Anda di halaman 1dari 24

PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara yang kaya akan berpuluh-puluh ribu tumbuhan yang banyak
dibudidayakan sebagai tumbuhan pangan, industri, tanaman obat, dan banyak lagi lainnya.
Masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu telah mengenal berbagai macam tanaman yang
mempunyai khasiat obat atau menyembuhkan berbagai macam penyakit. Tanaman yang
berkhasiat obat tersebut dikenal dengan sebutan tanaman obat tradisional. Sebagai tanaman
obat, kegunaannya pun tidak terbatas dan menghasilkan zat yang berkhasiat melalui proses
biosintesis.
Eksplorasi bahan alami yang mempunyai aktivitas biologis menjadi salah satu target
para peneliti, setelah senyawa-senyawa sintetik yang mempunyai aktivitas biologi seperti
senyawa antioksidan sintetik ( butylated hydroxytulen ), Butylated hydroxyanisole (BHA).
Beberapa penelitian yang telah dikembangkan, senyawa-senyawa yang mempunyai potensi
sebagai antioksidan umumnya merupakan senyawa flavonoid, fenolat, dan alkaloid.
Flavonoid dalam bidang pengobatan banyak digunakan sebagai anti virus, anti
keradangan, diuretic, antispasmodic, dan bersifat sitotoksik. Flavonoid adalah senyawa
dengan struktur rantai karbon C6-C3-C6 merupakan pigmen yang terdapat pada beberapa
bagian tumbuhan seperti pada akar, bunga, daun, tepungsari, dan buah. Flavonoid jarang
ditemukan dalam satu golongan flavonoida, namun sebagai campuran beberapa golongan.
Hal ini menjadikan suatu masalah yang sangat menarik bagi para peneliti. Yaitu terbukti dari
adanya berates-ratus penelitian tentang flavonoid dari banyak spesies dengan teknik isolasi
dan pemisahan modern. Misalnya M. Hamburger etal yang mengisolasi 12 glikosida flavonol
dari daun Searidaca diversifolia. Nianbai Fang, Mark Leidig, Tom J. yang mengisolasi 51
flavonoid dari Butierrezia microcephala.

A. PENGERTIAN FLAVONOID
Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari dari 15 atom karbon yang umumnya
tersebar di dunia tumbuhan. Senyawa flavanoid merupakan suatu kelompok senyawa fenol
yang terbesar yang ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah,
ungu, dan biru serta sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan.
Pada tumbuhan tinggi, flavonoid terdapat baik dalam bagian vegetative maupun
dalam bunga. Senyawa ini berperan penting dalam menentukan warna, rasa, bau, serta
kualitas nutrisi makanan. Tumbuhan umumnya hanya menghasilkan senyawa flavonoid
tertentu. Keberadaan flavonoid pada tingkat spesies, genus atau familia menunjukkan proses
evolusi yang terjadi sepanjang sejarah hidupnya. Bagi tumbuhan, senyawa flavonoid berperan
dalam pertahanan diri terhadap hama, penyakit, herbivori, kompetisi, interaksi dengan
mikrobia, dormansi biji, pelindung terhadap radiasi sinar UV, molekul sinyal pada berbagai
jalur transduksi, serta molekul sinyal pada polinasi dan fertilitas jantan.
Flavanoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon,
dimana dua cincin benzene (C6) terikat pada suatu rantai propane (C3) sehingga membentuk
suatu susunan C6-C3-C6.
B. KLASIFIKASI FLAVANOID
Jika dilihat dari struktur dasarnya flavonoid terdiri dari dua cincin benzen yang terikat
dengan 3 atom carbon (propana). Dari kerangka ini flavonoid dapat dibagi menjadi 3 struktur
dasar yaitu Flavonoid atau 1,3-diarilpropana, isoflavonoid atau 1,2-diarilpropana, dan
neoflafonoid atau 1,1-diarilpropana.

