

dalam

sejarah

pendidian

islam.disanalah Nabi mengajarkan dasar-dasar atau pokok-pokok


agama islam kepada sahabat-sahabatnya dan membacakan wahyuwahyu (ayat-ayat) alquran kepada para pengikutnya serta Nabi
menerima tamu dan orang-orang yang hendak memeluk agama
islam atau menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan agama
islam. Bahkan disanalah Nabi beribadah (sholat) bersama sahabatsahabatnya.10
Lalu turunlah wahyu untuk menyuruh kepada Nabi, supaya
menyiarkan agama islam kepada seluruh penduduk jazirah Arab
dengan terang-terangan. Nabi melaksanakan tugas itu dengan
sebaik-baiknya. Banyak tantangan dan penderitaan yang diterima

9 (Q.S. Al-Mudatsir: 1-7)


10 Prof. Dr.H. Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Hidakarya
Agung, 1992. Hal 6.

10

Nabi dan sahabat-sahabatnya. Nabi tetap melakukan penyiaran


islam dan mendidik sahabat-sahabatnya dengan pendidikan islam.
Dalam masa pembinaan pendidikan agama islam di Makkah
Nabi Muhammad juga mengajarkan alquran karena al-quran
merupakan inti sari dan sumber pokok ajaran islam. Disamping itu
Nabi Muhamad SAW, mengajarkan tauhid kepada umatnya.11
Intinya pendidikan dan pengajaran yang diberikan Nabi
selama di Makkah ialah pendidikan keagamaan dan akhlak serta
menganjurkan

kepda

manusia,

supaya

mempergunakan

akal

pikirannya memperhatikan kejadian manusia, hewan, tumbuhtumbuhan dan alam semesta seagai anjuran pendidikan akliyah
dan ilmiyah.
Mahmud Yunus dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam,
menyatakan bahwa pembinaan pendidikan islam pada masa
Makkah meliputi:
1. Pendidikan Keagamaan
Yaitu hendaklah membaca dengan nama Allah semata jangan
dipersekutukan dengan nama berhala.
2. Pendidikan Akliyah dan Ilmiah
Yaitu mempelajari kejadian manusiadari segumpal darah dan
kejadian alam semesta.
3. Pendidikan Akhlak dan Budi pekerti

11 Dra. Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, cet.9,
2008. Hal 28

11

Yaitu Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada sahabatnya agar


berakhlak baik sesuai dengan ajaran tauhid.
4. Pendidikan Jasmani atau Kesehatan.
Yaitu

mementingkan

kebersihan

pakaian,

badan

dan

tempat

kediaman.12
B. Pendidikan Islam pada masa Rasulullah di Madinah
Berbeda dengan periode di Makkah, pada periode Madinah
islam merupakan kekuatan politik. Ajaran islam yang berkenaan
dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi
Muhammad juga mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala
agama, tetapi juga sebagai kepala Negara. Cara Nabi melakukan
pembinaan dan pengajaran pendidikan agaam islam di Madinah
adalah sebagai berikut:
1.

Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru, menuju


satu kesatuan sosial dan politik.
Nabi

Muhammad

SAW

mulai

meletakkan

dasar-dasar

terbentuknya masyarakat yang bersatu padu secara intern (ke


dalam), dan ke luar diakui dan disegani oleh masyarakat lainnya
(sebagai satu kesatuan politik). Dasar-dasar tersebut adalah:
a.

Nabi Muhammad saw mengikis habis sisa-sisa permusuhan dan


pertentangan anatr suku, dengan jalan mengikat tali persaudaraan
diantara mereka.nabi mempersaudarakan dua-dua orang, mulamula diantara sesama Muhajirin, kemudian diantara Muhajirin dan
Anshar. Dengan lahirnya persaudaraan itu bertambah kokohlah
persatuan kaum muslimin.13
12 Dra. Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, cet.9,
2008. Hal 27

12

b.

Untuk

memenuhi

kebutuhan

sehari-hari,

Nabi

Muhammad

menganjurkan kepada kaum Muhajirin untuk berusaha dan bekerja


sesuai dengan kemampuan dan pekerjaan masing-masing seperti
waktu di Makkah.
c. Untuk menjalin kerjasama dan saling menolong dlam rangka
membentuk
makmur,

tata

kehidupan

turunlah

merupakanpendidikan

syariat
bagi

masyarakat
zakat
warga

dan

yang

adil

puasa,

masyarakat

dan
yang

dalam

tanggung jawab sosial, bnaik secara materil maupun moral.


