Esterlina Ratuanak
102009217
ety.ratu@yahoo.com
Pendahuluan
Trombosis adalah terjadinya bekuan darah di dalam sistem kardiovaskuler
termasuk arteri, vena, ruangan jantung dan mikrosirkulasi. 1 Menurut Robert Virchow,
terjadinya trombosis adalah sebagai akibat kelainan dari pembuluh darah, aliran darah dan
komponen pembekuan darah (Virchow trias). Trombus dapat terjadi pada arteri atau pada
vena, trombus arteri di sebut trombus putih karena komposisinya lebih banyak trombosit dan
fibrin, sedangkan trombus vena di sebut trombus merah karena terjadi pada aliran daerah
yang lambat yang menyebabkan sel darah merah terperangkap dalam jaringan fibrin sehingga
berwarna merah.1 Trombosis Vena Dalam (DVT) adalah satu penyakit yang tidak jarang
ditemukan dan dapat menimbulkan kematian kalau tidak di kenal dan di obati secara efektif.
Kematian terjadi sebagai akibat lepasnya trombus vena, membentuk emboli yang dapat
menimbulkan kematian mendadak apabila sumbatan terjadi pada arteri di dalam paru-paru
(emboli paru). Pada kasus-kasus yang mengalami trombosis vena perlu pengawasan dan
pengobatan yang tepat terhadap trombosisnya dan melaksanakan pencegahan terhadap
meluasnya trombosis dan terbentuknya emboli di daerah lain, yang dapat menimbulkan
kematian. Pada makalah ini akan dibicarakan faktor resiko, manifestasi klinis, diagnosis dan
pengobatan trombosis vena dalam, semoga ada manfaatnya.
Skenario
Seorang laki-laki berusia 65 tahun yang sedang dirawat diruang rawat inap
dikonsulkan dengan keluhan betis kirinya sakit disertai bengkak dan kemerahan sejak 4 jam
yang lalu. Pasien tersebut sudah 2 hari dirawat setelah menjalani operasi penggantian sendi
panggul kiri 2 hari yang lalu.
Analisis Masalah (Mind Map)
Pencegahan
anamnesis
etiologi
epidemiologi
prognosis
Rumusan Masalah
Patogenesis
Gejala Klinik
Penanganan Terapi
Isi
Anamnesis
Tidak seperti dokter hewan, maka seorang dokter manusia harus
melakukan wawancara yang seksama terhadap pasiennya atau keluarga dekatnya mengenai
masalah yang menyebabkan pasien mendatangi pusat pelayanan kesehatan.2
Anamnesis yang baik akan terdiri dari identitas, keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit dalam keluarga, anamnesis
susunan sistem dan anamnesis pribadi (meliputi keadaan sosial ekonomi, budaya, kebiasaan,
obat-obatan dan lingkungan).2
Pada kasus diketahui identitas pasien adalah seorang laki-laki berusia 65
tahun. Keluhan utama pasien adalah betis kirinya sakit disertai bengkak dan kemerahan
sejak 4 jam yang lalu. Diketahui riwayat penyakit dahulu adalah sempat menjalani operasi
penggantian sendi panggul kiri 2 hari yang lalu. Sedangkan untuk riwayat lainnya tidak
diketahui pada kasus.
2
4. D-Dimer
Pemeriksaan D-Dimer, yang menunjukkan adanya aktifitas fibrinolisis,
mempunyai nilai prediksi negatif yang tinggi. Plasma D-dimer adalah spesifik turunan
dari fibrin, yang dihasilkan ketika fibrin terdegradasi oleh plasmin, jadi konsentrasinya
meningkat pada pasien dengan tromboembolisme vena. Walaupun sensitive untuk
tromboembolisme vena, konsentrasi yang tinggi D-dimer tidak cukup spesifik untuk
membuat suatu diagnosis karena d-dimer juga dapat meninggi pada kelainan seperti
keganasan, kehamilan dan setelah operasi.
5. Angio MRI
MRI sangat sensitif dan dapat mendiagnostik kecurigaan adanya
trombosis pada vena iliaka atau vena cava inferior.