B.1. Penggolongan Flavonoid

Nama flavonoid sendiri berasal dari kata Flavon yang merupakan senyawa fenol yang
banyak terdapat di alam. Senyawa flavon ini memiliki struktur yang mirip dengan struktur
dasar flavonoid tetapi pada jembatan propana terdapat oksigen yang membentuk siklik
sehingga memiliki 3 cincin heterosiklik.
Dalam makanan sehari-hari Flavonoid terkandung dalam beberapa macam dan jenis,
berikut ini table macam-macam kandungan jenis Flavonoid yang terdapat dalam makanan.
Food

Serving

Flavonoid

size

content

Flavonoid type

(mg/serving*)

Apple

200 g

424

Flavonol

48

mg/serv.

Catechins 424 mg/serv.

Apricot

200 g

2050

Catechins

Aubergine

200 g

1500

Anthocyanins

Beans

200 g

70110

Catechins

Black berry

100 g

13-400

Anthocyanins:

100-400

mg/serv.

Catechins: 13 mg/serv.

Black

100 g

130400

Anthocyanins

200 g

31500

Anthocyanins:

currant

Black grape

601500

mg/serv.

Flavonol: 38 mg/serv.

Black
infusion

tea

2 dl

6100

Catechins:

12100

Flavonol: 69 mg/serv.

mg/serv.

Blueberry

100 g

3500

Anthocyanins:

25500

mg/serv.

Flavonols: 316 mg/serv.

Broccoli

200 g

820

Flavonol

Capsicum

100 g

0.51

Flavones

Celery

200 g

428

Flavones

Cherry

200 g

10900

Anthocyanins:

pepper

70900

mg/serv.

Catechins: 1044 mg/serv.

Cherry

200 g

340

Flavonol

Chocolate

50 g

2330

Catechins

Cider

2 dl

Catechins

Curly kale

200 g

60120

Flavonol

Grape

200 g

635

Catechins

Grapefruit

2 dl

20130

Flavanones

2 dl

4160

Catechins:

tomato

juice

Green

tea

infusion

Leek

20160

Flavonol: 47 mg/serv.

200 g

645

Flavonol

mg/serv.

Lemon

2 dl

1060

Flavanones

2 dl

40140

Flavanones

Parsley

5g

1.29.2

Flavones

Peach

200 g

1028

Catechins

Plum

200 g

450

Anthocyanins

Red

200 g

50

Anthocyanins

100 g

2-48

Catechins

1 dl

835

Catechins:

juice

Orange
juice

cabbage

Red
raspberry

Red wine

830

mg/serv.

Anthocyanins: 2035 mg/serv.

Rhubarb

100 g

200

Anthocyanins

Soy bean

200 g

120290

Isoflavones

Soy

50 g

3.215.7

Isoflavones

cheeses
(different

types)

Soy

flour

75 g

133

Isoflavones

75 g

99

Isoflavones

200 g

4150

Anthocyanins:

(full fat)

Soy

flour

(low fat)

Strawberry

30-150

mg/serv.

Catechins: 4-100 mg/serv.

Tofu, fresh

100 g

22.631.1

Isoflavones

Tofu, fried

100 g

48.4

Isoflavones

Tomato

200 g

0.43

Flavonol

Yellow

100 g

35120

Flavonol

(soft

or

firm)

onion

Senyawa-senyawa flavon ini mempunyai kerangka 2-fenilkroman, dimana posisi orto


dari cincin A dan atom karbon yang terikat pada cincin B dari 1,3-diarilpropana dihubungkan
oleh jembatan oksigen sehingga membentuk cincin heterosiklik yang baru (Cincin C).

Senyawasenyawa
flavonoid terdiri dari beberapa jenis, bergantung pada tingkat oksidasi dari rantai propane dari
system 1,3-diarilpropana. Berdasarkan tingkat oksidasinya, flavan adalah yang terendah dan
digunakan sebagai induk tatanama flavon.

Flavon

Gambar 2.1 Flavon

Senyawa flavon ini dapat dioksidasi sehingga memiliki bentuk yang bervariasi
bergantung pada tingkat oksidasinya. Senyawa dasar flavon yang tidak teroksidasi
disebut flavan. Berikut contoh dari flavon yang teroksidasi membentuk gugus OH.

