Skripsi
Untuk Memenuhi Salah satu Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi
42
43
Skripsi
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi
Pembimbing I
Pembimbing II
44
Nama Penguji
Jabatan
Tanda Tangan
Ketua
.........................
Sekretaris
.........................
Anggota
.........................
Anggota
.........................
Anggota
.........................
Disetujui
Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi
Jurusan Manajemen
Universitas Hasanuddin
Fakultas Ekonomi
Ketua,
Ketua,
SE.,M.Si
44
45
MOTTO
46
PERSEMBAHAN
Skripsiku ini ku persembahkan kepada :
Seseorang
yang
kelak
menjadi
pendamping dalam hidupku.
Almamaterku
46
47
RINGKASAN
Anggraeny Retno Hayati. 2012. Analisis Efektivitas Pengelolaan dan
Sistem Pengendalian Piutang pada PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang
Terminal Petikemas Makassar. (dibimbing oleh Prof. Dr. H. Cepi Pahlevi, SE.,
M.Si dan Hj. Andi Ratna Sari Dewi , SE, M.Si) Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Hasanuddin.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Efektivitas pengelolaan dan
sistem pengendalian piutang yang diterapkan oleh perusahaan, untuk menganalisis
kebijakan pengelolaan piutang sehingga dapat mengurangi jumlah piutang tak
tertagih (bad debt). Metode analisis yang digunakan yaitu Analisis Receivable
Turn Over (RTO), Avarage Collection Period (ACP), Rasio Penagihan dan Rasio
Tunggakan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa PT. Pelabuhan
Indonesia IV (Persero) Cabang Terminal Petikemas Makassar masih belum
optimal dan efektif dalam mengelolah dan mengendalikan piutang usahanya, hal
ini dilihat dari perhitungan ACP perusahaan yang hasilnya masih jauh dari standar
hari yang ditetapkan sebagai standar kredit perusahaan. Jika nilai ACP lebih kecil
atau sama dengan standar hari yang ditetapkan perusahaan, berarti pengendalian
piutang dapat dikatakan berhasil. Sebaliknya, jika beberapa pelanggan kredit
47
48
ABSTRACT
Based on the research results can be concluded that the PT. Indonesia harbors IV
(Limited) Branch of Makassar Container Terminal is still not optimal and
effective in its accounts receivable manage and control, it is seen from the
48
49
calculation of ACP companies whose results are still far from the standards set
today as the company's credit standards. If the value of ACP is less than or equal
to the standard day of the company, means the control of accounts receivable can
be said to succeed. Conversely, if some customers do arrears credit or credit that
violate standards set by the company or the administration / administration of
receivables has not done its job optimally.
KATA PENGANTAR
50
selaku Pembimbing II
(Sari, Uchy,
Tamara, Dewi, Anwar, Papul, Dian, Ellink, Udin, Wahyu, Asty, Hicko)
thanks Guys !!!
50
51
Penulis menyadari bahwa isi dari skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat diharpakan oleh penulis demi bekal dalam menatap masa depan.
Makassar,
Februari 2012
PENULIS
51
52
DAFTAR ISI
ii
iii
MOTTO....................................................................................................
iv
PERSEMBAHAN...................................................................................
RINGKASAN..........................................................................................
vi
ABSTRAK...............................................................................................
vii
viii
xi
xv
52
53
xvi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................
xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... ........
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... ........
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. ........
1.3.1 Tujuan Penelitian .............................................................
........
1.3.2 Manfaat Penelitian .................................................................... 6
1.4 Sistematika Penulisan ................................................................. ........
1
5
6
6
7
15
16
18
20
20
21
21
22
24
26
28
30
32
53
54
35
37
37
37
37
37
38
41
42
45
45
45
47
49
56
58
55
65
66
68
71
73
76
82
83
Lampiran-lampiran
55
56
DAFTAR TABEL
12
Tabel 5.1 Piutang Usaha PT. Pelabuhan IV (Persero) Cab. TPM ..........
67
69
72
75
77
56
57
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pikir .................................................. ........
35
57
58
DAFTAR LAMPIRAN
59
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Melihat perkembangan dunia usaha yang banyak bermunculan dan tumbuh
dengan semakin cepat, hal ini merupakan suatu dampak yaitu yang ditandai
dengan semakin meningkatnya suatu persaingan usaha yang kompetitif.
Menghadapi persaingan tersebut, perusahaan atau pimpinan perusahaan dituntut
59
60
60
61
62
Tabel 1.1
KINERJA PIUTANG USAHA 5 (LIMA) TAHUNAN
TAHUN 2005 S/d 2009 (Dalam Jumlah Rupiah)
PT. PELABUHAN INDONESIA IV (PERSERO) CABANG TERMINAL
PETIKEMAS MAKASSAR
Realisasi Realisasi Realisasi
62
Realisasi
Realisasi
63
NO.
Uraian
1
A. KINERJA PENDAPATAN
1. Pendapatan Usaha
2. Reduksi Pendapatan
3. Pendapatan Usaha Bersih (1-2)
4. Pendapatan diluar usaha
5. Total Pendapatan Bersih (3+4)
Tahun
2005
2
Tahun
2006
3
Tahun
2007
4
124,291
19,918
104,372
8,835
113,208
157,386
27,252
130,134
591
130,726
134,032
19,133
114,898
427
115,325
Tahun
2008
5
Tahun
2009
6
60,379
3,984
56,394
8,992
65,386
70,550
3,411
67,138
2,131
69,269
6,570
62,518
69,088
4,911
60,312
65,224
3,863
64
Beberapa cara yang telah dilakukan untuk mencegah terjadinya piutang tak
tertagih yang telah dilakukan oleh manajemen perusahaan antara lain :
mempercepat proses penerbitan nota, mempercepat pengantaran surat penagihan,
konfirmasi yang baik dari pengguna jasa, dan lain-lain sebagainya. Akan tetapi,
masalah yang umum dihadapi adalah penagihan piutang yang telah jatuh tempo
tidak selalu dapat diselesaikan dengan seluruhnya.
Berdasarkan urainan diatas, penulis mencoba mengangkat judul Analisis
Efektivitas Pengelolaan dan Sistem Pengendalian Piutang Pada PT. Pelabuhan
Indonesia IV (Persero) Cabang Terminal Petikemas Makassar.
1.2
Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penilitian ini adalah Apakah pengelolaan piutang dan sistem pengendalian
PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Terminal Petikemas Makassar
sudah berjalan secara efektif ?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui efektivitas sistem pengendalian dan prosedur
pengelolaan piutang pada PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang
Terminal Petikemas Makassar.
2. Untuk menganalisis efisiensi penagihan piutang yang dilakukan oleh
perusahaan.
1.3.2 Manfaat Penelitian
64
65
1. Bagi Perusahaan
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
perusahaan tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengendalian
piutang dagang.
2. Bagi Peneliti
Penelitan ini merupakan penerapan dari ilmu ekonomi khususnya
manajemen keuangan yang telah didapat dari proses belajar penulis
sehingga menambah wawasan penulis mengenai bagaiman penerapan teori
dengan praktek yang sebenarnya.
3. Bagi Pihak lain
Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan dan digunakan
sebagai acuan penelitian lebih lanjut ataupun peneliti sejenis nantinya.
1.4
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan ini adalah memberikan penjelasan singkat
tentang hal-hal yang akan diuraikan pada setiap bab dari laporan ini. Sistematika
penulisan adalah sebagai berikut.