Diagnosis
Diagnosis Kerja
Diagnosis Banding
Tromboflebitis Superfisialis
4
alkohol.6
Peripheral Occlusive Arterial Disease
Peripheral Occulsive Arterial Disease (POAD) adalah penyakit akibat
sumbatan arteri kecil dan sedang yang berawal dari proses aterosklerosis di sirkulasi
perifer yang menyebabkan stenosis dan oklusi vasa-vasa perifer.6
Pada gejala awal biasa ditemukan nyeri menusuk pada betis dan kaki,
diiringi dengan kesukaran berjalan, nyeri tekan pada betis dengan atau tanpa pulsasi
dorsalis pedis atau arteri tibialis posterior. Pada ekstermitas inferior penyakit ini pertama
kali menyerang arteri digital, metatarsal, tarsal, kalkaneus dan plantaris. Proses ini
biasanya cepat naik ke arteri infrapoplitea sehingga gejala klinis pertama kali yang
dirasakan penderita berupa rasa dingin, baal, perubahan warna kulit dan nyeri dan sakit
saat berjalan.6
Gejala Klinis
Sesuai dengan patofisologinya, gejala utama DVT adalah bengkak,
perubahan warna, nyeri dan functio laesa. Lebih kurang 25% pasien dengan gejala tersebut
ternyata mengalami DVT. Walaupun semua gejala dapat terjadi pada DVT, dalam
kenyataannya tidak selalu semua gejala-gejala tersebut ditemukan. Sering hanya timbul
keluhan nyeri dibetis atau paha, terutama bila berjalan. Dari publikasi penelitian mengenai
insiden trombosis vena pada pasien bedah dan medis yang dirawat di rumah sakit,
kebanyakan kasus (lebih kurang 90%) DVT ternyata tidak menimbulkan gejala klinis. Oleh
karena itu dokter harus mewaspadai timbulnya trombosis tungkai pada pasien-pasien yang
5
beresiko tinggi. Beberapa pasien datang dengan riwayat gejala dan tanda trombosis vena
yang berulang, yaitu bengkak dan nyeri tungkai, bengkak dan warna kulit yang gelap atau
kehitaman dan sering berkembang menjadi luka dari paha sampai kaki yang tampak
kebiruan disertai nyeri. Keadaan seperti ini disebut phlegmasia cerulae dolons. Bila
sumbatan hanya mengenai sebagian vena, gejala yang diperlihatkan adalah udem betis dan
mata kaki disertai kulit berwarna merah kebiruan akibat peningkatan aliran darah vena
dipermukaan.8
Keluhan dan gejala trombosis vena dalam dapat berupa :6
Nyeri
Gangguan pada vena tidak menyebabkan nyeri, nyeri terjadi apabila
terdapat gangguan pada arteri. Namun pada kasus DVT ini, nyeri bisa terjadi karena vena
yang tersumbat lama-kelamaan akan membesar dan akhirnya akan menekan arteri.
Pembengkakan
Pembengkakan disebabkan karena adanya edema. Timbulnya edema
disebabkan oleh sumbatan vena di bagian proksimal dan peradangan jaringan
perivaskuler. Apabila pembengkakan ditimbulkan oleh sumbatan maka lokasi bengkak
adalah di bawah sumbatan dan tidak nyeri, sedangkan apabila disebabkan oleh
peradangan perivaskuler maka bengkak timbul pada daerah trombosis dan biasanya di
sertai nyeri. Pembengkakan bertambah kalau penderita berjalan dan akan berkurang
dolens.
Sindroma post-trombosis.
Penyebab terjadinya sindroma ini adalah peningkatan tekanan vena
sebagai konsekuensi dari adanya sumbatan dan rekanalisasi dari vena besar. Keadaan ini
mengakibatkan meningkatnya tekanan pada dinding vena dalam di daerah betis sehingga
terjadi imkompeten katup vena dan perforasi vena dalam.
Patofisiologi
6
Trias Virchow
- Pembuluh Darah. Kerusakan dinding pembuluh darah akan mempermudah adhesi
trombosit pada subendotel. Trombosit yang saling berdekatan akan dihubungkan satu
sama lain oleh fibrinogen dan terjadilah agregasi trombosit yang membentuk plak
trombosit. Selain itu kerusakan jaringan akan menyebabkan faktor jaringan
mengaktifkan sistem koagulasi jalur ekstrinsik yang akan menghasilkan fibrin dan
-
trombus.
Koagulasi Darah. Selain aktivitas sistem koagulasi ekstrinsik maupun intrinsik oleh
faktor jaringan akibat trauma atau pembedahan juga terjadi migrasi leukosit ditempat
kerusakan jaringan yang juga mengaktifkan sistem koagulasi. Aktivasi koagulasi baik
melalui jalur ekstrinsik maupun entrinsik akan mengaktifkan F X menjadi F Xa, dan
melalui jalur umum, F Xa bersama F V dan faktor 3 trombosit akan mengubah
protrombin menjadi trombin. Trombin akan mengubah fibrinogen menjadi fibrin.
Fibrin inilah yang menjadi dasar bekuan atau trombosis. Koagulasi darah juga dapat
meningkat karena faktor umur, trombofilia dan kondisi tertentu. Trombofilia artinya
darah cenderung membentuk trombus dapat bersifat herediter atau didapat.
Trombofilia herediter disebabkan defisiensi AT III, protein C, protein S, faktor V
leiden, dan mutasi gen protrombin. Trombofilia dapat disebabkan oleh sindrom
antifosfolipid (APS), resistensi protein C, serta kondisi tertentu seperti kanker,
tersebut. Bendungan pada tungkai bawah sering disertai infeksi sehingga bia terjadi
trombophlebitis.
Faktor Resiko
Faktor resiko timbulnya trombosis vena adalah sebagai berikut :
1.
Defisiensi Anto trombin III, protein C, protein S dan alfa 1 anti tripsin.
Pada kelainan tersebut di atas, faktor-faktor pembekuan yang aktif tidak di netralisir
sehinga kecendrungan terjadinya trombosis meningkat.
2.
Tindakan operatif.