Flavonol

Flavonol paling sering terdapat sebagai glikosida, biasanya 3-glikosida, dan aglikon
flavonol yang umum yaitu kamferol, kuersetin, dan mirisetin yang berkhasiat sebagai
antioksidan dan antiimflamasi. Flavonol lain yang terdapat di alam bebas kebanyakan
merupakan variasi struktur sederhana dari flavonol. Larutan flavonol dalam suasana
basa dioksidasi oleh udara tetapi tidak begitu cepat sehingga penggunaan basa pada
pengerjaannya masih dapat dilakukan

Gambar 2.2 Flavonol

Isoflavon

Isoflavon merupakan isomer flavon, tetapi jumlahnya sangat sedikit dan sebagai
fitoaleksin yaitu senyawa pelindung yang terbentuk dalam tumbuhan sebagai
pertahanan terhadap serangan penyakit. Isoflavon sukar dicirikan karena reaksinya
tidak khas dengan pereaksi warna manapun. Beberapa isoflavon (misalnya daidzein)
memberikan warna biru muda cemerlang dengan sinar UV bila diuapi amonia, tetapi
kebanyakan yang lain tampak sebagai bercak lembayung yang pudar dengan amonia
berubah menjadi coklat.

Gambar 2.3 Isoflavon

Katekin

Katekin terdapat pada seluruh dunia tumbuhan, terutama pada tumbuhan berkayu.
Senyawa ini mudah diperoleh dalam jumlah besar dari ekstrak kental Uncaria gambir
dan daun teh kering yang mengandung kira-kira 30% senyawa ini. Katekin berkhasiat
sebagai antioksidan.

Gambar 2.4 Katekin


Berikut ini ditunjukkan Kandungan Katekin dari beberapa sumber makanan :

Food

Catechins

Catechins,

mg/serving

mg/100g food

Chocolate

23-30

46-61

Beans

70-110

35-55

Apricot

20-50

10-25

Cherry

10-44

5-22

Grape

6-35

3-17.5

Peach

10-28

5-14

Apple

20-86

10-43

Red raspberry

2-48

2-48

Strawberry

2-50

2-50

Blackberry

9-11

9-11

Green tea

20-160

10-80

Black tea

12-100

6-50

Red wine

8-30

8-30

Cider

Flavanon

Flavanon terdistribusi luas di alam. Flavanon terdapat di dalam kayu, daun dan bunga.
Flavanon glikosida merupakan konstituen utama dari tanaman genus prenus dan buah
jeruk; dua glikosida yang paling lazim adalah neringenin dan hesperitin, terdapat
dalam buah anggur dan jeruk.

Gambar 2.5 Flavanon

Leukoantosianin

Leukoantosianidin merupakan senyawa tan warna, terutama terdapat pada tumbuhan


berkayu. Senyawa ini jarang terdapat sebagai glikosida, contohnya melaksidin,
apiferol.

Gambar 2.6 Leukoantosianin

Antosianin

Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas dalam
tumbuhan. Pigmen yang berwarna kuat dan larut dalam air ini adalah penyebab
hampir semua warna merah jambu, merah marak , ungu, dan biru dalam daun, bunga,
dan buah pada tumbuhan tinggi. Secara kimia semua antosianin merupakan turunan

suatu struktur aromatik tunggal yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen
sianidin ini dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan
metilasi atau glikosilasi.
`

Gambar 2.7 Antosianin


Berikut ini ditunjukkan kandungan Antosianin dari beberapa makanan yang ada :

Food

Anthocyanins

Anthocyanins

mg/serving

mg/100g food

Aubergine

1500

750

Black berry

100-400

100-400

Black currant

130-400

130-400

Blueberry

25-500

25-500

Black grape

60-1500

30-750

Cherry

70-900

35-450

Rhubarb

200

200

Strawberry

30-150

15-75

Red wine

20-35

20-35

Red cabbage

50

25

Plum

4-50

2-25

Auron

Auron berupa pigmen kuning emas yang terdapat dalam bunga tertentu dan briofita.
Dalam larutan basa senyawa ini berwarna merah ros dan tampak pada kromatografi
kertas berupa bercak kuning, dengan sinar ultraviolet warna kuning kuat berubah
menjadi merah jingga bila diberi uap amonia. (Robinson, 1995)