Bab I Pendahuluan
Menjelaskan tentang latar belakang, tujuan dan manfaat serta sistematika
penulisan laporan ini.
Bab II Landasan Teori
Merupakan kegiatan yang bersifat teoritis sebagai dasar pemecahan masalah,
sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai. Berisi tentang teori yang mencakup
65
66
66
67
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu tentang rasio perputaran modal ( Receivable turn
Analisis 5c,
Horisontal dan Vertikal, analisis investasi piutang. (2) Analisis Deskripsi faktorfaktor yang mempengaruhi besarnya piutang. (3) Analisis umur piutang (ACP)
untuk keefektifan pengelolaan manajemen piutang. Hasil dari penelitian Ria
Agustina menunjukkan bahwa pengelolaan piutang kurang baik, tergambar pada
hasil analisis rasio keuangan.
67
68
69
pengelolaan piutang sehingga dapat mengurangi jumlah piutang tak tertagih (bad
debt). Ilham menggunakan beberapa rasio sebagai analisis yaitu receivable turn
over (RTO), Average Collection Period (ACP), Rasio Penagihan dan Rasio
tunggakan. Hasil dari penelitian ilham tersebut menunjukkan bahwa kurang
optimalnya dan efektif dalam mengelola dan mengendalikan piutang usaha.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No.
1.
2.
Nama
(Tahun)
A. Musliha
M. (2009)
Judul
Variabel/Metode
Hasil Temuan
Analisis sistem
Analisis
RTO, ACP, Rasio
pengendalian
Tunggakan, Rasio
Penagihan
pengendalian piutang
PLN (Persero)
wilayah Sultan
Batara Cab.
tertagih.
Ria
Makassar
Analisis
Rasio Keuangan,
Bahwa pengelolaan
Agustina
Efektivitas
Analisis
(2009)
Manajemen
Horizontal dan
Piutang
PT.Unitex,Tbk.
Deskripsi,
Analisis umur
3.
Dian
Analisis
Piutang (ACP)
Uji
kualitatif Bahwa unsur pengendalian
69
70
Hartati
Pengendalian
(2009)
Intern
terhadap
intern
Piutang pengendalian
aktivitas
pengendalian
kurang
usaha.
lingkungan pengendalian,
informasi,komunikasi,sert
a unsur pengawasan telah
4.
efektif.
bahwa secara parsial tidak
Dhahiri
Analisis
RTO, ACP, IP
Hagyar
pengaruh
Siwi
manajemen
(2010)
piutang terhadap
dan
likuiditas
perusahaan pada
PT. X
kas.Sedangkan antara
Investasi Piutang (IP)
dengan kas terdapat
pengaruh secara
signifikan. Serta tidak
terdapat pengaruh yang
signifikan antara RTO
dengan likuiditas dan
antara ACP dengan
70
71
likuiditas sedangkan
antara IP dengan likuiditas
terdapat pengaruh secara
signifikan. Secara
bersamaan, hasil
pengolahan data
menunjukkan bahwa
manajemen piutang tidak
berpengaruh terhadap kas
akan tetapi manajemen
piutang terdapat pengaruh
terhadap likuiditas pada
5.
Ilham
Analisis sistem
PT.X.
RTO, ACP, Rasio Bahwa kurang optimalnya
(2011)
pengendalian dan
Efektivitas
Penagihan
mengelola dan
pengelolaan
mengendalikan piutang
usaha.
Pelabuhan
Indonesia IV
(Persero) Cab.
Makassar
71
72
2.2
beberapa
unsur
yang
terkandung
dalam
penjualan
kredit
73
2.3
Pengertian Piutang
Pada saat perusahaan menjual barang hasil produksinya, penjualan dapat
dilakukan secara tunai atau secara kredit. Memberikan kredit berarti melakukan
investasi kepada pelanggan. Penjualan secara kredit tersebut merupakan suatu
upaya untuk meningkatkan penjualan. Dengan meningkatnya penjualan
diharapkan terjadi peningkatan terhadap laba perusahaan.
73
74
75
2.4
perputaran yang cepat dan kurang dari satu tahun. Oleh karena itu, banyak hal
yang dapat memengaruhi besarnya piutang tersebut.
Menurut Bambang Riyanto (2001 : 85), faktor-faktor yang memengaruhi
besar kecilnya dana yang diinvestasikan ke dalam piutang, sebagai berikut :
75
76
bersamaan
dengan
itu
juga
memperbesar
tingkat
profitabilitasnya.
2. Syarat pembayaran penjualan kredit
Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak.
Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat, berarti
bahwa perusahaan tersebut lebih mengutamakan keselamatan kredit
daripada pertimbangan profitabilitas dan sebaliknya piutang yang
lunak lebih mengutamakan profitabilitas. Syarat pembayaran yang lebih
ketat antar lain tampak dari batas waktu pembayaran yang pendek atau
pembebanan bunga yang berat untuk pembayaran piutang yang
terlambat.
3. Ketentuan tentang pembatasan kredit
Dengan penjualan secara kredit, perusahaan dapat menetapkan batas
maksimal atau plafond biaya kredit yang akan diberikan kepada
pelanggan. Makin tinggi plafond yang diberikan kepada pelanggan,
makin besar pula dana yang diinvestasikan ke dalam piutang. Selain itu,
penentuan kriteria pihak yang akan diberikan kredit juga dapat
memperkecil jumlah investasi dalam piutang. Dengan demikian,
pembatasan kredit dapat bersifat kuantitatif maupun kualitatif.
76
77
77
78
2.5.1
2.5.2
Dipakai
untuk
menunggak pembayarannya.
78
menilai
langganan
yang
79
2.5.4
80
80
81
karena
dianggap
efektif
dalam
usaha-usaha
pengumpulan piutang.
4) Tindakan yuridis
Apabila pihak pelanggan tidak bisa membayar hutangnya, maka
perusahaan dapat menggunakan tindakan-tindakan hukum dengan
mengajukan gugatan melalui pengadilan.
Adapun prosedur menurut Suad Husnan (2004:481), terhadap pelanggan
yang telah terlambat membayar hutangnya, umumnya dilakukan beberapa
prosedur sebagai berikut :
1. Mengirim surat teguran yang menjelaskan bahwa pelanggan telah
terlambat untuk melunasi hutangnya.
2. Menghubungi pelanggan tersebut melalui via telepon secara
langsung.
3. Menggunakan bantuan perusahaan jasa yang bergerak dalam
bidang jasa pengumpulan piutang.
4. Menempuh jalur hukum atas pelanggan yang telah terlambat atau
tidak membayar hutan.
2.5.5
Pengendalian Piutang
Dalam pengendalian piutang dibutuhkan suatu usaha untuk mengawasi
setiap perkembangan yang terjadi baik dari jumlah atau kuantitasnya, waktu,
maupun keadaan debitur. Selain hal tersebut, perusahaan perlu menetapkan
81
82
kebijakan piutang yang dapat digunakan sebagai pedoman bagi unit kerja yang
mengurusi masalah piutang perusahaan.
Untuk melaksanakan pengendalian kredit atas dana yang tertanam pada
piutang, maka manajer harus memperhatikan beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan oleh manajer perusahaan.
