Pelapukan Batuan
Pelapukan Batuan
Pelapukan Batuan merupakan proses alamiah akibat bekerjanya gaya-gaya alam baik secara fisik
maupun kimia yang menyebabkan terjadinya pemecah belahan, penghancur luluh lantakkan dan
transformasi bebatuan dan mineral-mineral penyusunnya menjadi material lepas (regolit) di
permukaan bumi. Regolit ini mempunyai kedalaman dan ketebalan yang bervariasi, tergantung
intensitas dan ekstensitas proses pelapukan yang terjadi. Kecepatan proses pelapukan bebatuan
dapat diindikasikan oleh jenis dan komposisi mineral/senyawa kimiawi penyusunnya.
Proses pelapukan dapat didefinisikan sebagai proses perubahan batuan yang terjadi akibat pengaruh
langsung atmosfer dan hidrosfer. Proses perubahan dicapai melalui dua proses utama, yaitu
pelapukan fisik dan pelapukan kimia, yang berada dalam sebuah keseimbangan fisika-kimia baru.
Berlangsungnya kedua proses tersebut dapat dikatakan relatif lambat, tetapi keberadaannya dalam
batuan
menjadi
hal
yang
cukup
penting
dari
sudut
pandang
keteknikan.
Adanya pelapukan pada massa dan material batuan sering mengakibatkan rencana desain suatu
struktur bangunan menjadi khas, karena pelapukan umumnya mengakibatkan pula perubahan sifat
keteknikannya. Mempelajari pengaruh pelapukan batuan terhadap kondisi batuan dan karakteristik
sifat keteknikannya merupakan bagian yang sangat penting dalam investigasi geologi teknik. Maka,
dalam upaya mengetahui secara rinci karakteristik sifat keteknikan batuan, studi pengaruh pelapukan
batuan terhadap beberapa sifat keteknikannya dapat menjadi parameter masukan yang penting guna
menunjang kegiatan perencanaan pembuatan desain perkuatan lereng.
Salah satu proses yang dapat mempengaruhi terjadinya pelapukan pada batuan adalah proses bahan
organik (organic processes). Proses bahan organik ini lebih didominasi oleh tumbuhan yaitu pada
akar tumbuhan dan juga hewan sebagai proses tambahan dari bahan organik yang bisa
mempengaruhi proses pelapukan batuan. Akar tumbuhan memiliki kemampuan yang berkaitan
dengan proses pelapukan batuan, dan kemampuan tesebut diantaranya:
1. Sebagai granulator, yaitu memperbaiki struktur tanah.
2. Sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro dan lain-lain.
3. Menambah kemampuan tanah untuk menahan air.
4.Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur- unsur hara (Kapasitas tukar kation
tanah menjadi tinggi).
5. Sumber energi bagi mikroorganisme.
Setelah batuan mengalami pelapukan yang disebabkan oleh proses bahan organik, batuan
tersebut akan mengalami beberapa perubahan pada sifat fisik maupun perubahan pada unsur
kimianya.
A.
d) Makhluk Hidup.
Jenis pelapukan fisik:
a) Stress release
b) Frost action and hydro-fracturing
Proses ini tergantung :
keberadaan pori dan retakan dalam batuan
keberadaan air/cairan dalam pori
temperatur yang turun naik dalam jangka waktu tertentu.
c) Salt weathering
d) Insolation weathering
e) Alternate wetting and drying
B.
PELAPUKAN KIMIA
Pelapukan kimia membuat komposisi kimia dan mineralogi suatu batuan dapat berubah.
Mineral dalam batuan yang dirusak oleh air kemudian bereaksi dengan udara (O2 atau CO2),
menyebabkan sebagaian dari mineral itu menjadi larutan. Selain itu, bagian unsur mineral yang lain
dapat bergabung dengan unsur setempat membentuk kristal mineral baru.
Kecepatan pelapukan kimia tergantung dari iklim, komposisi mineral dan ukuran butir dari
batuan yang mengalami pelapukan. Pelapukan akan berjalan cepat pada daerah yang lembab
(humid) atau panas dari pada di daerah kering atau sangat dingin.
Pelapukan ini disebut sebagai proses dekomposisi batuan. Pelapukan ini tidak hanya terjadi
perubahan
bentuk,
tetapi
juga
terjadi
perubahan
susunan
kimiawinya.
Pada daerah kapur, air hujan yang jatuh disamping membentuk aliran permukaan sebagian lagi juga
meresap memasuki celah-celah yang terdapat pada batuan kapur. Batuan kapur mudah terlarut oleh
air yang mengandung CO . Pelarutan yang berlangsung secara terus menerus akan terbentuk
jaringan rekahan sehingga akan terbentuk aliran bawah tanah. Air hujan lenyap di dalam ponor-ponor
yaitu lubang di permukaan batuan kapur yang di dalamnya air hujan dapat mengalir. Selian itu juga
dapat terbentuk dolina (akibat aktivitas pelarutan, sehingga di daerah kapur terdapat lekukan pada
batuan. Perembesan air hujan yang melarutkan dinding diaklas tegak yang semakin lama bertambah
lebar). Pada langit-langit kapur biasanya terdapat rembesan air yang mengandung larutan kapur
melalui retakan halus dan kemudian menetes dan jatuh ke dasar gua. Karena air menguap, maka
yang tertinggal adalah kristal-kristal kalsit yang menggantung pada langit-langit gua. Fenomena ini
disebut stalaktit. Pada stalaktit terdapat pipa di dalamnya. Air yang jatuh pada dasar gua akan
menguap juga, akibatnya terbentuklah kristal-kristal kalsit dengan bentuk seperti tongkat yang
mencuat dari dasar gua dan disebut dengan stalakmit. Stalaktit dan stalakmit yang terus tumbuh akan
membentuk tiang-tiang dalam gua kapur.
Beberapa factor yang mendukung pelapukan kimia:
1.
Iklim tropis
2.
Temperatur rendah
3.
Amplitudo rendah
4.
Kebasahan udara rendah
5.
Curah hujan besar
6. Pergantian ion
7. Solution
8. Carbonation
Gejala atau bentuk - bentuk alam yang terjadi di daerah karst diantaranya:
a. Dolina
b. Gua dan sungai di dalam Tanah.
c. Stalaktit dan Stalakmit
Pelapukan batuan gamping
Faktor-faktor yang mengendalikan jumlah dan perbandingan larutan batu gamping.
a) Jumlah karbondioksida (CO2), yang dikendalikan oleh:
Jumlah atmospheric CO2
Jumlah CO2 dalam tanah dan air tanah.
Jumlah CO2 dalam gua dan gua besar
Temperatur-CO2 lebih mudah dilarutkan/dipecahkan pada temperatur rendah
b) Jumlah air yang berhubungan dengan batu gamping.
c) Temperatur air
d) Pergolakan air
e) Kehadiran asam organik
f) Kehadiran timah, besi sulfide, sodium, atau potassium dalam air
C.