Gambar 2.8 Auron

Kalkon

Khalkon adalah pigmen fenol kuning yang berwarna coklat kuat dengan sinar UV bila
dikromatografi kertas. Aglikon flavon dapat dibedakan dari glikosidanya, karena
hanya pigmen dalam bentuk glikosida yang dapat bergerak pada kromatografi kertas
dalam pengembang air. (Harborne, 1996)

Gambar 2.9 Kalkon

Dari berbagai jenis Flavonoid tersebut, flavon, flavanol dan antosianidin adalah jenis
yang paling banyak ditemukan di alam, sehingga sering kali dinyatakan sebagai flavonoid
utama. Sedangkan jenis-jenis flavonoid yang ditemukan di alam dan jumlahnya terbatas
adalah calcon, auron, katecin, flavonon, leukoantosianidin.
Banyaknya senyawa Flavanoid ini, bukanlah disebabkan oleh banyaknya variasi
struktur, melainkan oleh berbagai tingkat hidroksilasi, alkoksilasi, atau glikosilasi dari
struktur tersebut.
Senyawa-senyawa isoflavonoid dan neoflavonoid hanya ditemukan dalam beberapa
jenis tumbuhan, terutama suku Leguminosae. Jenis-jenis senyawa yang termasuk senyawa
isoflavonoid ialah isoflavon, rotenoid, pterokarpan, dan kumestan. Sedangkan, neoflavonoid
meliputi jenis-jenis 4-arilkumarin dan berbagai dalbergion.

pterokarpan

isoflavon
HO

MeO

OH

R = H
daidzein
R = OH genistein

pterokarpin

rotenoid
kumestan
R
R2

R3
R1

OH

OMe
OMe

R1=R3=H
R2=OH
kumestrol
R1=R3=OH R2=OMe medelolakton

Ragam isoflavonoid:

Ragam neoflavonoid:

R = H
rotenon
R = OH amorfigenin

dalbergion

4-arilkumarin
MeO

HO

MeO

R1
R1
R1=R2=H
dalbergin
R1=OH R2=OMe melanein

4-metoksidalbergion

C. CIRI STRUKTUR FLAVONOID


Masing-masing jenis Flavonoid mempunyai struktur dasar tertentu. Di samping itu,
Flavonoid mempunyai beberapa ciri struktur yang lain. Pada umumnya cincin A dari struktur
flavonoid mempunyai pola oksigenasi yang berselang-seling, yakni pada posisi 2, 4 dan 6
dari struktur terbuka calkon. Cincin B flavonoid mempunyai 1 gugus fungsi oksigen pada
posisi para atau 2 pada posisi para dan meta atau 3 pada posisi 1 di para dan 2 di meta.

HO

HO

OH

OH

OH

OH

HO

O
OH

OH

OH

OH

OH

+
O

HO

HO

OH
OH

OH
epikatecin

kaemferol

apigenin

floretin

HO

OH

O
C
H

OH
OH
pelargonidin

OH
OH

O
sulfuretin

D. ASAL-USUL BIOGENETIK DAN BIOSINTETIK


Spekulasi mengenai biosintesa flavanoid bermula dari analisa berbagai struktur
senyawa yang termasuk golongan ini. Pada tahun 1936 Robinson mengajukan pendapat
bahwa kerangka C6-C3-C6 dari flavonoid berkaitan dengan kerangka C6-C3 dari
fenilpropanoid yang mempunyai gugus fungsi oksigen pada posisi para, para dan meta, atau 2
meta dan 1 para dari cincin aromatic. Akan tetapi, senyawa-senyawa fenilpropanoid, seperti
asam-asam amino fenilalanin dan tirosin, bukannya dianggap sebagai senyawa yang
menurunkan flavonoid melainkan hanya sebagai senyawa yang bertalian belaka.
Pola biosintesa flavonoid pertama kali disarankan oleh Birch. Menururut Birch,
pada tahap-tahap pertama dari biosintesa flavonoid suatu unit C6-C3 berkombinasi dengan 3
unit C2 menghasilkan unit C6-C3-(C2+C2+C2). kerangka C15 yang dihasilkan dari
kombinasi unit mengandung gugus-gugus fungsi oksigen pada posisi-posisi yang diperlukan.