Menurut Lukman Syamsuddin (2007:257), syarat kredit yang perlu
diperhatikan oleh pihak manajer antara lain :
1. Biaya-biaya administrasi
Bilamana perusahaan memperlunak standar kredit yang diterapkan, maka
berarti lebih banyak kredit yang diberikan dan tugas-tugas yang tidak
dapat dipisahkan dengan adanya pertambahan penjualan kredit tersebut
juga akan semakin besar. Sebaliknya, apabila standar kredit diperketat,
maka jumlah penjualan kredit yang diberikan akan semakin kecil dan
tugas-tugas itu pun akan semakin kecil dan tugas-tugas itu pun akan
semakin sedikit. Dengan demikian, dapat diperkirakan bahwa pelunasan
standar
kredit
yang
lebih
ketat
akan
mengurangi
biaya-biaya
administrasi.
2. Investasi dalam piutang
Penanaman modal dalam piutang mempunyai biaya-biaya tertentu.
Semakin besar piutang, semakin besar pula biayanya (carrying cost),
demikian pula sebaliknya. Bilamana perusahaan memperlunak standar
kredit yang digunakan, maka rata-rata jumlah piutang akan mengecil.
Perubahan rata-rata piutang dikaitkan dengan perubahan standar kredit
disebabkan oleh faktor perubahan volume penjualan dan perubahan
dalam kebijaksanaan pengumpulan piutang. Perlunakan standar kredit
82
83
84
84
85
manajemen
merupakan
proses
dimana
para
manajer
anggaran
dari
berbagai
segmen
perusahaan
serta
untuk
menjamin
validitas
informasi,
menetapkan
85
86
5. Mengembangkan
personal
dalam
organisasi
pengendali
dalam
87
Prinsip-prinsip
Akuntansi
Indonesia
(Ikatan
Akuntan
88
2.9
Rasio Keuangan
Untuk mengevaluasi kinerja dan kondisi keuangan perusahaan, analis
perusahaan
dari
waktu
ke
waktu
serta
mengidentifikasi
89
Penjualan Kredit
Ratarata Piutang
.... (1)
.... (2)
2. Umur rata-rata piutang (Average collection period ACP)
Rasio ini berfungsi untuk mengetahui rata-rata hari yang diperlukan untuk
mengumpulkan piutang dan mengubahnya menjadi kas. Hasil yang
ditetapkan dari perhitungan ini akan dihubungkan dengan jumlah hari yang
ditetapkan sebagai standar kredit jika lebih kecil atau sama dengan, maka
89
90
2.10
Kerangka Pemikiran
Bagan Kerangka Pemikiran
PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero)
Cabang Terminal Petikemas Makassar
Laporan Keuangan
90
.... (5)
1. Piutang
2. Pengelolaan Piutang
Alat Analisis3.: Pengendalian Piutang
1. Receivable Turn Over (RTO)
2. Average Collection Hasil
PeriodAnalisis
(ACP)
3. Rasio Tunggakan
4. Rasio Penagihan
2.11
Feed back
91
Hipotesis
Mengacu pada rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
91
92
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dalam rangka pengumpulan data dalam penulisan
skripsi ini pada PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Terminal
Petikemas Makassar yang berlokasi di Jalan Nusantara No. 329 Makassar.
3.2 Jenis dan Sumber Data
3.2.1 Jenis Data
Dalam penulisan laporan ini, jenis data yang digunakan sebagai berikut:
1. Data kualitatif
Yaitu data yang merupakan kumpulan dari data non-angka, yang
bentuknya informasi baik lisan maupun tulisan, seperti : sejarah singkat
berdirinya perusahaan, pembagian tugas dan struktur perusahaan, dan
lain-lain sebagainya yang berhubungan dengan penulisan ini.
2. Data kuantitatif
Yaitu data yang diperoleh perusahaan dalam bentuk angka-angka,
seperti laporan keuangan perusahaan.
92
93
3.2.2
Sumber Data
Sumber data dalam menyelesaikan dan menganalisis data dalam
penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh data berupa :
1. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh melalui penelitian lapangan, observasi,
maupun wawancara langsung dengan staff pelaksana perusahaan tentang
berbagai hal yang berkaitan dengan tujuan perusahaan.
2. Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh melalui laporan keuangan perusahaan,
seperti : neraca laporan laba rugi, dan lapran arus kas selama lima tahun
terakhir, serta dokumen-dokumen perusahaan yang berhubungan dengan
tujuan penelitian.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data guna penelitian penulisan ini, maka perlu
dilakukan proses pengumpulan data yang didalamnya terdiri dari informasiinformasi yang diterima oleh penulis baik dalam bentuk lisan maupun tulisan,
maka penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data yang relevan
dengan penganalisan masalah, yaitu :
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan langsung melalui observasi
dan wawancara pada bagian perusahaan, khususnya pada keuangan,
serta sejumlah informasi yang terkait, untuk mendapatkan informasi yang
akurat dan lengkap yang berhubungan dengan penulisan proposal ini.
93
94
..... (1)
.....
(2)
2. Umur rata-rata piutang (Average collection period ACP)
Rasio ini berfungsi untuk mengetahui rata-rata hari yang diperlukan
untuk mengumpulkan piutang dan mengubahnya menjadi kas. Hasil yang
ditetapkan dari perhitungan ini akan dihubungkan dengan jumlah hari yang
ditetapkan sebagai standar kredit jika lebih kecil atau sama dengan, maka berarti
pengendalian piutang dapat dikatakan berhasil, dan sebaliknya. Maka berarti
94
95
Turn
365
Average Collection Period=
...... (3)
3. Rasio tunggakan
Rasio ini digunakan untuk mengetahui berapa jumlah piutang yang telah
jatuh tempo dari sejumlah penjualan kredit yang dilakukan dari piutang yang
belum tertagih.
Menghitung rasio tunggakan :
Saldo Piutang Tertunggak Akhir Periode
Rasio Tunggakan=
100%
Total Piutang Pda Periode yg Sama
...... (4)
4. Rasio penagihan
Rasio ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana aktivitas penagihan
yang dilakukan atau berapa besar piutang yang tak tertagih dari total piutang
yang dimiliki perusahaan.
Menghitung rasio penagihan :
Jumlah Piutang yang Tertagih
Rasio Penagihan=
100
Total Piutang
..... (5)
Definisi
Serangkaian kebijakan
Pengendalian
Piutang
yang digunakan
Pengukuran
Rasio perputaran piutang (Receivable turn over
RTO)
95
Skala
Rasio
96
Penjualan Kredit
Ratarata Piutang
manajemen dan
mengawasi aktivitas yang
terjadi didalam
perusahaan. (Mulyadi,
ratarata piutang=
2000:183)
Receivable
Suatu penatausahaan yang
Pengeloaan
Piutang
Prosedur
Rasio
Turn
Rasio
365
Rasio
Rasio tunggakan
Rasio Tunggakan=
ditetapkan melalui
peraturan untuk
Rasio Penagihan
menunjang pencapaian
kinerja keuangan.
Rasio Penagihan=
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
96
97
4.1
bahwa pelayanan jasa petikemas merupakan salah satu segmen usaha andalan
yang harus terus dikembangkan, hal ini sesuai dengan tuntutan dari perkembangan
dunia maritim global yang bergeser dari bentuk pelayanan secara general menjadi
pelayanan dengan
97
98
99
unit Container Crane, 5 (Lima) unit Transtainer dan 8 (Delapan) unit Head Truck
beserta Chassisnya.