d. Suatu kebijaksanaan yang sangat efektif dalam pembinaan
dan pengembangan masyarakat baru di Madinah, adalah
disyariatkannya media komunikasi berdasarkan wahyu, yaitu
shalat jumat yang dilaksanakan secara berjamaah dan
adzan. Dengan sholat jumat tersebut hampir seluruh warga
masyarakat berkumpul untuk secara langsung mendengar
khutbah dari Nabi Muhammad SAW dan shalat jamaah jumat
Rasa harga diri dan kebanggaan sosial tersebut lebih mendalam lagi
setelah Nabi Muhammad SWA menapat wahyu dari Allah untuk
memindahkan kiblat dalam shalat dari Baitul Maqdis ke Baitul
Haram Makkah, karena dengan demikian mereka merasa sebagai
umat yang memiliki identitas.14
Setelah selesai Nabi Muhammad mempersatukan kaum muslimin,
sehingga menjadi bersaudara, lalu Nabi mengadakan perjanjian
13 Prof.Dr.H.Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta:PT.Raja Grafindo,
1992 Persada,2008. Hal 26

14 Dra. Zuhairini,dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, cet.9,2008


hal 37

13

dengan kaum Yahudi, penduduk Madinah. Dalam perjanjian itu


ditegaskan,

bahwa

kaum

Yahudi

bersahabat

dengan

kaum

muslimin, tolong- menolong , bantu-membantu, terutama bila ada


seranga musuh terhadap Madinah. Mereka harus memperhatikan
negri bersama-sama kaum Muslimin, disamping itu kaum Yahudi
merdeka

memeluk

agamanya

dan

bebas

beribadat

menurut

kepercayaannya. Inilah salah satu perjanjian persahabatan yang


dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.15
2. Pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan.
Materi pendidikan sosial dan kewarnegaraan islam pada
masa itu adalah pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam
konstitusi Madinah, yang dalam prakteknya diperinci lebih lanjut
dan di sempurnakan dengan ayat-ayat yang turun Selama periode
Madinah.
Tujuan pembinaan adalah agar secara berangsur-angsur,
pokok-pokok pikiran konstitusi Madinah diakui dan berlaku bukan
hanya di Madinah saja, tetapi luas, baik dalam kehidupan bangsa
Arab maupun dalam kehidupan bangsa-bangsa di seluruh dunia.
3. Pendidikan anak dalam islam
Dalam islam, anak merupakan pewaris ajaran islam yang
dikembangkan oleh Nabi Muhammad saw dan gnerasi muda
muslimlah yang akan melanjutkan misi menyampaikan islam ke
seluruh

penjuru

peringatan

dalam

alam.

Oleh

Al-quran

karenanya
berkaitan

banyak

dengan

peringatan-

itu.

Diantara

peringatan-peringatan tersebut antara lain:

15 Prof.Dr.H.Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta:PT. Hidakarya


Agung, 1992. hal 16

14

a.

Pada surat At-Tahrim ayat 6 terdapat peringatan agar kita menjaga


diri dan anggota keluarga (termasuk anak-anak) dari kehancuran
(api neraka)
b. Pada

surat

An-Nisa

ayat

9,

terdapat

agar

janagan

meninggalkan anak dan keturunan dalam keadaan lemah dan


tidak berdaya menghadapi tantangan hidup.
c. Pada surat Al-Furqan ayat 74, Allah SWT memperingatkan
bahwa orang yang mendapatkan kemuliaan antara lain
adalah orang-orang yang berdoa dan memohon kepada Allah
SWT, agar dikaruniai keluarga dan anak keturunan yang
menyenangkan hati.16
Adapun garis-garis besar materi pendidikan anak dalam
islam yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagaimana
yang diisyaratkan oleh Allah SWT dalam surat Luqman ayat 13-19
adalah sebagai berikut:
a. Pendidikan Tauhid
b. Pendidikan Shalat
c. Pendidikan adab sopan dan santun dalam bermasyarakat
d. Pendidikan adab dan sopan santun dalam keluarga
e. Pendidikan kepribadian.
f. Pendidikan kesehatan
16 Dra.Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara cet.9,2008
hal 55

15

g. Pendidikan akhlak.
D.

Perbedaan ciri pokok pembinaan pendidikan islam periode


kota Makkah dan kota Madinah:

Pokok

Periode kota Makkah:


pembinaan

pendidikan

islam

di

kota

Makkah

adalah

pendidikan tauhid, titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai


tauhid ke dalam jiwa setiap individu muslim, agar jiwa mereka
terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah
laku dalam kehidupan sehari-hari.

Periode kota Madinah:

Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Madinah dapat dikatakan


sebagai pendidikan sosial dan politik. Yang merupakan kelanjutan
dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di bidang
pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran , merupakan
cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut.
E. Kurikulum Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah SAW
Mengindentifikasikan

kurikulum

pendidikan

pada

zaman

Rasulullah terasa sulit, sebab Rasul mengajar pada sekolah


kehidupan yang luas tanpa di batasi dinding kelas. Rasulullah
memanfaatkan berbagai kesempatan yang mengandung nilai-nilai
pendidikan dan rasulullah menyampaikan ajarannya dimana saja
seperti di rumah, di masjid, di jalan, dan di tempat-tempat lainnya.
Sistem pendidikan islam lebih bertumpu kepada Nabi, sebab
selain Nabi tidak ada yang mempunyai otoritas untuk menentukan
materi-materi pendidikan islam.Dapat dibedakan menjadi dua
periode:

16

1.

