Anda di halaman 1dari 3

Nama

: Luh Putu Devina Ichasia Prawira

NPM

: 1506746355

Jurusan

: Teknik Kimia
Macam Macam Korupsi di Indonesia

Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang
bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan
pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat
dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan
kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan
sepihak. Dalam Kamus Lengkap Oxford (The Oxford Unabridged Dictionary)
korupsi didefinisikan sebagai penyimpangan atau perusakan integritas dalam
pelaksanaan tugas-tugas publik dengan penyuapan atau balas jasa. Sedangkan
pengertian ringkas yang dipergunakan World Bank, korupsi adalah penyalahgunaan
jabatan publik untuk keuntungan pribadi (the abuse of public office for private gain).
Definisi lengkap korupsi menurut Asian Development Bank (ADB) adalah korupsi
melibatkan perilaku oleh sebagian pegawai sektor publik dan swasta, dimana mereka
dengan tidak pantas dan melawan hukum memperkaya diri mereka sendiri dan atau
orang-orang yang dekat dengan mereka, atau membujuk orang lain untuk melakukan
hal-hal tersebut, dengan menyalahgunakan jabatan dimana mereka ditempatkan.
Dari beberapa definisi tersebut juga terdapat beberapa unsur yang ada pada korupsi.
Pertama, tindakan mengambil, menyembunyikan, menggelapkan harta negara atau
masyarakat. Kedua, melawan norma-norma yang sah dan berlaku. Ketiga,
penyalahgunaan kekuasaan atau wewenang atau amanah yang ada pada dirinya.
Keempat, demi kepentingan diri sendiri, keluarga, kerabat, korporasi atau lembaga
instansi tertentu. Kelima, merugikan pihak lain, baik masyarakat maupun negara.
Menurut perspektif hukum, definisi korupsi secara gamblang telah dijelaskan dalam
13 buah Pasal dalam UU No. 31 Tahun 1999 jo.UU No. 20 Tahun 2001. Berdasarkan
pasal-pasal tersebut, korupsi dirumuskan kedalam tiga puluh bentuk/jenis tindak
pidana korupsi yang dapat dikelompokkan; kerugian keuangan negara, suap-menyuap,
penggelapan dalam jabatan, pemerasan, perbuatan curang, benturan kepentingan
dalam pengadaan, gratifikasi. Pasal-pasal tersebut menerangkan secara terperinci

mengenai perbuatan yang bisa dikenakan pidana penjara karena korupsi (KPK, 2006:
19-20).
Dalam UU No. 20 Tahun 2001 terdapat pengertian bahwa korupsi adalah tindakan
melawan hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi
yang berakibat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Ada sembilan
tindakan kategori korupsi dalam UU tersebut, yaitu: suap, illegal profit, secret
transaction, hadiah, hibah (pemberian), penggelapan, kolusi, nepotisme, dan
penyalahgunaan jabatan dan wewenang serta fasilitas negara.
Tindak pidana korupsi dalam berbagai bentuk mencakup pemerasan, penyuapan dan
gratifikasi pada dasarnya telah terjadi sejak lama dengan pelaku mulai dari pejabat
negara sampai pegawai yang paling rendah. Korupsi pada hakekatnya berawal dari
suatu kebiasaan (habit) yang tidak disadari oleh setiap aparat, mulai dari kebiasaan
menerima upeti, hadiah, suap, pemberian fasilitas tertentu ataupun yang lain dan pada
akhirnya kebiasaan tersebut lama-lama akan menjadi bibit korupsi yang nyata dan
dapat merugikan keuangan negara.
Jenis korupsi yang lebih operasional juga diklasifikasikan dan dinyatakan sedikitnya
ada delapan jenis korupsi, yaitu :
1

Korupsi ekstortif, yakni berupa sogokan atau suap yang dilakukan pengusaha kepada
penguasa. Misalnya, seorang pengusaha terpaksa memberikan sogokan pada pejabat
tertentu agar mudah mendapatkan izin usaha, perlindungan terhadap usahanya, dan
perlindungan terhadap pelanggaran yang dilakukan pengusaha tersebut.

Korupsi manipulatif, seperti permintaan seseorang yang memiliki kepentingan


ekonomi kepada eksekutif atau legislatif untuk membuat peraturan atau UU yang
menguntungkan bagi usaha ekonominya. Misalnya seorang atau sekelompok
konglomerat memberi uang kepada bupati, gubernur, menteri, atau pejabat terkait
(anggota legislatif), serta para aparat penegak hukum agar segala peraturan atau pun
putusan yang dibuat dapat menguntungkan mereka.

Korupsi nepotistik, yaitu terjadinya korupsi karena ada ikatan kekeluargaan,


pertemanan, dan sebagainya. Misalnya, kasus dimana mendiskriminasi suatu oknum
dan mendahulukan anggota keluarganya atau kerabat dekatnya. Contoh, seorang guru
memberi nilai tinggi untuk anaknya, padahal si A memiliki nilai lebih tinggi. Atau

contoh lain adalah kasus korupsi Ratu Atut.


4

Korupsi subversif, yakni mereka yang merampok kekayaan negara secara sewenangwenang untuk dialihkan ke pihak asing dengan sejumlah keuntungan pribadi. Bentukbentuk kekayaan negara, aset bangsa/alam yang seharusnya diselamatkan, namun
masih tetap saja ada ilegal loging, penambangan dan penjualan pasir pantai ke luar
negeri, penyelundupan TKI, dan yang lainnya yang ditujukan untuk keuntungan
pribadi.

Korupsi transaktif, yaitu korupsi yang terjadi atas kesepakatan dua pihak dalam
bentuk suap, dimana yang memberi dan yang diberi sama-sama mendapatkan
keuntungan. Contohnya, kolusi pengusaha dan pemerintah dalam menentukan
pemenang tender proyek pembangunan. Untuk memenangkan tender pengusaha
memberikan suap kepada sejumlah pejabat.

Korupsi investif, yaitu korupsi yang dilakukan seorang pejabat karena adanya imingiming tentang sesuatu yang akan menghasilkan dimasa mendatang. Misalnya,
mengunakan dana kas desa atau proyek untuk memberikan layanan kepada pejabat
yang meninjau.

Korupsi otogenik, yaitu korupsi yang terjadi ketika seorang pejabat mendapat
keuntungan, dengan jalan memberikan informasi kepada pihak luar yang sebenarnya
harus dirahasiakan. Misalnya, mark up harga barang dan jasa, discount yang tidak
dilaporkan, penggunaan biaya yang melebihi ketentuan, pungutan tambahan, misalnya
pada proyek raskin.

Korupsi suportif, yaitu korupsi yang dilakukan secara berkelompok dalam satu
bagian atau divisi dengan tujuan untuk melindungi tindak korupsi yang mereka
lakukan secara kolektif. Misalnya, kepala desa mengetahui ada korupsi tapi tidak
melaporkan.
Diantara macam-macam korupsi yang sering terjadi secara praktis adalah: pungutan
liar, penyuapan, pemerasan, penggelapan, penyelundupan, pemberian (hadiah atau
hibah) yang berkaitan dengan jabatan atau profesi seseorang.

Anda mungkin juga menyukai