Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

A.

Pengertian
Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia
(Smeltzer, 2002 : 1220).
Diabetes militus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemi. Glukosa secara
normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk
dihati dari makanan yang dikonsumsi (Brunner dan Suddarth, 2002).

B. Etiologi
Faktor penyebab terjadinya Diabetes Mellitus (Sjaifoellah, 1996 : 692)
yaitu :
1. Faktor keturunan
Karena adanya kelainan fungsi atau jumlah selsel betha pancreas yang
bersifat genetic dan diturunkan secara autosom dominant sehingga
mempengaruhi sel betha serta mengubah kemampuannya dalam mengenali
dan menyebarkan rangsang yang merupakan bagian dari sintesis insulin.
2. Fungsi sel pancreas dan sekresi insulin berkurang
Jumlah glukosa yang diambul dan dilepaskan oleh hati dan yang
digunakan oleh jaringan perifer tergantung keseimbangan fisiologis
beberapa hormon. Hormon yang menurunkan glukosa darah yaitu insulin
yang dibentuk sel betha pulau pancreas.
3. Kegemukan atau obesitas
Terjadi karena hipertrofi sel betha pancreas dan hiperinsulinemia dan
intoleransi glukosa kemudian berakhir dengan kegemukan dengan diabetes
mellitus dan insulin insufisiensi relative.
4. Perubahan pada usia lanjut berkaitan dengan resistensi insulin

Pada usia lanjut terjadi penurunan maupun kemampuan insulin terutama


pada post reseptor.
C. Tipe Diabetes
Ada beberapa tipe diabetes melius antara lain:
Tipe I

: Diabetes melitus tergantung insulin (Insulin Dependent

Diabetes Melitus)
Tipe II

: Diabetes melitus tidak tergantung insulin (Non- Insulin

Dependent Diabetes Melitus)


Diabetes Melitus yang berhubungan dengan keadaan sindrom lainya
Diabetes Melitus Gestasional
D. Manifestasi Klinik
Gejala diabetes mellitus type 1 muncul secara tibatiba pada usia anak
anak sebagai akibat dari kelainan genetika sehingga tubuh tidak memproduksi
insulin dengan baik. Gejalagejalanya antara lain adalah sering buang air kecil,
terus menerus lapar dan haus, berat badan turun, kelelahan, penglihatan kabur,
infeksi pada kulit yang berulang, meningkatnya kadar gula dalam darah dan air
seni, cenderung terjadi pada mereka yang berusia dibawah 20 tahun.
Sedangkan diabetes mellitus tipe II muncul secara perlahanlahan sampai
menjadi gangguan kulit yang jelas, dan pada tahap permulaannya seperti gejala
pada diabetes mellitus type I, yaitu cepat lemah, kehilangan tenaga, dan merasa
tidak fit, sering buang air kecil, terus menerus lapar dan haus, kelelahan yang
berkepanjangan dan tidak ada penyebabnya, mudah sakit yang berkepanjangan,
biasanya terjadi pada mereka yang berusia diatas 40 tahun tetapi prevalensinya
kini semakin tinggi pada golongan anakanak dan remaja.
Gejalagejala tersebut sering terabaikan karena dianggap sebagai keletihan
akibat kerja. Jika glukosa darah sudah tumpah ke saluran urine sehingga bila urine
tersebut tidak disiram akan dikerubungi oleh semut adalah tanda adanya gula.
Gejala lain yang biasa muncul adalah penglihatan kabur, luka yang lam asembuh,

kaki tersa keras, infeksi jamur pada saluran reproduksi wanita, impotensi pada
pria.
E. Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan
komplikasi kronik (Carpenito, 2001).
Komplikasi Akut, ada 3 komplikasi akut pada diabetes mellitus yang penting dan
berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka pendek,
ketiga komplikasi tersebut adalah (Smeltzer, 2002 : 1258)
1. Diabetik Ketoasedosis (DKA)
Ketoasedosis diabetik merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari
suatu perjalanan penyakit diabetes mellitus. Diabetik ketoasedosis
disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin
yang nyata ( Smeltzer, 2002 : 1258 )
2. Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHHN)
Koma Hiperosmolar Nonketotik merupakan keadaan yang didominasi oleh
hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat
kesadaran. Salah satu perbedaan utama KHHN dengan DKA adalah tidak
terdapatnya ketosis dan asidosis pada KHHN (Smetzer, 2002 : 1262)
3. Hypoglikemia
Hypoglikemia (Kadar gula darah yang abnormal yang rendah) terjadi
kalau kadar glukoda dalam darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl.
Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian preparat insulin atau preparat
oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit (Smeltzer,
2002 : 1256)
Komplikasi kronik Diabetes Melitus pada adsarnya terjadi pada semua pembuluh
darah diseluruh bagian tubuh (Angiopati Diabetik). Angiopati Diabetik dibagi
menjadi 2 yaitu (Long 1996) :
1. Mikrovaskuler
a.