Pada tanggal 28 Juli 2001, Terminal Petikemas Makassar diresmikan
pengoperasiannya oleh Presiden Republik Indonesia pada waktu itu yaitu Ibu
Megawati Soekarnoputri. Kegiatan pelayanan petikemas pada Terminal Petikemas
Makassar terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan, sehingga untuk
menambah kapasitas dan meningkatkan kualitas pelayanan, maka pada tahun
2003 dilakukan lagi penambahan peralatan bongkar muat petikemas berupa 2
(dua) unit Container Crane, 3 (tiga) unit Transtainer dan 5 (Lima) unit Head Truck
beserta Chassis. Dan Pada tahun 2008 manajemen PT Pelabuhan Indonesia IV
(Persero) melakukan penambahan peralatan bongkar muat petikemas kembalai,
yaitu 1 (satu) unit Container Crane dan 2 (dua) unit Transtainer.
Di lain sisi, sesuai dengan kebutuhan operasional terhadap pelayanan
petikemas yang terus meningkat maka organisasi yang memberikan pelayanan
terhadap petikemas juga terus mengalami transformasi. Mulai dari berbentuk
Dinas Bongkar Muat Petikemas yang berada dibawah kendali dari Divisi usaha
Terminal pada saat awal pelayanan petikemas, berubah menjadi Divisi Pelayanan
Petikemas pada tahun 1999 pada PT Pelabuhan Indonesia IV(Persero) Cabang
Makassar, dan pada 1 Agustus 2007 Divisi Pelayanan Petikemas bertransformasi
dan terpisah dari PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Makassar.
99
100
4.2
101
yang
berhubungan
dengan
gudang-
kepentingan
dan
kelancaran angkutan.
6. Penyediaan listrik, air minum, dan instalasi limbah pembuangan.
7. Jasa terminal, kegiatan konsolidasi dan distribusi barang termasuk
hewan.
8. Jasa konsultasi, pendidikan, dan pelatihan yang berkaitan dengan
kepelabuhan.
9. Usaha-usaha lainnya yang dapat menunjang tercapainya tujuan
perseroan.
Demikian gambaran singkat mengenai sejarah berdirinya PT. Pelabuhan
Indonesia IV (Persero) cabang Terminal Petikemas Makassar dimana sampai
sekarang masih menjadi salah satu pintu gerbang perhubungan laut khususnya di
Indonesia bagian timur.
4.3
102
102
103
MANAGER
SISTEM INFORMASI
MANAGER
PERENCANAAN
DAN OPERASI
ASMEN
OPERASI
MANAGER TEKNIK
MANAGER
KEUANGAN
ASMEN
ASMEN
PERALATAN DAN
AKUNTANSI
INSTALASI
MANAGER SDM
DAN UMUM
ASMEN
SDM DAN
UMUM
ASMEN
ASMEN
ASMEN HUKUM,
1. GeneralPERENCANAAN
Manager
BANGUNAN DAN
HUMAS, DAN
PERBENDAHARAAN
Berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Direksi. General Manager mempunyai tugas memimpin
DAN ADM.OPERASI
ADM. TEKNIK
UMUM
Terminal Petikemas Makassar dalam hal menyusun rencana pengelolaan, mengendalikan kegiatan administrasi dan operasional
57
sesuai arah, kebijaksanaan dan sasaran Perseroan agar tercapai produktivitas, pelayanan, pendapatan laba Perseroan. Dalam
hal ini fungsi General Manager adalah :
Pengelolaan Terminal Petikemas Makassar sesuai dengan visi, misi dan tujuan Perseroan;
Pengelolaan dan pemeliharaan kekayaan Perseroan;
Wakil Perseroan di dalam dan di luar pengadilan, baik yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas, maupun yang timbul
sebagai akibat dari pelaksanaan tugas, setelah mendapatkan Surat Kuasa khusus dari Direksi;
Pengelolaan dan pengembangan SDM;
Pelaksanaan fungsi sistem informasi;
Pelaksanaan kebijaksanaan umum Perseroan yang telah ditetapkan oleh Direksi sesuai ketentuan dan perundang-undangan
yang berlaku;
Pembinaan manajemen mutu dan bina lingkungan;
Penyiapan rencana kerja dan anggaran tahunan serta pengelolaan dan pelaporan keuangan perusahaan.
Penyiapan laporan pertanggung jawaban kegiatan dan perhitungan hasil usaha.
2. Manager Perencanaan dan Operasi
Berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada General Manager. Manager Perencanaan dan Operasi mempunyai
tugas menyelenggarakan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pengawasan dan pengembangan usaha pelayanan petikemas
meliputi : jasa kegiatan stevedoring, haulage/trucking, lift on, lift off, angsur, tripping/stuffing, jasa dermaga penumpukan
petikemas, jasa pelayanan petikemas lainnya serta pemeliharaan dan pengelolaan alat bongkar muat petikemas dalam rangka
pencapaian target kelancaran mutu dan produksi pelayanan bongkar muat petikemas. Dalam hal ini fungsi Manager
Perencanaan dan Operasi adalah :
Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan kegiatan pelayanan bongkar muat petikemas;
58
petikemas;
Penyusunan laporan bulanan, triwulan, semester dan tahunan yang berkaitan dengan kegiatan operasional pelayanan
petikemas;
Penyusunan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian program kegiatan, anggaran pendapatan dan biaya yang berkaitan
dengan bidang pelayanan petikemas;
59
Pemberian pertimbangan klasifikasi penggunaan tanah dan perairan di dalam daerah kerja pelabuhan;
Pelaksanaan kebersihan fasilitas, peralatan dan bangunan pelabuhan serta pengelolaan lingkungan hidup dan analisa
pelabuhan;
Perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian program pengadaan bahan operasional, suku cadang serta kegiatan
perbengkelan teknik;
Pelaksanaan evaluasi dan pengkajian ulang secara periodic terhadap master plan pelabuhan;
Perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian program kegiatan, anggaran pendapatan dan biaya yang berkaitan dengan
bidang teknik;
60
Perencanaan dan pengendalian program kegiatan, anggaran dan biaya yang berkaitan dengan bidang administrasi
keuangan dan akuntansi.
kantor, pelaksanaan pemeliharaan peralatan kantor, kebersihan kantor dan mengorganisir laporan cabang;
Penanganan K3 dan Satuan Pengamanan (Satpam) di dalam daerah lingkungan kerja pelabuhan dan asset Cabang di luar
61
administrasi umum, baik yang dilaksanakan dengan menggunakan komputer maupun secara manual;
Penyelenggaraan pemeliharaan peralatan pengolahan data yang meliputi perangkat lunak dan perangkat keras serta
bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan sistem komputerisasi, baik dari segi perangkat keras maupun perangkat
lunak.
62
BAB V
PEMBAHASAN HASIL ANALISIS
5.1
Tentang Pedoman Pengelolaan dan Pengendalian Piutang Usaha. Pembekalan ini bertujuan untuk memberikan masukan/pedoman
dalam melaksanakan pengelolaan dan pengendalian piutang usaha dan sebagai salah satu langkah untuk mengenal sejauh mana
sistem yang digunakan oleh perusahaan untuk meningkatkan pencairan piutang usaha.
Adapun beberapa ketentuan umum sesuai dengan PD. 11 Tahun 2008 tanggal 17 April 2008, Tentang Pedoman Pengelolaan
dan Pengendalian Piutang usaha, yaitu :
a. Perseroan adalah PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero).
b. Hutang adalah kewajiban perseroan kepada pihak lain yang harus dibayar.
c. Piutang adalah hutang pemakai jasa atau kewajiban pemakai jasa kepada Perseroan atas pemberian pelayanan jasa dan
atau pemakaian fasilitas pelabuhan yang belum dilunasi pembayarannya.
d. Piutang usaha lancar adalah piutang usaha yang dapat dicairkan maksimal dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak tagihan
diterima pengguna jasa.
e. Piutang Usaha tidak Lancar adalah piutang usaha yang berumur lebih dari 1 (satu) tahun.