Adapun cincin A dari struktur flavonoid berasal dari jalur poliketida, yakni kondensasi
dari tiga unit asetat atau malonat, sedangkan cincin B dan tiga atom karbon dari rantai propan
berasal dari jalur fenilpropanoid (jalur sikimat).
Jalur Poliketida

Jalur Fenilpropanoid (Jalur Sikimat)

Dengan demikian, kerangka dasar karbon dari flavonoid dihasilkan dari kombinasi
antara dua jalur biosintesa yang utama untuk cincin aromatik, yakni jalur sikimat dan jalur
asetat-malonat.
Selanjutnya, sebagai akibat dari berbagai perubahan yang disebabkan oleh enzim,
ketiga atom karbon dari rantai propan dapat menghasilkan berbagai gugus fungsi, seperti
ikatan rangkap, gugus hidroksil, gugus karbonil, dan sebagainya.
Menurut biosintesa ini, pembentukan flavonoid dimulai dengan memperpanjang
unit fenilpropanoid (C6-C3) yang berasal dari turunan sinamat seperti asam p-kumarat.
Kadang-kadang asam kafeat, asam furalat, atau asam sinapat. Percobaan-percobaan juga
menunjukkan bahwa calkon dan isomer flavon yang sebanding juga berperan sebagai
senyawa antara dalam biosintesis berbagai jenis flavonoid lainnya. Adapun hubungan
biogenetik antara berbagai jenis flavonoid,

Kalkon sintase adalah enzim yang diteliti secara luas dalam penentu laju biosintesis
flavonoid. Enzim ini terkait dengan reticulum endoplasma dan bekerja sama dengan
reduktase membuat kalkon. Kalkon merupakan zat-antara langsung auron. Proses saling ubah
kalkon-flavanon dikatalisis oleh enzim chalcone isomerase (CHI). Karena saling ubah atau
irreversible kalkon dan flavanon mudah sekali, sukar untuk mengetahui apakah senyawaantara (prazat) antara kalkon dan golongan flavonoid lain selalu flavanon. Isomerasi dari
flavanon menghasilkan isoflavonoid dengan enzim isoflavon sintase (IFS) dengan zat-antara
2-Hydroksiisoflavanonyang dikatalis menjadi isoflavonoid dengan 2-hidroksiisoflavanon
dehidratase (IFD). Flavanon merupakan point penting dalam metabolism flavonoid karena
menghasilkan flavon dan dihidroflavonol atau sering disebut flavanonol. Percobaan secara
enzimatik menunjukkan bahwa dihidroflavonol (flavanonol) bertindak sebagai zat-antara
beberapa golongan flavonoid. Dehidrogenasi secara enzimatik flavanon menjadi flavon oleh
enzim flavon sintase (FNS) dan flavanonol menjadi flavonol oleh enzim flavonol sintase
(FLS) telah dibuktikan. Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa flavononol zat-antara
untuk antosianidin melalui leukoantosianidin dan juga katekin.

E. SIFAT FLAVONOID
Flavonoid merupakan golongan filifenol sehingga memiliki sifat kimia senyawa fenol, yaitu
1. Bersifat asam sehingga dapat larut dalam basa.
2. Merupakan senyawa polar karena memiliki sejumlah gugus hidroksil.
3. Sebagai antibakteri karena flavonoid sebagai derivat dari fenol dapat menyebabkan
rusaknya susunan dan perubahan mekanisme permeabilitas dari dinding sel bakteri.
4. Sebagai antioksidan yaitu kemampuan flavonoid untuk menjalankan fungsi
antioksidan, bergantung pada struktur molekkulnya, posisi gugus hidroksil memiliki
peranan dalam fungsi antioksidan dan aktivitas menyingkirkan radikal bebas.
F. IDENTIFIKASI (secara umum)
Senyawa senyawa flavonoid terdapat dalam semua bagian tumbuahan tinggi, seperti
bunga, daun, ranting, bauh, kayu, kulit kayu, dan akar. Akan tetapi, senyawa flavonoid
tertentu seringkali terkonsentrasi dalam suatu jaringan tertentu, misalnya antosianidin adalah
zat warna dari bunga, buah, dan daun.
Sebagian besar dari flavonoid alam ditemukan dalam bentuk glikosida, dimana unit flavonoid
terkait pada suatu gula. Suatu glikosida adalah kombinasi antara suatu gula dan suatu alcohol
yang saling berikatan melalui ikatan glikosida.