Penyakit Ginjal

Salah satu akibat utama dari perubahanperubahan mikrovaskuler


adalah perubahan pada struktural dan fungsi ginjal. Bila kadar glukosa
darah meningkat, maka mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami
stress yang menyebabkan kebocoran protein darah dalam urin
(Smeltzer, 2002 : 1272)
b.

Penyakit Mata (Katarak)


Penderita Diabetes melitus akan mengalami gejala penglihatan sampai
kebutaan. Keluhan penglihatan kabur tidak selalui disebabkan
retinopati (Sjaifoellah, 1996 : 588). Katarak disebabkan karena
hiperglikemia

yang

berkepanjangan

yang

menyebabkan

pembengkakan lensa dan kerusakan lensa (Long, 1996 : !6)


c.

Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf - saraf perifer, sistem saraf
otonom, Medsulla spinalis, atau sistem saraf pusat. Akumulasi sorbital
dan perubahanperubahan metabolik lain dalam sintesa atau fungsi
myelin yang dikaitkan dengan hiperglikemia dapat menimbulkan
perubahan kondisi saraf (Long, 1996 : 17)

2. Makrovaskuler
a.

Penyakit Jantung Koroner


Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes melitus maka
terjadi penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya
keseluruh tubuh sehingga tekanan darah akan naik atau hipertensi.
Lemak yang menumpuk dalam pembuluh darah menyebabkan
mengerasnya arteri (arteriosclerosis), dengan resiko penderita penyakit
jantung koroner atau stroke

b.

Pembuluh darah kaki


Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf saraf sensorik, keadaan
ini berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak terdeteksinya
infeksi yang menyebabkan gangren. Infeksi dimulai dari celahcelah
kulit yang mengalami hipertropi, pada selsel kuku yang tertanam

pada bagian kaki, bagia kulit kaki yang menebal, dan kalus, demikian
juga pada daerahdaerah yang tekena trauma (Long, 1996 : 17)
c.

Pembuluh darah otak


Pada pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan sehingga suplai
darah ke otak menurun (Long, 1996 : 17)

F. Pathofisiologi
Dalam keadaan normal jika terdapat insulin, asupan glukosa/produksi
glukosa yang melebihi kebutuhan kalori akan disimpan sebagai glikogen
dalam sel-sel hati dan sel-sel otot. Proses glikogenesis ini mencegah
hiperglikemia (kadar glukosa darah > 110 mg/dl). Pada pasien DM, kadar
glukosa dalam darah meningkat/tidak terkontrol, akibat rendahnya produk
insulin/tubuh tidak dapat menggunakannya, sebagai sel-sel akan starvasi. Bila
kadar meningkat akan dibuang melalui ginjal yang akan menimbulkan diuresi
sehingga pasien banyak minum (polidipsi). Glukosa terbuang melalui urin
maka tubuh kehilangan banyak kalori sehingga nafsu makan meningkat
(poliphagi). Akibat sel-sel starvasi karena glukosa tidak dapat melewati
membran sel, maka pasien akan cepat lelah.
G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dilakukan sebagai penunjang diagnostik medis antara
lain:
1. Pemeriksaan gula darah
Orang dengan metabolisme yang normal mampu mempertahankan kadar
gula darah antara 70-110 mg/dl (engliglikemi) dalam kondisi asupan makanan
yang berbeda-beda. Test dilakukan sebelum dan sesudah makan serta pada
waktu tidur.
2. Pemeriksaan dengan Hb
Dilakukan untuk pengontrolan DM jangka lama yang merupakan Hb
minor sebagai hasil dari glikolisis normal.
3. Pemeriksaan Urine

Pemeriksaan urine dikombinasikan dengan pemeriksaan glukosa darah


untuk memantau kadar glukosa darah pada periode waktu diantara
pemeriksaan darah.
H. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang
melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien dan keluarga,
untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal dalam melakukan proses
terapeutik maka perawat melakukan metode ilmiah yaitu proses keperawatan
Proses keperawatan merupakan tindakan yang berurutan yang dilakukan
secara sistematis dengan latar belakang pengetahuan komprehensif untuk
mengkaji status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah dan diagnosa,
merencanakan intervensi mengimplementasikan rencana dan mengevaluasi
rencana sehubungan dengan proses keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem endokrin.
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes
mellitus dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata,
riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa
lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.
Hal yang perlu dikaji pada klien degan diabetes mellitus :
a. Aktivitas dan istirahat :
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat
dan tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan
koma.

b. Sirkulasi
Riwayat

hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri,

kesemutan pada ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit


kering, merah, dan bola mata cekung.
c. Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan
pucat.
d. Nutrisi
Nausea,

vomitus,

berat

badan

menurun,

turgor

kulit

jelek,

mual/muntah.
e. Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah
otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung.
f. Nyeri
Pembengkakan perut, meringis.
g. Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.

h. Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
i. Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan
terjadi impoten pada pria.