63
f. Piutang Usaha Macet adalah piutang usaha yang berumur lebih dari 1 (Satu) tahun, dan pengurusannya dilimpahkan
kepada pihak lain setelah pengguna jasa diberi teguran pembayarannya, tetapi tidak juga melunasi pembayaran.
g. Surat Perjanjian/kontrak adalah kesepakatan antara Perseroan dengan pelanggan mengenai pemakaian fasilitas jasa
kepelabuhanan.
h. Pengguna jasa adalah lembaga, instansi pemerintah, TNI, Kepolisian, Perorangan atau Badan Hukum lainnya yang
menerima pelayanan jasa kepelabuhanan dari Perseroan dan atau yang menggunakan fasilitas jasa Perseroan serta masih
mempunyai hutang kepada Perseroan.
Dalam mengendalikan piutang, perusahaan perlu menetapkan kebijaksanaan kreditnya yang kemudian berfungsi sebagai
standar. Apabila kemudian dalam pelaksanaannya penjualan kredit dan pengumpulan piutang tidak sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan, maka perusahaan perlu melakukan perbaikan. Kegiatan ini untuk menjamin agar hasil sesuai dengan rencana, merupakan
esensi dari fungsi pengendalian.
Pengelolaan piutang usaha yang efektif diperlukan untuk mendorong kemampuan kas yang dibutuhkan untuk pembiayaan
perusahaan karena penerimaan yang tidak sepadan dengan kebutuhan dana akan memberikan dalam menjalankan program kerja yang
telah ditetapkan sebagai sasaran kegiatan perusahaan.
64
Pengelolaan dan pengendalian piutang usaha yang baik sebagai upaya untuk lebih meningkatkan performansi/kinerja
keuangan sebagai upaya untuk menekan biaya-biaya terutama yang berkaitan langsung dengan pengelolaan piutang usaha seperti
penyisihan piutang, penagihan piutang ( yang bermasalah) dan penghapusan piutang usaha.
Pengendalian piutang usaha dilaksanakan untuk :
1.
2.
3.
4.
Menekan/memperkecil saldo piutang usaha untuk meningkatkan arus kas masuk (cash in flow ) perseroan.
Mewujudkan pengendalian administrasi dan penatausahaan piutang usaha perseroan.
Meningkatkan koordinasi antar seluruh unit kerja perseroan dalam upaya menekan saldo piutang usaha.
Membangun hubungan kerjasama yang erat dengan para pengguna jasa agar tertib dan lancar dalam melaksanakan
pelunasan tagihan jasa kepelabuhanan.
5.2
antara lain :
5.2.1 Penerbitan dan Pengiriman Nota Tagihan
1. Pasca pelayanan jasa pelabuhan pada setiap segmen usaha, setiap penanggungjawab pelayanan segera menyelesaikan
seluruh dokumen pemakaian jasa dan menyerahkan kepada petugas pembuat perhitungan penagihan;
65
2. Sebelum menerbitkan Nota Tagihan, unit keuangan wajib meneliti kebenaran dokumen dan perhitungan tarif jasa yang
digunakan oleh pengguna jasa;
3. Format Nota Tagihan (Bentuk 4) Jasa Kepelabuhanan yang dipergunakan diatur sebagai berikut :
a. Format Nota Tagihan jasa kepelabuhanan yang diproses dengan komputer menggunakan format sebagaimana dalam aplikasi
komputer.
b. Format Nota Tagihan jasa kepelabuhanan yang dikerjakan secara manual menggunakan format, sebagaimana lampiran I
Peraturan ini.
4. Penerbitan Nota Tagihan atau format Bentuk 4 dicatat sebagai pengakuan pendapatan. Pembayaran tunai terhadap Nota
Tagihan dibukukan sebagai penerimaan kas, dan Nota Tagihan yang belum dibayar lunas, dicatat sebagai piutang usaha;
5. Penerbitan Nota Tagihan untuk pelayanan jasa kepelabuhanan di Pelabuhan khusus dan Dermaga Untuk Kepentingan
Sendiri (DUKS), paling lambat 15 (lima belas) hari kalender sejak selesainya pelayanan atau sesuai kesepakatan yang diatur
tersendiri dalam kesepakatan/Perjanjian Kerja Sama antara Perseroan dengan Pengelola Pelabuhan Khusus dan Dermaga
Untuk Kepentingan Sendiri (DUKS);
6. Jangka waktu penerbitan Nota Tagihan yang menggunakan komputer atau yang dikerjakan secara manual sejak penyelesaian
bukti pelayanan jasa atau format Bentuk 2 sampai dengan penerbitan Nota Tagihan atau Format Bentuk 4, diatur
sebagaimana lampiran II Peraturan ini;
5.2.2 Surat Pengantar Nota Tagihan
66
1. Setiap Nota Tagihan, diadministrasikan dan disampaikan kepada pengguna jasa dengan menggunakan Surat Pengantar Nota
Tagihan yang dilampiri Lembar II Nota Tagihan beserta dokumen lainnya sebagai pemberitahuan kepada pengguna jasa.
2. Surat Pengantar Nota Tagihan dibuat minimal 2 (dua) rangkap, Lembar I untuk pihak pengguna jasa dan Lembar II sebagai
bukti arsip Perseroan setelah ditandatangani oleh penerima beserta tanda terima yang diberi stempel perusahaan penerima
dengan mencantumkan tanggal jatuh tempo pembayaran.
3. Tanggal terima dalam surat pengantar tersebut ayat (2) Pasal ini menjadi dasar perhitungan waktu untuk masa pembayaran
dan pemberian sanksi/denda atas keterlambatan pembayaran penyelesaian Nota Tagihan.
5.2.3 Pelunasan Piutang Usaha
1. Nota Tagihan harus dilunasi selambat-lambatnya 8 (delapan) hari kalender sejak Nota Tagihan diterima oleh pengguna jasa.
Tanggal jatuh tempo pembayaran dituangkan dalam Surat Pengantar Nota Tagihan;
2. Pelunasan piutang usaha dilakukan oleh pengguna jasa pelabuhan melalui:
a. Setoran langsung ke Kas Perseroan melalui Kasir Perseroan;
b. Transfer/Pemindahbukuan/setoran melalui bank dengan bukti kredit Nota Bank dan atau Slip Penyetoran ke Bank;
3. Pelunasan piutang usaha oleh pengguna jasa dinyatakan sah apabila terdapat cap, kas register atau cap lunas yang diparaf
oleh petugas kas/kasir Perseroan, Jika pembayaran melalui kas Perseroan dan atau Kredit nota bank apabila debitur
melakukan pembayaran melalui Bank;
67
4. Dalam hal debitur ingin melakukan pembayaran dengan fasilitas Short Message Service (SMS) Banking maka General
Manager harus mempersiapkan fasilitas penunjang untuk itu serta membuat sistem dan prosedur pelaksanaan yang
disosialisasikan terlebih dahulu kepada para pengguna jasa;
5.2.4 Koreksi Nota Tagihan
1. Pengajuan permohonan koreksi terhadap Nota Tagihan dari pengguna jasa harus dilampiri dengan bukti-bukti data yang
valid sehubungan dengan keberatan yang disampaikan.
