Anda di halaman 1dari 6

42

BAB IV

42

STRUKTUR GARIS

4.1

Dasar Teori
Struktur garis dapat dibedakan menjasi struktur garis rill dan struktur
garis semu. Yang dimaksud struktur garis rill adalah struktur garis yang arah
dan kedudukannya dapat diamati langsung di lapangan, misalnya gores garis
yang terdapat pada bidang sesar.
Sedangkan yang dimaksud dengan struktur garis semu adalah semua
struktur garis yang arah atau kedudukannya ditafsirkan dari orientasi unsurunsur struktur yang membentuk kelurusan atau linasi. Misalnya : liniasi
fragmen breksi sesar, liniasi mineral- mineral dalam batuan beku, arah
liniasi struktur sedimen (flute cast, cross bedding) dan sebagainya.
Berdasarkan saat pembuatannya, struktur garis dapat dibedakan
menjadi struktur primer dan struktur garis skunder. Yang termasuk garis
primer adalah : liniasi atau penjajaran mineral-mineral pada batuan beku
tertentu, arah liniasi struktur sedimen.
Yang termasuk struktur garis skunder adalah : seperti garis-garis,
liniasi memanjang dan kelurusan-kelurusan seperti topografi, sungai dan
sebagainya. Kedudukannya struktur garis dinyatakan dengan istilah-istilah :
arah menujam (trend), penunjaman (plunge) arah kelurusan (bearing) dan
rake.
1. Arah menunjam (trend) :

jurus dari bidang vertikal yang melalui

garis dan menunjukkan arah penunjaman.


2. Arah kelurusan (bearing) : jurus dari bidang vertikal yang melalui
garis, tetapi tidak menunjukkan arah penunjaman garis tersebut.
3. Rake (pitch) : besar sudut garis dengan horisontal, yang diukur pada
bidang dimana garis tersebut terdapat. Besarnya rake sama dengan atau
lebih kecil 90.
Aplikasi metode grafis untuk struktur garis :

43

Aplikasi yang akan dibahas disini meliputi pemecahan masalahmasalah struktur garis, antara lain :
1. Menentukan plunge dan rake
2. Menentukan kedudukan struktur garis dari perpotongan dua bidang.
4.1.1 Menentukan plange dan Rake
Contoh :
Pada bidang ABCD kedudukan N 340E/35 terletak garis AL dan arah
menunjam 200, tentukan plunge dan rake.
Penyelesaian secara grafis
1. Tentukan arah utara (N).
2. Dari titik A buat garis dengan arah N 340 E dan arah penunjaman N 20
3.
4.
5.
6.

E.
Tarik garis tegak lurus dari C ke F ehingga didapat perpotongan.
Dari F kita tarik garis tegak lurus sebesar d sehingga di dapat plunge.
Tarik gasris dari C dengan menggunakan jangka.
Tarik garis lurus dari d sehingga kita dapatkan rake.

Gambar 4.1 Plunge dan Rake


4.1.2 Menentukan Kedudukan Garis Hasil Perpotongan Dua Buah Bidang
Dua bidang yang masing-masing kedudukannya diketahui,yaitu
bidang ABEK dan CDFK saling berpotongan tegak lurus. Perpotongan
keduannya merupakan suatu garis lurus dan dapat ditentukannya
kedudukannya dengan plunge, rake, dan bearing.
Keterangan :
KL adalah trace (garis potong) sudut OKL adalah plunge (), sudut
1 adalah rake KL pada bidang ABEK, sudut 2 adalah rake KL pada bidang
CDFK, arah KO adalah bearing, diukur terhadap garis utara.
Contoh Soal :

44

Batugamping dengan ketebalan N 48 E/30 memotong dike dengan


kedudukan N 21 W/50 NE, tentukan :
1. Plunge
2. Bearing
3. Rake pada batu gamping
4. Rake pada dike
Penyelesain secara grafis
1. Tentukan arah utara (N).
2. Gambar garis jurus sesuai dengan arah jurus dari batugamping dan dike
serta berpotongan di 0.
3. Menggambarkan proyeksi horizontal batugamping dan dike pada
kedalaman d dengan menggunakan FL1 dan FL2,sehingga tergambar
jurus dengan kedalaman d dari batugamping dan dike sertta berpotongan
di C.
4. Garis OC adalah proyeksi horizontal jalur perpotongan. Menentukan
bearingnya yaitu dengan mengkur sudut antara garis OC terhadap arah
utara.
5. Melalui C membuat gari CD (panjang = d) tegak lurus OC Sudut COD
adalah plunge.
6. Membuat bidang batugamping dan dike sampai posisi horizontal,maka
tergambar rebahan masing-masing jurus pada kedalam d.
7. Membuat garis CDrg dan CDrd yang masing-masing tegak lurus pada
garis jurus.
8. Sudut BODrg adalah rake pada batugamping.
9. Sudut AODrd adalah rake pada dike.

45

Gambar 4.2 Kedudukan garis hasil perpotongan dua buah bidang


4.1.3 Menentukan Arah dan Penunjaman Garis Perpotongan Dua Bidang
Contoh Soal :
Dua bidang mempunyai kemiringan 50 dan 30 dengan arah kemiringan
130 dan 250 yang saling berpotongan. Tentukan arah (trend) dan
penunjaman (plunge) dari garis perpotongannya.
Penyelesaian secara grafis
1. Kertas kalkir diletakkan di atas Schmid Net, gambarkan lingkaran jaring
dan beri tanda titi utara dan ousat jaring.
2. Ukuran arah kemiringan 130 searah jarum jam dari titik utara dan beri
tanda posisi ini pada lingkaraan jaring.
3. Putaran tanda arah kemiringan ke arah utara sampai berimpit dengan
sumbuW-E. Ukuran kemiringan 50 dari lingkaran luar ke arah pusat
jaring, dan gambar busur lingkaran besar.
4. Dan untuk menggambarkan kutub bidang. Ukuran 50 dari pusat jaring
dan beri tanda titik yang merupakan kutub bidang tersebut.
5. Putarkan ke posisi semula sehingga arah utara yang ditandai berimpit
dengan arah utara jaring. Dengan demikian, bidang dengan orientasi
kemirigan 50 dan arah kemiringan 130 telah tergambar.
6. Lakukan langkah yang sama untuk menggambar bidang dengan
kemiringan 30 dan arah kemiringan 250.

46

7. Setelah kedua bidang tergambar, titik perpotongan dua lingkaran besar


diputar sampai berimpit dengan sumbu W E jaring. Sehingga plunge
dari garis perpotongan diukur sebesar 20,5.
8. Kemudian gambar tersebut dikembalikaan ke kedudukan semula
sehingga tanda utara pada gambar berimpit dengan titik utara pada
Schmid Net. Dan arah (trend) dari gris perpotongan didapat sebesar
200,5.

47

4.2

Maksud dan Tujuan

4.2.1 Maksud
Mengetahui apa itu struktur garis dan ketentuannya dalam
menentukan Plunge dan Rake
.
4.2.2 Tujuan
1. Dapat mengetahui Plunge dan Rake.
2. Dapat menentukan kedudukan struktur garis pada perpotongan dua
bidang.

4.3

Alat dan Bahan


1. Kertas A4
2. Pensil
3. Penggaris
4. Penghapus
5. Drawing Pen
6. Clipboard
7. Schmidt Net
8. Jangka
9. Busur derajat
10. Kalkir

Anda mungkin juga menyukai