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan
teori, maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien
diabetes mellitus yaitu :
a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis
osmotik.
b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
d. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan
dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
3.

Rencana Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan :
Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital
stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik,
haluaran urine tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas
normal.
Intervensi :
1) Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan
takikardia.
2) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran
mukosa.

Rasional : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume


sirkulasi yang adekuat.
3) Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.
Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti,
fungsi ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan.
4) Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status
cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam
memberikan cairan pengganti.
5) Berikan terapi cairan sesuai indikasi.
Rasional : Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat
kekurangan cairan dan respons pasien secara individual.
b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
Tujuan :
Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat, menunjukkan tingkat
energi biasanya, berat badan stabil atau bertambah.
Intervensi :
1) Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan
dengan makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien.
Rasional : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari
kebutuhan terapeutik.
2) Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.

Rasional: Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk


absorbsi dan utilisasinya).
3) Identifikasi

makanan

yang

disukai/dikehendaki

termasuk

kebutuhan etnik/kultural.
Rasional : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam
perencanaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah
pulang.
4) Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai indikasi.
Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan informasi
pada keluarga untuk memahami nutrisi pasien.
5) Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai indikasi.
Rasional : Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya
dengan cepat pula dapat membantu memindahkan glukosa
ke dalam sel.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
Tujuan :
Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko
infeksi, mendemonstrasikan teknik dan perubahan gaya hidup untuk
mencegah terjadinya infeksi.
Intervensi :
1) Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.
Rasional : Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah
mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami
infeksi nosokomial.

2) Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci


tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien
termasuk pasiennya sendiri.
Rasional : Mencegah timbulnya infeksi silang.
3) Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.
Rasional : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media
terbaik bagi pertumbuhan kuman.
4) Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh.
Rasional : Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien
pada

peningkatan

resiko

terjadinya

kerusakan

pada

kulit/iritasi kulit dan infeksi.


5) Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam.
Rasional : Membantu dalam memventilasi semua daerah paru dan
memobilisasi sekret.
d. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan
ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
Tujuan :
Mempertahankan

tingkat

kesadaran/orientasi,mengenali

dan

mengkompensasi adanya kerusakan sensori.


Intervensi :
1) Pantau tanda-tanda vital dan status mental.
Rasional : Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal
2) Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan
kebutuhannya.

Rasional

Menurunkan

kebingungan

dan

membantu

untuk

mempertahankan kontak dengan realitas.


3) Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk
melakukan kegiatan sehari-hari sesuai kemampuannya.
Rasional : Membantu memelihara pasien tetap berhubungan dengan
realitas dan mempertahankan orientasi pada lingkungannya.
4) Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan sensori
pada paha/kaki.
Rasional : Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman
yang berat, kehilangan sensasi sentuhan/distorsi yang
mempunyai resiko tinggi terhadap kerusakan kulit dan
gangguan keseimbangan.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. (2002). Text book of Medical-Surgical Nursing. EGC.
Jakarta.
Carpenito, L.J. (2001). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Doengoes Merillynn. (1999) (Rencana Asuhan Keperawatan). Nursing care
plans. Guidelines for planing and documenting patient
care. Alih bahasa : I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati.
EGC. Jakarta.
Prince A Sylvia. (1995). (patofisiologi). Clinical Concept. Alih bahasa : Peter
Anugrah EGC. Jakarta.

Sjaifoellah, N. (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Smeltzer, S. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Long, B.C. (1996). Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan. Alih Bahasa, Yayasan Ikatan Alumni
pendidikan Keperawatan Padjadjaran. Bandung: YPKAI.

E. Path Ways
Penuaan, keturunan, infeksi, gaya hidup: Diit, kehamilan, obesitas
Sel beta pancreas rusak/terganggu
Produksi insulin
Katabolisme protein

BUN

lipolisisis

Glukagon

As. Amino

Hiperglikemi 60>140 mg/dl

As. Laktat

Glukosuri

Glukoneogenesis

diuretic osmotic

Hiperosmolalitas

As. lemak bebas

Koma

As. lemak teroksidasi

Kalori keluar

Ketonemia

Rasa lapar

Ketonuri

Polifagi

Ketoasidosis

Sel kelaparan
Poliuri
Hilang prot. tubuh

Prod. energi metabolisme


Dehidrasi

Respon perd. darah lambat

Kelelahan
Kelelahan

Rasa haus

Syok
Asidosis Metabolisme

Polidipsi
Resiko Infeksi

< volume cairan


dan elektrolit

< Pengetahuan

Perubahan nutrisi >


dari kebutuhan

Anda mungkin juga menyukai