Kromatografi Lapis Tipis dan Uap Amonia

Biasanya jaringan tumbuhan dapat diuji adanya flavon dan flavonol denga diuapi uap
ammonia. Warna kuning menunjukkan adanya senyawa ini. Kalkon dan auron berubah dari
kuning menjadi merah pada uji ini. Jika ekstrak pigmen dalam air dibasakan, berbagai
perubahan warna dapat terlihat, meskipun perubahan pada pigmen yang satu menutupi
perubahan pada pigmen lain:
Antosianin
Flavon, flavonol, xanton
Flavanon
Kalkon dan auron
Flavanonol

: lembayung biru
: kuning
: tak berwarna menjadi merah jingga (terutama jika dipanaskan)
: segera lembayung-merah
: coklat-jingga

Geissman memberikan garis besar tata kerja untuk memeriksa kromatogram kertas flavonoid.
Tata kerja ini berlaku juga untuk lapisan tipis:
1. Perhatikan bercak yang kelihatan (antosianin, kalkon, auron)
2. Periksa dibawah sinar UV dengan panjang gelombang 365nm beberapa senyawa
berfluoresensi (flavonol, kalkon) yang lain menyerap sinar dan tampak sebagai bercak
3.

gelapdengan latar belakang berfluoresensi (glikosida flavono, antosianin, flavon)


Uapi dengan uap ammonia sambil diperiksa di bawah sinar UV glikosida flavon
dan flavonol berfluoresensi kuning, flavanon kelihatan kuning pucat, katekin biru

4.

pucat.
Periksa lagi di bawah cahaya biasa sambil diuapi uap ammonia flavon kelihatan
kuning, antosianin kelabu-biru, kalkon dan auron merah jingga.

Spektrofotometri UV-Vis

Sebagian besar peneliti mengidentifikasi dengan menggabungkan cara spektrofotometri


dengan kromatografi. Semua flavonoid mamiliki pita serapan yang kurang lebih kuat pada
sekitar 220-270 nm dan pita kuat lain pada panjang gelombang lebih tinggi. Mungkin juga
terdapat pita lebih lemah tambahan. Letak kira-kira pita serapan maksimum pada panjang
gelombang tinggi berbagai flavonoid sebagai berikut:
Antosianin
: 500-530 nm
Flavon dan flavonol
: 330-375 nm
Kalkon dan auron
: 370-410 nm
Flavanon
: 250-300 nm
Leukoantosianidin dan katekin
: 280 nm
Isoflavon
: 310-330 nm