2. Batas waktu pengajuan koreksi Nota Tagihan adalah 5 (lima) hari kalender setelah nota tagihan diterima oleh pengguna
jasa. Apabila melampaui batas waktu tersebut maka koreksi perhitungan dari pengguna jasa tidak dapat diterima;
3. Pengguna jasa yang mengajukan koreksi atas Nota Tagihan harus membayar 50 % terlebih dahulu dari jumlah tagihan yang
diajukan, dan sanggup membayar secara tunai kekurangan tagihan setelah Nota Pengganti (baru) diterbitkan;
4. Jawaban Perseroan terhadap permohonan koreksi atas Nota Tagihan diterima atau dapat diproses lebih lanjut, harus
dijawab kembali kepada pengguna jasa paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah permintaan koreksi Nota Tagihan diterima;
5. Terhadap pelaksanaan koreksi, dibuat Berita Acara Hasil Penelitian atas terjadinya kesalahan/atau kekeliruan berdasarkan
bukti-bukti yang sah yang ditandatangani oleh pengguna jasa, Manager Operasi, Manager Keuangan dan diketahui oleh
General Manager.
5.2.5 Penatausahaan Piutang Usaha
68
1. Penatausahaan piutang usaha dilaksanakan oleh unit keuangan secara teratur dalam bentuk format : umur piutang (aging),
kelompok pengguna jasa, segmen usaha, buku besar dan kartu piutang per pengguna jasa, dan setiap bulan dievaluasi;
2. Dalam pelaksanaan pengamanan penyimpanan nota asli, dapat ditunjuk salah seorang pegawai/petugas Divisi/Dinas
Keuangan dengan Surat Perintah Tugas General Manager.
3. Penyimpanan bukti piutang usaha dilaksanakan sebagai berikut :
a. Bukti piutang usaha berupa asli nota tagihan berikut lampirannya dan asli bukti Surat Pengantar Nota Tagihan, disimpan
oleh pegawai yang ditunjuk pada tempat penyimpanan yang aman;
b. Penyimpanan asli nota tagihan tersebut, dipisahkan untuk masing-masing pengguna jasa yang ditata secara kronologis;
c. Asli Nota Tagihan yang telah diserahkan kepada pengguna jasa sebagai bukti pelunasan.
4. Opname asli Nota Tagihan dilaksanakan secara periodik setiap 4 (empat) bulan dan hasilnya dituangkan dalam Berita Acara
Opname Asli Nota Tagihan yang ditandatangani anggota Tim Opname, Manager Keuangan dan diketahui oleh General
Manager dengan format , sebagaimana Lampiran IV Peraturan ini.
5. Asli Nota Tagihan yang hilang akibat kelalaian, kesengajaan atau faktor lainnya sebagaimana pada ayat (8) Pasal ini harus
dipertanggung jawabkan oleh Penanggung Jawab Asli Nota Tagihan dan atau sebagaimana hasil penelitian yang dituangkan
dalam Berita Acara sebagaimana dimaksud pada ayat (8).
5.2.6 Pengendalian Piutang Usaha
1. Pengendalian saldo Piutang usaha merupakan tanggung jawab seluruh jajaran manajemen Kantor Cabang/UPK dan
Kawasan dan dilaksanakan secara konsisten;
69
2. Pengukuran kinerja piutang usaha cabang dilakukan dengan penerapan Key Performance Indicator (KPI) atau kunci
indikator keberhasilan sebagai berikut :
3. Kinerja pengguna jasa harus dievaluasi secara periodik per 4 (empat) bulan sebagai pedoman untuk menetapkan kebijakan
berupa teguran dan atau apresiasi kepada yang bersangkutan;
5.2.7 Sanksi dan Denda
1. Dalam hal Nota Tagihan belum dilunasi dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada Pasal 5, maka kepada pengguna
jasa tersebut dikenakan sanksi dan denda sebagai berikut :
2. Pada saat denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, melampaui batas tanggal jatuh tempo yaitu 30 hari dibuatkan
Nota Tagihan, dan dicatat secara extra accountable dan pelunasannya dicatat sebagai pendapatan diluar usaha;
3. Denda sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini, dihitung dari jumlah tunggakan yang belum diselesaikan. Nota Tagihan
denda dibuat pada saat pembayaran hutang pokok dan disampaikan kepada pengguna jasa yang bersangkutan pada saat
pembayaran utang pokoknya;
4. Dalam hal nota denda yang diterbitkan tidak dilunasi maka nota tersebut dibukukan secara extra acoountable dan ditagih
pada kegiatan berikutnya.
5. Apabila terdapat piutang usaha yang sudah melampaui tanggal jatuh tempo dan tidak diterbitkan nota denda pada saat
pelunasan hutang pokok, jajaran manajemen terkait dapat dikenakan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.
5.2.8 Konfirmasi Piutang Usaha
70
1. Terhadap piutang usaha yang tidak diakui oleh pengguna jasa segera diteliti dan hasilnya dituangkan dalam Berita Acara,
untuk selanjutnya diusulkan dalam penghapusan piutang macet.
2. Konfirmasi piutang usaha untuk tiap pengguna jasa dilaksanakan minimal 1 (satu) kali dalam satu periode akuntansi.
3. Secara berkala setiap 4 (empat) bulan dilakukan pencocokan antar daftar saldo piutang dengan fisik asli Nota Tagihan.
Apabila terdapat ketidakcocokan, dilakukan penyelesaian.
5.2.9 Penyisihan Piutang Usaha
1. Untuk menutup kerugian yang mungkin timbul akibat adanya piutang jasa kepelabuhan, penyisihan piutang usaha dengan
metode pencadangan penyisihan piutang usaha pada tahun berjalan.
2. Besaran prosentase penyisihan piutang usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Akuntasi Perusahaan Pelabuhan
Indonesia (PAPPI), dan atau ditetapkan tersendiri.
3. Anggaran biaya penyisihan disusun oleh Kantor Cabang/UPK bersamaan dengan waktu Penyusunan Anggaran Perseroan
(RKAP) Tahunan Cabang/UPK.
5.2.10 Perlimpahan Pengurusan
1. Piutang usaha yang tidak dapat diselesaikan oleh salah satu unit kerja karena pengguna jasa tersebut tidak aktif lagi,
melalui Kantor Pusat penagihannya dapat dillimpahkan kepada Kantor Cabang yang lain atau kepada PT. Pelabuhan
Indonesia IV (Persero) I,II,III dimana pengguna jasa dimaksud berkedudukan atau masih melakukan kegiatan.
71
72
Tabel 5.1
Piutang Usaha PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Terminal Petikemas Makassar
Tahun 2005-2009
5.3.1
Tahun
2005
Saldo Awal
6.129.585.201
Penjualan Kredit
121.139.334.278
Total Piutang
127.268.919.479
Piutang Tertagih
123.705.612.770
Piutang Tertunggak
3.563.306.709
2006
3.563.306.709
154.334.793.259
157.898.099.968
146.251.894.149
11.646.205.819
2007
11.646.205.819
130.000.269.783
141.646.475.602
136.641.860.757
5.004.614.845
2008
5.004.614.845
54.610.618.910
59.615.233.755
53.045.041.496
6.570.192.259
2009
6.570.192.259
62.518.249.143
69.088.441.402
65.224.646.232
Sumber : PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Terminal Petikemas Makassar, 2011
3.863.795.170
73
Rasio ini mengukur berapa kali (dalam rata-rata) piutang yang terjadi pada suatu periode tertentu. Periode perputaran
piutang adalah periode terikatnya modal dalam piutang yang tergantung dari syarat pembayarannya.