Makkah

Materi

yang

diajarkan

hanya

berkisar

pada

ayat-ayat

Makiyyah sejumlah 93 surat dan petunjuk-petunjuknya yang


dikenal dengan sebutan sunnah dan hadits.

Materi

yang

diajarkan

menerangkan

tentang

kajian

keagamaan yang menitikberatkan pada keimanan, ibadah dan


akhlak.
2.

Madinah

upaya

pendidikan

membangun

yang

lembaga

dilakukan

masjid,

Nabi

melalui

pertama-tama

masjid

ini

Nabi

memberikan pendidikan islam.

Materi pendidikan islam yang diajarkan berkisar pada bidang


keimanan,

akhlak,

ibadah,

kesehatan

jasmanai

dan

pengetahuan kemasyarakatan

Metode yang dikembangkan oleh Nabi adalah:

a. Dalam

bidang

keimanan:

melalui

Tanya

jawab

dengan

penghayatan yang mendalam dan di dukung oleh bukti-bukti


yang rational dan ilmiah.
b. Materi ibadah : disampaikan dengan metode demonstrasi dan
peneladanan sehingga mudah didikuti masyarakat.
c. Bidang

akhlak:

Nabi

menitikberatkan

pada

metode

peneladanan. Nabi tampil dalam kehidupan sebagai orang

17

yang memiliki kemuliaan dan keagungan baik dalam ucapan


maupun perbuatan.17
F. Kebijakan Rasulullah Dalam Bidang Pendidikan
Untuk

melaksanakan

fungsi

utamanya

sebagai

pendidik,

Rasulullah telah melakukan serangkaian kebijakan yang amat


strategis serta sesuai dengan situasi dan kondisi.
Proses pendidikan pada zaman Rasulullah berada di Makkah
belum berjalan sebagaimana yang diharapkan. Hal yang demikian
belum di mungkinkan, kaena pada saat itu Nabi Muhammmad
belum berperan sebagai pemimipin atau kepala Negara, bahkan
beliau dan para pengikutnya berada dalam baying-bayang ancaman
pembunuhan dan kaum kafir quraisy. Selama di Makkah pendidikan
berlangsung dari rumah ke rumah secara sembunyi-sembunyi.
Diantaranya yang terkenal adalah rumah Al- Arqam. Langkah yang
bijaka dilakukan Nabi Muhammad SAW pada tahap awal islam ini
adalah

melarang

para

pengikutnya

untuk

menampakkan

keislamannya dalam berbagai hak.tidak menemui mereka kecuali


dengan cra sembunyi-sembunyi dalam mendidik mereka.
Setelah masyarakat islam terbentuk di Madinah barulah,
barulah pendidikan islam dapat berjalan dengan leluasa dan
terbuka secara umum.dan kebijakan yang telah dilakukan Nabi
Muhammmad ketika di Madinah adalah:
a. Membangun masjid di Madinah. Masjid inilah yang selanjutnya
digunakan sebagai pusat kegiatan pendidikan dan dakwah.

17 Dr.Armai Arief, MA, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga


Pendidikan Islam Klasik. Bandung: Penerbit Angkasa,2005. Hal 135-136

18

b. Mempersatukan
berserakan

berbagai

bahkan

potensi

saling

yang

bermusuhan.

semula

saling

Langkah

ini

dituangkan dalam dokumen yang lebih popular disebut


piagam

Madinah.

Dengan

adanya

piagam

tersebut

terwujudlah keadaan masyarakat yang tenang, harmonis dan


damai.18

18 Prof.Dr.H.Abuddin Nata, MA, Pendidikan Islam Perspektif Hadits. Ciputat: UIN


Jakarta Press 2005 hal 24

19

G. KESIMPULAN
1. Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Makkah adalah
pendidikan tauhid, titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai
tauhid ke dalam jiwa setiap individu muslim, agar jiwa mereka
terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan
tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
2. Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Madinah dapat
dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik. Yang
merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu
pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai
oleh ajaran , merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid
tersebut.

20

DAFTAR PUSTAKA
A. Zainudin dan Muhammad Jamhari, Al-Islam I Akidah dan
Ibadah, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999.
Ahmadi, Sejarah Peradaban Islam, Buku Panduan Madrasah
Aliyah Kelas XII, Solo: Tiga Serangkai Mandiri, 2010.
Abuddin Nata,

Pendidikan Islam Perspektif Hadits. Ciputat:

UIN Jakarta Press, 2005.


Armai

Arief,

Sejarah

Pertumbuhan

dan

Perkembangan

Lembaga Pendidikan Islam Klasik. Bandung: Penerbit Angkasa,


2005.
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah,
Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2007.
Harun Nasution, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Rineka
Cipta, 2007.
Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Husna,
1988.
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT.
Hidakarya Agung, 1992.
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak
Sejarah Era Rasulullah Sampai Indonesia, Jakarta: Prenada Media
Group, 1999.

21

Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi


Aksara, cet.9, 2008.

Anda mungkin juga menyukai