Penjualan antibiotik di dunia diperkirakan dua per tiganya dilakukan tanpa ada
peresepan. Hasil penelitian dari studi Antimicrobial Resistence in Indonesia (AMRIN
study) tahun 2000 2004 menunjukan bahwa terapi antibiotik diberikan tanpa
indikasi di RSUP Dr Kariadi Semarang sebanyak 20 53% dan antibiotik profilaksis
tanpa indikasi sebanyak 43 81%.3
Studi yang telah dilakukan di Indonesia selama 1990-2010 mengenai resistensi
antibiotik, resistensi terjadi hampir pada semua bakteri bakteri patogen penting. Hal
tersebut merupakan dampak negatif dari pemakaian antibiotik yang irasional,
penggunaan antibiotik dengan indikasi yang tidak jelas, dosis atau lama pemakaian
yang tidak sesuai, cara pemakaian yang kurang tepat, status obat yang tidak jelas,
serta pemakaian antibiotik secara berlebihan. Dampak lainnya dari pemakaian
antibiotik secara irasional dapat berakibat meningkatkan toksisitas, dan efek samping
antibiotik tersebut, serta biaya rumah sakit yang meningkat.8,9 Sehingga diperlukan
penggunaan antibiotik berdasarkan diagnosis oleh tenaga medis professional,
monitoring dan regulasi penggunaan antibiotik untuk meningkatkan penggunaan
antibiotik secara rasional.7,9
latarbelakang
Teori
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pemberian obat kurang rasional antara lain:
1. Kurangnya pengetahuan dari tenaga kesehatan dalam ilmu obat-obatan;
2. Adanya kebiasaan dokter meresepkan jenis atau merk obat tertentu;
3. Kepercayaan masyarakat terhadap jenis atau merk obat tertentu;
4. Keinginan pasien yang cenderung ingin menggunakan obat tertentu, dengan sugesti
menjadi lebih cepat sembuh.
5. Adanya sponsor dari industri farmasi tertentu;
6. Pemberian obat berdasarkan adanya hubungan baik perorangan dengan pihak dari
industri farmasi;
7. Adanya keharusan dari atasan dalam suatu instansi atau lembaga kesehatan untuk
meresepkan jenis obat tertentu;
8. Informasi yang tidak tepat atau bias, sehingga pemakaian obat menjadi tidak tepat;
9. Beban pekerjaan yang terlalu berat sehingga tenaga kesehatan menjadi tidak sempat
untuk berpikir mengenai rasionalitas pemakaian obat;
10. Adanya keterbatasan penyediaan jenis obat di suatu instansi atau lembaga kesehatan
tertentu, sehingga jenis obat yang diperlukan untuk suatu penyakit justru tidak tersedia,
sehingga memakai obat yang lain.
2.Kebijakanpenggunaanantibiotik(antibioticpolicy)ditandaidenganpembatasanpengg
unaanantibiotikdanmengutamakanpenggunaanantibiotiklinipertama.
3.Pembatasanpenggunaanantibiotikdapatdilakukandenganmenerapkanpedomanpe
nggunaanantibiotik,penerapanpenggunaanantibiotiksecaraterbatas(restricted),danp
enerapankewenangandalampenggunaanantibiotiktertentu(reservedantibiotics).
4.Indikasiketatpenggunaanantibiotikdimulaidenganmenegakkandiagnosispenyakiti
nfeksi,menggunakaninformasiklinisdanhasilpemeriksaanlaboratoriumsepertimikro
biologi,serologi,danpenunjanglainnya.Antibiotiktidakdiberikanpadapenyakitinfeksiy
angdisebabkanolehvirusataupenyakityangdapatsembuhsendiri(self-limited).
5.Pemilihanjenisantibiotikharusberdasarpada:
a.Informasitentangspektrumkumanpenyebabinfeksidanpolakepekaankumanterhad
apantibiotik.
b.Hasilpemeriksaanmikrobiologiatauperkiraankumanpenyebabinfeksi.
c.Profilfarmakokinetikdanfarmakodinamikantibiotik.
d.Melakukandeeskalasisetelahmempertimbangkanhasilmikrobiologidankeadaanklinispasiensertak
etersediaanobat.
e.Costeffective:obatdipilihatasdasaryangpalingcosteffectivedanaman.
6.Penerapanpenggunaanantibiotiksecarabijakdilakukandenganbeberapalangkahseb
agaiberikut:
a.Meningkatkanpemahamantenagakesehatanterhadappenggunaanantibiotiksecara
bijak.
b.Meningkatkanketersediaandanmutufasilitaspenunjang,denganpenguatanpadalab
oratoriumhematologi,imunologi,danmikrobiologiataulaboratoriumlainyangberkaita
ndenganpenyakitinfeksi.
c.Menjaminketersediaantenagakesehatanyangkompetendibidanginfeksi.
d.Mengembangkansistempenangananpenyakitinfeksisecaratim(teamwork).
e.Membentuktimpengendalidanpemantaupenggunaanantibiotiksecarabijakyangber
sifatmultidisiplin.
f.Memantaupenggunaanantibiotiksecaraintensifdanberkesinambungan.
g.Menetapkankebijakandanpedomanpenggunaanantibiotiksecaralebihrinciditingk
atnasional,rumahsakit,fasilitaspelayanankesehatanlainnyadanmas meningkatkan
ulang.
g. Kombinasi antibiotik baru diberikan jika:
- Terdapat infeksi infeksi campuran.
- Pada kasus endokarditis karena Enterococcus dan meningitis karena
Cryptococcus.
- Untuk mencegah resistensi mikroba terhadap monoterapi.
- Jika sumber infeksi belum diketahui dan terapi antibiotik spektrum luas
perlu segera diberikan karena pasien sakit berat.
- Jika kedua antibiotik yang dipergunakan dapat memberi efek sinergisme.
h. Antibiotik dapat digunakan untuk profilaksis (pencegahan infeksi).
i. Perhatikan pola bakteri penyebab infeksi nosokomial setempat.
Di Indonesia untuk meningkatkan penggunaan antibiotik yang rasional telah
dibentuk Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA).3