(penyajian spectrum ini dapat dijumpai dalam beberapa buku acuan umum dan tinjauan
Geissman)
G. ISOLASI FLAVONOID
Isolasi dan identifikasi flavonoid didasarkan pada jurnal ISOLASI DAN
IDENTIFIKASI FLAVONOID PADA DAUN KATU (Sauropus androgynus (L.) Merr) oleh
Sri Harsodjo Wijono S. Dalam jurnal ini, isolasi flavonoid dapat dilakukan dengan metode
Charaux-Paris. Berikut adalah tahapannya:
1. Maserasi
Ekstraksi dilakukan secara maserasi bertingkat dengan menggunakan pelarut mula-mula nheksana kemudian etanol 95%. Sejumlah 1 kg serbuk kering daun katu pertama-tama
diekstrasi dengan n-heksana berkali-kali sampai filtrat jernih. Ampas dikeringkan kemudian
diekstraksi dengan etanol 95% berkali-kali hingga filtrat jernih. Masing-masing ekstrak
dipekatkan dengan penguap putar vakum sehingga diperoleh ekstrak kental. Pada penelitian
ini yang digunakan adalah ekstrak etanol.
2. Metode Charaux-Paris
Ekstrak pekat etanol dilarutkan dalam air panas, disaring kemudian diekstraksi dengan nheksana, fraksi n-heksana dikumpulkan dan di pekatkan, diperoleh fraksi n-heksana pekat.
Fraksi air diekstraksi dengan kloroform, fraksi kloroform dikumpulkan dan dipekatkan
diperoleh fraksi kloroform pekat. Fraksi air diekstrasi lagi dengan etil asetat, fraksi etil asetat
dikumpulkan dan dipekatkan, diperoleh fraksi etil asetat pekat. Kemudian fraksi air
diekstraksi dengan n-butanol, fraksi n-butanol dikumpulkan dan dipekatkan, sehingga
diperoleh fraksi n-butanol pekat. Ekstraksi dengan n-butanol dilakukan 3 kali, setiap kali
dengan pelarut n-butanol yang baru, sehingga diperoleh fraksi n-butanol I, fraksi n-butanol II
dan fraksi n-butanol III.
Identifikasinya dilakukan dengan cara:
1. Kromatografi
Untuk melihat profil kromatografi dari setiap fraksi. digunakan cara kromatografi kertas.
Masing-masing fraksi ditotolkan pada kertas Wathman no. 1, dielusi menggunakan cairan
pengembang n-butanol - asam asetat air (60 : 22: 1,2 ). Setelah diketahui bahwa fraksi yang
mengandung jenis flavonoid terbanyak adalah fraksi n-butanol I, maka dilakukan isolasi
senyawa flavonoid dengan cara kromatografi kertas preparatif.
- Cairan pengembang yang digunakan : n-butanolasam asetatair (4:1:5)

- Jarak rambat : 40 cm
- Teknik pengembangan : Menurun.
- Penotolan : Bentuk pita.
- Pendeteksi : Sinar UV 254/ 366
Masing-masing pita kromatogram dipisahkan, dipotong kecil-kecil dan diekstraksi dengan
metanol. Untuk pemurnian isolat dilakukan pengembangan kedua secara kromatografi kertas
preparatif.
- Cairan pengembang : Asam asetat 2 % dalam air
- Jarak rambat : 20 cm
- Teknik pengembangan : Menurun
- Penotolan : Bentuk pita
- Pendeteksi : Sinar UV 254/366
Setiap pita kromatogram yang diperoleh kemudian diekstraksi dengan metanol, sehingga
diperoleh beberapa isolat dari senyawa flavonoid.
2. Spektrofotometri UV-Vis
Kemudian dengan menggunakan spektrofotometer ultraviolet dilihat geseran batokromik
setelah setiap isolat dalam larutan metanol diberikan pereaksi geser natrium hidroksida,
aluminium klorida, asam klorida, natrium asetat, dan asam borat secara bergantian. Dengan
melihat geseran batokromik tersebut dapat diidentifikasi jenis flavonoid.
H. KESIMPULAN
1. Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari dari 15 atom karbon.
2. Flavonoid dapat dibagi menjadi 3 struktur dasar yaitu Flavonoid, isoflavonoid,
dan neoflafonoid.
3. Flavonoid merupakan golongan filifenol sehingga memiliki sifat kimia senyawa
fenol.
4. Cincin A dari struktur flavonoid berasal dari jalur poliketida sedangkan cincin B
berasal dari jalur fenilpropanoid (jalur sikimat).
5. Identifikasi flavonoid dapat dilakukan dengan kromatografi dan spektrofotometri
UV-Vis.

DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Sjamsul Arifin. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta: Penerbit Karunika.
Dwi Arif Sulistiono. Flavonoid. Universitas Mataram, h. 2, 5-7
Robinson, Trevor. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: Penerbit ITB.
Rodney Croteau, Toni M. Kutchan, dan Norman G. Lewis. 2000. Biochemistry & Molecular
Biology of Plants, h.57-58
Sovia Lenny. 2006. SENYAWA FLAVONOIDA, FENILPROPANOIDA DAN ALKALOIDA.
Medan. h.14-18
Sri Harsodjo Wijono S. 2003. ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FLAVONOID
PADA DAUN KATU (Sauropus androgynus (L.) Merr). Jakarta, Makara, sains, Vol 7, No 2,
h.2-6

Anda mungkin juga menyukai