Menghitung Receivable Turn Over RTO
Penjualan Kredit
Receveible Turn Over = Ratarata Piutang ..... (1)
Dimana, untuk menghitung rata-rata piutang adalah,
Saldo Awal Piutang + Saldo Akhir Piutang
Rata-rata Piutang =
2
..... (2)
Adapun hasil perhitungan dari Receivable turn over adalah sebagai berikut :
a. Tahun 2005
121,139,334,278
RTO=
=25,00
4.846 .445 .955
Rata Piutang = {6.129.585.201+3.563.306.709 } over {2} =4.846.445.955
b. Tahun 2006
154.334 .793 .259
RTO=
=20,29
7.604 .756 .264
Rata Piutang = {3.563.306.709+11.646.205.819} over {2} =7.604.756.264
c. Tahun 2007
130.000 .269.783
RTO=
=15,61
8.325 .410.332
Rata Piutang = {11.646.205.819+5.004.614.845} over {2} =8.325.410.332
74
d. Tahun 2008
54.610 .618.910
RTO=
=9,44
5.787 .403 .552
Rata Piutang = {5.004.614.845+6.570.192.259} over {2} =5.787.403.552
e. Tahun 2009
62.518 .249.143
RTO=
=11,98
5.216 .993.715
Rata Piutang = {6.570.192.259+3.863.795.170} over {2} =5.216.993.715
Hasil perhitungan RTO diatas dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut :
Tabel 5.2
Hasil Perhitungan Receivable Turn Over (RTO)
Tahun
2005
Penjualan
Rata-rata
Kredit (Rp)
Piutang (Rp)
121,139,334,278
RTO
(Kali)
25,00
Perubahan
RTO
-
75
2006
2007
130.000.269 .783
8.325 .410.332
2008
2009
54.610.618 .910
5.787 .403.552
62.518 .249.143
5.216 .993.715
20,29
(4,71)
15,61
(4,68)
9,44
(6,17)
11,98
2,54
76
Pada tahun 2008, kinerja RTO perusahaan mencapai titik terendah dalam lima tahun terakhir. Kinerja RTO pada tahun 2008
sebesar 9,44 kali, terjadi penurunan sebesar 6,18 kali dari tahun 2007 sebesar 15,61. Hal ini disebabkan karena tingkat penjualan
kredit yang sangat rendah yaitu sebesar Rp. 54.610.618.910,- yang diikuti oleh rata-rata piutang yang tinggi yaitu sebesar Rp.
5.787.403.552.- sehingga mengakibatkan tingkat RTO perusahaan sangat rendah. Pada tahun 2009, kinerja RTO meningkat menjadi
lebih baik dari tahun 2008 yaitu 11,98 kali atau meningkat 2,54 kali. Hal ini disebabkan karena penjualan kredit perusahaan
meningkat yaitu dari Rp 54.610.618.910,- pada tahun 2008 menjadi Rp. 82.518.249.143,- dan juga terjadi penurunan total piutang
Rp. 5.787.403.552,- pada tahun 2008 menjadi Rp. 5.216.993.715,- ini membuktikan bahwa perusahaan berusaha untuk memperbaiki
kinerja piutangnya dengan cara meningkatkan penjualan kreditnya dan mengurangi dengan seminimal mungkin jumlah piutang
tertunggaknya, karena pada dasarnya semakin tinggi tingkat perputaran piutang suatu perusahaan, maka semakin baik pengelolaan
piutangnya, dan juga jika tingkat perputaran piutangnya tinggi berarti semakin pendek waktu terikatnya modal dalam piutang.
5.3.2
77
Receivable
Turn
365
Average Collection Period=
..... (3)
78
Tabel 5.3
Hasil Perhitungan Average Collection Periode ACP
Tahun
RTO (Kali)
ACP (Hari)
Perubahan ACP
2005
25,00
14,60
2006
20,29
17,99
3,38
2007
15,61
23,38
5,39
2008
9,44
38,68
15,31
2009
11,98
30,46
8,22
79
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel diatas, perusahaan belum efektif dalam mengelola piutang usahanya sesuai
dengan standar dan batas waktu yang telah ditentukan oleh perusahaan. Karena perusahaan menetapkan batas pelunasan atau tanggal
jatuh tempo selambat-lambatnya 8 (delapan) hari kalender sejak nota tagihan diterima oleh pengguna jasa.
Tingkat Average collection period (ACP) perusahaan sangat dipengaruhi oleh tingkat Receivable Turn Over (RTO) tahun
bersangkutan. Semakin besar tingkat RTO perusahaan, maka semakin baik pula nilai ACPnya. Tingkat Average Collection period
(ACP) perusahaan yang terbaik pada tahun 2005, yaitu sebesar 14 hari, dimana tingkat perputaran piutangnya pun sangat tinggi.
Sedangkan tingkat ACP perusahaan yang terendah adalah pada tahun 2008, dimana tingkat ACPnya mencapai 38 hari, dimana tingkat
perputaran piutangnya pun sangat rendah yaitu 9,44 kali. Pada tahun berikutnya yaitu tahun 2009, tingkat ACPnya menurun menjadi
30 hari. Ini menunjukkan kinerja piutang usahanya sudah lebih baik dari tahun 2008.
Perhitungan rasio ini dimaksudkan untuk menilai efisiensi dari upaya pengumpulan piutang perusahaan. Apabila umur ratarata pengumpulan piutang selalu lebih besar daripada batas waktu yang telah ditetapkan perusahaan, berarti perusahaan dinyatakan
kurang efisien dalam pengumpulan piutang.
5.3.3
Rasio Tunggakan
80
Rasio tunggakan ini digunakan untuk mengetahui berapa jumlah piutang yang telah jatuh tempo dari sejumlah penjualan
kredit yang dilakukan dari piutang yang belum tertagih.
Menghitung rasio tunggakan :
Saldo Piutang Tertunggak Akhir Periode
Rasio Tunggakan=
100%
Total Piutang Pda Periode yg Sama
3.563 .306.709
x 100 =2,80
127.268 .919.479
11.646 .205 .819
x 100 =7,38
157.898 .099.968
5.004 .614 .845
x 100 =3,53
141.646 .475.602
.... (4)
81
Rasio Tunggakan=
e. Tahun 2009
Rasio tunggakan=
6.570 .192.259
x 100 =11,02
59.615 .233.755
Hasil perhitungan Rasio Tunggakan diatas dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut :
Tabel 5.4
Hasil Perhitungan Rasio Tunggakan Piutang
Tahun
2005
2006
Jumlah Piutang
Total Piutang
Tertunggak (Rp)
Pada Periode
yang Sama (Rp)
127.268.919 .479
Rasio Tunggakan
2,80 %
7,38 %
82
2007
2008
2009
3.563.306 .709
157.898.099 .968
141.646 .475.602
59.615.233 .755
3,53 %
11,02 %
5,59 %
69.088 .441.402
6.570 .192.259
3.863.795 .170
Sumber : Data diolah, 2011
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa rasio tunggakan perusahaan mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun
2005 kinerja perusahaan membaik, dimana rasio tunggakan mencapai titik terkecil, yaitu sebesar 2,8 %. Hal ini terjadi karena
perusahaan dapat meminimalkan piutang tertunggaknya menjadi Rp. 3.563.306.709,- walaupun jumlah total piutangnya meningkat
menjadi Rp. 127.268.919.479,-. Namun, pada tahun 2006 terjadi peningkatan rasio tunggakan menjadi 7,38 % atau naik sebesar
4,58 %. Hal ini disebabkan jumalah piutang tertunggak yang sangat besar yaitu Rp. 11.646.205.819,-. Pada tahun 2007, terjadi
penurunan rasio tunggakan menjadi sebesar 3,83 % atau menurun sebesar 3,85 % dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan
karena perusahaan dapat meminimalkan jumlah piutang tertunggaknya menjadi sebesar Rp. 5.004.614.845,- atau berkurang sebesar
Rp. 6.641.590.974,-.