Faktor resiko yang potensial terhadap timbulnya trombosis vena adalah operasi dalam
bidang ortopedi dan trauma pada bagian panggul dan tungkai bawah. Pada operasi di
daerah panggul, 54% penderita mengalami trombosis vena, sedangkan pada operasi di
daerah abdomen terjadinya trombosis vena sekitar 10%-14%. Beberapa faktor yang
mempermudah timbulnya trombosis vena pada tindakan operatif, adalah sebagai berikut :
a.
b.
Statis aliran darah karena immobilisasi selama periode preperatif, operatif dan
post operatif.
c.
d.
3.
4.
5.
Immobilisasi yang lama akan menimbulkan statis aliran darah yang mempermudah
timbulnya trombosis vena.
6.
7.
8.
Proses keganasan
Pada jaringan yang berdegenerasi maligna di temukan tissue thrombo plastin-like
activity dan factor X activiting yang mengakibatkan aktifitas koagulasi meningkat.
Proses keganasan juga menimbulkan menurunnya aktifitas fibriolitik dan infiltrasi ke
dinding vena. Keadaan ini memudahkan terjadinya trombosis. Tindakan operasi terhadap
penderita tumor ganas menimbulkan keadaan trombosis 2-3 kali lipat dibandingkan
penderita biasa.
Epidemiologi
Menurut laporan dinegara barat insiden DVT pasien ortopedi yang tidak
mendapat antikoagulan profilaksis mencapai 40-60%. Hal yang sama juga dilaporkan di
malaysia oleh Dhillon pada tahun 1996. Insidens DVT pada pasien yang menjalani operasi
ortopedi tetapi tidak diberikan antikoagulan profilaksis adalah 62,5%. Wang pada tahun
2000 dari Taiwan melaporkan insidens DVT pada pasien ortopedi sebanyak 63,6%. Insidens
trombosis vena di masyarakat sangat sukar diteliti, sehingga tidak ada dilaporkan secara
pasti. Banyak laporan-laporan hanya mengemukakan data-data penderita yang di rawat di
rumah sakit dengan berbagai diagnosis.1 Di Amerika Serikat, dilaporkan 2 juta kasus
trombosis vena dalam yang di rawat di rumah sakit dan di perkirakan pada 600.000 kasus
terjadi emboli paru dan 60.000 kasus meninggal karena proses penyumbatan pembuluh
darah.1
Etiologi
Ada 3 faktor yang dapat menyebabkan terjadinya trombosis vena dalam, yaitu :8
1.
Pembuluh darah balik dapat cedera selama terjadinya tindakan bedah, suntikan bahan
yang mengiritasi pembuluh darah balik, atau kelainan-kelainan tertentu pada pembuluh
darah balik.
2.
Sodium Heparin
10
berfungsi melisiskan trombosis dengan cepat melalui katalisis pembentukan plasma dan
plasminogen. Obat-obat fibrinolitik terdiri dari streptokinase, urokinase, anistreplase,
alteplase, reteplase dan telecteplase.
Nonmedikamentosa
Thrombectomy
Thrombectomy adalah suatu proses pembedahan yang dilakukan untuk membuang darah
beku (trombus) dari pembuluh darah. Thrombectomy dapat dilakukan pada arteri besar
pinggul dan paha (arteri iliofemoral) dan arteri bawah tulang selangkangan (arteri
subclavia). Namun metode ini jarang digunakan karena dapat menyebabkan kehilangan
anggota badan dan terdapat insiden yang tinggi trombosis berulang.
Komplikasi
Ada beberapa komplikasi dari trombosis vena dalam antara lain:
1. Perdarahan
Perdarahan diakibatkan oleh penggunaan antikoagulan
2. Emboli paru
Terjadi akibat terlepasnya trombus dari dinding pembulu darah kemudian trombus ini
terbawa aliran darah hingga akhirnya berhenti d pembulu darah paru dan mengakibatkan
bendungan aliran darah. Ini terjadi beberapa jam maupun hari setelah terbentuknya suatu
bekuan darah pada pembulu darah di daerah tungkai. Gejala berupa nyeri dada dan
pernapasannya singkat.
3. Sindrom post trombotik
11
Terjadi akibat kerusakan katub pada vena sehingga seharusnya darah mengalir ke atas
yang dibawa oleh vena menjadi terkumpul pada tungkai bawah. Ini mengakibatkan nyeri,
pembengkakan dan ulkus.
Pencegahan
Untuk mengurangi keluhan dan gejala trombosis vena dilakukan.
-
Prognosis
Semua pasien dengan trombosis vena dalam pada masa yang lama mempunyai resiko
Penutup
Trombosis vena cukup sering ditemukan pada penderita yang di rawat di
rumah sakit, terutama terjadi pada immobilisasi yang lama dan post operatif ortopedi.
Penyakit ini tidak menimbulkan kematian, akan tetapi mempunyai resiko besar untuk
timbulnya emboli paru yang dapat menimbulkan kematian. Faktor resiko trombosis vena
adalah operasi, kehamilan, immobilisasi, kontrasepsi oral, penyakit jantung, proses keganan
12
13