83
Pada tahun 2008, rasio tunggakan mencapai titik tertinggi yaitu sebesar 11,02 % atau meningkat sebesar 7,49 % dari tahun
2007. Hal ini disebabkan terjadinya peningkatan piutang tertunggak dari Rp. 5.004.614.845,- pada tahun 2007 menjadi Rp.
6.570.192.259,- dan juga karena jumlah total piutang yang sangat rendah yaitu sebesar Rp. 59.615.233.755. Pada tahun 2009, rasio
tunggakan mengalami penurunan yaitu menjadi 5,59 % atau menurun sebesar 5,43 % dari tahun sebelumnya. Ini disebabkan terjadi
peningkatan pada total piutangnya yaitu sebesar Rp. 69.088.441.402,- dan terjadi penurunan pada piutang tentunggaknya yaitu
sebesar Rp. 3.863.795.170,-.
5.3.4
Rasio Penagihan
Rasio ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana aktivitas penagihan yang dilakukan atau berapa besar piutang yang tak
tertagih dari total piutang yang dimiliki perusahaanl. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melaksanakan kegiatan
penagihan piutang.
Menghitung rasio penagihan :
Jumlah Piutang yang Tertagih
Rasio Penagihan=
100
Total Piutang
Adapun hasil perhitungan dari Rasio Penagihan adalah sebagai berikut :
a. Tahun 2005
Rasio Penagihan=
123.705 .612.770
x 100 =97,20
127.268 .919.479
.... (5)
84
b. Tahun 2006
Rasio Penagihan=
c. Tahun 2007
Rasio Penagihan=
d. Tahun 2008
Rasio Penagihan=
e. Tahun 2009
Rasio Penagihan=
Hasil perhitungan Rasio Penagihan diatas dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut :
Tabel 5.5
Hasil Perhitungan Rasio Penagihan Piutang
Tahun
2005
2006
Jumlah Piutang
Tertagih (Rp)
123.705.612 .770
Total
Piutang (Rp)
127.268.919 .479
Rasio
Penagihan (%)
97,20
85
2007
2008
2009
146.251.894 .149
157.898.099 .968
92,62
136.641.860 .757
141.646 .475.602
96,47
53.045.041 .496
59.615.233 .755
88,98
69.088 .441.402
94,41
86
menjadi 94,41% atau meningkat sebesar 5,43 % dari tahun sebelumnya. Ini disebabkan terjadi peningkatan pada total piutangnya
yaitu sebesar Rp. 69.088.441.402,- dan terjadi peningkatan pada bagian penagihan yaitu sebesar Rp. 65.224.646.232.-.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
87
6.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan uraian-uraian pada bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Terminal Petikemas Makassar dalam pelaksanaan menerapkan prosedur
pengelolaan dan sistem pengendalian piutang belum optimal untuk mengurangi jumalah piutang tak tertagih.
2. Rasio Perputaran Piutang (RTO) pada tahun 2005 sangat meningkat yaitu sebesar 25,00 kali, sedangkan nilai RTO yang
terendah yaitu pada tahun 2008 sebesar 9,44 kali. Peningkatan RTO di tahun 2005 yang mencapai nilai tertinggi disebabkan
tingginya tingkat kepedulian dan kerja sama dari manajemen.
3. Umur rata-rata pengumpulan piutang (Average Collection period-ACP) lebih besar dari standar pengumpulan piutang yang
diterapkan oleh perusahaan, terutama nilai pada tahun 2008 dimana, nilai Average Collection Periodnya mencapai 39 hari.
Ini berarti perusahaan belum efektif dalam mengelola piutang usahanya, sebab standar pengumpulan piutang yang
diterapkan oleh perusahaan adalah batas pelunasan atau tanggal jatuh tempo selambat-lambatnya 8 (delapan) hari kalender
sejak nota tagihan diterima oleh pengguna jasa.
4. Dengan melihat persentase rasio tunggakan dan rasio penagihan, belum berjalan secara efektif. Terutama pada kondisi
tahun 2008 yang mencapai 11,02% pada rasio tunggakan dan 88,89% pada rasio penagihan. Jika bagian administrasi atau
88
penagihan mampu bekerja secara optimal sehingga hari rata-rata penagihan dapat ditekan hingga sekecil mungkin, maka
presentase penagihan piutang akan terus meningkat sesuai dengan presentase penurunan hari rata-rata penagihan.
5. PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Terminal Petikemas masih kurang optimal dan efektif dalam mengelola dan
mengendalikan piutang usahanya. Karena umur rata-rata pengumpulan piutang tidak sesuai dengan standar kredit yang
ditetapkan oleh perusahaan.
6.2
Saran
1. Hendaknya piutang dikendalikan dan dikelola dengan sebaik mungkin oleh bagian administrasi atau penatausahaan piutang
agar tingkat perputaran piutang menjadi lebih baik, sehingga presentase penagihan dapat terus meningkat dan sebaiknya
mengurangi jumlah piutang yang tertunggak untuk mencegah timbulnya risiko kerugian piutang.
2. Sebelum diterbitkan surat pengantar nota tagihan sebaiknya pihak pengguna jasa diberitahukan terlebih dahulu mengenai
sanksi dan denda yang dikenakan apabila terjadi keterlambatan pembayaran nota tagihan sesuai dengan tanggal jatuh
tempo yang telah ditentukan.
3. Sebaliknya perusahaan membentuk tim khusus pengumpulan piutang atau penagihan piutang untuk mempercepat proses
pelunasan piutang agar tingkat perputaran piutang dari tahun ke tahun semakin meningkat sehingga modal yang
diinvestasikan dalam piutang tidak terlalu besar.
89
90
DAFTAR PUSTAKA
Adisaputra, Gunawan, 2003. Anggaran Perusahaan (Cetakan Kedua). BPFE ; Yogyakarta.
Arista, Fany dan Baldric Siregar. 2009. Jurnal Ekonomi & Bisnis vol. 3, No. 1 Maret 2009. STIE; Yogyakarta.
Djarwanto. 2001. Pokok-pokok Analisa Laporan Keuangan. BPFE ; Yogyakarta.
Gitusudarmono, Indriyo dan Basri H. 2002. Manajemen Keuangan Edisi Empat. BPFE ; Yogyakarta.
Husnan, Suad. 2004. Pembelanjaan Perusahaan, Dasar-dasar Manajemen Keuangan (Edisi Empat). Liberty ; Yogyakarta.
-----------------. 2004. Manajemen Keuangan teori dan Penerapannya. BPFE; Yogyakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia. 1999. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat; Jakarta.
91
DAFTAR ONLINE
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/14132/ho9rag_abstract.pdf
http://repository.usu..ac.id/bitstream/123456789/8953/1/10e00425.pdf
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/26906/h10dha-abstract.pdf
92